Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN

NY. D DENGAN BATU GINJAL


DI RUANG BAITUL RIJAL RUMAH SAKIT KUDUS
Laporan Kasus

Disusun Oleh :
Nining Alkomah
32101900047

PRODI KEBIDANAN SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN Fakultas


Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Alamat: Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang 50112 PO Box 1054
Telepon. (024) 6583584 Faksimile: (024) 6581278
Tahun 2019
BAB I

TINJAUAN TEORI

1. PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih di dalam pelvis atau calyces
ginjal atau saluran kemih. Batu ginjal di saluran kemih (Kalkulus uriner) adalah masa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun
di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu disebut dengan
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). (Samita 2018)

Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin mencapai nilai yang
memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap pada tubulus ginjal atau ureter.
Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini disebabkan adanya kelainan metabolisme atau
pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksolat serta
asam urat. Batu ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi jarang terjadi (Nurqoriah, 2012). Penyakit
batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya pengkristalan kalsium dan atau
asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini memompa dan membentuk kristal yang
mengakibatkan terjadinya batu ginjal. Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh
seseorang, dimana tempat bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung
kemih (Nurqoriah, 2012).

B. ETIOLOGI

Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini merupakan beberapa
faktor penyebab dari batu ginjal :

1. Genetik (Bawaan) Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal sejak
dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit anak yang sejak kecil mengalami gangguan
metabolisme khususnya di bagian ginjal yaitu air seni nya memiliki kecendrungan mudah
mengendapkan garam membuat mudah terbentuknya batu karna fungsi ginjal tidak dapat bekerja
normal maka kelancaran proses pengeluaran air kemih nya mengalami gangguan, misalnya
banyak zat kapur di air kemih sehingga mudah mengendapkan batu. (Rusdiana et al. 2015)
2. Makanan Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan minuman.
Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kimia yang berefek pada pengendapan
air kemih, misalnya makanan yang mengandung kalsium tinggi, seperti oksolat dan fosfat.
(Rusdiana et al. 2015)

3. Aktivitas Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal. Resiko
terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk lebih tinggi dari pada orang yang
banyak berdiri atau bergerak dan orang yang kurang berolah raga karena tubuh kurang bergerak
(baik olah raga maupun aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran air seni
menjadikurang lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal yag diderita, penyakit lain bisa
dengan gampang menyerang.(Rusdiana et al. 2015)

C. MENIFESTASI KLINIS

Hariyanto (2008) menyatakan bahwa besar dan lokasi batu bervariasi, rasa sakit
disebabkan oleh obstruksi merupakan gejala utama. Batu yang besar dengan permukaan yang
kasar yang masuk ke dalam ureter akan menambah frekuensi dan memaksa kontraksi ureter
secara otomatis. Rasa sakit yang dimulai dari pinggang bawah menuju ke pinggul, kemudian ke
alat kelamin luar. Intensitas rasa sakit berfluktuasi dan rasak sakit yang luar biasa bisa merupakan
puncak dari kesakitan.

Menurut handriadi (2006) menyatakan apabila batu berada di ginjal dan kalik, rasa sakit
menetap dan kurang intensitasnya. Sakit pinggang terjadi bila batu yang mengadakan obstruksi
berada di dalam ginjal. Sedangkan rasa sakit yang parah terjadi bila batu telah pindah ke bagian
ureter. Mual dan muntah selalu mengikuti rasa sakit yang berat. Penderita batu ginjal kadang-
kadang juga mengalami panas, kedinginan, adanya darah di dalam urin bila batu melukai urin,
distensi perut, nanah dalam urin. Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di
dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis
(nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan
paha sebelah dalam (Brunner dan Suddarth, 2003).
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan
darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu
melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran
di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan
pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.(jarot,2008)

D. PATOFISIOLOGI

Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine membentuk
endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam urat. Komponen yang lebih
jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi
bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium
bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat). (Djamhuri, Yuliet, and Khaerati
2016)

Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor yang
mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks protein. Pada
umumnya Kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari agregasi
menjadi partikel yang lebih besar, di antaranya partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui
saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan berkembang membentuk batu. Renal kalkuli
merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan gabungan dari 20 beberapa tipe. Sekitar 80% batu
salurn kemih mengandung kalsium fosfat dan kalsium oksalat. (Djamhuri, Yuliet, and Khaerati
2016)

Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, 2009 menyatakan bahwa sebagian
batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun asimtomatik. Teori
terbentuknya batu antara lain :

a. Teori inti matriks


Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organic sebagai inti. Substansi
organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan mempermudah
kristalisasi dan agresi substansi pembentuk batu.

b. Teori supersaurasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu

c. Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang
bersifat asam akan mengendap sistin,, santin, asam dan garam urat. Sedangkan pada urin
yang bersifat alkali akan mengendap garam garam fosfat

d. Teori kurangnya faktor penghambat.

Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,


magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.

E. PATHWAYS

Pathway Batu Saluran Kemih

Urolithiasis

Penurunan urine flow pada VU stagnansi urine

Iritabibilitas Mukosa Ureter Meningkat Regangan otot destrusor


Lesi dan iflamas imenigkat Sensifitas

Nyeri Akut

Stress ulcer vemiting HCL Meningkat Nausea

Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang Dari kebutuhan tubuh

Robekan vaskuler

Hematuria/ gross hematuria Kebocoran plasma

Resiko keseimbangan volume cairan Absorbsi nutrient inadekuat

Refluks Haluaran inadekuat

Hidronephrosis Retensi urine

Resiko Gngguan fugsi ginjal meningkat Gangguan eliminasi urine Kolinisasi bakteri

(Ii 2000)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut (Wijayaningsih 2013), pemeriksaan diagnostik untuk batu saluran kemih


diantaranya sebagai berikut :
a. Urinalisa
Warna mungkin kuning, cokelat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan Kristal
(sistin, asam urat, kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau batu kalsium fosfat),
urin 24 jam : (kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urin menunjukan Infeksi saluran kemih (ISK), Blood ureum nitrogen
(BUN /kreatinin serum dan urin) ; abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada
urin)
b. Darah lengkap
Hemoglobin, hematokrit ; abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal.
Foto rontgen menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomi pada area ginjal
dan sepanjang ureter.

Ultrasonografi ginjal untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

G. KOMPLIKASI

Menurut (Samita 2018), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih adalah :

1. Gagal ginjal
Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi
batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan
iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.

2. Infeksi
Dalam aliran urine yang statis menupakan tempatyang baik untuk perkembangbiakan
mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.

3. Hydronefrosis
Oleh karena aliran urine terhambat menyebabkan urine tertahan dan menumpuk diginjal
dan lama kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urine.

4. Vaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadikematian
jaringan.

H. PENATALAKSANAAN

1) Pengurangan nyeri Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat
nyeri yang luar biasa, mandi air panas atau hangat di area panggul, pembarian cairan
kecuali untuk pasien muntah atau menderita gagal jantung kongestif. Pemberian cairan
dibutuhkan mengurangi konsentrasi kristoid urin, mengecerkan urin, dan menjamin haluaran
yang besar serta meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang batu sehingga
mendorong massase batu kebawah. (Aslim et al. 2014)

2) Pengakatan batu Pemeriksaan sitoskopik dan passase ureter kecil untuk


menghilangkan batu yang obstruktif. Jika batu tersangkut, dapat dilakukan analisa kimiawi
untuk menentukan kandungan batu.

3) Terapi nutrisi dan medikasi Tujuan terapi adalah membuat pengeceran dimana batu
sering terbentuk dan membatasi makanan yang memberikan kontribusi pada pembentukan
batu serta anjurkan klien untuk bergerak agar mengurangi pelepasan kalsium dari tulang.
Tujuan pemberian terapi diit rendah protein, rendah garam adalah pembatu memperlambat
pertumbuhan batu ginjal atau membatu mencengah pembentukan batu ginjal. (Aslim et al.
2014)

I. FOKUS PENGKAJIAN

1. Riwayat Keperawatan dan Diet


a. Frekuensi makan, makanan kesukaan, waktu makan
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Adakah toleransi makan/minum tertentu?
d. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet
e. Status perkembangan seperti usia atau situasi sosial
f. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yg mengganggu pengobatan
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan
Kehilangan/ bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah pemenuhan
nutrisi :
+2% : ringan
+5% : sedang
+ 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
b. Keadaan Umum
1) Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan
2) Tingkat kesadaran
c. Pengukuran pemasukan nutrisi
1) Nutrisi oral
2) Nutrisi tube (NGT,OGT)
3) Nutrisi parenteral termasuk infus IV
d. Pengukuran pengeluaran nutrisi
1) Feses : Frekuensi, jumlah dan konsisten
2) Muntah
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Fisik
1) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin dan bunyi
jantung.
2) Mata : cekung, air mata kering.
3) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
4) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah dan
bising usus.
5) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan sensasi
rasa.
b. Pengukuran Antropometri
1) BB ideal : (TB – 100) ± 10 %
2) TB
3) IMT (Indeks Massa Tubuh)
4) Lingkar pergelangan tangan
5) Lingkar lengan atas (LLA)
Nilai normal wanita : 28,5 cm
Nilai normal pria : 28,3 cm
6) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal wanita : 16,5 – 18 cm
Nilai normal pria : 12,5 -. 16,5 cm
4. Pola Kebiasaan Diri
1. Aspek Fisik-Fisiologis
a. Pola nutrisi - metabolic
1) Berapa kali makan sehari
2) Makanan kesukaan
3) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
4) Frekuensi dan kuantitas minum sehari
b. Pola eliminasi
1) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
2) Nyeri
3) Kuantitas
c. Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas yang didasarkan pada skala 0 sampai 4, meliputi
makan, mandi berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat tidur, berpindah,
ambulansi, naik tangga.
d. Pola istirahat tidur
1) Jam berapa biasa pasien mulai tidur dan bangun tidur
2) Sonambolisme
3) Kualitas dan kuantitas jam tidur
2. Aspek Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual
a. Pola konsep diri
1)Gambaran diri
2)Identitas diri
3)Peran diri
4)Ideal diri
5)Harga diri
b. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
1) Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
3) Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
c. Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
d. Pola koping
1) Cara / metode pemecahan dan penyelesaian masalah
2) Hasil koping dari metode yang dilakukan
e. Pola seksual – reproduksi
adakah gangguan pada alat kelaminnya.
f. Pola peran hubungan
1) Hubungan dengan anggota keluarga
2) Dukungan keluarga
3) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
g. Pola nilai dan kepercayaan
1) Persepsi keyakinan
2) Tindakan berdasarkan keyakinan
5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Albumin : (N : 4 – 5,5 mg/dl)
b. Transferin : (N : 170 – 25 mg/dl)
c. HB : (N : 12 mg/dl)
d. BUN : ( N : 10 -20 mg/dl)

J. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Perasat yang dilakukan

1). Pemeriksaan fisik

- Memeriksa TTV (suhu,nadi,TD,RR,nadi)

 Pengertian
Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan cara untuk mendeteksi adanya
perubahan pada sistem tubuh. Tanda-tanda vital merupakan hal yang sangat
penting pada perubahan fungsi tubuh karena dapat menunjukkan
ketidakseimbangan fungsi sistem tubuh dan merupakan indikator respon tubuh
dari organ-organ penting tubuh terhadap stressor fisik, lingkungan, dan
psikologis, sehingga penanganan/asuhan dapat segera diberikan. Pemeriksaan
tanda-tanda vital meliputi: pengukuran suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan dan
tekanan darah.
a) Pengukuran Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh
dan diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal
yaitu ± 60C dari 370C) dengan menyeimbangkan antara panas yang
dihasilkan dan panas yang dilepaskan.
Temperature tubuh normal
Variasi dari suhu tubuh normal terjadi pada setiap orang dengan
rentang 0,3 – 0,60C.
Tabel 4. Rata-rata suhu tubuh normal pada dewasa dalam kondisi
sehat
Oral Rektal Aksila Timpani Dahi
37,0 c 37,5 c 36,5 c 37,5 c 34,3 c
*rata-rata normal suhu timpani tergantung dari kalibrasi dan
pengaturan mode dari thermometer membrane timpani.
b) Pengukuran Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(vasokonstriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel
melawan dinding aorta.
Tekanan nadi adalah tekanan yang ditimbulkan oleh perbedaan
sistolik dan diastolic. Denyut nadi dipengaruhi oleh saraf simpatik
(untuk meningkatkan) dan saraf parasimpatik (untuk menurunkan).
Nadi Normal dan Abnormal
Komponen dari nadi yang umumnya dikaji adalah frekuensi, irama,
dan amplitudo. Nadi merupakan tanda vital yang melibatkan system
kardiovaskuler. Oleh karena itu, apabila mengkaji keadaan nadi, hal
itu sama dengan mengkaji keadaan integritas system kardiovaskuler,
sedangkan keadaan system kardiovaskuler mengindikasikan perfusi
jaringan (sel).
- Frekuensi nadi normal per menit untuk berbagai usia
Usia Perkiraan Rentang Perkiraan Rata-Rata
Normal (x/menit) (x/menit)
BBL – 1 bulan 120 – 160 140
1 – 12 bulan 80 – 140 120
12 bulan – 2 tahun 80 – 130 110
2 – 6 tahun 75 – 120 100
6 – 12 tahun 75 – 110 95
Remaja – Dewasa 60 – 100 80

c) . Pengukuran Pernafasan
Tujuan utama bernafas adalah menyuplai O2 ke sel-sel tubuh
dan membuang CO2 keluar dari sel tubuh. Fungsi lain dari bernafas
adalah membantu mempertahankan suhu tubuh dan mengeluarkan
kelebihan air (penguapan).
Pernafasan Normal dan Abnormal
Frekuensi pernafasan
Dalam kondisi normal, pernafasan orang dewasa sehat adalah 16 –
20 kali/menit. Frekuensi pernafasan pada bayi dan anak-anak lebih
cepat. Ada hubungan yang konsisten antara frekuensi nadi dengan
frekuensi pernafasan pada orang sehat, dimana perbandingannya
adalah dalam 1 kali pernafasan akan terdapat 4 kali denyut jantung.
Selama sakit, frekuensi pernafasan akan bervariasi.
Kedalaman Pernafasan
Dalam keadaan istirahat, kedalaman pernafasan adalah sama.
Kedalaman pernafasan secara umum digambarkan dalam rentang
dari dangkal hingga dalam. Secara periodic setiap orang secara
otomatis menghirup secara dalam, dimana paru-paru akan terisi
udara lebih banyak dibandingkan dengan kedalaman
pernafasanbiasa.
Apneu = periode tidak ada pernafasan (pasien tidakbernafas)
Dispneu = keadaan kesulitan bernafas Suara Nafas
Suara nafas didengarkan dengan menggunakan stetoskop di
seluruh area paru. Biasanya, pernafasan relative tidak ada suara.
d) Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tenaga yang digunakan darah untuk
melawan dinding pembuluh. Tekanan maksimum darah digunakan
pada dinding arteri ketika ventrikel kiri pada jantung mendorong
darah melalui katup aorta ke dalam aorta selama systole. Tekanan
tertinggi tersebut dinamakan tekanan sistolik. Pada orang dewasa
sehat normalnya adalah 120 mmHg.
Ketika jantung istirahat di antara denyutan (diatole), maka
tekanan akan menurun. Tekanan terendah pada dinding arteri
disebut tekanan diastolik. Pada orang dewasa normalnya adalah 80
mmHg. Tekanan darah diukur dalam millimeter, numeratornya
adalah tekanan sistolik sementara denominatornya adalah tekanan
diastolik. Sebagai contoh tekanan darah 120/80 mmHg, artinya 120
adalah tekanan sistolik dan 80 adalah tekanan distolik.

 Alat dan Bahan


o Pernafasan Suhu tubuh:
a. Thermometer yang sesuai dengan kondisi pasien.Thermometer digital
infrared
b. Tissue (untuk mengurangi transmisi organisme dari secret tubuh).
c. Lubrikan/pelumas (untuk daerah rektal).
d. Pensil/pulpen dan kertas pencatat/buku observasi.
e. Sarung tangan
o Denyut nadi
a. Stetoskop.
b. Pena.
c. Kapas alcohol.
d. Jam tangan berdetik.
o Pernafasan
a. Jam tangan berdetik.
b. Pena dan kertas/format observasi tanda vital.
o Tekanan Darah
a. Sphygmomanometer.
b. Cuff dan pompa.
c. Stetoskop.
d. Pena.
Manual, Kompas. Digital

 Prosedur Pelaksanaan
 Membaca basmalah, memberi salam, menyapa, memperkenalkan diri, dan
menjaga privasi
 Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur tindakan dan melakukan informed
consent
 Mencuci tangan 6 langkah.
 Memastikan kelengkapan alat dan meletakkan secara ergonomis.
 Mengukur suhu aksila:
a. Membersihkan thermometer dari bawah ke atas dan
memastikan batas angka menunjukkan angka 350C.
b. Membantu/menawarkan membuka baju pasien dan
mengeringkan ketiak dengan tissue.
c. Meletakkan thermometer di bawah pusat ketiak, tangan
disilangkan di depan dada dan tunggu selama 5 – 10 menit.
 Mengukur tekanan darah:
a. Menyanggah lengan atas dan membuka lengan baju.
b. Memasang manset.
c. Meletakkan manometer sejajar dengan mata.
d. Melakukan palpasi arteri radial sambil memompa hingga air
raksa naik 30 mmHg di atas berhentinya nadi radial tidak berdenyut
kemudian turunkan air raksa.
e. Memasang stetoskop di telinga.
f. Mencari denyutan arteri brakial dan meletakkan stetoskop di
atasnya.
g. Memompa dan menaikkan air raksa hingga 30 mmHg lebih
tinggi dari korotkof satu yang terdengar (sistolik).
h. Menurunkan air raksa 2 – 3 mmHg tiap denyutan sambil
mendengarkan bunyi denyutan terakhir yang menandakan diastolic dan
melepas manset.
 Menghitung denyut nadi:
a. Memposisikan pasien, jika:
1. Terlentang: meletakkan lengan depan menyilang dada
bawahnya dengan pergelangan tangan ekstensi dan telapak tangan
tertelungkup.
2. Duduk: melekukkan siku 900 dan menyanggah lengan bawah
oleh kursi atau tangan, pergelangan tangan ekstensi dan telapak tangan
tertelungkup.
b. Meletakkan 2 atau 3 jari (jari telunjuk, tengah dan manis) di
atas nadi radial dengan tekanan yang cukup.
c. Menghitung nadi dalam 15 detik (jika teratur), hasil dikalikan 4
dan 1 menit (jika tidak teratur) sambil memperhatikan keteraturan dan
kekuatan antara denyut nadi.
 Menghitung pernafasan
a. Meletakkan tangan bidan/perawat dan pasien di atas perut
atau dada bawah pasien sambil memegang tangan pasien.
b. Mengobservasi siklus pernafasan secara penuh dan
menghitung dalam 1 menit.
 Mengangkat thermometer dari atas ke bawah, membersihkan thermometer
menggunakan tissue kering dari pangkal ke ujung dan membaca skala
thermometer sejajar dengan mata.
 Membersihkan thermometer dengan mencelupkan ke larutan antiseptic, air
sabun dan air DTT kemudian mengeringkan thermometer, menurunkan
batas angka pada thermometer hingga menunjukkan angka 350C dan
mengembalikan pada tempatnya.
 Mengucapkan hamdalah, menyampaikan hasil pemeriksaan dan
mengucapkan terima kasih
 Merapikan pasien dan alat.
 Mencuci tangan 6 langkah.
2). Pemenuhan kebutuhan cairan

- pemasangan cairan infus dan memantau aliran infus

 Pengertian :

Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia


secarafisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90%
dari total berat badantubuh. Sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara
keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adalah: bayi
baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan,
wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat
badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak
dalam tubuh dan jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh
lebih sedikit dibanding pria karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam
tubuh lebih banyak dibanding pada pria. Kebutuhan air berdasarkan umur dan
berat badan :
No Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan cairan (ml/24
jam)

1 3 hari 3,0 200 – 300

2 1 Tahun 9,5 1350-1300

3 2 Tahun 11,8 1350-1500

4 6 Tahun 20,0 1600-1800

5 10 Tahun 28,7 2000-2500

6 14 Tahun 45,0 2200-2700

7 18 Tahun 54,0 2200-2700

8 Dewasa 60,0 2400-2600

Pemberian cairan infuse (cairan intravena/intravenous fluids infusion)


adalahpemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan
atau zat-zat makanan dari tubuh. Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat
memerlukan pemberian cairan infus adalah:
1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha)
(kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada
dehidrasi)
5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan
tubuh dan komponen darah)

 Alat dan Bahan :


o Baki beserta alasnya.
o Perlak/handuk kecil.
o Bengkok.
o Tiang infus.
o Sarung tangan.
o Torniket.
o Kapas alkohol.
o Cairan infus.
o Infus Set.
o Jarum kateter/ONC.
o Plester/hipafix
o Kassa kecil.
o Povidonyodin.
o Gunting plester.
o Jam tangan.
o Lembar Catatan.

 Prosedur pelaksanaan :
a. Mengucapkan salam, Menyapa pasien, memperkenalkan diri, menjaga
privasi dan mengatur posisi pasien
b. Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur dan informed consent tindakan
pemasangan infus.
c. Mencuci tangan 6 langkah (tepungselaci put-put) dengan sabun
dibawah air mengalir.
d. Mengatur peralatan dan membuka kemasan steril.
e. Memasang klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip.
f. Menusukkan set infus kedalam botol cairan.
g. Mengisi selang infus dengan menekan bilik drip dan membuka klem rol.
h. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan
i. Memilih vena yang akan digunakan.
j. Meletakkan torniket 10-15 cm diatas tempat yang akan ditusuk.
k. Membersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol 70%.
l. Melakukan pungsi vena / penusukan.
m. Memeriksa apakah jarum sudah benar – benar masuk vena.
n. Menghubungkan adaptor jarum dengan selang infus.
o. Melepaskan klem roler untuk memulai tetesan infus.
p. Mengamankan kateter jarum atau jarum IV.
q. Mengatur kecepatan aliran sesuai kebutuhan.

3). pemberian obat

- memberikan obat parenteral dengan cara IV

 Pengertian
a. Pengertian
Menyuntikkan cairan obat ke dalam vena
b. Tujuan
Mempercepat reaksi obat, sehingga obat langsung masuk ke system sirkulasi
darah, memberikan obat khusus lewat intravena, ada gangguan pemberian obat
melalui oral.
c. Keunggulan
Reaksi lebih cepat, baik untuk keadaan darurta, baik untuk obat yang jumlahnya
banyak.
d. Kelemahan
Bila teknik salah akibatnya fatal, bila klien mengalami alergi reaksinya akan cepat,
tidak semua obat dapat diberikan secara intravena.
e. Lokasi penyuntikkan
a. Pada lengan (vena mediana cubiti/ vena cephalica)
b. Pada tungkai (vena saphenosus)
c. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
d. Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak

Gambar 3. Lokasi dan teknik penyuntikan melalui Intravena

 Alat dan Bahan


o Sarung tangan satu pasang
o Spuit steril 3 ml atau 5 ml
o Bak instrument
o Kom
o Karet pembendung vena/ tourniquet
o Perlak dan alasnya
o Bengkok
o Handuk lap tangan
o Kapas alcohol
o Obat injeksi dalam vial atau ampul
o Daftar pemberian obat
o Larutan klorin 0,5%
 Prosedur pelaksanaan
1) Menyapa/memberikan salam pasien, memperkenalkan diri dan menjaga
privasi pasien.
2) Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur dan informed consent .
3) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode 6
langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.
4) Pakai sarung tangan (tidak perlu steril hanya untuk melindungi petugas dari
infeksi)
5) Bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
6) Cari daerah yang terlihat jelas venanya
7) Pasang pengalas di bawah daerah yang akan disuntik
8) Ikat bagian di atas daerah yang akan di suntik dengan karet pembendung
agar vena mudah dilihat, untuk bagian lengan anjurkan pasien mengepalkan
tangan dengan ibu jari di dalam genggaman
9) Hapus hamakan daerah penyuntikan secara sirkular dengan diaeter kurang
lebih 5 cm dengan menggunakan kapas alcohol 70%, tunggu sampai kering
10) Tegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan yang
tidak dominan)
11) Tusukkan jarum ke dalam vena dengan lubang jarum menghadap ke atas,
jarum dan kulit membentuk sudut kurang lebih 20-25 derajat
12) Tarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum sudah masuk ke
dalam vena yang ditandai dengan daraah masuk ke dalam tabung spuit
13) Buka karet pembendung dan anjurkan pasien membuka kepalan tangannya,
masukkan obat secara perlahan jangan terlalu cepat.
14) Tarik jarum keluar setelah obat masuk (pada saat menarik jarum kelur tekan
bekas suntikan dengan kapas alcohol agar darah tidak keluar)
15) Rapikan klien dan bereskan alat (jarum suntik diisi dengan larutan chlorine
0,5% debelum dibuang)
16) Cuci tangan menggunakan sarung tangan dalam larutan chlorine 0,5%,
lepas sarung tangan dengan cara dibalik, rendam dalam larutan chlorine
0,5% selama 10 menit.
17) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
18) Lakukan dokumentasi/ pencatatan tindakan yang telah dilakukan

4). Pengurangan rasa nyeri

- melakukan teknik distraksi pada pasien untuk pengurangan rasa nyeri.

 Pengertian
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori aktivasi
retikuler, yaitu menghambat stimulus nyeri ketika seseorang menerima masukan
sensori yang cukup atau berlebihan, sehingga menyebabkan terhambatnya impuls
nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien).
Stimulus sensori yang menyenangkan akan merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Distraksi bekerja
memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi
nyeri intensif hanya berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan
prosedur invasif atau saat menunggu kerja analgesik.

a. Tujuan
Tujuan teknik distraksi adalah untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap
sesuatu yang sedang dihadapi, misalnya : rasa sakit (nyeri)
b. Manfaat
1) Memberikan rasa nyaman, santai dan merasa berada pada situasi yang lebih
menyenangkan
2) Memusatkan perhatian untuk menjauhi rasa nyeri.
3) Pada pasien pediatric dinilai sangat efektif untuk mengurangi nyeri. Teknik yang
disukai oleh anak-anak antara lain : melihat gambar di buku, meniup gelembung atau
menghitung
4) Pada pasien disstres, teknik sentuhan, usapan dan tepukan atau mengayun dapat
mnjd teknik distraksi yang baik
5) Menambah pengetahuan orang tua untuk berpartisipasi dalam penanganan nyeri
pada anak dan mengurangi kecemasan pada orangtua.
c. Prosedur
Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya,antara lain:
1) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan,
dan gambar termasuk distraksi visual.
2) Distraksi pendengaran
Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik
air.Kliendianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang tenang,
sepertimusik klasik.Klien diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu.Klien
juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu, seperti
bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
Musik merupakan salah satu teknik distraksi yang efektif. Musik dapat
menurunkan nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian
seseorang dari nyeri. Musik terbukti menunjukkan efek antara lain menurunkan
frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan
nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu.
Bidan/perawat dapat menggunakan musik dengan kreatif di berbagai situasi
klinik.Klien umumnya lebih menyukai menampilkan suatu kegiatan (memainkan alat
musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan musik).Musik yang sejak awal sesuai
dengan suasana hati klien, biasanya merupakan pilihan yang paling baik.Musik
klasik, pop, dan modern (musik tanpa vokal) digunakan pada terapimusik.Musik
menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang dan
waktu.Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek
teraupetik.Di keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat memberikan
hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri pascaoperasi klien.
Berdasarkan penelitian Moeloek (2005) dan A. Suci E., (2005), musik dapat
meningkatkan dan menstimulasi endorphin (hormon yang berguna untuk
menurunkan nyeri) serta mengatur hormon yang berkaitan dengan stress yaitu
adrenalin dan kortisol. Musik memberikan stimulasi sensori yang menyenangkan
sehingga menyebabkan pelepasan endorphin.
Salah satu jenis musik yang banyak digunakan adalah musik klasik,seperti
musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik
Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan.Beberapa penelitian
sudah membuktikan. Menurut penelitian Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell,
musik mozart dapat mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyerifisik. Mereka
mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.Dibanding musik klasiklainnya, melodi dan
frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan
memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak.Yang tak kalah penting adalah
kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri.Namun, tidak berarti karya
komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan (Andreana, 2006). Sebenarnya
bukan hanya musik karya Mozart saja yang mempunyai efek mengagumkan, tetapi
semua musik yang berirama lembut serta mampu menenangkan suasana juga
diidentifikasi memiliki efek Mozart (Alatas,2007). Selain itu, penelitian A. Suci E.
(2005) juga membuktikan bahwa teknik distraksi musik dengan menggunakan
musik anak-anak memiliki efektivitas yang lebih tinggi dalam menurunkan nyeri
pada anak-anak, terutama pada saat pemasangan infus.
d. Langkah Pelaksanaan Teknik Distraksi
Teknik distraksi yang dapat dilakukan di antaranya adalah :
o Bernapas lambat dan berirama secara teratur
o Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya
o Mendengarkan musik. Tekniknya sebagai berikut :
a) Pilih musik yang sesuai dengan selera klien, perawat mempertimbangkan
usia dan latar belakang.
b) Gunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain dan
membantu klien berkonsentrasi pada music.
c) Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape mudah ditekan,
dimanipulasi, dan dibedakan.
d) Minta anggota keluarga untuk membawa pesawat tape dari rumah
o Mendorong untuk berkhayal yaitu melakukan bimbingan yang baik kepada klien
untuk mengkhayal. Teknik sebagai berikut :
o Atur posisi yang nyaman pada klien
o Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indera
o Minta klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang menyenangkan sambil
merelaksasikan tubuhnya.
o Bila klien tampak rileks,perawat tidak perlu bicara lagi.
o Jika klien menunjukkan tanda-tanda gelisah, atau tidak nyaman, perawat harus
menghentikan latihandan memulainya lagi ketika klien siap.

BAB II

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NY.D DENGAN BATU GINJAL


DIRUANG BAITUL RIJAL
RUMAH SAKIT KUDUS
I. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. d
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Lumpit
Diagnosa Medis : Batu ginjal
Tanggal Masuk : 15 juni 2020 ( pukul 12.00)
Tanggal Pengkajian : 15 juni 2020 (pukul 14.00)

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. M
Umur : 40 tnh
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : berdagang
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : lumpit
Hubungan dengan Klien : Adik
2. Diagnosa medis : batu ginjal
3. Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri pada pinggang
bagian sebelah kiri, nyeri yang di rasakan terutama saat buang air kecil , klien
juga mengatakan kencingnya tidak lancar.
4. Riwayat Kesehatan Saat ini :
NY. D mulai merasa sakit dibagian pinggang sebelah kiri selama 5 hari
dan disertai nyeri saat buang air kecil, untuk menetralisir rasa nyeri nya pasien
melakukan pengompresan pada daerah yang sakit dan sambil tiduran namun
lama kelamaan rasa nyeri semakin tidak bisa ditahan dan kemudian pada hari
itu juga yaitu pada tgl 15 juni 2020 ny. D menuju rsud untuk memeriksakan
keluhannya tersebut bersama adik nya.
5. Riwayat Kesehatan yang Lalu :
Menurun : tidak ada penyakit menurun
Menular : tidak ada penyakit menular
Menahun : tidak ada penyakit menurun
6. Riwayat Kesehatan Keluarga : Didalam keluarga tidak ada riwayat penyakit yg
serupa dengan pasien
Menurun : tidak ada penyakit menurun
Menahun : tidak ada penyakit menahun
Menular :tidak ada penyakit menular
a. Genogram

Pasien 5 bersaudara dan suami 4 bersaudara, kemudian pasien dan suami


mempunyai 7 anak, dan tinggal serumah dengan anak ke 7 dan adik dari suami.

7. Pola kesehatan fungsional :


a. Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Sebelum sakit : Jika pasien mengalami sakit maka Pasien akan mempercayakan
Pengobatannya pada dokter.
Selama sakit : ingin cepat sembuh cembuh selama sakit pasien selalu mengikuti
saran dokter dan mempercayakan pengebotan sepenuhnya kepada dokter
b. Pola pemenuhan nutrisi metabolic
data fokus : selama sakit pasien nafsu minum dan makan makan turun
karena nyeri
Sebelum Sakit Selama Sakit
Makan 3x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi Hanya Setengah piring
Jenis Nasi , lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Macam Nasi, sayur bayam, tempe Nasi, sayur bayam dan
tempe
Keluhan Tidak ada Tidak nafsu makan karna
nyeri pada pinggang
sebelah kiri
Minum 8 gelas 4 gelas
Jenis Air putih Air putih
Keluhan Tidak ada Tidak nafsu minum karna
nyeri di pinggang sebelah
kiri dan nyeri saat BAK

c. Pola Eliminasi
Data fokus BAB: selama sakit BAB pasien tidak ada keluhan atau
perubahan
Data fokus BAK : selama sakit urin pasien mengalami perubahan
warna pekat, bau menyengat dan jumlah sedikit serta nyeri saat BAK.
Sebelum Sakit Selama Sakit
BAB 1 kali sehari 1 hari sekali
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Cokelat Cokelat
Bau Tidak menyengat Tidak menyengat
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK 6-7 kali sehari 3 kali sehari
Warna Jernih Kuning pekat
Jumlah Normal : 1 gelas air mineral Hanya sedikit
Bau Tidak menyengat Menyengat
Keluhan Tidak ada Nyeri saat BAK di
bagian pinggang
sebelah kiri

d. Pola aktifitas dan latihan


Sebelum sakit : pasien melakukan aktivitas sehari hari sebagai ibu rumah
tangga seperti mencuci, memasak, menyapu, tanpa keluhan
atau hambatan apapun
Selama sakit : pasien sakit selama 5 hari dan saat hari ke 3 pasien tidak
bisa melakukan aktivitas sehari hari karna nyeri di pinggang
sebelah kiri.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum Sakit Selama Sakit
Tidur siang Tidur Siang ½ jam tidur siang ½ jam
Tidur malam Tidur malam 6 jam Tidur malam, 6 jam

Keluhan Tidak ada Sering terbangun


saat tidur karena
terganggu dengan
rasa nyeri di
pinggang sebelah
kiri.
f. Pola persepsi kognitif
Sebelum sakit : hubungan interpersonal dengan keluarga baik
Selama sakit : keluarga mengetahui penyakit yang dialami pasien. Dan
hubungan interpersonal dengan keluarga baik
g. pola persepsi diri, konsep diri, body image (citra diri)
Sebelum sakit : Percaya diri
Selama sakit : masih percaya diri
Konsep diri
1) Citra diri : pasien tidak merasa minder
2) Identitas : pasien mampu mengenali diri nya sendiri sebagai istri dan seorang
ibu dari anak anaknya
3) Peran : pasien berperan sebagai istri dari suami nya, ibu dari anaknya dan
kakak dari adiknya
4) Ideal diri : pasien ingin segera sembuh dari sakit nya
5) Harga diri : gelisah, kurang optimis
h. Pola peran dan hubungan
Sebelum sakit : pasien berperan sebagai ibu rumah tangga
Selama sakit : peran pasien sebagai ibu rumah tangga tidak bisa terlaksana,
hubungan pasien dengan keluarga baik
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Sebelum Sakit : melakukan hubungan seksual seminggu 2 kali, tidak ada
keluhan
Selama Sakit : tidak pernah melakukan bubungan seksualitas karena nyeri di
pinggang sebelah kiri dan nyeri saat BAK
j. Pola koping dan stres
Sebelum sakit : pasien pasrah dan menyerahkan semua nya kepada tuhan
apabila suatu saat mengalami sakit
Selama sakit : pasien mempunyai semangat untuk
kesembuhan nya. Dan juga seluruh keluarga nya sangat mendukung dan
mensuport pasien untuk sembuh
k. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Rajin melaksanakan sholat lima waktu
Selama sakit : Masih tetap bisa melakukan sholat lima waktu namun ada
keterbatasan atau kendala karna saat rukuk atau sujud pinggang terasa nyeri.

B. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : Tampak lemah,


a) Kesadaran : sadar sepenuhnya (komposmentis)
b) Penampilan : lesu, pucat,
c) Tanda tanda vital
Tensi : 140/90 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
P : 22 kali/ menit
Suhu : 36,5 c
2. Status present
a) a. Kepala : tidak ada gangguan, kulit kepala bersih tidak ada luka, ada
sedikit ketombe dan rambut tidak rontok, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada lesi
di kepala.
b) b. Mata : penglihatan baik,mata simetris, konjungtiva anemis,sclera
putih, reaksi pupil terhadap cahaya baik.
c) Hidung : tidak terdapat secret pada hidung pasien. Dan fungsi
pembauan berfungsi normal, tidak ada lesi.
d) Mulut :, gigi kotor dan terdapat karies dan bibirnya lembab berwarna
merah muda agak pucat.
e) Leher : tidak terdapat benjolan pada leher,, tidak ada nyeri tekan
Telinga : tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak
mengeluarkan cairan
f) kuku : kuku pucat, panjang, kotor
g) Dada :
a. jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan atas : ICS ll Linea para sternalis dextra. Batas
jantung kanan bawah : ICS lV linea para sternalis sinistra. Batas jantung
kiri bawah : ICS IV linea medio clavicularis sinistra.
Auskultasi : terdengar pada ICS IV linea medio clavicularis sinistra. Bunyi
jantung l : lup. Bunyi jantung ll : dup. tidak ada suara tambahan.
b. Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak terdapat luka, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : tidak terdapat benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdapat bunyi sonor
Auskultasi : suara napas bunyi vesikuler, tidak ada suara tambahan.
i. Perut :
Inspeksi : simetris,tidak ada luka ataupun bekas luka.
Palpasi : bising usus 10 kali/ menit
Perkusi :terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen kuadran atas sinistra.
Auskultasi: timpani
j. Genitalia : tidak ada inflamasi, tidak ada pembengkakan skrotum.
k. Ekstremitas
1) Atas : terpasang infus di lengan bagian kiri, anggota gerak lengkap, tidak
ada pembengkakan dan fungsi ekstremitas nya mampu untuk
menggenggam kuat.
2) Bawah: anggota gerak lengkap, lalu fungsi ekstremitas Dapat bergerak
namun terbatas karena rasa nyeri pada bagian pinggang
l. Pemeriksaan Fisik (6B)
B1. Breathing : pada inspeksi di dapatkan bahwa pasien yang menderita
batu ginjal tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada aukultrasi tidak
didapatkan suara napas tambahan.
B2. Bleeding : pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi
menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Tidak mur- mur
B3. Brain : kesadaran normal
B4. Bladder : pengkajian keadaan urin mengalami perubahan meliputi
warna urin pekat, bau menyengat dan jumlah sedikit
B5. Bowel dan reproduksi : didapatkan adanya keluhan kesulitan saat
buang air kecil, dan kencing tidak lancar
B6. Bone musculoskeletal : tidak terjadi kelainan integument pada pasien
dengan batu ginjal. Terjadi kesulitan dalam pergerakan otot-otot nya

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Terapi

Jenis Nama obat Dosis Rute


Injeksi Katorolax 30 mg / (2 kali sehar)i IV

Injeksi Aspirin 500 mg / (3 kali Oral


sehari)

D. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


TGL : 15 Juni 2020 - Penyempitan otot - gangguan saluran
Jam : 14.00 di muscular di pelvis kemih sehubungan
dengan
DS : pasien bernama : NY.D penyempitan otot di
Berumur : 44 Thn muscular pelvis.
- Pasien mengeluh sakit saat
buang air kecil.
- Pasien mengeluh kencing nya
berwarna kuning pekat,
menyengat dan hanya sedikit.
- Pasien mengeluh nyeri pada
pinggang sebelah kiri
- Pasien mengeluh tidak nafsu
makan. Makan 3x sehari
namun dalam porsi sedikit.
- Pasien mengeluh belum
membersihkan diri (mandi)
DO :
- Tanda – tanda vital
a. Nadi : 90 kali/menit
b. Suhu : 36,5 c
c. TD : 140/90 mmHg
d. RR : 22 kali/menit
- Ku : lemah.
- Skala nyeri 3
- Klien Nampak meringis
memegang perut bagian
bawah pinggang.
- Pemeriksaan fisik :
a. wajah : bentuk wajah simetris,
dan terlihat pucat..
b. bibir : gigi kotor dan terdapat
karies dan bibirnya lembab
berwarna merah muda agak pucat..
c. kuku : kotor, pajang dan pucat
d. kulit : kotor, berdaki dan lengket..
- Diagnose : batu ginjal
- Diagnose keperawatan : Nyeri
pinggang di sebelah kiri karena
mengalami gangguan aluran
kemih sehubung dengan
penyempitan otot di muscular
di pelvis
- Masalah :
1. nyeri pada pinggang sebelah kiri
tembus belakang dan menjalar ke
genitalia.
2. ketidakseimbangan nutrisi
3. ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
4. kurang pembersihan diri.
- Kebutuhan :
1. terapi ekspulsif medikamentosa
(TEM)
2. pengurangan rasa nyeri
3. pemenuhan kebutuhan nutrisi
4. pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit.
5. pemenuhan kebutuhan personal
hygene.

E. INTERVENSI

Diagnose Keperawatan NOC NIC


Nyeri pinggang di sebelah kiri Setelah dilakukan tindak - Memantau tanda tanda vital
karena mengalami gangguan keperawatan selama 3x24 jam (TD, SUHU, RR, NADI )
aluran kemih sehubung diharapkan nyeri klien - memberikan pemasangan
dengan penyempitan otot di berkurang dan teratasi, infus dan pantau tetesan infus
muscular di pelvis dengan krriteria : tiap 2 jam.
1. nyeri sudah mulai - memberikan obat sesuai
menghilang. advis dokter.
2. pasien tidak merasa sakit - Mengkaji intensitas dan
lagi saat BAK. lokasi nyeri
3. kebutuhan elektrolit - membantu pasien untuk
terpenuhi melakukan teknik distraksi
4. nafsu makan meningkat. pada saat nyeri
- menyarankan pasien untuk
minum 2,5-3 liter/ hari
- berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk meenentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
- memberikan makanan
kepada pasien yang sudah di
konsultasikan dengan ahli gizi.
- menanyakan apakah ada
keluhan setelah memakan
makanan yang telah di
konsultasi oleh ahli gizi, seperti
mua muntah dan pusing.
- melakukan personal
hyginene

Diagnosa Keperawatan 16 Juni 2020


Jam Implementasi
TGL : 9 Juni 2020 08.00 - Melakukan TTV pada pasien
Jam : 08.30

DS : pasien bernama : NY.D 08.25 - melakukan pemasangan infus


Berumur : 44 Thn pada tangan kiri pasien
- Pasien mengeluh
sakit saat buang air
kecil. 08.30 - Memberikan obat sesuai advis
- Pasien mengeluh dokter melalui infus dan oral.
kencing nya - Katorolax 30 mg
berwarna kuning - Aspirin 500 mg
pekat, menyengat
dan hanya sedikit. 09.00 - dukung keluarga untuk terlibat
- Pasien mengeluh dalam memenuhi kebutuhan
nyeri pada pinggang dan aktivitas pasien.
sebelah kiri
- Pasien mengeluh
tidak nafsu makan.
Makan 3x sehari 09.30 - mengkaji intensitas dan lokasi
namun dalam porsi nyeri
sedikit. - menganjurkan pasien untuk
- Pasien mengeluh melakukan teknik distraksi pada
belum membersihkan saat nyeri.
diri (mandi)
DO :
- Tanda – tanda vital 10.00 - menyarankan pasien untuk
a. Nadi : 90 kali/menit minum 2,5-3 liter/ hari
b. Suhu : 36,5 c
c. TD : 140/90 mmHg
d. RR : 22 kali/menit 10.30 - berkolaborasi dengan ahli gizi
- Ku : lemah. untuk meenentukan jumlah
- Skala nyeri 3 kalori dan nutrisi yang
- Klien Nampak dibutuhkan pasien
meringis memegang
perut bagian bawah
pinggang. 11.00 - memberikan makanan kepada
- Pemeriksaan fisik : pasien yang sudah di
a. wajah : bentuk wajah konsultasikan dengan ahli gizi.
simetris, dan terlihat
pucat..
b. bibir : gigi kotor dan 12.30 - menanyakan apakah ada
terdapat karies dan keluhan setelah memakan
bibirnya lembab berwarna makanan yang telah di
merah muda agak pucat.. konsultasi oleh ahli gizi, seperti
c. kuku : kotor, pajang dan mua muntah dan pusing.
pucat
d. kulit : kotor, berdaki dan
lengket.. 13.00 - Memberikan obat sesuai
- Diagnose : batu ginjal advis dokter melalui oral
- Diagnose - Aspirin 500 mg
keperawatan : Nyeri
pinggang di sebelah
kiri karena mengalami 13.30 - membantu posisi nyaman
gangguan aluran
kemih sehubung
dengan penyempitan 14. 00 - . mempertahankan tirah
otot di muscular di baring dan lingkungan tenang.
pelvis
- Masalah : 15.30 - melakukan personal hyginene
1. nyeri pada pinggang
sebelah kiri tembus
belakang dan menjalar ke
genitalia. 17.00 - Memberikan obat sesuai
2. ketidakseimbangan advis dokter melalui infus
nutrisi - Aspirin 500 mg
3. ketidakseimbangan - Katorolax 30 mg
cairan dan elektrolit
4. kurang pembersihan
diri.
- Kebutuhan :
1. terapi ekspulsif
medikamentosa (TEM)
2. pengurangan rasa nyeri
3. pemenuhan kebutuhan
nutrisi
4. pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit.
5. pemenuhan kebutuhan
personal hygene.

Diagnosa Keperawatan 17 Juni 2020


Jam Implementasi
TGL : 17 Juni 2020 08.00 - mengkaji keadaan umum
Jam : 08.00 pasien

DS : 08.25 - Memberikan obat sesuai advis


- Pasien mengeluh dokter melalui infus dan oral
masih sakit saat - Katorolax 30 mg
buang air kecil. - Aspirin 500 mg
- Pasien mengeluh
kencing nya masih 09.00 - dukung keluarga untuk terlibat
berwarna kuning dalam memenuhi kebutuhan
pekat, menyengat dan aktivitas pasien.
dan masih sedikit.
- Pasien mengeluh
masih terasa nyeri 10.00 - mengkaji intensitas dan lokasi
pada pinggang nyeri
sebelah kiri - membantu pasien melakukan
- Pasien mengeluh teknik distraksi pada saat nyeri.
masih belum nafsu
makan
- Pasien mengeluh 10.30 - menyarankan pasien untuk
sudah nyaman minum 2,5-3 liter/ hari
karena badan sudah
bersih.
DO :
- Ku : terlihat masih
lemah. 11.00 - berkolaborasi dengan ahli gizi
- Skala nyeri 3. untuk meenentukan jumlah
- Tidak ada keluhan kalori dan nutrisi yang
mual muntah dan dibutuhkan pasien
pusing setelah makan
- Pemeriksaan fisik :
a. wajah : bentuk wajah
simetris, dan masih 11.30 - memberikan makanan kepada
terlihat pucat.. pasien yang sudah di
b. bibir : mulut gigi bersih konsultasikan dengan ahli gizi.
bibirnya lembab berwarna
merah muda agak pucat..
c. kuku : bersih, pendek 12.00 - menanyakan apakah ada
masih terlihat pucat keluhan setelah memakan
d. kulit : bersih dan tidak makanan yang telah di
lengket konsultasi oleh ahli gizi, seperti
Diagnose : batu ginjal mua muntah dan pusing.
- Diagnose
keperawatan : Nyeri
pinggang di sebelah
kiri karena mengalami 13.00 - Memberikan obat sesuai
gangguan aluran advis dokter melalui oral
kemih sehubung - Aspirin 500 mg
dengan penyempitan
otot di muscular di
pelvis 14.00 - Membantu posisi yang
- Masalah : nyaman
1. nyeri pada pinggang
sebelah kiri tembus
belakang dan menjalar ke 14.30 - mempertahankan tirah baring
genitalia. dan lingkungan tenang
2. ketidakseimbangan
nutrisi
3. ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit 17.00 - Memberikan obat sesuai
4. kurang pembersihan advis dokter melalui infus dan
diri. oral.
- Kebutuhan : - Katorolax 30 mg
1. terapi ekspulsif - Aspirin 500 mg
medikamentosa (TEM)
2. pengurangan rasa nyeri
3. pemenuhan kebutuhan
nutrisi
4. pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit.
5. pemenuhan kebutuhan
personal hygene.

Diagnose keperawatan 18 Juni 2020


Jam Implementasi
TGL : 18 Juni 2020 08.00 - memeriksa tanda tanda vital
Jam : 08.00 pasien

DS : 08.25 - mengkaji keadaan umum


- Pasien mengeluh pasien
rasa sakit saat buang
air kecil sudah
berkurang.
- Pasien mengeluh 09.00 - Memberikan obat sesuai advis
kencing nya dokter melalui infus dan oral.
berwarna kuning tidak - Katorolax 30 mg
pekat, tidak - Aspirin 500 mg
menyengat dan
banyak. 09.30 - dukung keluarga untuk terlibat
- Pasien mengeluh dalam memenuhi kebutuhan
rasa nyeri pada dan aktivitas pasien.
pinggang sebelah kiri
sudah berkurang
- Pasien mengeluh
sudah nafsu nafsu 10.00 - mengkaji intensitas dan lokasi
makan nyeri
- Pasien mengeluh - menganjurkan pasien untuk
sudah nyaman melakukan teknik distraksi pada
karena badan sudah saat nyeri.
bersih.
DO : 10.30 - menyarankan pasien untuk
- Tanda – tanda vital minum 2,5-3 liter/ hari
a. Nadi : 88 kali/menit
b. Suhu : 36,5 c
c. TD : 138/90 mmHg
d. RR : 22 kali/menit 11.00 - berkolaborasi dengan ahli gizi
- Ku : baik untuk meenentukan jumlah
- Skala nyeri : 2 kalori dan nutrisi yang
- Tidak ada keluhan ual dibutuhkan pasien
muntah dan pusing
setelah makan.
- Pemeriksaan fisik :
a. wajah : bentuk wajah 11.30 - memberikan makanan kepada
simetris, dan tidak pucat.. pasien yang sudah di
b. bibir : mulut gigi bersih konsultasikan dengan ahli gizi.
bibirnya lembab berwarna
merah mudatidak pucat..
c. kuku : bersih, pendek
masih terlihat pucat 12.00 - menanyakan apakah ada
d. kulit : bersih dan tidak keluhan setelah memakan
lengket makanan yang telah di
Diagnose : batu ginjal konsultasi oleh ahli gizi, seperti
- Diagnose mua muntah dan pusing.
keperawatan : Nyeri
pinggang di sebelah
kiri karena mengalami
gangguan aluran 13.00 - Memberikan obat sesuai
kemih sehubung advis dokter melalui oral.
dengan penyempitan - Aspirin 500 mg
otot di muscular di
pelvis
- Masalah : 14.00 - Membantu posisi yang
1. nyeri pada pinggang nyaman
sebelah kiri tembus
belakang dan menjalar ke
genitalia. 14.30 - mempertahankan tirah baring
2. ketidakseimbangan dan lingkungan tenang.
nutrisi
3. ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit 15.30 - melakukan personal hiygene
4. kurang pembersihan
diri.
- Kebutuhan :
1. terapi ekspulsif 17.00 - Memberikan obat sesuai
medikamentosa (TEM) advis dokter melalui infus dan
2. pengurangan rasa nyeri oral.
3. pemenuhan kebutuhan - Katorolax 30 mg
nutrisi - Aspirin 500 mg
4. pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit.
5. pemenuhan kebutuhan
personal hygene.

G. EVALUASI
Diagnosa Hari l Hari ll Hari lll
(16 Juni 2020) (17 Juni 2020) (18 Juni 2020)
Nyeri pinggang di S: S: S:
sebelah kiri kkarena Tn B mengatakan
Ny. D datang ke Tn B mengatakan
mengalami gangguan
rasa nyeri di bagian
saluran kemih RSUD dengan rasa nyeri di bagian
sehbung dengan pinggang sebelah kiri
keluhan nyeri pinggang sebelah kiri
penyempitann otot di
yang di alaminya
muscular di pelvis pinggang di sebelah yang di alaminya
sudah membaik dan
kiri karena adanya sudah mulai
tidak merasakan nyeri
gangguan saluran berkurang dan,
lagi .
perkemihan sehubung
dengan penyempitan O:
O:
otot di muscular di KU :Masih terlihat
KU : Baik, tidak lemah
pelvis. lemah
Wajah : terlihat tidak
Wajah : terlihat masih
pucat
O: sedikit pucat
Skala nyeri : 2
KU : lemah Skala nyeri : 3
- Tanda – tanda vital
Wajah : terlihat pucat - Tanda – tanda vital
a. Nadi : 88 kali/menit
Skala nyeri : 3 a. Nadi : 90 kali/menit
b. Suhu : 36,5 c
- Tanda – tanda vital b. Suhu : 36,5 c
c. TD : 137/88 mmHg
a. Nadi : 90 kali/menit c. TD : 139/88 mmHg
d. RR : 22 kali/menit
b. Suhu : 36,5 c d. RR : 22 kali/menit
c. TD : 140/90 mmHg
A:
d. RR : 22 kali/menit A:
Masalah pada resiko
Masalah pada resiko
gangguan saluran
A: gangguan saluran
kemih sehubung
Masalah pada resiko kemih sehubung
dengan penyempitan
gangguan saluran dengan penyempitan
otot di musculr di
kemih sehubung otot di musculr di
pelvis sudah teratasi .
dengan penyempitan pelvis sudah teratasi
otot di musculr di sebagian
pelvis sudah teratasi
P:
sebagian . P:
Pemasangan infus
Pemasangan infus
dan pemberian obat
P: dan pemberian obat
Pemasangan infus telah dilakukan. telah dilakukan.
dan pemberian obat Pasien Masih Pasien Masih
telah dilakukan. merasakan sedikit merasakan sedikit
Pasien Masih nyeri. nyeri.
merasakan nyeri. Lanjutkan intervensi Lanjutkan intervensi
Lanjutkan intervensi Cukup.

F. PERASAT YANG DILAKUKAN

a. Pemeriksaan fisik = Memeriksa TTV (suhu,RR,TD,Nadi) pada pasien


1. Prosedur tindakan
 Membaca basmalah, memberi salam, menyapa, memperkenalkan diri, dan
menjaga privasi
 Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur tindakan dan melakukan informed
consent
 Mencuci tangan 6 langkah.
 Memastikan kelengkapan alat dan meletakkan secara ergonomis.
 Mengukur suhu aksila:
a. Membersihkan thermometer dari bawah ke atas dan
memastikan batas angka menunjukkan angka 350C.
b. Membantu/menawarkan membuka baju pasien dan
mengeringkan ketiak dengan tissue.
c. Meletakkan thermometer di bawah pusat ketiak, tangan
disilangkan di depan dada dan tunggu selama 5 – 10 menit.
 Mengukur tekanan darah:
a. Menyanggah lengan atas dan membuka lengan baju.
b. Memasang manset.
c. Meletakkan manometer sejajar dengan mata.
d. Melakukan palpasi arteri radial sambil memompa hingga air
raksa naik 30 mmHg di atas berhentinya nadi radial tidak berdenyut
kemudian turunkan air raksa.
e. Memasang stetoskop di telinga.
f. Mencari denyutan arteri brakial dan meletakkan stetoskop di
atasnya.
g. Memompa dan menaikkan air raksa hingga 30 mmHg lebih
tinggi dari korotkof satu yang terdengar (sistolik).
h. Menurunkan air raksa 2 – 3 mmHg tiap denyutan sambil
mendengarkan bunyi denyutan terakhir yang menandakan diastolic dan
melepas manset.
 Menghitung denyut nadi:
a. Memposisikan pasien, jika:
1. Terlentang: meletakkan lengan depan menyilang dada
bawahnya dengan pergelangan tangan ekstensi dan telapak tangan
tertelungkup.
2. Duduk: melekukkan siku 900 dan menyanggah lengan bawah
oleh kursi atau tangan, pergelangan tangan ekstensi dan telapak tangan
tertelungkup.
b. Meletakkan 2 atau 3 jari (jari telunjuk, tengah dan manis) di
atas nadi radial dengan tekanan yang cukup.
c. Menghitung nadi dalam 15 detik (jika teratur), hasil dikalikan 4
dan 1 menit (jika tidak teratur) sambil memperhatikan keteraturan dan
kekuatan antara denyut nadi.
 Menghitung pernafasan
a. Meletakkan tangan bidan/perawat dan pasien di atas perut
atau dada bawah pasien sambil memegang tangan pasien.
b. Mengobservasi siklus pernafasan secara penuh dan
menghitung dalam 1 menit.
 Mengangkat thermometer dari atas ke bawah, membersihkan thermometer
menggunakan tissue kering dari pangkal ke ujung dan membaca skala
thermometer sejajar dengan mata.
 Membersihkan thermometer dengan mencelupkan ke larutan antiseptic, air
sabun dan air DTT kemudian mengeringkan thermometer, menurunkan
batas angka pada thermometer hingga menunjukkan angka 350C dan
mengembalikan pada tempatnya.
 Mengucapkan hamdalah, menyampaikan hasil pemeriksaan dan
mengucapkan terima kasih
 Merapikan pasien dan alat.
 Mencuci tangan 6 langkah.

b. Pemenuhan Kebutuhan cairan = pemasangan cairan infus.


1. Prosedur tindakan
a. Mengucapkan salam, Menyapa pasien, memperkenalkan diri, menjaga
privasi dan mengatur posisi pasien
b. Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur dan informed consent tindakan
pemasangan infus.
c. Mencuci tangan 6 langkah (tepungselaci put-put) dengan sabun
dibawah air mengalir.
d. Mengatur peralatan dan membuka kemasan steril.
e. Memasang klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip.
f. Menusukkan set infus kedalam botol cairan.
g. Mengisi selang infus dengan menekan bilik drip dan membuka klem rol.
h. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan
i. Memilih vena yang akan digunakan.
j. Meletakkan torniket 10-15 cm diatas tempat yang akan ditusuk.
k. Membersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol 70%.
l. Melakukan pungsi vena / penusukan.
m. Memeriksa apakah jarum sudah benar – benar masuk vena.
n. Menghubungkan adaptor jarum dengan selang infus.
o. Melepaskan klem roler untuk memulai tetesan infus.
p. Mengamankan kateter jarum atau jarum IV.
q. Mengatur kecepatan aliran sesuai kebutuhan.

C. Pemberian Obat = Memberikan Obar Parenteral Dengan Cara IV (Terapi)

 Prosedur pelaksanaan
o Menyapa/memberikan salam pasien, memperkenalkan diri dan menjaga
privasi pasien.
o Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur dan informed consent .
o Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode 6
langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.
o Pakai sarung tangan (tidak perlu steril hanya untuk melindungi petugas
dari infeksi)
o Bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
o Cari daerah yang terlihat jelas venanya
o Pasang pengalas di bawah daerah yang akan disuntik
o Ikat bagian di atas daerah yang akan di suntik dengan karet pembendung
agar vena mudah dilihat, untuk bagian lengan anjurkan pasien
mengepalkan tangan dengan ibu jari di dalam genggaman
o Hapus hamakan daerah penyuntikan secara sirkular dengan diaeter
kurang lebih 5 cm dengan menggunakan kapas alcohol 70%, tunggu
sampai kering
o Tegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan yang
tidak dominan)
o Tusukkan jarum ke dalam vena dengan lubang jarum menghadap ke atas,
jarum dan kulit membentuk sudut kurang lebih 20-25 derajat
o Tarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum sudah masuk ke
dalam vena yang ditandai dengan daraah masuk ke dalam tabung spuit
o Buka karet pembendung dan anjurkan pasien membuka kepalan
tangannya, masukkan obat secara perlahan jangan terlalu cepat.
o Tarik jarum keluar setelah obat masuk (pada saat menarik jarum kelur
tekan bekas suntikan dengan kapas alcohol agar darah tidak keluar)
o Rapikan klien dan bereskan alat (jarum suntik diisi dengan larutan chlorine
0,5% debelum dibuang)
o Cuci tangan menggunakan sarung tangan dalam larutan chlorine 0,5%,
lepas sarung tangan dengan cara dibalik, rendam dalam larutan chlorine
0,5% selama 10 menit.
o Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan
handuk bersih
o Lakukan dokumentasi/ pencatatan tindakan yang telah dilakukan

D. Pengurangan Rasa Nyeri = Melakukan Teknik Distraksi Pada Pasien Untuk


Mengurangi Rasa Nyeri

 Prosedur Tindakan
o Bernapas lambat dan berirama secara teratur
o Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya
o Mendengarkan musik. Tekniknya sebagai berikut :
a) Pilih musik yang sesuai dengan selera klien, perawat mempertimbangkan
usia dan latar belakang.
b) Gunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain dan
membantu klien berkonsentrasi pada music.
c) Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape mudah ditekan,
dimanipulasi, dan dibedakan.
d) Minta anggota keluarga untuk membawa pesawat tape dari rumah
o Mendorong untuk berkhayal yaitu melakukan bimbingan yang baik kepada klien
untuk mengkhayal. Teknik sebagai berikut :
o Atur posisi yang nyaman pada klien
o Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indera
o Minta klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang menyenangkan sambil
merelaksasikan tubuhnya.
o Bila klien tampak rileks,perawat tidak perlu bicara lagi.
o Jika klien menunjukkan tanda-tanda gelisah, atau tidak nyaman, perawat harus
menghentikan latihandan memulainya lagi ketika klien siap.

 LINK VIDEO
 PEMERIKSAAN FISIK = TANDA TANDA VITAL
https://studio.youtube.com/video/OWU65DDEbE8/edit
 PERAASAT YG DILAKUKAN DALAM KASUS BATU GINJAL
https://studio.youtube.com/video/n7Yum4Fq6yE/edit

DAFTAR PUSTAKA

Aslim, Octoveryal et al. 2014. “Original Article Dari Dua Sentimeter Di Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Subroto Tahun 2011-2014 Treatment of Kidney Stone With Stone
Burden More Than Two Centimeters in Gatot Soebroto Indonesia Army Central Hospital in
2011-2014.”

Djamhuri, Triana Riandani, Yuliet Yuliet, and Khildah Khaerati. 2016. “AKTIVITAS
PENGHAMBATAN PEMBENTUKAN BATU GINJAL (Antinefrolithiasis) EKSTRAK ETANOL
DAUN GEDI MERAH (Abelmoschus Moschtus Medik) PADA TIKUS PUTIH JANTAN.” Jurnal
Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal) 2(1): 31–37.
Ii, B A B. 2000. “Batu Ginjal.” : 1–20.

Rusdiana, Taofik et al. 2015. “Pengujian Efek Antikalkuli Dari Herba Seledri (Apium Graveolens L.)
Secara In Vitro.” Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology 2(2): 63.

Samita, Liza. 2018. “Program Studi d Iii Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis
Padang Tahun 2018.” : 1–104.

Nurqoriah, dkk. 2012. “Perbedaan Asupan Cairan Penderita Batu Ginjal Berdasarkan Kelompok
Umur, Jenis Kelamin, Tipe-Daerah, Dan Status-Ekonomi Di Pulau Sulawesi. Nutrire diaita volume
4 nomor 2, 153-165.

Tamin S,. (2012). Penilaian dan pengelolaan disfagia dengan evaluasi endoskopi fleksibel untuk
menelan. Workshop tentang disfagia dan refluks laringofaring. Jakarta.

Nakoneshny S & Matthews TW. (2013). Evaluasi penelanan serat optik (FEES): Prediktor
komplikasi yang berhubungan dengan menelan pada populasi kanker kepala dan leher. Head an
Neck; 10 (1002): 974-9.
Christin RN. (2017). Gambaran penderita disfagia yang menjalani pemeriksaan fiberoptic
endoscopic evaluation of swallowing di rsup dr.kariadi semarang. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol.
3 No. 2

Jenny JC, Pandaleke LS. Sengkey EA. (2014). Rehabilitasi Medik Pada Penderita Disfagia. Jurnal
Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 3. Manado.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2. Jakarta : EGC.
Hidayat A & Aziz A. (2012). Buku diagnosis keperawatan. Jakarta. EGC
Uliyah M dan Hidayat. 2011. Buku saku: Prosedur keterampilan dasar klini. Jakarta: Health books
Kasiati dan Rosmalawati. 2016. Kebutuhan dasar manusia I. Jakarta: kemenkes RI
Sriami, dkk. 2016. Keterampilan dasar kebidanan. Jakarta: kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai