Anda di halaman 1dari 37

BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Batu Ginjal


1.1.1 Pengertian Batu Ginjal
Penyakit batu ginjal merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemui dan dialami oleh banyak masyarakat Indonesia umunya dialami pria.
Pada umumnya penyakit ginjal disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang
membuat pola makan menjadi tidak teratur, adanya faktor keturunan yang
juga memiliki peranan penting karena jika terdapat keluarga memiliki
penyakit ginjal, resiko diturunkan penyakit ginjal pada anak enam kali lebih
besar, kurangnya konsumsi air putih, jarang buang air kecil atau sering
ditahan, banyak mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung
bahan kimia, bahan pengawet dan lingkungan suhu udara sekitar tempat
tinggal dan tempat bekerja tidak mendukung aktivitas sehari-hari (Brunner &
Suddart, 2013).
Batu ginjal adalah baru saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap. Batu ginjal adalah suatu
keadaan terdapat satu atau lebih di dalam pelvis atau calyces ginjal atau
saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal di saluran kemih (Kalkulus uriner)
adalah masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan
bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu disebut dengan
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin
mencapai nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan
mengendap pada tubulus ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-
garam ini disebabkan adanya kelainan metabolisme atau pengaruh
lingkungan. Sebagian besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat,
oksolat serta asam urat. Batu ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi jarang
terjadi (Nurqoriah, 2012). Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang
terbentuk karena terjadinya pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam
tubuh (ginjal), cairan mineral ini memompa dan membentuk kristal yang
mengakibatkan terjadinya batu ginjal. Penyakit batu ginjal biasanya terdapat
di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana tempat bernaungnya urin sebelum
dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih (Nurqoriah dkk, 2012).
1.1.2 Etiologi
Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini
merupakan beberapa faktor penyebab dari batu ginjal :
1. Genetik (Bawaan)
Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal
sejak dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit anak yang sejak kecil
mengalami gangguan metabolisme khususnya di bagianginjal yaitu air
seni nya memiliki kecendrungan mudah mengendapkan garam membuat
mudah terbentuknya batu karna fungsi ginjal tidak dapat bekerja normal
maka kelancaran proses pengeluaran air kemih nya mengalami gangguan,
misalnya banyak zat kapur di air kemih sehingga mudah mengendapkan
batu.
2. Makanan
Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan
minuman. Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kimia
yang berefek pada pengendapan air kemih, misalnya makanan yang
mengandung kalsium tinggi, seperti oksolat dan fosfat.
3. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal.
Resiko terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
lebih tinggi dari pada orang yang banyak berdiri atau bergerak dan orang
yang kurang berolah raga karena tubuh kurang bergerak (baik olah raga
maupun aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran
air seni menjadikurang lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal
yang diderita, penyakit lain bisa dengan gampang menyerang.
1.1.3 Klasifikasi
Menurut Suddart, 2014 batu saluran kemih pada umunya mengandung unsur
kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat
(MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang
ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu
residif.
1. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluruh batu saluran kemih, faktor
terjaidnya batu kalsium adalah : Hiperkasiuria, kadar kalsium urine lebih
dari 250-300mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium
pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi
tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau
tumor paratiroid. Hiperoksaluria , ekskresi oksalat urine melebihi 45
gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan
kadar konsumsi makanan kaya okslalat seeprti, the, kopi instan, soft drink,
kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
2. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya
batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah golongan pemecah urea (urea splitter seperti, protcus
spp, klebsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas dan stafilokokus) yang
dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana bas aini memudahkan
garam-garam magnesium, ammonium fosfat dan karbonat memberntuk
batu magnesium ammonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
3. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak
dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasien dengan obat
sitostatika dan urikosurik. Kegemukan, alkohol, dan diet tinggi protein
mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah : urine terlalu asam
(Ph <6, volume urine<2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
1.1.4 Manifestasi Klinis
Hariyanto (2008) menyatakan bahwa besar dan lokasi batu bervariasi, rasa
sakit disebabkan oleh obstruksi merupakan gejala utama. Batu yang besar
dengan permukaan yang kasar yang masuk ke dalam ureter akan menambah
frekuensi dan memaksa kontraksi ureter secara otomatis. Rasa sakit yang
dimulai dari pinggang bawah menuju ke pinggul, kemudian ke alat kelamin
luar. Intensitas rasa sakit berfluktuasi dan rasak sakit yang luar biasa bisa
merupakan puncak dari kesakitan.
Menurut Handriadi (2006) menyatakan apabila batu berada di ginjal dan kalik,
rasa sakit menetap dan kurang intensitasnya. Sakit pinggang terjadi bila batu
yang mengadakan obstruksi berada di dalam ginjal. Sedangkan rasa sakit yang
parah terjadi bila batu telah pindah ke bagian ureter. Penderita batu ginjal
kadang-kadang juga mengalami panas, kedinginan, adanya darah di dalam
urin bila batu melukai urin, distensi perut, nanah dalam urin.Batu, terutama
yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa
menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter,
pelvis renalis maupun tubulus enalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau
kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri
hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam,
menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering
berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan
infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan
terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih
akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang
akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi
kerusakan ginjal.
1.1.5 Patofisiologi
Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine
membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau
asam urat. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya
batu kalsium bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat).
Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam darah dan
urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat merangsang
pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan
menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine di bagian mana saja di
saluran kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium,
yang biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai
keadaan-keadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi
dan penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit
peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat.
Asuhan Keperawatan Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan
risiko batu ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam
uratyang berlebihan. Pengenceran urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena
kemampuan ginjal memekatkan urine terganggu oleh pembengkakan yang
terjadi di sekitar kapiler peritubulus. Komplikasinya Obstruksi urine dapat
terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran kemih.
Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter
membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada
atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis
yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul.
Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine
sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak
diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi
iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal
ginjal jika kedua ginjal terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine
(stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat sehingga Dapat terbentuk
kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.

PATHWAY
Pengendapan garam mineral, Infeksi,
Mengubah pH urine dari asam menjadi
alkalis

Pembentukan batu ginjal

Obstruksi saluran
kemih

Obstruksi di Peningkatan distensi Pembedahan


ureter abdomen

Tekanan Kalkulus berada Adanya luka insisi


hidrostatik di ureter
Nyeri
Inkontinuitas
Akut
Trauma Gesekan pada jaringan kulit
dinding ureter

Distensi pada Buffer pertahanan


Gangguan pemenuhan
ginjal serta ureter terganggu
nutrisi kurang dari tubuh
proximal

Port de entry
Gangguan rasa Penurunan reabsorbsi
kuman patogen
nyaman dan sekresi turbulen

Gangguan Risiko
fungsi Ginjal Infeksi

Penurunan
produksi

Gangguan
eliminasi urine

1.1.6 Komplikasi
Komplikasi batu ginjal dapat terjadi menurut Guyton 1990 :
1. Gagal ginjal
Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen
terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urine yang statis menupakan tempatyang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
3. Hydronefrosis
Oleh karena aliran urine terhambat menyebabkan urine tertahan dan
menumpuk diginjal dan lama kelamaan ginjal akan membesar karena
penumpukan urine.
4. Vaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga
terjadikematian jaringan.
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran
kemih adalah (American Urological Association, 2005) :
1. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning kuningan,
abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine,
kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 –6,8 (rata-rata
6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam :
Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN
hasil normal 5 –20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal
untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara
kasarperkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh
diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik
(cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai
15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.

2. Laboratorium.
a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya
batu di sekitar saluran kemih.
4. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil. 5
5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
8. IVP (Intra Venous Pyelografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan
derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan
abnormal otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi cepat
urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan
abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
9. Pielogram Retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam
24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan
volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi
serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam
keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan
terbentuknya batu kandung kemih pada klien
1.1.8 Penatalaksanaan
A. Keperawatan
1. Pengurangan nyeri
Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri
yang luar biasa, mandi air panas atau hangat di area panggul,
pembarian cairan kecuali untuk pasien muntah atau menderita gagal
jantung kongestif. Pemberian cairan dibutuhkan mengurangi
konsentrasi kristoid urin, mengecerkan urin, dan menjamin haluaran
yang besar serta meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang
dibelakang batu sehingga mendorong massase batu kebawah.
2. Pengakatan batu Pemeriksaan sitoskopik dan passase ureter kecil
untuk menghilangkan batu yang obstruktif. Jika batu tersangkut, dapat
dilakukan analisa kimiawi untuk menentukan kandungan batu.
3. Terapi nutrisi dan medikasiTujuan terapi adalah membuat pengeceran
dimana batu sering terbentuk dan membatasi makanan yang
memberikan kontribusi pada pembentukan batu serta anjurkan klien
untuk bergerak agar mengurangi pelepasan kalsium dari tulang.
Tujuan pemberian terapi diit rendah protein, rendah garam adalah
pembatu memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau membatu
mencengah pembentukan batu ginjal.
B. Medis
1. Percutaneus Nephrolitotomy (PCNL)
Merupakan salah satu tindakan minimal invasif di bidang urologi yang
bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses
perkutan untuk mencapai sistem pelviokalises. Prosedur ini sudah
diterima secara luas sebagai suatu prosedur untuk mengangkat batu
ginjal karena relatif aman, efektif, murah, nyaman, dan memiliki
morbiditas yang rendah, terutama bila dibandingkan dengan operasi
terbuka.Keuntungan prosedur PCNL adalah angka bebas batu yang
lebih besar dari pada ESWL, dapat digunakan untuk terapi batu gunjal
berukuran besar (>20 mm), dapat digunakan padabatu kalik inferior
yang sulit di terapi dengan ESWL, dan morbiditasnya yang lebih
rendah di bandingkan dengan operasi terbuka baik dalam respon
sistemik tubuh maupun preservasi terhadap fungsi ginjal pasca operasi.
Kelemahan PCNL adalah dibutuhkan keahlian kusus dalam
pengalaman untuk melakukan prosedurnya. Saat ini operasi terbuka
batu ginjal sudah banyak di ganti oleh prosedur PCNL dan ESWL baik
dalam bentuk monoterapi maupun kombinasi, hal ini disebabkan
morbiditas operasi terbuka lebih besar dibandingkan kedua modalitas
lainnya.
PCNL dianjurkan untuk :
a. Batu pilium simpel dengan ukuran > 2 cm, dengan angka bebas
batu sebesar 89%, lebih tinggi dari angka bebas batu bila dilakukan
ESWL yaitu 43 %.
b. Batu kalik ginjal, terutama batu kalik inferior dengan ukuran 2 cm
dengan angkan bebas batu 90% dibandingkan dengan ESWL 28,8
%. Batu kalik superior biasanya dapat diambil dari akses kalik
inferior sedangkan untuk batu kalik media seringkali sulit bila
akses berasal dari kalik inferior sehingga membutuhkan akses yang
lebih tinggi.
c. Batu multipel, pernah dilaporkan kasus multipel pada ginjal tapal
kuda dan berhasil di ekstraksi batu sebanyak 36 buahdengan hanya
menyisakan 1 fragmen kecil pada kalik media posterior.d.Batu
pada ureteropelvik juntion dan ureter proksimal. Batu pada tempat
ini seringkali infacted dan menimbulkan kesulitan saat
pengambilannya. Untuk batu ureter proksimal yang letaknya
sampai 6 cm proksimal masih dapat di jangkau dengan nefroskop,
namun harus diperhatikan bahaya terjadinya preforasi dan
kerusakan ureter, sehungga teknik ini direkomendasikan hanya
untuk yang berpengalaman
2. Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm.
Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan
(Fillingham dan Douglass, 2000). Untuk mengeluarkan batu kecil
tersebut terdapat pilihan terapi konservatif berupa (American
Urological Association, 2005):
a. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
b. α –blocker
c. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran
batu syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya
keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik
berulang atau ISK menyebabkan konservatif bukan merupakan pilihan.
Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien
tertentu (misalnya ginjaltunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi
ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus
segera dilakukan intervensi (American UrologicalAssociation, 2005).
3. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )
ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih.
Badlani (2002) menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu
saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan
oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh
mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai
cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas
energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk
memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya
keluar bersama kencing tanpa menimbulkan rasa sakit
4. Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah mengubah
secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan
pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses
dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa
untuk ekstraksi langsung batu ureteryang besar, sehingga diperlukan
alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada
pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
5. Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa variasi
operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal
tersebut tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa
dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi
terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja,
terutama pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau
ukuran batu ureter yang besar.

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Asuhan Keperawatan Pada Klien Batu Ginjal
2.1.1 Pengkajian
A. Pengumpulan Data
1. Identitas
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No
RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan ruangan tempat klien
dirawat.
2. Riwayat Kesehatan KlienRiwayat kesehatan pada klien denganbatu
ginjal sebagai berikut :
a. Keluhan Utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah sakit.
Biasa klien dengan batu ginjal mengeluhkan adanya nyeri pada
pinggang
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang
menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada daerah
bagian pinggang, adanya stress psikologis, riwayat minum-
minumankaleng.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga
seperti Jantung, DM, Hipertensi.
3. Data Biologis dan Fisiologis
Meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan
pantangan dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada klien
dengan batu ginjalbiasanya mengalami penurunan nafsu makan
karena adanya luka pada ginjal.
b. Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji
mengenai frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan
saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang dikaji mengenai
frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta keluhan-keluhan yang
dirasakan. Pada klien dengan batu ginjalbiasanya BAK sedikit
karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam perut.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Pada klien dengan
batu ginjal biasanya mengalami gangguan pola istirahat tidur karena
adanya nyeri.
d. Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien. Pada klien dengan batu
ginjalklien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik
gangguan karena adanya luka pada ginjal.
e. Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal
hygiene (mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada klien
dengan batu ginjal biasanya jarang mandi karna nyeri di bagian
pinggang.
4. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Rambut
Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan pada
rambut akan terlihat sedikit berminyak karena klien belum
mampu mencuci rambut karena keterbatasan gerak klien.
b. Mata
Pada klien dengan batu ginjalpada pemeriksaan mata,
penglihatan klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera
tidak ikterik.
c. Telinga
Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran,
tidak adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak
merasa nyeri ketika di palpasi.
d. Hidung
Klien dengan batu ginjalbiasanya pemeriksaan hidung simetris,
bersih, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan.
e. Mulut
Klien dengan batu ginjalkebersihan mulut baik, mukosa bibir
kering.

2. Leher
Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid.
3. Thorak
A. Paru-paru
1. Inspeksi : Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri kanan.
2. Palpasi : Pada klien dengan batu ginjalsaat dilakuan palpasi
tidak teraba massa.
3. Perkusi: Pada klien dengan batu ginjalsaat diperkusi di atas lapang
paru bunyinya normal.
4. Auskultasi: klien dengan batu ginjalsuara nafasnya normal.
B. Jantung
1. Inspeksi: Klien dengan batu ginjalictus cordis tidak
terlihat.
2. Palpasi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak
teraba.
3. Perkusi:Suara jantung dengan kasus batu ginjal
berbunyi normal.
4. Auskultasi :Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau
tidak.
4. Abdomen
a. Inspeksi: Klien dengan batu ginjalabdomen tidak membesar atau
menonjol, tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan terdapat
streatmarct
b. Auskultasi:Peristaltik normal
c. Palpasi: Klien dengan batuginjaltidak ada nyeri tekan.
d. Perkusi: Klien dengan batu ginjalsuara abdomen nya normal
(Timpani).
5. Ekstermitas
Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam keadaan normal.
6. Genitalia
Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami gangguan pada
genitalia.
2.1 Diagnosa Keperawatan SDKI
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis ( D.0077)
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (0142)
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis ( D.0077)
Nyeri Akut ( D.0077)
Devinisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan akutual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab :
1. Agens pencedera fisiologis ( mis: inflanmasi, iskemia, neoplasma )
2. Agens pencedera kimiawi ( mis : terbakar, bahan kimia iritan )
3. Agens Pencedera fisik ( mis : abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan )
Gejala dan tanda mayor Obyektif :
Subyektif : 1. Tampak meringis
Mengeluh nyeri 2. Bersikap protektif ( mis :
waspada, menghindari )
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor Obyektif :
Subyektif : 1. Tekanan darah meningkat
(tidak tersedia) 2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Prose berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. diaforesis
kondisi klinis terkait :
1. kondisi pembedahan
2. cedera traumatis
3. infeksi
4. sinrom coroner akut
5. glaukoma
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Tingkat Nyeri (L. 08066)
Tingkat Nyeri (L. 08066)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan
Ekspetasi Menurun
Kriteria Hasil
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5

Meringis
Sikap protektif 1 2 3 4 5

Gelisah 1 2 3 4 5

Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada 1 2 3 4 5
diri sendiri
Diafroresis 1 2 3 4 5

Perasaan 1 2 3 4 5
depresi
(tertekan)
Perasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami
cedera
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5

Perineum
terasa tertekan
Uterus terasa 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan 1 2 3 4 5
otot
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5

Muntah 1 2 3 4 5

Mual 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


Mmeburuk Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5

Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
Tekanan darah 1 2 3 4 5

Proses berfikir 1 2 3 4 5

Fokus 1 2 3 4 5

Fungsi 1 2 3 4 5
berkemih
Perilaku 1 2 3 4 5

Nafsu makan 1 2 3 4 5

Pola tidur 1 2 3 4 5

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)


Manajemen Nyeri (L.08238)

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional


yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan
Tindakan

Observasi

1. Identifikasi lokasi , Kareteristik, durasi,frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri non verbal

4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8. Monitor keberhasilan terapi komplementar yang sudah diberikan

9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis. TENS,


hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
tehnik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. Suhu ruangan,


Pencahayaan, kebisingan )

3. Fasilitas istirahat dan tidur

4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan


nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.

3. Anjurkan Memonitor nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


Risiko Infeksi berhubungan dengan (0142)
Risiko Infeksi (0142)
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik

Faktor Risiko :
1. Penyakit kronis (mis,diabetes melitus)
2. Efek prosedur invasife
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer :
a. Gangguan peristaltic
b. Kerusakan integritas kulit
c. Perubahan sekresi Ph
d. Penurunan kerja siliaris
e. Ketuban pecah lama
f. Ketuban pecah sebelum waktunya
g. Merokok
h. Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder :
a. Penurunan hemoglobin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat

Kondisi Klinis Terkait :


1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru obstruktif
4. Diabetes melitus
5. Tindakan invasif
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum waktunya
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Tingkat Infeksi (Kode : L.14137)
Definisi : Derajat infeksi berdasarkan observasi atau informasi.
Ekspektasi Menurun
Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Kebersihan 1 2 3 4 5
tangan
Kebersihan 1 2 3 4 5
badan
Nafsu makan 1 2 3 4 5

Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Demam 1 2 3 4 5
Kemerahan 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5
Bengkak 1 2 3 4 5
Vesikel 1 2 3 4 5
Cairan
1 2 3 4 5
berbau busuk
Sputum
berwarna 1 2 3 4 5
hijau
Drainase
1 2 3 4 5
purulen
Piuna 1 2 3 4 5
Periode 1 2 3 4 5
malaise
Periode 1 2 3 4 5
menggigil
Letargi 1 2 3 4 5
Gangguan 1 2 3 4 5
kognitif
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Kadar sel 1 2 3 4 5
darah putih
Kultur darah 1 2 3 4 5

Kultur urine 1 2 3 4 5
Kultur 1 2 3 4 5
sputum
Kultur area 1 2 3 4 5
luka
Kultur feses 1 2 3 4 5
Kadar sel 1 2 3 4 5
darah putih

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)


Pencegahan Infeksi (Kode : 1.14539)

Definisi : Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme patogenik.

Tindakan
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
2. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

http://repo.stikesperintis.ac.id/149/1/27%20YULIA%20FITRI%20NENGSI
%20GINJAR.pdf

http://repository.stik-sitikhadijah.ac.id/766/1/11320074.pdf

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017 Standar


Diagnosis Keperawatan Indonesia..Jakarta.DPP PPNI.

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018 Standar


Intervensi Keperawatan Indonesia..Jakarta.DPP PPNI.

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2019 Standar Luaran


Keperawatan Indonesia..Jakarta.DPP PPNI.
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
PRODI KEPERAWATAN S-1 PROGRAM A
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NAMA MAHASISWA : Ni Luh Nopi Ariyani


NIM : 01.2.17.00618
RUANG :-
TANGGAL : 03 Desember 2020

1.BIODATA
Nama : Ny. Z No.Reg: 336797
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Tulungagung
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS : 01 Desember 2020
Tanggal Pengkajian : 03 Desember 2020
Golongan Darah :-
Diagnosa Medis : Batu Ginjal
2.KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan mengalami nyeri dibagian pinggang sebelah kanan bekas
operasi lukanya bernanah dan berdarah. Nyeri dirasakan seperti tertusuk benda
tajam. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri skala 5. Nyeri dirasakan sejak 2 hari
ini
3.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengatakan kurang lebih 1 minggu yang lalu nyeri pinggang dan tiba-tiba
nyeri saat buang air kecil dan setelah buang air kecil, lalu keluarga
membelikannya obat warung. Karena keluarga merasa ridak puas dengan obat
warung, oleh keluarga klien dibawa ke IGD RSUD dan dokter menyarankan
untuk untuk di rawat.

4.RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit ini dan tidak
pernah dirawat dirumah sakit

5.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan, dirinya dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang
menurun dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti yang
dideritanya sekarang Demam typoid dan tidak pernah dirawat sebelumnya di
rumah sakit.pasien dan keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit yang
menular seperti HIV, Diabetes Militus, Jantung dan hipertensi.
Genogram:

Ket :
= Laki – laki
= Perempuan
X = meninggal
= Garis perkawinan
= Garis keturunan
= Pasien

6.RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


Pasien mengatakan sebelum sakit, rajin sholat 5 waktu ke Masjid. namun
semenjak sakit, pasien hanya sholat dirumah saja.

7. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI (Makan, Istirahat, tidur, eliminas, aktifitas, kebersihan


dan seksual)
Sctivity Daily Dirumah Sakit
No Dirumah
Living (ADL)
1. 1. Pemenuhan Makan / Minum Makan / Minum
kebutuhan Jumlah : 3 x/hari Jumlah : 3x/hari
nutrisi dan Jenis: Jenis:
cairan 1. Nasi : 1 (porsi) 1. Nasi : 1-3 sendok (porsi)
2. Lauk : ada/ tidak 2. Lauk : ada/ tidak
Nabati/hewani Nabati/hewani
3. Sayur : ada/ tidak 3. Sayur : ada/ tidak
4. Minum : 1000 cc/hari 4. Minum : 500 cc/hari

Pantangan : Pantangan :
Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan

Kesulitan Makan/Minum Kesulitan Makan/Minum


Tidak ada Nafsu Makan Berkurang, porsi
tidak habis, hanya 1-2 sendok
Usaha mengatasi kesulitan :
Tidak ada Usaha mengatasi kesulitan

2. 2. Pola Eliminasi BAK : 5-4 x/hari BAK : x/hari


Jumlah : 700 cc Jumlah : 500 cc

BAB : 1 x/hari BAB : 1 x/hari


Konsistensi : Konsistensi :
konsistensi normal, bau khas konsistensi sedikit dan keras.
feses, konstipasi (-), Buang air kecil menggunakan
selang cateter bau khas amoniak
Masalah dan cara mengatasi : dan warna kuning keruh
tidak ada keluahan buang air kehitaman
besar. Kondisi luka : terlihat bernanah
dan berdarah, luka sekitar 2 cm
Masalah dan cara mengatasi :

3. 3. Pola Istirahtat Siang : - jam Siang : 2 jam


Tidur Sore : - jam Sore : - jam
Malam : 7-8 jam Malam : 4-5 jam
Gangguan Tidur : Gangguan Tidur :
Tidak ada Kurang nyaman dengan nyeri
Penggunaan obat tidur: yang dirasakan
Tidak ada Penggunaan obat tidur:
Tidak ada
4. 4. Personal 1. Frekuensi mandi : 2 x/hari 1. Frekuensi mandi : 2 x/hari
Hygiene 2. Frekuensi mencuci rambut : 2. Frekuensi mencuci rambut :
(Kebersihan 2 x/minggu Belum pernah
Diri) 3. Frekuensi gosok gigi : 3. Frekuensi gosok gigi : Setiap
Setiap mandi mandi
4. Keadaan Kuku : 4. Keadaan Kuku : Tampak
Tampak bersih, tidak panjang bersih, tidak panjang
5. Ganti baju : setiap mandi 5. Ganti baju : setiap mandi
5. 5. Aktivitas lain Aktivitas rutin : Menanam Padi Aktivitas rutin : Istirahat ditempat
Aktivitas yang dilakukan pada tidur
waktu luang : Aktivitas yang dilakukan pada
Bermain dengan Cucu waktu luang
Tidur

8.KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN


Kesadaran komposmentis, tampak lemas dan pucat, tampak menyeringai,
memegangi area yang nyeri, tugor kulit menurun, CRT > 3detik

9.TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 37 oC
Denyut Nadi : 20 x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Pernafasan : 85 x/menit
TB/BB : 158 cm/ 45kg

10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kelapa dan Leher
1) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala normal, rambut tebal sedikit beruban, tidak ada
benjolan dan lesi, wajah simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan disekitar luka, tidak ada krepitasi
2) Mata
Inspeksi : mata simetris, alis mata tebal, pupil isokor, sclera normal,
konjungtiva pucat, strabismus (-), pergerakan bola mata normal, reflek
cahaya (+), pandangan sedikit
3) Hidung
Inspeksi : hidung simetris, fungsi penciuman baik, peradangan tidak ada,
polip (-), nafas spontan.
4) Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi: mukosa bibir kering, lidah kotor, karies gigi (+), nafsu makan
menurun, nyeri telan (-), stomatitis (+), gusi tidak berdarah
5) Leher
Inspeksi : tidak ada benjolan atau massa pada leher. Tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

B. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku


Inspeksi : warna kulit sawa matang, terdapat sedikit kerutan, tampak bersih
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tugor kulit menurun, CRT > 3detik

C. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (Bila diperlukan)


Tidak terkaji

D. Pemeriksaan Dada/ Thorak


Inspeksi thorak : bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris,
pola nafas iramaregular.
Paru- paru :
Inspeksi : simetris kanan-kiri, pengembangan dinding dada simetris, tidak
tampak adanya pembengkakan, tidak tampak adanya perlukaan
Palpasi : tidak teraba adanya pembengkakan, tidak ada nyeri tekan,
pergerakan dinding dada teraba, taktil fremitus teraba sama kuat pada lapang
paru kiri dan kanan
Perkusi : sonor (paru kiri dan paru kanan)
Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara jantung normal , tidak ada bunyi
tambahan

E. Pemeriksaan Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat pada ICS IV linea Medio
Clavicularissinistra, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : batas jantung kanan atas : ics ii linea para sternalis dextra. batas
jantung kanan bawah : ics iv linea para sternalis dextra. batas
jantung kiri atas : ics ii linea para sternalis sinistra. Batas jantung
kiri bawah : ics iv linea medio clavicularis sinistra
Auskultasi : terdengar pada ICS IV linea Medio Clavicularis sinistra. Bunyi
jantung I : Lup, bunyi jantung II : Dup. Tidak ada bunyi jantung
tambahan

F. Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi : Asites (-), perut simetris, mual (+), muntah (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada area epigastrik, tidak ada pembesaran
liver dan organ lain.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal 10-12 x/mnt

G. Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya (Bila diperlukan):


1) Genetalis:
Inspeksi : Distensi kandung kemih (-), DC (+)
Palpasi : ada nyeri tekan pada kandung kemih
Keluhan: nyeri saat BAK
2) Anus: Tidak terkaji
H. Pemeriksaan MuskuloSkeletal:
5 5
5 5
0=paralisis total
1=tidak ada gerakan, terba / terlihat kontraksi otot
2=gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan bantuan/sokongan
3=gerakan nornal untuk melawan gravitasi
4=gerakan normal melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
5= gerakan normal penuh melawan gravitasi dengan tahanan penuh
I. Pemeriksaan Neurologi:
Nilai kesadaran pasien compsomentis yaitu kesdaran normal sadar penuh dan
dapat menjawab semua pertanyaan tentang sekelilingnya, tidak tampak
gelisah dengan gcs 15
Eyes = 4 dapat membuka mata secara spontan
Verbal 5= dapat berorientasi dengan baik
Motorik 6=dapat mengikuti perintah secara baik
Pemeriksaan refkel patela baik, pupil isokor
J. Pemeriksaan Status Mental:
Pasien mengatakan percaya adanya allah SWT, sumber kekuatan pasien
adalah keluarga, ibadah yang mampu dilakukan secara mandiri adalah solat,
berdoa pasien mengatakan dia yakin kalau dia akan segeara sembuh dan
menganggap bahwa sakit adalah sebuah ujian

11.Pemeriksaan Penunjang Medis


Tanggal : 02 Desember 2020
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi Hasil
Darah Lengkap :
1. HGB 6,7 (g/dL) 12.0-14.0 Menurun
2. RBC 2,32 (10^6/ul) 4.0-5.0 Menurun
3. HCT 19,3 (%) 37.0-43.0 Menurun
4. WBC 9,57 (10^3/ul) 5.0-10.0 Normal
5. PLT 324 (10^3/ul) 150-400 Normal

Chemistry Result
(Serum/Plasma) :
1. CREAT 9 mg/dL 0.80-1.30
2. Urea 15 mg/dL 15-43

12.Pelaksanaan / Therapi :
1. Infuse sodium chlorium 20 tetes/menit
Digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
2. Cefoperazon2x1mg
Adalah golongan obat antibiotic sefalosporin yang di gunakan untuk
menangani infeksi karena bakteri
3. Ondancentron 2x1mg
Adalah obat yang digunakan untuk mencegah serta mengobati mual muntah
yang bisa disebabkan oleh efek samping operasi
4. Lasix 2x1 mg
Adalah obat yang digunakan untuk mengobati pembengkakan jantung,
gangguan ginjal dan hati

2.Harapan Klien/Keluarga sehubungan dengan penyakitnya:


Pasien berharap agar segera sembuh dan dapat beraktifitas seperti semula serta
dapat melakukan perannya dengan baik sebagai seorang ibu sekaligus istri.

Tanda Tangan Mahasiswa,

(Ni Luh Nopi Ariyani)

ANALISIS DATA

NAMA PASIEN : Ny. Z


USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Pasien mengatakan Prosedur operasi Nyeri Akut
mengalami nyeri dibagian abdomen berhubungan
pinggang sebelah kanan
dengan agen
bekas operasi. Nyeri
dirasakan seperti tertusuk Insisi abdomen pencedera fisik
benda tajam. Nyeri dirasakan (prosedur operasi)
hilang timbul. Nyeri skala 5.
Incontinuitas jaringan
Nyeri dirasakan sejak 2 hari
kulit
ini
DO :
Jaringan mengeluarkan
1. Pasien tampak
zat kimia
meringis
2. Pasien tampak gelisah
3. Skala nyeri 5 Distensi abdomen
4. Pasien tampak
memegang pinggang Nyeri Akut
sebelah kanan
5. Pasien tampak
terpasang selang
dipinggang sebalah
kanan
6. TTV :
S : 37 0 C
P : 85x/menit
N : 20x/menit
TD : 130/80 mmHg

2. DS : Pasien mengatakan Prosedur operasi ginjal Resiko infeksi


lukanya bernanah dan berhubungan
berdarah Post operasi dengan efek
DO : prosedur invasive
1. Terdapat ada balutan Luka insisi
luka dipinggang sebelah
kanan Inflamasi bakteri
2. Luka pasien 2 cm
3. Pasien tampak terpasang Risiko Infeksi
drain
4. Luka pasien tampak
bernanah dan berdarah
5. TTV :
S : 37 0 C
P : 85x/menit
N : 20x/menit
TD : 130/80 mmHg

DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. Z


USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797
NO TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN TANGGAL TTD
MUNCUL TERATASI
1. 03 Nyeri Akut berhubungan dengan 04 Mhs.

Desember agen pencedera fisik (prosedur Desember Ni Luh


operasi) yang ditandai dengan pasien
2020 2020
mengatakan mengalami nyeri
dibagian pinggang sebelah kanan
bekas operasi. Nyeri dirasakan seperti
tertusuk benda tajam. Nyeri dirasakan
hilang timbul. Nyeri skala 5. Nyeri
dirasakan sejak 2 hari ini. Pasien
tampak meringis, Pasien tampak
gelisah, Skala nyeri 5, Pasien tampak
memegang pinggang sebelah kanan,
Pasien tampak terpasang selang
dipinggang sebalah kanan, TTV :
S : 37 0 C
P : 85x/menit
N : 20x/menit
TD : 130/80 mmHg

2. 03 Risiko infeksi berhubungan dengan 04 Mhs.

Desember efek prosedur invasive yang ditandai Desember Ni Luh


dengan Pasien mengatakan lukanya
2020 2020
bernanah dan berdarah. Terdapat ada
balutan luka dipinggang sebelah
kanan, Luka pasien 2 cm, Pasien
tampak terpasang drain, Luka pasien
tampak bernanah dan berdarah .
TTV :
S : 37 0 C
P : 85x/menit
N : 20x/menit
TD : 130/80 mmHg

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. Z


USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797

1. Diagnosis Keperawatan : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik


(prosedur operasi)
SIKI : Tingkat Nyeri (L. 08066)
a. Keluhan nyeri ( 2) Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
b. Meringis ( 2) Dipertahankan/ditingkatkan pada 4

c. Gelisah 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4

d. Kesulitan tidur 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4

e. Ketegangan otot 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4

f. Frekuensi nadi 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5

g. Pola nafas 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4

h. Tekanan darah 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4

2. Diagnosis Keperawatan : Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur


invasive
SIKI : Tingkat Infeksi (Kode : L.14137)

a. Kemerahan 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4


b. Nyeri 2 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4
c. Kebersihan tangan 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 4

d. Kebersihan badan 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5


e. Cairan berbau busuk 3 Dipertahankan/ditingkatkan pada 5

f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. Z


USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
(SIKI)
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (08238) Observasi : Mhs.
agen pencedera fisik (prosedur selama 2 x 24 jam, maka Observasi: 1. Untuk mempermudah dalam Ni Luh
operasi) yang ditandai dengan pasien Tingkat Nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, menegakkan diagnosa yang akan
mengatakan mengalami nyeri menurun dengan kriteria durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dibuat
dibagian pinggang sebelah kanan sebagai berikut : nyeri 2. Untuk mengetahui respon nyeri
bekas operasi. Nyeri dirasakan 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri non verbal pasien yang dijadikan
seperti tertusuk benda tajam. Nyeri 2. Meringis menurun Terapeutik: sebagai data pendukung
dirasakan hilang timbul. Nyeri skala 3. Gelisah menurun 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri Terapeutik :
5. Nyeri dirasakan sejak 2 hari ini. 4. Kesulitan tidur dalam pemilihan strategi meredakan 1. Relaksasi napas dalam dapat
Pasien tampak meringis, Pasien menurun nyeri memberikan ketenangan pada
tampak gelisah, Skala nyeri 5, Pasien 5. Sikap protektif 4. Kontrol lingkungan yang memperberat pasien
tampak memegang pinggang sebelah menurun rasa nyeri (mis, suhu ruangan, 2. Agar masalah nyeri pasien dapat
kanan, Pasien tampak terpasang 6. Frekuensi nadi pencahayaan dan kebisingan) segera teratasi
selang dipinggang sebalah kanan, membaik Edukasi : Edukasi :
TTV : 7. Frekuensi nafas 5. Jelaskan penyebab, periode, dan 1. Untuk mengatasi nyeri pasien
S : 37 0 C membaik pemicu nyeri dengan analgesik yang diresepkan
P : 85x/menit 8. Tekanan darah 6. Anjurkan menggunakan analgetik oleh dokter
N : 20x/menit membaik secara tepat 2. Sebagai pendukung lain dalam
TD : 130/80 mmHg 9. Pola tidur membaik 7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri selain dengan
mengurangi rasa nyeri tindakan medis
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika 1. Pasien mendapat resep obat yang
perlu tepat
2. Risiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi (Kode : 1.14539) Observasi : Mhs.
efek prosedur invasive yang ditandai selama 2 x 24 jam, maka Observasi : 1. Untuk mengetahui tanda dan Ni Luh
dengan Pasien mengatakan lukanya Tingkat Infeksi (L.14137) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi gejala infeksi local dan sistemik
bernanah dan berdarah. Terdapat ada menurun dengan kriteria local dan sistemik sedini mungkin
balutan luka dipinggang sebelah sebagai berikut : Terapeutik :
Terapeutik :
kanan, Luka pasien 2 cm, Pasien 1. Kebersihan tangan 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tampak terpasang drain, Luka pasien meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
tampak bernanah dan berdarah . 2. Kebersihan badan kontak dengan pasien dan lingkungan pasien sangat
TTV : meningkat bermanfaat untuk mengurangi
lingkungan pasien
S : 37 0 C 3. Nafsu makan meningkat terjadinya infeksius
P : 85x/menit 4. Kemerahan menurun 3. Pertahankan teknik aseptic pada 3. Untuk menjaga kesterilan
N : 20x/menit 5. Nyeri menurun pasien berisiko tinggi sehingga mengurangi risiko
TD : 130/80 mmHg 6. Bengkak menurun infeksi
Edukasi :
7. Cairan berbau busuk Edukasi :
menurun 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 4. Agar pasien mengerti tanda dan
5. Ajarkan cara mencuci tangan dengan gejala dari infeksi
1. benar 5. untuk mengurangi terjadinya
infeksius
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. Z


USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

1. I Kamis, Observasi : Mhs.


03 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Desember Ni Luh
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
2020
nyeri
08.00 (lokasi nyeri didada sebelah kanan)

2. Mengidentifikasi skala nyeri


09.00 (skala nyeri 5)

Terapeutik :
09.30
3. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
10.00 (menciptakan lingkungan yang nyaman,
tidak bising)
Edukasi :
12.00
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
13.00 5. Menganjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
(menganjurkan mengkonsumsi obat
13.20
catrolax)

6. Mengajarkan teknik nonfarmakologis


13.30
untuk mengurangi rasa nyeri
(mengajarkan teknik relaksasi nafas
14.00 dalam)

Kolaborasi :
7. Berkolaborasi dalam pemberian
analgetik, jika perlu
(pemberian obat anti nyeri catrolax)
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. Z


USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

1. II Kamis, Observasi : Mhs.


03 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi local
Desember dan sistemik Ni Luh
2020
2. Mengobservasi daerah luka operasi

09.00
Terapeutik :
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
09.30 kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien
10.00
berisiko tinggi
5. Melakukan perawatan luka dengan
12.00 menggunakan teknik aseptik
6. Mengganti balutan dengan sering
Edukasi :
13.00
7. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
8. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan
13.20 benar
Kolaborasi :
9. Berkolaborasi dalam pemberian antibiotic
13.30
sesuai indikasi

14.00
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. Z


USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

1. I Jumat, Observasi : Mhs.


04 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
Desember Ni Luh
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
2020
nyeri
(lokasi nyeri didada sebelah kanan)
09.00

2. Mengidentifikasi skala nyeri


(skala nyeri 5)
09.30

Terapeutik :

10.00 3. Mengontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri
(menciptakan lingkungan yang nyaman,
12.00
tidak bising)
Edukasi :
13.00 4. Menjelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
5. Menganjurkan menggunakan analgetik
13.20
secara tepat
(menganjurkan mengkonsumsi obat
13.30 catrolax)

6. Mengajarkan teknik nonfarmakologis


14.00 untuk mengurangi rasa nyeri
(mengajarkan teknik relaksasi nafas
dalam)

Kolaborasi :
7. Berkolaborasi dalam pemberian
analgetik, jika perlu
(pemberian obat anti nyeri catrolax)

TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Ny. Z
USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797
NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD

1. II Jumat , Observasi : Mhs.


04 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi local
Desember dan sistemik Ni Luh
2020
2. Mengobservasi daerah luka operasi

09.00
Terapeutik :
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
09.30 kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4. Mempertahankan teknik aseptik pada pasien
10.00
berisiko tinggi
5. Melakukan perawatan luka dengan
12.00 menggunakan teknik aseptik
6. Mengganti balutan dengan sering
Edukasi :
13.00
7. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
8. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan
13.20 benar
Kolaborasi :
9. Berkolaborasi dalam pemberian antibiotic
13.30
sesuai indikasi

14.00

CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Ny. Z
USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797
NO NO. JAM EVALUASI TANDA
DX TANGA
N
Kamis, S : Pasien mengatakan nyeri dibagian pinggang Mhs.
1. I 03 sebelah kanan bekas operasi. Nyeri dirasakan
Desember seperti tertusuk benda tajam. Nyeri dirasakan Ni Luh
2020 hilang timbul. Nyeri skala 5. Nyeri dirasakan
sejak 2 hari ini
11.00 O:
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tampak gelisah
3. Skala nyeri 5
4. Pasien tampak memegang pinggang sebelah
kanan
5. Pasien tampak terpasang selang dipinggang
sebalah kanan
6. TTV :
S : 37 0 C
P : 85x/menit
N : 20x/menit
TD : 130/80 mmHg
A : Nyeri Akut
(Masalah Belum Teratasi)
P : Intervensi Dilanjutkan
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
(lokasi nyeri dipinggang sebelah kanan)
2. II Kamis, S : Pasien mengatakan lukanya bernanah dan Mhs.
03 berdarah
Desember O: Ni Luh
2020 1. Terdapat ada balutan luka dipinggang
sebelah kanan
2. Luka pasien 2 cm
3. Pasien tampak terpasang drain
4. Luka pasien tampak bernanah dan berdarah
5. TTV :
S : 37 0 C
P : 85x/menit
N : 20x/menit
TD : 130/80 mmHg
A : Risiko Infeksi
(Masalah Belum Teratasi)
P : Intervensi Dilanjutkan
2. Melakukan perawatan luka dengan
menggunakan teknik aseptic
3. Mengganti balutan dengan sering

CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : Ny. Z
USIA : 56 Tahun
NO. REGISTER : 336797
NO NO. JAM EVALUASI TANDA
DX TANGA
N
Jumat, S : Pasien mengatakan nyeri pinggang sebelah Mhs.
1. I 04 kanan sudah mulai berkurang, skala nyeri 3
Desember O: Ni Luh
2020 1. Pasien tidak meringis
2. Skala nyeri 3
11.00 3. Pasien tampak memegang pinggang sebelah
kanan
4. Keadaan umum pasien baik
5. TTV :
a. S : 37 0 C
b. P : 85x/menit
c. N : 20x/menit
d. TD : 130/80 mmHg
A : Nyeri Akut
(Masalah Teratasi Sebagian)
P : Intervensi Dilanjutkan
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
(lokasi nyeri dipinggang sebelah kanan)

2. II Jumat, S : Pasien mengatakan lukanya sudah tidak Mhs.


04 bernanah dan berdarah lagi
Desember O: Ni Luh
2020 1. Terdapat ada balutan luka dipinggang
sebelah kanan
12.00 2. Pasien tampak terpasang drain
3. TTV :
a. S : 37 0 C
b. P : 85x/menit
c. N : 20x/menit
d. TD : 130/80 mmHg
A : Risiko Infeksi
(Masalah Teratasi Sebagian)
P : Intervensi Dilanjutkan
1. Melakukan perawatan luka dengan
menggunakan teknik aseptic
2. Mengganti balutan dengan sering

Anda mungkin juga menyukai