Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Tn. A DENGAN


DIAGNOSA DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER)
DIRUANG EFRATA RS BAPTIS KEDIRI

REVIEW STUDI KASUS

OLEH:
NI LUH NOPI ARIYANI
NIM. 01.3.21.00497

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI
NERS PROGRAM PROFESI

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : NI LUH NOPI ARIYANI


NIM : 01.3.21.00497
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Tn. A
DENGAN DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER) DIRUANG
EFRATA RS BAPTIS KEDIRI

Kediri, 08 November 2021


Dosen Pembimbing

Desi Natalia. T.I , S.Kep., Ns., M.Kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih Anugerah-
Nya, Penyertaan-Nya, Perlindungan-Nya, serta Petunjuk-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan “ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Tn. A
DENGAN DIAGNOSA DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER) DIRUANG EFRATA
RS BAPTIS KEDIRI”
Dalam kesempatan ini dengan suka cita saya mengucapkan terima kasih kepada:
Desi Natalia T.I, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing pada praktik profesi asuhan
keperawatan medical bedah yang memberikan kesempatan dan bimbingan kepada kami
dalam melaksanakan kegiatan.
Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran dalam perbaikan langkah selanjutnya sangat saya harapkan.

Kediri, 08 November 2021

Penyusun
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep DHF


1.1.1 Pengertian DHF
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,2015).
Dapat disimpulkan DHF adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan Boleh virus
dengue yang termasuk golongan Arthtropod Boon Virus Grup B yang ditularkan
oleh nyamuk aedes aegypti.
DHF (dengue hemorrhagic fever) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang
ditandai oleh renjatan atau syok (Candra, 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi
penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF ini bersifat
endemis yaitu sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan
disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi (Harmawan 2018).
1.1.2 Etiologi
1. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam arbovirus
(arthropodborn virus) group b, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe
1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel– sel
mamalia misalnya sel bhk (babby homster kidney) maupun sel – sel arthropoda
misalnya sel aedes albopictus.
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang
lainnya. Nyamuk aedes aegypti maupun aedes albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya
nyamuk aedes aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (viban)
sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam
penularan. Nyamuk aedes berkembang biak pada genangan air bersih yang
terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (aedes aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( aedes
albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada
siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue
tipe lainnya. Dengue haemoragic fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi
ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang
mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.
1.1.3 Tanda dan Gejala
a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptekie,
echymosis, hematoma.
Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
d. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
e. Sakit kepala.
f. Pembengkakan sekitar mata.
g. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
h. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah)
1.1.4 Klasifikasi
a. Derajat I :Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan
spontan di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain
tempat.
c. Derajat III : Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan
manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,
hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan
ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur
dan nadi tak teraba
1.1.5 Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-
kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti
pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan
membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura
dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,
bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis
terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya
DIC pada DHF/DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat. Virus dengue
yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut
menyebabkan pengaktifan komplemen dan melepaskan Histamin, yang akan
merangsang Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia
yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.
Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh
darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi –
virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi
trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan
perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi
terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis
metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi
terjadi hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen
sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan
permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular
ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut
akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi
mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel
pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas
kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati;
trombositopenia; dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419)
Pathway

Virus Dengue

Reaksi antigen - antibody Viremia

Mengeluarkan zat
mediator Vasodilatasi Mengeluar Mual Merangsang
pembuluh kan zat saraf simpatis
darah otak mediator
Peningkatan Nafsu
permeabilitas dinding makan Diteruskan
pembuluh darah Sakit Merangsang ke ujung
kepala hipotalamus berkurang
saraf bebas
anterior
Kebocoran
Plasma Intake Nyeri otot
Suhu
tubuh adekuat Nyeri akut

Trombositopenia
Hipertermi
Darah berpindah Ketidakseimbangan
Hematokrit ke ekstravaskular nutrisi

Risiko
perdarahan Kekurangan
volume cairan
Homokonsetrasi

Risiko Syok
hipovolemik

Kematian Hospitalisasi

Cemas
2.1.6 Komplikasi
a. Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
b. Perdarahan luas.
c. Shock atau renjatan
d. Effuse pleura
e. Penurunan kesadaran.
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 % 3) HT meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien DHF adalah sebagai berikut:
1) Tirah baring atau istirahat baring
2) Diet makanan lunak 
3) Minum banyak (2-2.5 liter /24 jam) dapat berupa susu .teh manis,sirup
atau oralit
4) Pemberian cairan intravena( RL)
5) Monitoring TTV tiap 3 jam
6) Periksa Hb,Ht, dan periksa trombosit setiap hari
7) Pemberian obat antipiretik, sebaiknya dari golongan asetaminofen,
eukinin, atau dipiron
8) Monitoring tanda-tanda perdarahan
9) Monitoring tanda-tanda dini renjatan
10) Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam
2.1.9 Pencegahan DHF
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk 
c. Fisik 3 M yaitu : menguras,menutup dan mengubur
2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis
2.2.1 Anamnesa
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku bangsa, agama,
tanggal MRS, nomor register dan diagnosa medik.
2. Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas / demam yang tidak turun temurun,
nyeri perut, kepala pusing, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam
tubuh.
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, DM.
6. Pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Anak akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat
makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Anak dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan elimnasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna
urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan DHF akan terjadi
peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa
haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak
terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan peningkatan suhu
tubuh.
2.2.2 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Didapatkan pasien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 41 0
C, muka
kemerahan.
2. Tingkat kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolent. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah ( kecuali bila
penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan ).
3. Sistem respirasi
Pernafasan rata – rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
4. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam.
5. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah – pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor ( khas ), mual,
munyah, anoreksia dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
6. Sistem muskuloskeletal
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang
7. Sistem abdomen
Dapat ditemukan keadaan perut kembung ( meteorismus ), peristaltik usus
meningkat.
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
Hipertermia D.00130

Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh

Penyebab
1. Dehidrasi
1. Terpapar lingkungan panas
2. Proses penyakit
3. Ketidaksesuain pakaian dengan suhu lingkungan
4. Peningkatan laju metabolisme
5. Respon trauma
6. Aktivitas berlebih
7. Penggunaan intubator

Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
Tidak ada 1. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Objektif
1. Kulit merah
Subjetif
Tidak tersedia 2. Kejang
3. Takikardia
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Kondisi terkait klinis
1. Proses infeksi
1. Hipertiroid
2. Stroke
3. Dehidrasi
4. Trauma
5. Prematuritas

2.2.4 SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

Termoregulasi L.04034`

Definisi
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal

Ekspetasi membaik

Kriteria hasil
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
meningkat menurun
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Komsumsi oksigen 1 2 3 4 5
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokintriksi
1 2 3 4 5
Perifer
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardia 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardia 1 2 3 4 5
Dasar kuku sianolik 1 2 3 4 5
Hipoksia 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk sedang Membaik
memburuk membaik
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa darah 1 2 3 4 5
Pengisian kapiler 1 2 3 4 5
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Status Kenyamanan L.08064

Definisi
Keseluruhan rasa nyaman dan aman secara isik, psikologis, spiritual, social, budaya
dan lingkungan

Ekspektasi Meningkat

Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kesejahteraan
1 2 3 4 5
Fisik
Kesejahteraan
1 2 3 4 5
psikologis
Dukungan
1 2 3 4 5
sosial dari
keluarga
Dukungan
1 2 3 4 5
social dari teman
Perawatan sesuai
1 2 3 4 5
keyakinan
Budaya
Perawatan sesuai
1 2 3 4 5
Kebutuhan
Kebebasan
1 2 3 4 5
melakukan
ibadah rileks
Cukup
Meningkat Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Menurun
Keluhan
1 2 3 4 5
tidak nyaman
Kebisingan 1 2 3 4 5
Keluhan sulit 1
2 3 4 5
Tidur
Keluhan 1
2 3 4 5
Kedinginan
Keluhan 1
2 3 4 5
Kepanasan
Gatal 1 2 3 4 5
Mual 1 2 3 4 5
Lelah 1 2 3 4 5
Merintih 1 2 3 4 5
Menangis 1 2 3 4 5
Iritabilitas 1 2 3 4 5
Menyalahkan 1
2 3 4 5
diri sendiri
Konfusi 1 2 3 4 5
Konsumsi 1
2 3 4 5
Alkohol
Penggunaan 1
2 3 4 5
Zat
Pencobaan 1
2 3 4 5
bunuh diri

Intervensi Keperawatan

Manajemen hipertermia 1.04152

Definisi
Mengidentifikasi dan megelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi

Tindakan
Observasi
- identifikasi penyebab hipertermia
- monitor suhu tubuh
- monitor kadar elektrolit
- monitor haluaran urine
- monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- sediakan lingkungan yang dingin
- longgarkan pakaian
- basahi dan kipasi permukaan tubuh
- berikan cairan oral
- ganti linen setiap hari
- laukan pendinginan eksternal seperti kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila
- hindari pemberian antipiretik
- berikan oksigen jika perlu
Edukasi
- anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaboasi pemberian cairan dan eletrolit intravena jika perlu

Edukasi Termoregulasi 1.12457

Definisi
Mengajarkan pasien untuk mendukung keseimbangan antara produksi panas,
mendapatkan panas, dan kehilangan panas

Tindakan
Observasi
- Identiikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
- Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
- Ajarkan kompres hangat jika demam
- Ajarkan cara pengukuran suhu
- Anjurkan menggunakan pakaian yang dapat menyebabkan keringat
- Anjurkan tetap memandikan pasien, jika memungkinkan
- Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi
- Anjurkan mencciptakan lingkungan yang nyaman
- Anjurkan membanyak minum
- Anjurkan penggunaan pakaian yang longgar
- Anjurkan minum analgesic jika merasa pusing, sesuai indikasi
- Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam >3hari

Edukasi pengukuran suhu tubuh

Definisi
Mengajarkan cara pengukuran suhu tubuh

Tindakan
Observasi
- Identifikasi kesiapan menerima informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
- Jadwalkan Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Dokumentasikan hasil pengukuran suhu
Edukasi
- Jelaskan prosedur pengukuran suhu tubuh
- Anjurkan terus memegang bahu dan menahan dada saat pengukuran aksila
- Ajarkan memilik lokasi pengukuran suhu oral atau aksila
- Ajarkan cara meletakkan ujuk thermometer di bawah lidah atau di bagian tengah
aksila
- Ajarkan cara membaca hasil thermometer raksa dan/ atau elektrolit
Standart Diagnosa Keperawatan
Hipovolemia D.0023
Definisi : penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraselular
Penyebab :
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi
Gejala dan Tanda Mayor Objektif
Subjektif 1. Frekuensi nadi meningkat
(tidak tersedia) 2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urin menurun
8. Hematokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor Objektif
Subjektif 1. Pengisian vena menurun
1. Merasa lemah 2. Status mental berubah
2. Mengeluh haus 3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba

Kondisi klinis terkait


1. Penyakit Addison
2. Trauma/perdarahan
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif
9. hipoalbuminemia

SLKI
Status CairanL.03028
Definisi : kondisi volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan atau intraseluler.
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Output urine 1 2 3 4 5
Pengisian vena 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Ortopnea 1 2 3 4 5
Dispnea 1 2 3 4 5
Paroxysmal
nocturnal dyspnea 1 2 3 4 5
(PND)
Edema anasarka 1 2 3 4 5
Edema perifer 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5
Distensi vena
1 2 3 4 5
jugularis
Suara napas
1 2 3 4 5
tambahan
Kongesti paru 1 2 3 4 5
Perasaan lemah 1 2 3 4 5
Keluhan haus 1 2 3 4 5
Konsentrasi urine 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Memburuk Sedang Membaik
memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Tekanan nadi 1 2 3 4 5
Membran mukosa 1 2 3 4 5
Jugular venous
1 2 3 4 5
pressure (JVP)
Kadar Hb 1 2 3 4 5
Kadar Ht 1 2 3 4 5
Cental venous
1 2 3 4 5
pressure
Refuks
1 2 3 4 5
hepatojugular
Berat badan 1 2 3 4 5
Hepatomegali 1 2 3 4 5
Oliguria 1 2 3 4 5
Intake cairan 1 2 3 4 5
Status mental 1 2 3 4 5
Suhu tubuh 1 2 3 4 5

SIKI
Manajemen Hipovolemia L.03116
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan intravaskuler.
Tindakan
Obervasi
 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah
 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi modified trendelenburg
 Berikan asupan cairan oral

Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah

1.2.3 Evaluasi
1. Pasien mengatakan suhu tubuh panas sudah turun
2. Pasien tidak lagi mengeluhkan tidak nyaman
3. Kulit pasien sudah tidak tampak merah dan kering
4. Wajah pasien sudah tidak pucat

STIKES RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA MAHASISWA : Ni Luh Nopi Ariyani

NIM : 01.3.21.00497

RUANG : Efrata

TANGGAL : 08 November 2021


1. BIODATA :
Nama : Tn. A No.Reg : 181198
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Alamat : Jl. Imam Bonjol, No.14 Denpasar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tanggal MRS : 08 November 2021
Tanggal Pengkajian : 08 November 2021
Golongan Darah :-

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan kulit badan terasa hangat, lemas dan merasa badannya panas dingin
sehingga membuat ia tidak nyaman dengan yang dirasakan saat ini. Demam yang
dirasakan naik turun, demam berkurang apabila setelah pasien meminum obat, ia
sering kali menggigil kedinginan terlebih pada malam hari sejak 2 hari ini.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengatakan dua hari ini ketika masih dirumah demam naik turun terlebih pada
malam hari dan tidak kunjung turun ia hanya minum obat flu. Pada tanggal 08
November 2021 pasien merasa lemas, mual, muntah, dan nyeri punggung dan tulang
hilang timbul, dan kepala pusing, kemudian dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah
Sakit Baptis Kediri untuk pemeriksaan lebih lanjut. Setelah dilakukan pemeriksaan
torniket didapatkan hasil positif dan petekie positif lalu dokter menyarankan opname
dengan diagnosa DHF (Dengue Haemoragic Fever) di ruang Efrata.
4. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah keluar masuk rumah sakit dan di rawat di
rumah sakit. Ketika pasien sakit selalu berobat ke klinik yang terdekat dengan
rumahnya tetapi apabila sakit yang dirasakan hanya demam biasa ia hanya membeli
obat di toko depan rumah. Pasien tidak pernah diberikan tindakan operasi, ia juga tidak
memiliki alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan ibu dan ayah nya tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, dll..
Keluarga yang lain tidak memiliki penyakit menurun seperti diabetes melitus, asma.
Pasien juga mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami penyakit yang menular dari
keluarganya seperti TBC, HIV, serta dari keluarga suaminya juga tidak ada riwayat
penyakit menular seperti Diare, Tbc, HIV.
6. RIWAYAT PSIKO SOSIAL DAN SPIRITUAL
Saat di rumah : Pasien mengatakan sebelum sakit selama dirumah ia rajin untuk
sembahyang seperti kepura dan melakukan sembahyangan dirumah..
Saat di rumah sakit : Pasien menerima dengan kondisi yang sekarang di alaminya, ia
selalu berdoa kepada Tuhan atas penyakit yang dideritanya ia yakin penyakit yang
dideritanya adalah suatu cobaan dari Tuhan dan pasien percaya bahwa Tuhan yang
akan menyembuhkan penyakitnya ini.
7. POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI
( Makan, istirahat, tidur, eliminasi, aktifitas, kebersihan dan seksual )
a. Kebutuhan Nutrisi / Pola Nutrisi.
Sebelum sakit : Pasien mengatakan kebutuhan makanan saat dirumah ia mampu
makan dengan nasi, sayur lauk pauk krupuk 1 porsi habis yang di sediakan oleh
istrinya dengan pola makan 3 kali/hari. Minum air putih kurang lebih 1200 cc/hari
Saat sakit : Pasien mengatakan saat di rawat dirumah sakit nafsu makan berkurang
karena ia selalu merasakan mual dan muntah saat makan. Pasien makan dua kali
sehari dengan menu nasi, sayur, lauk pauk habis ½ porsi. Minum air putih kurang
lebih 800cc/hari.
b. Kebutuhan Eliminasi / Pola Eliminasi BAK, BAB
Sebelum sakit : Selama dirumah kebutuhan eliminasi buang air kecil 3 sampai 4
kali sehari, dengan intensitas warna urine kuning bening, dan buang air besar saat
dirumah 1 kali setiap pagi hari dengan tekstur lunak berbentuk.
Saat sakit : Selama di rumah sakit kebutuhan eliminasi buang air kecil 500cc/hari
dengan intensitas warna urine kuning keruh, selama di rawat dirumah sakit buang
air besar 1kali/hari, dengan tekstur encer berwarna kuning.
c. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Sebelum sakit : Pasien mengatakan selama dirumah kebutuhan cairan atau minum
menggunakan air putih, teh dan kopi susu. Jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit
kira kira 900 cc sampai 1000 cc per hari.
Saat sakit : Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit minum dengan air
putih dan teh yang di sediakan oleh rumah sakit dan pasien di beri terapi RL
500cc/12 jam. Jumlah kebutuhan cairan ± 800 cc/hari.
d. Kebutuhan Aktivitas
Saat di rumah : Pasien mengatakan sebelum sakit ia dirumah melakukan pekerjaan
menjadi ibu rumah tangga melakukan tugas dan tanggung jawabnya menjadi
seorang ayah, saat di rumah tidur siang ± 1 sampai 2 jam, dan tidur malam ± 8 jam
dan selalu bangun pagi untuk bekerja.
Saat di rumah sakit : Pasien mengatakan saat di rumah sakit aktivitas hanya
berbaring di tempat tidur dan saat ingin ke kamar mandi pasien di bantu oleh
keluarga yang menjaga dan perawat, saat di rumah sakit pasien mengatakan tidak
bias tidur dengan nyenyak dikarenakan nyeri yang hilang timbul membuat tidurnya
terganggu, pasien juga mengeluh merasa kurang tidur dan sering terjaga, pasien
juga mengatakan dapat beristirahat saat setelah meminum obat.
e. Kebutuhan Kebersihan Diri / Personal Hygiene
Sebelum sakit : Pasien mengatakan saat dirumah kebutuhan kebersihan diri dapat
dilakukan sendiri tanpa bantuan oleh orang lain ia mandi dua kali sehari dan
menggosok gigi tiga kali sehari
Saat Sakit : Pasien mengatakan kebutuhan kebersihan diri saat dirumah sakit harus
di bantu oleh orang lain, karena ia terpasang infus pada tangan kiri sehingga
kebutuhan kebersihan diri pasien tidak maksimal. Ia mandi dua kali sehari
dengandiseka menggunakan air hangat, menggosok gigi dua kali sehari dibantu oleh
keluarga
8. KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN
Pasien tampak terlihat pucat dan terlihat lemah, ia hanya terbaring lemas diatas tempat
tidur, bibir kering, terdapat lingkaran hitam diarea mata, aktifitas banyak di bantu
perawat dan keluarga, pasien dalam keadaan sadar penuh atau composmetis dengan
GCS: 4-5-6, pasien tampak terpasang infus RL 500 cc dengan actor tetesan Q 12 jam,
rambut pasien tampak berantakan, dan disekitar tubub terdapat petekie.
9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 38.5 ºC
Denyut Nadi : 76 x/menit
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
TT / TB : 65 Kg, 165 cm
Setelah sakit : BB : 59 kg
10. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
a. Kepala
Inspeksi : Rambut pasien tampak berwarna hitam, rambut tampak pendek, terlihat
bersih tidak ada benjolan, bentuk kepala simetris, bentuk kepala pasien lonjong,
tampak kering, tidak ada lesi di kepala pasien, tidak tampak ada luka bakar, tidak
ada infeksi, tidak tampak ada bekas jahitan, kepala tampah utuh, kedua alis mata
pasien tampak simetris, pada kulit pasien tidak terdapat ketombe, dan wajah
pasien tampak pucat
Palpasi: Pasien mengatakan tidak ada nyeri tekan yang di rasakan saat dilakukan
palpasi pada daerah kepala pasien, tidak teraba massa pada daerah kepala pasien,
tekstur kepala halus, tidak ada perubahan kontur tengkorak pada kepala pasien
ataupun diskontinuitas tengkorak pada kepala pasien, dan juga terdapat tonjolan
tulang pada permukaan kepala pasien tersebut.
b. Mata
Inspeksi: Mata kanan dan kiri tampak simetris, konjungtiva pucat, sklera berwarna
putih, tidak ada edema, kelopak mata terdapat lingkaran hitam dibawah mata,
reflek pupil normal dan dapat mengecil ketika ada rangsangan cahaya, terlihat
lebar ketika tidak ada cahaya, pupil isokor, ukuran pupil kanan dan kiri sama,
mata kanan dan kiri tidak juling, tidak ada tanda- tanda mata kekuningan pada
pasien, pasien dapat membuka dan menutup mata secara maksimal. Pasien tidak
tampak memakai kacamata.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada area mata.
Hidung
Inspeksi: Tidak ada kelainan bentuk hidung pada pasien, bentuk lubang hidung
pasien tampak simetris, pasien memiliki 2 lubang hidung, tidak terdapat lesi pada
hidung, tidak terdapat adanya tanda-tanda tumbuhnya tumor atau benjolan pada
hidung, tidak ada tanda-tanda ada infeksi, tidak ada sekret, tidak terdapat polip
pada hidung, hidung tampak bersih dan tidak ada kotoran pada hidung.
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada area hidung, tidak terdapat massa pada
hidung pasien, struktur hidung pasien teraba keras, tidak ada pembengkakan pada
hidung maupun sekitar hidung pasien, tidak ada tanda– tanda tumor pada hidung
pasien dan tidak adanya tanda – tanda kepritasi pada hidung pasien, tidak ada
nyeri tekan pada hidung pasien, tida ada benjolan pada hidung pasien.
c. Telinga
Inspeksi: Tidak ada kelainan pada telinga pasien, memiliki dua lubang telinga,
warna kedua telinga sama dengan warna kulit lainnya, daun telinga kanan dan kiri
simetris, ukuran telinga pasien sedang, telinga tampak bersih tidak terdapat
perdarahan dan tidak terdapat edema, tidak ada kemerahan pada kedua telinga,
tidak terdapat luka pada kedua telinga, dan tidak ada bau atau cairan yang keluar
dari telinga pasien
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada area telinga pasien kanan maupun kiri
pada saat dilakukan palpasi, tidak tampak ada masa pada kedua telinga pasien,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pinna dapat kembali ke bentuk semula
dengan cepat apabila di tekan.
d. Mulut
Inspeksi: Tampak ada karies pada gigi, gigi berwarna kekuningan, membran
mukosa tampak pucat dan kering, tidak ada luka dan sariawan pada area mulut.
Gusi dan gigi tampak normal, lidah berwarna putih, tidak terdapat pembengkakan
pada bibir, tidak ada lapisan kulit bibir yang mengelupas dan luka.
e. Leher
Inspeksi: Tidak tampak ada benjolan pada area leher, tidak ada masa pada seluruh
permukaan leher pasien, tidak ada bekas luka, tidak ada pembengkakan, tidak ada
kekakuan otot leher, tidak ada jaringan parut di leher, tidak ada pembesaran JVP
dan kelenjar tiroid, tidak ada keluhan rasa tidak nyaman saat melakukan gerakan
pada saat mengkaji kemampuan otot leher, leher tampak bersih, tidak terdapat
lesi.
Palpasi: Tidak teraba ada benjolan pada area leher, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada keluhan nyeri tekan pada saat dilakukan tindakan palpasi, tidak
ada pergeseran trakea, pada saat ditekan atau di palpasi trakea tepat berada di
tengah dan tidak bergeser, tidak teraba kelenjar tiroid pada saat dipalpasi, tidak
ada nyeri telan pada saat pasien diminta untuk menelan.
B. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku :
Kulit
Inspeksi : warna kulit sawo matang, turgor kulit kering, kulit tidak ada lesi, tidak
terdapat memar pada kulit, kulit tampak kotor, ada bekas luka, kulit tampak merah,
dan tampak petekie.
Palpasi : pemeriksaan palpasi pada kulit tidak ada satupun benjolan pada kulit,
tidak terdapat nyeri tekan, warna kulit pasien sawo matang, suhu tubuh terasa
panas, kulit terasa panas
Kuku
Inspeksi : pada saat pengkajian kuku tampak terlihat bersih dan pendek, warna
kuku merah muda, tidak terdapat kelainan pada kuku jumlah jari kaki dan tangan
normal yaitu 5 jari di setiap tangan dan kaki
Palpasi : CRT < 2 detik kembali normal, tidak ada nyeri tekan pada kuku
C. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak ( Bila diperlukan ):
Inspeksi : Tidak ada benjolan pada ketiak, tidak terdapat luka pada payudara,
terdapat bulu halus pada ketiak, payudara mempunyai besar yang sama, tidak ada
benjolan pada payudara, putting susu tampak simetris, warna ketiak sedikit
kehitaman, ketiak mengeluarkan bau yang tidak sedap
Palpasi : Saat dilakukan pemeriksaan pasien tidak mengeluh adanya nyeri tekan,
tidak teraba benjolan pada ketiak, tidak teraba benjolan pada payudara.
D. Pemeriksaan Dada /Thorak
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, tidak ada kelainan bentuk dada,
tampak menggunakan pernafasan cuping hidung, simetris saat inspirasi dan
eskpirasi teratur, tidak tampak ada nodul diseluruh lapang dada, tidak ada luka
bekas operasi, tidak terdapat ineksi seperti jamur atau ineksi lainnya, diding dada
bergerak simetris, terdapat otot bantu pernapasan.
Palpasi : Retraksi dada kanan dan kiri sama, tidak teraba benjolan, saat dilakukan
palpasi ada nyeri tekan di dada, dinding dada teraba hangat, tidak ada fraktur, tidak
ada pembengkakan pada dada.
Perkusi : Pada saat di lakukan perkusi suara redup, pada pemeriksaan paru pasien
tidak sesak, tidak terdapat batuk dengan sputum, irama napas regular, tidak terlihat
adanya retraksi dinding dada.
Auskultasi : Pada saat dilakukan auskultasi suara regular terdengar dikedua lapang
paru, tidak terdengar suara roncki atau wheezing..
E. Pemeriksaan Jantung :
Inspeksi : tidak tampak ada ictus cordis, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak
terlihat denyut nadi aspeks, tidak tampak kardiomegalia
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, jantuk tidak megalami
pergeseran
Perkusi : suara jantung pekak, jantung tidak mengalami pelebaran, ICS 2 terdapat
area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri, ICS 5 mid strenalis
kiri yaitu area katup tricuspid/ entrikel kanan, ICS 5 mid Clavikula kiri yaitu area
katup mitral
Auskultasi : suara jantung regular, S1 dan S2 terdengar tunggal tanpa suara jantung
tambahan.
F. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : tidak terdapat benjolan pada perut, tidak ada memar pada perut, tidak
terlihat perubahan warna kulit, tidak ditemukan bekas luka, tidak tersapat bekas
oprasi, bentuk perut bulat, tidak terdapat pembesaran hepar, bentuk abdomen
simetris, terdapat distensi abdomen, tampak udema, gerakan didnding abdomen
seirama dengan irama pernapasan, pulsasi aorta tidak tampak peristaltic usus tidak
tampak pada perut pasien.
Auskultasi : pada saat auskultasi bising usus terdengar 8x/menit, pada tindakan
auskultasi pada keempat kuadran abdomen erdengar peristaltic usus pasien normal,
tidak terdengar tanda kelainan lainnya
Perkusi : pasien saat dilakukan perkusi pada abdomen bunyi abdomen pada pasien
timpani, tidak adanya rasa nyeri saat dilakukan tindakan perkusi.
Palpasi : pada saat dilakukan palpasi tidak adanya nyeri tekan pada salah satu regio
pada saat palpasi abdomen tidak adanya nodul atau massa dan tidak ada ketegangan
pada permukaan perut pasien, pada palpasi bagian organ hepar tidak didaptakan
adanya tahanan atau pembesaran organ hepar.
G. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya ( bila diperlukan ):

Genetalia

Inspeksi : Genetalia tampak bersih tidak ada kotoran, tidak berbau, tidak terdapat
benjolan, persebaran rambut normal dan merata, kulit penis tampak utuh, kulit penis
sedikit berkerut dengan warna yang berbeda dari kulit di sekitarnya, tidak ada
inlamasi atau tonjolan pada area inguinal dan tidak ada ineksi pada penis, posisi
lubang meatus uretra terdapat di atas penis, warna kulit skrotum lebih gelap
dibandingkan dengan derah sekitarnya dan menggantung bebas.
Palpasi : Pada saat dilakukan tindakan palpasi pasien tidak mengeluhkan adanya
nyeri tekan di daerah genetalia, diseluruh genetalia tidak teraba pembesaran kelenjar
limfe.
Anus
Inspeksi : Kulit anus pasien tampak utuh dan tidak ditemukan adanya lesi, kulit
anak tampak lebih gelas dari warna kulit daerah sekitarnya, kulit perianal pasien
tidak tertutup oleh rambut, tidak ada kemerahan, tidak terdapat penonjolan
hemoroid pada lubang anus pasien.
Palpasi : Kulit sekitar anus teraba kasar, kulit anus terasa lembab dari kulit yang
lainnya, pada saat dilakukan palpasi pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri tekan.

H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
5 5
5 5
0= paralisis total
1= tidak ada gerakan, terba / terlihat kontraksi otot
2= gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan bantuan/sokongan
3= gerakan nornal untuk melawan gravitasi
4= gerakan normal melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
5= gerakan normal penuh melawan gravitasi dengan tahanan penuh
H. Pemeriksaan Neurologi :
Inspeksi : saat dilakukan pemeriksaan kesadaran pasien normal, sadar penuh, dan
dapat (Composmentis), Reflek pupil : isokor +/+, penilaian dengan GCS : 4-5-6
Keterangan :
Respon Membuka Mata
1: tidak ada respon
2: dengan rangan nyeri (misalnya menekan kuku jari)
3: dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)
4: respon membuka mata spontan
Respon Verbal
1: tidak ada respon
2: suara tanpa arti
3: kata-kata saja (kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat)
4: bingung, berbicara mengacau, disorientasi (orang, tempat, dan waktu)
5: orientasi baik
Respon motorik
1: tidak ada respon
2: extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal dan extensi saat diberi rangsangan nyeri)
3: flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada dan kaki
extensi saat diberi rangsangan nyeri)
4: menghindar / menarik estremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat di
beri rangsangan nyeri
5: menjangkau dan menjahui stimulus saat diberi rangsang nyeri
6: mengikuti perintah
I. Pemeriksaan Status Mental :
Status mental pasien terlihat cukup baik hanya saja emosi pasien kurang stabil,
tingkat konsentrasi pasien lemah, pasien tidak dapat mengorientasi ruangan dengan
baik, pasien saat melakukan aktifitas bergantung dengan orang lain. Pasien sedikit
merasa cemas karena saat dia sakit tidak bisa bekerja. Pasien juga memikirkan
banyak biaya perawatan dan pengobatan yang harus dikeluarkan.
11. Pemeriksaan Penunjang Medis :
Data laboratorium yang berhubungan :
Hematokrit : 55.3% (normal : 35-45%)
Hb : 20 g/dl (normal : 13-16 g/dl)
Plt : 34.000/uL
Leukosit : 5700/uL
LED : 50 mm/jam
Pemeriksaan penunjang diagnostik lain :
Hasil torniket (+)
12. Pelaksanaan / Therapi :
Paracetamol ½ 3x1 per oral
Cefataxime 900 mg 2x
Kloramfenikol 4x500 mg sehari/IV
Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas demam
Tiamfenikol 4x500 mg sehari oral

13. Harapan Klien / Keluarga sehubungan dengan penyakitnya :


Pasien berharap agar dapat segera pulih dari sakitnya supaya ia bisa melakukan
aktivitas sepertii biasanya jika ia sakit kehidupan sehari-hari keluarga akan menjadi
sedikit terganggu, dan anak-anaknya sedih melihat ayahnya harus di rawat di rumah
sakit. Pasien juga ingin segera berkumpul kembali dengan keluarganya dirumah.

Kediri , ……………………….
Tanda Tangan Mahasiswa,

Ni Luh Nopi Ariyani


ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 24 Tahun
NO. REGISTER : 181198
DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH
DATA SUBYEKTIF (DS) BERHUBUNGAN/RISIKO KEPERAWATAN
(S) (E) (P)
DS : Pasien mengatakan kulit Proses penyakit Hipertermia (00130)
badan terasa hangat, lemas dan (DHF)
merasa badannya panas dingin
sehingga membuat ia tidak
nyaman dengan yang dirasakan
saat ini. Demam yang dirasakan
naik turun, demam berkurang
apabila setelah pasien meminum
obat, ia sering kali menggigil
kedinginan terlebih pada malam
hari sejak 2 hari ini.
DO :
1. Pasien tampak pucat
1. Tampak petekie
2. Kulit terasa hangat
3. Kulit tampak kering
4. Kulit tampak merah
5. Hasil torniket (+)
6. Tanda-tanda vital

S : 38.5 oC
N : 76 x / mnt
TD : 110/70 mmHg
P : 20 x / mnt

Kehilangan cairan aktif Hipovolemia


(D.0023)
DS : Pasien mengatakan badan
lemas, mual muntah, dan BAB
encer
DO :

1. Mual dan muntah


2. Pasien tampak lemas
3. Membran mukosa pucat
4. BAB encer 1 kali
5. Hematokrit : 55.3%
6. Hb : 20 g/dl
7. Plt : 34.000/uL
8. Leukosit : 5700/uL
9. Balance cairan :
= (intake –output)
= 2.200 – 1483
= 717 cc

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 24 Tahun
NO. REGISTER : 181198

NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA


MUNCUL (SDKI) TERATASI TANGAN
1. 08/11/2021 Hipertermi berhubungan dengan 09/11/2021 NI LUH
proses penyakit (DHF) yang
ditandai dengan pasien mengatakan
kulit badan terasa hangat, lemas dan
merasa badannya panas dingin
sehingga membuat ia tidak nyaman
dengan yang dirasakan saat ini.
Demam yang dirasakan naik turun,
demam berkurang apabila setelah
pasien meminum obat, ia sering kali
menggigil kedinginan terlebih pada
malam hari sejak 2 hari ini. pasien
tampak pucat, tampak petekie, kulit
terasa hangat, kulit tampak kering,
kulit tampak merah, hasil torniket
(+), tanda-tanda vital

S : 38.5 oC
N : 76 x / mnt
TD : 110/70 mmHg

P : 20 x / mnt
2. 08/11/2021 09/11/2021 NI LUH

Hipovolemia berhubungan dengan


kehilangan cairan aktif yang
ditandai dengan pasien mengatakan
badan lemas, mual muntah, dan
BAB encer

1. Mual dan muntah


2. Pasien tampak lemas
3. Membran mukosa pucat
4. BAB encer 1 kali
5. Hematokrit : 55.3%
6. Hb : 20 g/dl
7. Plt : 34.000/uL
8. Leukosit : 5700/uL
9. Balance cairan :
= (intake –output)
= 2.200 – 1483
= 717 cc

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 24 Tahun
NO. REGISTER : 181198
DIAGNOSA KEPERAWATAN :Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
1. SLKI : Termoregulasi (04034)
a. Menggigil (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Pucat (2) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Suhu tubuh (2) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Suhu kulit (2) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SLKI : Status Cairan (03028)


a. Kekuatan nadi (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Turgor kulit (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Frekuensi nadi (2) Dipertahankan/diturunkan pada 5
d. Frekuensi nafas (4) Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada
3. SLKI : Status Kenyamanan (08064)
a. Kesejahteraan fisik (2) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Keluhan tidak nyaman (2) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Keluhan sulit tidur (2) Dipertahankan/diturunkan pada 5
d. Lelah (3) Dipertahankan /ditingkatkan pada 5
e. Pola tidur (2) Dipertahankan /ditingkatkan pada 5
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 24 Tahun
NO. REGISTER : 181198
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
SLKI : Status Cairan (L.03028)
a. Asupan cairan (2) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
b. Kelembaban membrane mukosa (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
c. Asupan makanan (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
d. Kadar Ht (2) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
e. Membrane mukosa (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada 5
f. Turgor kulit (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Kadar Hb (3) Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. SLKI :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 24 Tahun
NO.REGISTER : 181198

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI) TUJUAN DAN KRITERIA LUARAN (SLKI) INTERVENSI TTD
1. Hipertermi berhubungan dengan proses Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Hipertermia (I.15506) NI LUH
penyakit (DHF) yang ditandai dengan 2x24 jam diharapkan suhu tubuh pasien menuju Observasi
pasien mengatakan kulit badan terasa normal dengan kriteria hasil :
 Identifikasi penyebab hipertermia
hangat, lemas dan merasa badannya SLKI
panas dingin sehingga membuat ia tidak Termoregulasi (L.04034)  Monitor suhu tubuh
nyaman dengan yang dirasakan saat ini. Diharapkan pasien tidak menggigil Terapeutik
Demam yang dirasakan naik turun, Kulit merah/petekie berkurang atau hilang  Sediakan lingkungan yang dingin
demam berkurang apabila setelah pasien Suhu tuhuh menurun menjadi normal
 Longgarkan pakaian
meminum obat, ia sering kali menggigil Suhu kulit menjadi normal.
kedinginan terlebih pada malam hari  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
sejak 2 hari ini. pasien tampak pucat, Status Kenyamanan (L.08064)  Ganti linen setiap hari
tampak petekie, kulit terasa hangat, kulit Diharapkan kesejateraan fisik pasien meningkat  Lakukan pendinginan eksternal seperti
tampak kering, kulit tampak merah, hasil Diharapkan keluhan tidak nyaman pasien kompres dingin pada dahi, leher, dada,
torniket (+), tanda-tanda vital menurun abdomen, aksila
Diharapkan mual pasien menurun Edukasi
 Anjurkan tirah baring
S : 38.5 oC
Kolaborasi
N : 76 x / mnt
TD : 110/70 mmHg  Kolaboasi pemberian cairan dan eletrolit
intravena jika perlu
 Kolaborasi pemberian antipiretik
P : 20 x / mnt

2. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Obervasi NI LUH


2x24 jam diharapkan nafsu makan tidak  Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
Hipovolemia berhubungan dengan menurun dan tidak merasakan mual dan muntah Frekuensi nadi meningkat)
kehilangan cairan aktif yang ditandai dengan kriteria hasil :  Monitor intake dan output cairan
dengan pasien mengatakan badan lemas, SLKI Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
mual muntah, dan BAB encer Status Cairan ( L.03028)
 Berikan posisi modified trendelenburg
Diharapkan asupan cairan  Berikan asupan cairan oral
meningkat.,kelembaban membrane mukosa Edukasi
1. Mual dan muntah meningkat, dehidrasi menurun, membrane  Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Pasien tampak lemas mukosa membaik, turgor kulit membaik, dan  Anjurkan menghindari perubahan posisi
3. Membran mukosa pucat berat badan membaik. mendadak
4. BAB encer 1 kali . Kolaborasi
5. Hematokrit : 55.3%  Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
6. Hb : 20 g/dl (mis. NaCl, RL)
7. Plt : 34.000/uL  Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
8. Leukosit : 5700/uL
9. Balance cairan :
= (intake –output)
= 2.200 – 1483
= 717 cc
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 24 Tahun
NO. REGISTER : 181198
NO NO TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
DX TANGAN
1. 1. 08 /11/2021 1. Melakukan bina hubungan saling percaya NILUH
dengan pasien dan keluarga untuk menjalin
kerjasama yang baik dengan komunikasi
08.00 terapeutik, memonitor keadaan umum,
tanda-tanda vital kulit dan mukosa bibir
pasien
Hasil :
- Pasien mengatakan demam, panas
dingin selama kurang lebih dua hari
ini terlebih pada malam hari.
- Keadaan umum pasien tampak lemah
dan pucat
S : 38.50C
P: 76x/mnt N:20x/menit
TD: 110/70 mmHg
- Kulit berwarna kemerahan dan kulit
10.00 teraba hangat, terdapat petekie
- Mukosa bibir tampak kering
2. Memberikan cairan rehidrasi oral,
membantu klien minum
11.00 Hasil :
Pasien minum air putih 1 gelas (250 cc)
3. Mengompres pasien dengan air
13.00 hangat
Hasil :
Kompres dilakukan pada lipatan paha dan
aksila selama 15 menit

1. Memonitor intake dan output cairan


2. 2. 08/11/2021 Hasil : Balance cairan : NILUH
= (intake –output)
09.00
= 2.200 – 1483
= 717 cc
10.00 2. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
Hasil : turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun,
hematokrit meningkat, sering haus, dan
11.00 pasien lemah.
3. Menganjurkan pasien memperbanyak
asuapan cairan oral
12.00 Hasil : pasien minum 800cc/hari
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan IV
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 24 Tahun
NO. REGISTER : 181198
NO NO TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA
DX TANGAN
1. 1 09/11/2021 1. Mengganti linen pasien NILUH
Hasil : pasien tampak tenang dan nyaman
13.00
1. Memonitor keadaan umum, tanda-tanda
vital kulit dan mukosa bibir pasien
Hasil :
- Keadaan umum pasien tampak
lemah suhu mulai menurun
S : 38.5 0C
P: 76x/ menit
N: 20x/menit
TD: 110/70 mmHg
- Kulit berwarna kemerahan dan kulit
14.00 teraba hangat.
- Mukosa bibir lembab
2. Mengompres pasien dengan
air hangat
15.00 Hasil : Kompres dilakukan
pada lipatan paha dan aksila
selama 15 menit
3. Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antipiretik
Hasil : PO Paracetamol
4. Memberikkan pendidikan kesehatan
kepada pasien Hasil :
Anggota keluarga tau cara mengukur
suhu dan membaca hasil thermometer
raksa

2. 2 09/11/2021 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia NILUH


12.00 Hasil : turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, hematokrit meningkat,
haus, dan lemah.
13.00 2. Memonitor hasil lab terutama adanya
peningkatan hematokrit
3. Memberikan terapi cairan intravena pada
pasien sesuai kebutuhan
14.00 Hasil : infus RL 500cc/12 jam
4. Memberikan makanan atau minuman
yang mengandung banyak air seperti
buah, jus, dan minuman berasa
16.00 5. Memonitor status hydrasi pasien seperti
keadaan membrane mukosa
Hasil : membrane mukosa tampak kering
6. Memberikan cairan melalui oral sesuai
kebutuhan
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 24 Tahun
TANGGAL : 181198

NO NO. TGL/JAM EVALUASI KEPERAWATAN TANDA


DX TANGAN
1 1 08/11/2021 S : Pasien mengatakan kulit badan masih NILUH
terasa hangat, badan lemas,dan badannya
14.00 panas dingin dan terdapat petekie.
O:
Wajah tampak pucat
1.
Kulit tampak berwarna kemerahan
1.
Kulit terasa hangat
2.
Kulit tampak kering
3.
Tanda – tanda Vital TD : 110/70 mmhg
4.
Nadi : 76 x/menit
Nafas : 20x/menit Suhu : 38.50C
A : Masalah Hipertermia teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Manajemen hipertermia
1. Memonitor suhu tubuh
1. Mengganti linen setiap hari
2. Mengompres pasien dengan air hangat
3. Berkolaborasi dengan doketr
dalam pemberian antipiretik

2. 2 08/11/2021 S : Pasien mengatakan nafsu makan menurun, NILUH


dan disertai mual muntah dan BAB encer 1
kali
14.00
O:
- Pasien tampak lemas
- Nafsu makan menurun
- Mual muntah
- BAB encer 1 kali
- Hematokrit : 55.3%
- Hb : 20 g/dl
- Plt : 34.000/uL
- Leukosit : 5700/uL

A : Masalah hipovolemi belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
- Memonitor intake dan output
- Periksa tanda hipovolemia
- Berkolaborasi pemberian cairan IV
EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. A


UMUR : 24 Tahun
NO. REGISTER : 181198
NO NO. TGL/JAM EVALUASI KEPERAWATAN TANDA
DX TANGAN
1 1 09/11/2021 S : Pasien mengatakan demam yang dialami NILUH
sudah mulai menurun.
14.00 O:
1. Pasien tampak terlihat lebih ceria
2. Kulit terasa hangat
3. Kulit sudah tampak kemerahan/petekie
4. Tanda - tanda Vital
TD : 110/70 mmhg
Nadi : 76x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 37,8 0C
A : Masalah Hipertermi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengidentifikasi penyebab
hipertermia
2. Memberikan kompres hangat
3. Berkolaborasi pemberian antipiretik
4. Memonitor suhu tubuh

2. 2 09/11/2021 S : Pasien mengatakan masih mual dan NILUH


muntah
14.00 O:
- Mukosa bibir lembab
- Pasien terlihat nyaman dan rileks
- Mual muntah berkurang
- BAB 1 kali
- Pasien tampak lemas

A : Masalah hipovolemi teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor berat badan
2. Memperbanyak asuapan cairan oral
3. Menghitung kebutuhan cairan
DAFTAR PUSTAKA

Effendy Christantie, Perawatan Pasien DHF,  EGC, Jakarta, 2015.

Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Hasanah, 2020. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengue Hemorrhage


Fever (DHF). http://repo.stikesicme-jbg.ac.id. Diakses pada tanggal 08 November
2021 pukul 10.00 WIB

Candra. 2017. “Dengue Hemorrhagic Fever : Epidemiology , Pathogenesis , and Its


Transmission Risk Factors.” 2(2): 110–19.

PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, 2019. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, 2019. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI


STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topil Penyuluhan : Kompres Hangat


Pokok Bahasan : Kompres Air hangat untuk menurunkan suhu tubuh
Waktu : 30 menit
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Hari/Tanggal : Senin, 08 November 2021
Tempat : Ruang Karunia

I. Latar Belakang
Kompres adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan demam.
Namun, masih banyak yang bingung memilih jenis kompres mana yang tepat untuk
demam, kompres hangat atau dingin. Kompres hangat adalah yang paling tepat untuk
meredakan demam. Dengan mengaplikasikan kompres hangat, otak akan merespon
dengan menurunkan suhu tubuh menjadi ringan.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Pasien dan keluarga mampu
mengetahui dan memahami cara mengompres dengan air hangat.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian kompres hangat
b. Menjelaskan manfaat kompres hangat
c. Menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk kompres
hangat
d. Menjelaskan tentang prosedur kompres hangat
III. Metode
a. Ceramah
a. Tanya jawab
IV. Media
Leaflet
V. Materi
a. Menjelaskan pengertian kompres hangat
b. Menjelaskan manfaat kompres hangat
c. Menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk kompres hangat
d. Menjelaskan tentang prosedur kompres hangat
VI. Rencana Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Metode Media
Penyuluh
1. 3 menit 1. Mengucapkan salam Memperhatikan Ceramah Leaflet
1. Memperkenalkan dan
nama pada audien mendengarkan
2. Kontrak waktu
2. Menjelaskan
tujuan
penyuluhan.
2. 20 menit 1. Menjelaskan Memperhatikan Ceramah Leaflet
pengertian kompres dan
hangat mendengarkan
2. Menjelaskan
manfaat kompres
hangat
3. Menjelaskan tentang
alat dan bahan yang
digunakan untuk
kompres hangat
4. Menjelaskan
tentang prosedur
kompres hangat

3. 5 menit 1. Mengajukan Memperhatikan Berdiskusi Leaflet


pertanyaan tentang dan Ceramah
materi penyuluhan mendengarkan
2. Memberikan Menjawab
kesimpulan tentang salam
penyuluhan
3. Salam penutup

VIII. Evaluasi
Pasien dan keluarga mampu menjawab dan mengulang kembali mengenai
a. Menjelaskan pengertian kompres hangat
b. Menjelaskan manfaat kompres hangat
c. Menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk kompres hangat
d. Menjelaskan tentang prosedur kompres hangat
IX. Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/253742823/SOP-Kompres-Hangat
https://www.scribd.com/document/367460755/Askep-termoregulasi

Mengetahui, Kediri, 08 November 2021


Dosen Pembimbing Mahasiswa

Desi Natalia, T.I, S.Kep., Ns., M.Kep Ni Luh Nopi Ariyani


STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
LEMBAR HEALTH EDUCATION (HE) / PENYULUHAN KESEHATAN

Diagnosa Keperawatan : Hipertermia Sasaran Penyuluhan : Pasien dan Keluarga


Sub Pokok Bahasan : Kompres Hangat Hari/Tanggal : Senin, 08 November 2021
Tempat : Dirumah Sakit
TUJUAN INSTRUKSIONAL AVA/
NO. UMUM KHUSUS RINCIAN MATERI EVALUASI
METODE*
1 Setelah dilakukan Pasien dan Kompres Hangat Leaflet S: Pasien dan keluarga
penyuluhan, pasien keluarga 1. Mencuci tangan mengatakan paham akan
dan keluarga memahami dan 2. Mengukur suhu tubuh pentingnya kompres
diharapkan dapat mengetahui 3. Pertahankan selimut mandi di atas tubuh yang tidak hangat dalam kehidupan
dikompres
melakukan dengan tentang sehari-hari
4. Periksa suhu air
baik dan benar kompres hangat 5. Celup washlap ke dalam air hangat, letakan di bawah O: pasien sudah tampak
mengenai kompres ketiak dan lipatan paha mulai menjaga kesehatan
hangat. 6. Secara perlahan tangan dan kaki di kompres selama 5 agar tidak mudah demam
menit serta melaksanakan
7. Bila suhu belum turun lanjutkan usap komores ke tahapan dari kompres
punggung dan bokong selama 3 sampai 5 menit hangat dengan benar
8. Ganti air bila sudah tidak panas dan bila suhu diatas 37
A: Masalah Teratasi
stop tindakan
9. Keringkan bagian tubuh dan selimuti dengan P: Pertahankan Tindakan
selimut tipis yang menyerap keringat.
Keterangan:
* AVA/ Metode disesuaikan dengan pada saat pemberian HE dapat berupa leaflet, lembar bolak balik atau metode lain.

Mengetahui, Kediri, 08 November 2021


Pembimbing Praktik Mahasiswa

Desi Natalia T.I, S.Kep., Ns., M.Kep Ni Luh Nopi Ariyani


pertukaran udara melalui permukaan
kulit.
KOMPRES
HANGAT Pengertian
Pemberian kompres hangat yaitu
memberikan rasa hangat pada pasiem
dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan hangat pada bagian
tubuh yang memerlukan.
Tujuan Kompres Hangat
1. Memberikan rasa nyaman
atau hangat dan tenang pada
pasien
2. Mengurangi sakit atau nyeri,
DISUSUN OLEH: spasmus otot dan peradangan
NI LUH NOPI ARIYANI 3. Memperlancar sirkulasi darah
01.3.21.00497 4. Menurunkan suhu tubuh saat
Mengompres dilakukan dengan
demam
handuk atau waslap yang dibasahi
Alat dan bahan untuk mengompres
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. dengan air hangat (30 derajat C).
1. Wadah tertutup berisi air hangat
BAPTIS KEDIRI Usahakan perbedaan antara air kompres
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS sesuai kebutuhan dengan suhu 37
dengan suhu tubuh tidak jauh berbeda.
PROGRAM PROFESI sampai 46 derajat celsius
TAHUN AKADEMIK 2021/2022 Seka seluruh tubuh dengan air hangat,
2. Waslap
penurunan suhu tubuh terjadi saat
3. Pengalas atau perlak dan kain 7. Bila suhu belum turun lanjutkan usap
4. Thermometer komores ke punggung dan bokong
5. Handuk pengering selama 3 sampai 5 menit
Perhatian :
 Cairan jangan terlalu panas (suhu air
40 – 46 ºC)
 Hindarkan kulit tidak terbakar

8. Ganti air bila sudah tidak panas  Sebelum dikompreskan diukur dulu
dan bila suhu diatas 37 stop panasnya.
Prosedur kompres hangat tindakan
1. Mencuci tangan 9. Keringkan bagian tubuh dan
2. Mengukur suhu tubuh selimuti dengan selimut tipis
3. Pertahankan selimut mandi di atas yang menyerap keringat.
tubuh yang tidak dikompres
4. Periksa suhu air
5. Celup washlap ke dalam air hangat,
letakan di bawah ketiak dan lipatan
paha
6. Secara perlahan tangan dan kaki di
kompres selama 5 menit TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai