Disusun Oleh :
Nining Alkomah
32101900047
TINJAUAN TEORI
1. PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih di dalam pelvis atau calyces
ginjal atau saluran kemih. Batu ginjal di saluran kemih (Kalkulus uriner) adalah masa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun
di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu disebut dengan
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). (Samita 2018)
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin mencapai nilai yang
memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap pada tubulus ginjal atau ureter.
Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini disebabkan adanya kelainan metabolisme atau
pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksolat serta
asam urat. Batu ginjal lainnya adalah batu sistim tetapi jarang terjadi (Nurqoriah, 2012). Penyakit
batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya pengkristalan kalsium dan atau
asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini memompa dan membentuk kristal yang
mengakibatkan terjadinya batu ginjal. Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh
seseorang, dimana tempat bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung
kemih (Nurqoriah, 2012).
B. ETIOLOGI
Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini merupakan beberapa
faktor penyebab dari batu ginjal :
1. Genetik (Bawaan) Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal sejak
dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit anak yang sejak kecil mengalami gangguan
metabolisme khususnya di bagian ginjal yaitu air seni nya memiliki kecendrungan mudah
mengendapkan garam membuat mudah terbentuknya batu karna fungsi ginjal tidak dapat bekerja
normal maka kelancaran proses pengeluaran air kemih nya mengalami gangguan, misalnya
banyak zat kapur di air kemih sehingga mudah mengendapkan batu. (Rusdiana et al. 2015)
2. Makanan Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan minuman.
Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kimia yang berefek pada pengendapan
air kemih, misalnya makanan yang mengandung kalsium tinggi, seperti oksolat dan fosfat.
(Rusdiana et al. 2015)
3. Aktivitas Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal. Resiko
terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk lebih tinggi dari pada orang yang
banyak berdiri atau bergerak dan orang yang kurang berolah raga karena tubuh kurang bergerak
(baik olah raga maupun aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran air seni
menjadikurang lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal yag diderita, penyakit lain bisa
dengan gampang menyerang.(Rusdiana et al. 2015)
C. MENIFESTASI KLINIS
Hariyanto (2008) menyatakan bahwa besar dan lokasi batu bervariasi, rasa sakit
disebabkan oleh obstruksi merupakan gejala utama. Batu yang besar dengan permukaan yang
kasar yang masuk ke dalam ureter akan menambah frekuensi dan memaksa kontraksi ureter
secara otomatis. Rasa sakit yang dimulai dari pinggang bawah menuju ke pinggul, kemudian ke
alat kelamin luar. Intensitas rasa sakit berfluktuasi dan rasak sakit yang luar biasa bisa merupakan
puncak dari kesakitan.
Menurut handriadi (2006) menyatakan apabila batu berada di ginjal dan kalik, rasa sakit
menetap dan kurang intensitasnya. Sakit pinggang terjadi bila batu yang mengadakan obstruksi
berada di dalam ginjal. Sedangkan rasa sakit yang parah terjadi bila batu telah pindah ke bagian
ureter. Mual dan muntah selalu mengikuti rasa sakit yang berat. Penderita batu ginjal kadang-
kadang juga mengalami panas, kedinginan, adanya darah di dalam urin bila batu melukai urin,
distensi perut, nanah dalam urin. Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di
dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis
(nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di
daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan
paha sebelah dalam (Brunner dan Suddarth, 2003).
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan
darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu
melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih,
bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran
di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan
pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.(jarot,2008)
D. PATOFISIOLOGI
Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine membentuk
endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam urat. Komponen yang lebih
jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi
bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium
bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asam urat). (Djamhuri, Yuliet, and Khaerati
2016)
Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor yang
mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks protein. Pada
umumnya Kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari agregasi
menjadi partikel yang lebih besar, di antaranya partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui
saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan berkembang membentuk batu. Renal kalkuli
merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan gabungan dari 20 beberapa tipe. Sekitar 80% batu
salurn kemih mengandung kalsium fosfat dan kalsium oksalat. (Djamhuri, Yuliet, and Khaerati
2016)
Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, 2009 menyatakan bahwa sebagian
batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun asimtomatik. Teori
terbentuknya batu antara lain :
b. Teori supersaurasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang
bersifat asam akan mengendap sistin,, santin, asam dan garam urat. Sedangkan pada urin
yang bersifat alkali akan mengendap garam garam fosfat
E. PATHWAYS
Urolithiasis
Nyeri Akut
Robekan vaskuler
Resiko Gngguan fugsi ginjal meningkat Gangguan eliminasi urine Kolinisasi bakteri
(Ii 2000)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. KOMPLIKASI
Menurut (Samita 2018), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih adalah :
1. Gagal ginjal
Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi
batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan
iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urine yang statis menupakan tempatyang baik untuk perkembangbiakan
mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
3. Hydronefrosis
Oleh karena aliran urine terhambat menyebabkan urine tertahan dan menumpuk diginjal
dan lama kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urine.
4. Vaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang sehingga terjadikematian
jaringan.
H. PENATALAKSANAAN
1) Pengurangan nyeri Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat
nyeri yang luar biasa, mandi air panas atau hangat di area panggul, pembarian cairan
kecuali untuk pasien muntah atau menderita gagal jantung kongestif. Pemberian cairan
dibutuhkan mengurangi konsentrasi kristoid urin, mengecerkan urin, dan menjamin haluaran
yang besar serta meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang batu sehingga
mendorong massase batu kebawah. (Aslim et al. 2014)
3) Terapi nutrisi dan medikasi Tujuan terapi adalah membuat pengeceran dimana batu
sering terbentuk dan membatasi makanan yang memberikan kontribusi pada pembentukan
batu serta anjurkan klien untuk bergerak agar mengurangi pelepasan kalsium dari tulang.
Tujuan pemberian terapi diit rendah protein, rendah garam adalah pembatu memperlambat
pertumbuhan batu ginjal atau membatu mencengah pembentukan batu ginjal. (Aslim et al.
2014)
I. FOKUS PENGKAJIAN
Pengertian
Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan cara untuk mendeteksi adanya
perubahan pada sistem tubuh. Tanda-tanda vital merupakan hal yang sangat
penting pada perubahan fungsi tubuh karena dapat menunjukkan
ketidakseimbangan fungsi sistem tubuh dan merupakan indikator respon tubuh
dari organ-organ penting tubuh terhadap stressor fisik, lingkungan, dan
psikologis, sehingga penanganan/asuhan dapat segera diberikan. Pemeriksaan
tanda-tanda vital meliputi: pengukuran suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan dan
tekanan darah.
a) Pengukuran Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh
dan diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal
yaitu ± 60C dari 370C) dengan menyeimbangkan antara panas yang
dihasilkan dan panas yang dilepaskan.
Temperature tubuh normal
Variasi dari suhu tubuh normal terjadi pada setiap orang dengan
rentang 0,3 – 0,60C.
Tabel 4. Rata-rata suhu tubuh normal pada dewasa dalam kondisi
sehat
Oral Rektal Aksila Timpani Dahi
37,0 c 37,5 c 36,5 c 37,5 c 34,3 c
*rata-rata normal suhu timpani tergantung dari kalibrasi dan
pengaturan mode dari thermometer membrane timpani.
b) Pengukuran Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh adanya
perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan penyempitan
(vasokonstriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel
melawan dinding aorta.
Tekanan nadi adalah tekanan yang ditimbulkan oleh perbedaan
sistolik dan diastolic. Denyut nadi dipengaruhi oleh saraf simpatik
(untuk meningkatkan) dan saraf parasimpatik (untuk menurunkan).
Nadi Normal dan Abnormal
Komponen dari nadi yang umumnya dikaji adalah frekuensi, irama,
dan amplitudo. Nadi merupakan tanda vital yang melibatkan system
kardiovaskuler. Oleh karena itu, apabila mengkaji keadaan nadi, hal
itu sama dengan mengkaji keadaan integritas system kardiovaskuler,
sedangkan keadaan system kardiovaskuler mengindikasikan perfusi
jaringan (sel).
- Frekuensi nadi normal per menit untuk berbagai usia
Usia Perkiraan Rentang Perkiraan Rata-Rata
Normal (x/menit) (x/menit)
BBL – 1 bulan 120 – 160 140
1 – 12 bulan 80 – 140 120
12 bulan – 2 tahun 80 – 130 110
2 – 6 tahun 75 – 120 100
6 – 12 tahun 75 – 110 95
Remaja – Dewasa 60 – 100 80
c) . Pengukuran Pernafasan
Tujuan utama bernafas adalah menyuplai O2 ke sel-sel tubuh
dan membuang CO2 keluar dari sel tubuh. Fungsi lain dari bernafas
adalah membantu mempertahankan suhu tubuh dan mengeluarkan
kelebihan air (penguapan).
Pernafasan Normal dan Abnormal
Frekuensi pernafasan
Dalam kondisi normal, pernafasan orang dewasa sehat adalah 16 –
20 kali/menit. Frekuensi pernafasan pada bayi dan anak-anak lebih
cepat. Ada hubungan yang konsisten antara frekuensi nadi dengan
frekuensi pernafasan pada orang sehat, dimana perbandingannya
adalah dalam 1 kali pernafasan akan terdapat 4 kali denyut jantung.
Selama sakit, frekuensi pernafasan akan bervariasi.
Kedalaman Pernafasan
Dalam keadaan istirahat, kedalaman pernafasan adalah sama.
Kedalaman pernafasan secara umum digambarkan dalam rentang
dari dangkal hingga dalam. Secara periodic setiap orang secara
otomatis menghirup secara dalam, dimana paru-paru akan terisi
udara lebih banyak dibandingkan dengan kedalaman
pernafasanbiasa.
Apneu = periode tidak ada pernafasan (pasien tidakbernafas)
Dispneu = keadaan kesulitan bernafas Suara Nafas
Suara nafas didengarkan dengan menggunakan stetoskop di
seluruh area paru. Biasanya, pernafasan relative tidak ada suara.
d) Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tenaga yang digunakan darah untuk
melawan dinding pembuluh. Tekanan maksimum darah digunakan
pada dinding arteri ketika ventrikel kiri pada jantung mendorong
darah melalui katup aorta ke dalam aorta selama systole. Tekanan
tertinggi tersebut dinamakan tekanan sistolik. Pada orang dewasa
sehat normalnya adalah 120 mmHg.
Ketika jantung istirahat di antara denyutan (diatole), maka
tekanan akan menurun. Tekanan terendah pada dinding arteri
disebut tekanan diastolik. Pada orang dewasa normalnya adalah 80
mmHg. Tekanan darah diukur dalam millimeter, numeratornya
adalah tekanan sistolik sementara denominatornya adalah tekanan
diastolik. Sebagai contoh tekanan darah 120/80 mmHg, artinya 120
adalah tekanan sistolik dan 80 adalah tekanan distolik.
Prosedur Pelaksanaan
Membaca basmalah, memberi salam, menyapa, memperkenalkan diri, dan
menjaga privasi
Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur tindakan dan melakukan informed
consent
Mencuci tangan 6 langkah.
Memastikan kelengkapan alat dan meletakkan secara ergonomis.
Mengukur suhu aksila:
a. Membersihkan thermometer dari bawah ke atas dan
memastikan batas angka menunjukkan angka 350C.
b. Membantu/menawarkan membuka baju pasien dan
mengeringkan ketiak dengan tissue.
c. Meletakkan thermometer di bawah pusat ketiak, tangan
disilangkan di depan dada dan tunggu selama 5 – 10 menit.
Mengukur tekanan darah:
a. Menyanggah lengan atas dan membuka lengan baju.
b. Memasang manset.
c. Meletakkan manometer sejajar dengan mata.
d. Melakukan palpasi arteri radial sambil memompa hingga air
raksa naik 30 mmHg di atas berhentinya nadi radial tidak berdenyut
kemudian turunkan air raksa.
e. Memasang stetoskop di telinga.
f. Mencari denyutan arteri brakial dan meletakkan stetoskop di
atasnya.
g. Memompa dan menaikkan air raksa hingga 30 mmHg lebih
tinggi dari korotkof satu yang terdengar (sistolik).
h. Menurunkan air raksa 2 – 3 mmHg tiap denyutan sambil
mendengarkan bunyi denyutan terakhir yang menandakan diastolic dan
melepas manset.
Menghitung denyut nadi:
a. Memposisikan pasien, jika:
1. Terlentang: meletakkan lengan depan menyilang dada
bawahnya dengan pergelangan tangan ekstensi dan telapak tangan
tertelungkup.
2. Duduk: melekukkan siku 900 dan menyanggah lengan bawah
oleh kursi atau tangan, pergelangan tangan ekstensi dan telapak tangan
tertelungkup.
b. Meletakkan 2 atau 3 jari (jari telunjuk, tengah dan manis) di
atas nadi radial dengan tekanan yang cukup.
c. Menghitung nadi dalam 15 detik (jika teratur), hasil dikalikan 4
dan 1 menit (jika tidak teratur) sambil memperhatikan keteraturan dan
kekuatan antara denyut nadi.
Menghitung pernafasan
a. Meletakkan tangan bidan/perawat dan pasien di atas perut
atau dada bawah pasien sambil memegang tangan pasien.
b. Mengobservasi siklus pernafasan secara penuh dan
menghitung dalam 1 menit.
Mengangkat thermometer dari atas ke bawah, membersihkan thermometer
menggunakan tissue kering dari pangkal ke ujung dan membaca skala
thermometer sejajar dengan mata.
Membersihkan thermometer dengan mencelupkan ke larutan antiseptic, air
sabun dan air DTT kemudian mengeringkan thermometer, menurunkan
batas angka pada thermometer hingga menunjukkan angka 350C dan
mengembalikan pada tempatnya.
Mengucapkan hamdalah, menyampaikan hasil pemeriksaan dan
mengucapkan terima kasih
Merapikan pasien dan alat.
Mencuci tangan 6 langkah.
2). Pemenuhan kebutuhan cairan
Pengertian :
Prosedur pelaksanaan :
a. Mengucapkan salam, Menyapa pasien, memperkenalkan diri, menjaga
privasi dan mengatur posisi pasien
b. Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur dan informed consent tindakan
pemasangan infus.
c. Mencuci tangan 6 langkah (tepungselaci put-put) dengan sabun
dibawah air mengalir.
d. Mengatur peralatan dan membuka kemasan steril.
e. Memasang klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip.
f. Menusukkan set infus kedalam botol cairan.
g. Mengisi selang infus dengan menekan bilik drip dan membuka klem rol.
h. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan
i. Memilih vena yang akan digunakan.
j. Meletakkan torniket 10-15 cm diatas tempat yang akan ditusuk.
k. Membersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol 70%.
l. Melakukan pungsi vena / penusukan.
m. Memeriksa apakah jarum sudah benar – benar masuk vena.
n. Menghubungkan adaptor jarum dengan selang infus.
o. Melepaskan klem roler untuk memulai tetesan infus.
p. Mengamankan kateter jarum atau jarum IV.
q. Mengatur kecepatan aliran sesuai kebutuhan.
Pengertian
a. Pengertian
Menyuntikkan cairan obat ke dalam vena
b. Tujuan
Mempercepat reaksi obat, sehingga obat langsung masuk ke system sirkulasi
darah, memberikan obat khusus lewat intravena, ada gangguan pemberian obat
melalui oral.
c. Keunggulan
Reaksi lebih cepat, baik untuk keadaan darurta, baik untuk obat yang jumlahnya
banyak.
d. Kelemahan
Bila teknik salah akibatnya fatal, bila klien mengalami alergi reaksinya akan cepat,
tidak semua obat dapat diberikan secara intravena.
e. Lokasi penyuntikkan
a. Pada lengan (vena mediana cubiti/ vena cephalica)
b. Pada tungkai (vena saphenosus)
c. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
d. Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
Pengertian
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori aktivasi
retikuler, yaitu menghambat stimulus nyeri ketika seseorang menerima masukan
sensori yang cukup atau berlebihan, sehingga menyebabkan terhambatnya impuls
nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien).
Stimulus sensori yang menyenangkan akan merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Distraksi bekerja
memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi
nyeri intensif hanya berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan
prosedur invasif atau saat menunggu kerja analgesik.
a. Tujuan
Tujuan teknik distraksi adalah untuk pengalihan atau menjauhi perhatian terhadap
sesuatu yang sedang dihadapi, misalnya : rasa sakit (nyeri)
b. Manfaat
1) Memberikan rasa nyaman, santai dan merasa berada pada situasi yang lebih
menyenangkan
2) Memusatkan perhatian untuk menjauhi rasa nyeri.
3) Pada pasien pediatric dinilai sangat efektif untuk mengurangi nyeri. Teknik yang
disukai oleh anak-anak antara lain : melihat gambar di buku, meniup gelembung atau
menghitung
4) Pada pasien disstres, teknik sentuhan, usapan dan tepukan atau mengayun dapat
mnjd teknik distraksi yang baik
5) Menambah pengetahuan orang tua untuk berpartisipasi dalam penanganan nyeri
pada anak dan mengurangi kecemasan pada orangtua.
c. Prosedur
Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya,antara lain:
1) Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat pemandangan,
dan gambar termasuk distraksi visual.
2) Distraksi pendengaran
Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik
air.Kliendianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang tenang,
sepertimusik klasik.Klien diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama lagu.Klien
juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu, seperti
bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
Musik merupakan salah satu teknik distraksi yang efektif. Musik dapat
menurunkan nyeri fisiologis, stress, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian
seseorang dari nyeri. Musik terbukti menunjukkan efek antara lain menurunkan
frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan
nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi waktu.
Bidan/perawat dapat menggunakan musik dengan kreatif di berbagai situasi
klinik.Klien umumnya lebih menyukai menampilkan suatu kegiatan (memainkan alat
musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan musik).Musik yang sejak awal sesuai
dengan suasana hati klien, biasanya merupakan pilihan yang paling baik.Musik
klasik, pop, dan modern (musik tanpa vokal) digunakan pada terapimusik.Musik
menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang dan
waktu.Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek
teraupetik.Di keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat memberikan
hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri pascaoperasi klien.
Berdasarkan penelitian Moeloek (2005) dan A. Suci E., (2005), musik dapat
meningkatkan dan menstimulasi endorphin (hormon yang berguna untuk
menurunkan nyeri) serta mengatur hormon yang berkaitan dengan stress yaitu
adrenalin dan kortisol. Musik memberikan stimulasi sensori yang menyenangkan
sehingga menyebabkan pelepasan endorphin.
Salah satu jenis musik yang banyak digunakan adalah musik klasik,seperti
musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik
Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan.Beberapa penelitian
sudah membuktikan. Menurut penelitian Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell,
musik mozart dapat mengurangi tingkat ketegangan emosi atau nyerifisik. Mereka
mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.Dibanding musik klasiklainnya, melodi dan
frekuensi yang tinggi pada karya-karya Mozart mampu merangsang dan
memberdayakan daerah kreatif dan motivatif di otak.Yang tak kalah penting adalah
kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu sendiri.Namun, tidak berarti karya
komposer klasik lainnya tidak dapat digunakan (Andreana, 2006). Sebenarnya
bukan hanya musik karya Mozart saja yang mempunyai efek mengagumkan, tetapi
semua musik yang berirama lembut serta mampu menenangkan suasana juga
diidentifikasi memiliki efek Mozart (Alatas,2007). Selain itu, penelitian A. Suci E.
(2005) juga membuktikan bahwa teknik distraksi musik dengan menggunakan
musik anak-anak memiliki efektivitas yang lebih tinggi dalam menurunkan nyeri
pada anak-anak, terutama pada saat pemasangan infus.
d. Langkah Pelaksanaan Teknik Distraksi
Teknik distraksi yang dapat dilakukan di antaranya adalah :
o Bernapas lambat dan berirama secara teratur
o Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya
o Mendengarkan musik. Tekniknya sebagai berikut :
a) Pilih musik yang sesuai dengan selera klien, perawat mempertimbangkan
usia dan latar belakang.
b) Gunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain dan
membantu klien berkonsentrasi pada music.
c) Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape mudah ditekan,
dimanipulasi, dan dibedakan.
d) Minta anggota keluarga untuk membawa pesawat tape dari rumah
o Mendorong untuk berkhayal yaitu melakukan bimbingan yang baik kepada klien
untuk mengkhayal. Teknik sebagai berikut :
o Atur posisi yang nyaman pada klien
o Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indera
o Minta klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang menyenangkan sambil
merelaksasikan tubuhnya.
o Bila klien tampak rileks,perawat tidak perlu bicara lagi.
o Jika klien menunjukkan tanda-tanda gelisah, atau tidak nyaman, perawat harus
menghentikan latihandan memulainya lagi ketika klien siap.
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. d
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Lumpit
Diagnosa Medis : Batu ginjal
Tanggal Masuk : 15 juni 2020 ( pukul 12.00)
Tanggal Pengkajian : 15 juni 2020 (pukul 14.00)
c. Pola Eliminasi
Data fokus BAB: selama sakit BAB pasien tidak ada keluhan atau
perubahan
Data fokus BAK : selama sakit urin pasien mengalami perubahan
warna pekat, bau menyengat dan jumlah sedikit serta nyeri saat BAK.
Sebelum Sakit Selama Sakit
BAB 1 kali sehari 1 hari sekali
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Cokelat Cokelat
Bau Tidak menyengat Tidak menyengat
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK 6-7 kali sehari 3 kali sehari
Warna Jernih Kuning pekat
Jumlah Normal : 1 gelas air mineral Hanya sedikit
Bau Tidak menyengat Menyengat
Keluhan Tidak ada Nyeri saat BAK di
bagian pinggang
sebelah kiri
B. DATA OBJEKTIF
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terapi
D. ANALISA DATA
E. INTERVENSI
G. EVALUASI
Diagnosa Hari l Hari ll Hari lll
(16 Juni 2020) (17 Juni 2020) (18 Juni 2020)
Nyeri pinggang di S: S: S:
sebelah kiri kkarena Tn B mengatakan
Ny. D datang ke Tn B mengatakan
mengalami gangguan
rasa nyeri di bagian
saluran kemih RSUD dengan rasa nyeri di bagian
sehbung dengan pinggang sebelah kiri
keluhan nyeri pinggang sebelah kiri
penyempitann otot di
yang di alaminya
muscular di pelvis pinggang di sebelah yang di alaminya
sudah membaik dan
kiri karena adanya sudah mulai
tidak merasakan nyeri
gangguan saluran berkurang dan,
lagi .
perkemihan sehubung
dengan penyempitan O:
O:
otot di muscular di KU :Masih terlihat
KU : Baik, tidak lemah
pelvis. lemah
Wajah : terlihat tidak
Wajah : terlihat masih
pucat
O: sedikit pucat
Skala nyeri : 2
KU : lemah Skala nyeri : 3
- Tanda – tanda vital
Wajah : terlihat pucat - Tanda – tanda vital
a. Nadi : 88 kali/menit
Skala nyeri : 3 a. Nadi : 90 kali/menit
b. Suhu : 36,5 c
- Tanda – tanda vital b. Suhu : 36,5 c
c. TD : 137/88 mmHg
a. Nadi : 90 kali/menit c. TD : 139/88 mmHg
d. RR : 22 kali/menit
b. Suhu : 36,5 c d. RR : 22 kali/menit
c. TD : 140/90 mmHg
A:
d. RR : 22 kali/menit A:
Masalah pada resiko
Masalah pada resiko
gangguan saluran
A: gangguan saluran
kemih sehubung
Masalah pada resiko kemih sehubung
dengan penyempitan
gangguan saluran dengan penyempitan
otot di musculr di
kemih sehubung otot di musculr di
pelvis sudah teratasi .
dengan penyempitan pelvis sudah teratasi
otot di musculr di sebagian
pelvis sudah teratasi
P:
sebagian . P:
Pemasangan infus
Pemasangan infus
dan pemberian obat
P: dan pemberian obat
Pemasangan infus telah dilakukan. telah dilakukan.
dan pemberian obat Pasien Masih Pasien Masih
telah dilakukan. merasakan sedikit merasakan sedikit
Pasien Masih nyeri. nyeri.
merasakan nyeri. Lanjutkan intervensi Lanjutkan intervensi
Lanjutkan intervensi Cukup.
Prosedur pelaksanaan
o Menyapa/memberikan salam pasien, memperkenalkan diri dan menjaga
privasi pasien.
o Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur dan informed consent .
o Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode 6
langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.
o Pakai sarung tangan (tidak perlu steril hanya untuk melindungi petugas
dari infeksi)
o Bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
o Cari daerah yang terlihat jelas venanya
o Pasang pengalas di bawah daerah yang akan disuntik
o Ikat bagian di atas daerah yang akan di suntik dengan karet pembendung
agar vena mudah dilihat, untuk bagian lengan anjurkan pasien
mengepalkan tangan dengan ibu jari di dalam genggaman
o Hapus hamakan daerah penyuntikan secara sirkular dengan diaeter
kurang lebih 5 cm dengan menggunakan kapas alcohol 70%, tunggu
sampai kering
o Tegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (tangan yang
tidak dominan)
o Tusukkan jarum ke dalam vena dengan lubang jarum menghadap ke atas,
jarum dan kulit membentuk sudut kurang lebih 20-25 derajat
o Tarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum sudah masuk ke
dalam vena yang ditandai dengan daraah masuk ke dalam tabung spuit
o Buka karet pembendung dan anjurkan pasien membuka kepalan
tangannya, masukkan obat secara perlahan jangan terlalu cepat.
o Tarik jarum keluar setelah obat masuk (pada saat menarik jarum kelur
tekan bekas suntikan dengan kapas alcohol agar darah tidak keluar)
o Rapikan klien dan bereskan alat (jarum suntik diisi dengan larutan chlorine
0,5% debelum dibuang)
o Cuci tangan menggunakan sarung tangan dalam larutan chlorine 0,5%,
lepas sarung tangan dengan cara dibalik, rendam dalam larutan chlorine
0,5% selama 10 menit.
o Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan
handuk bersih
o Lakukan dokumentasi/ pencatatan tindakan yang telah dilakukan
Prosedur Tindakan
o Bernapas lambat dan berirama secara teratur
o Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya
o Mendengarkan musik. Tekniknya sebagai berikut :
a) Pilih musik yang sesuai dengan selera klien, perawat mempertimbangkan
usia dan latar belakang.
b) Gunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain dan
membantu klien berkonsentrasi pada music.
c) Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape mudah ditekan,
dimanipulasi, dan dibedakan.
d) Minta anggota keluarga untuk membawa pesawat tape dari rumah
o Mendorong untuk berkhayal yaitu melakukan bimbingan yang baik kepada klien
untuk mengkhayal. Teknik sebagai berikut :
o Atur posisi yang nyaman pada klien
o Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang
menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua indera
o Minta klien untuk tetap berfokus pada bayangan yang menyenangkan sambil
merelaksasikan tubuhnya.
o Bila klien tampak rileks,perawat tidak perlu bicara lagi.
o Jika klien menunjukkan tanda-tanda gelisah, atau tidak nyaman, perawat harus
menghentikan latihandan memulainya lagi ketika klien siap.
LINK VIDEO
PEMERIKSAAN FISIK = TANDA TANDA VITAL
https://studio.youtube.com/video/OWU65DDEbE8/edit
PERAASAT YG DILAKUKAN DALAM KASUS BATU GINJAL
https://studio.youtube.com/video/n7Yum4Fq6yE/edit
DAFTAR PUSTAKA
Aslim, Octoveryal et al. 2014. “Original Article Dari Dua Sentimeter Di Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Subroto Tahun 2011-2014 Treatment of Kidney Stone With Stone
Burden More Than Two Centimeters in Gatot Soebroto Indonesia Army Central Hospital in
2011-2014.”
Djamhuri, Triana Riandani, Yuliet Yuliet, and Khildah Khaerati. 2016. “AKTIVITAS
PENGHAMBATAN PEMBENTUKAN BATU GINJAL (Antinefrolithiasis) EKSTRAK ETANOL
DAUN GEDI MERAH (Abelmoschus Moschtus Medik) PADA TIKUS PUTIH JANTAN.” Jurnal
Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal) 2(1): 31–37.
Ii, B A B. 2000. “Batu Ginjal.” : 1–20.
Rusdiana, Taofik et al. 2015. “Pengujian Efek Antikalkuli Dari Herba Seledri (Apium Graveolens L.)
Secara In Vitro.” Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology 2(2): 63.
Samita, Liza. 2018. “Program Studi d Iii Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis
Padang Tahun 2018.” : 1–104.
Nurqoriah, dkk. 2012. “Perbedaan Asupan Cairan Penderita Batu Ginjal Berdasarkan Kelompok
Umur, Jenis Kelamin, Tipe-Daerah, Dan Status-Ekonomi Di Pulau Sulawesi. Nutrire diaita volume
4 nomor 2, 153-165.
Tamin S,. (2012). Penilaian dan pengelolaan disfagia dengan evaluasi endoskopi fleksibel untuk
menelan. Workshop tentang disfagia dan refluks laringofaring. Jakarta.
Nakoneshny S & Matthews TW. (2013). Evaluasi penelanan serat optik (FEES): Prediktor
komplikasi yang berhubungan dengan menelan pada populasi kanker kepala dan leher. Head an
Neck; 10 (1002): 974-9.
Christin RN. (2017). Gambaran penderita disfagia yang menjalani pemeriksaan fiberoptic
endoscopic evaluation of swallowing di rsup dr.kariadi semarang. Jurnal Kesehatan Tadulako Vol.
3 No. 2
Jenny JC, Pandaleke LS. Sengkey EA. (2014). Rehabilitasi Medik Pada Penderita Disfagia. Jurnal
Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 3. Manado.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2. Jakarta : EGC.
Hidayat A & Aziz A. (2012). Buku diagnosis keperawatan. Jakarta. EGC
Uliyah M dan Hidayat. 2011. Buku saku: Prosedur keterampilan dasar klini. Jakarta: Health books
Kasiati dan Rosmalawati. 2016. Kebutuhan dasar manusia I. Jakarta: kemenkes RI
Sriami, dkk. 2016. Keterampilan dasar kebidanan. Jakarta: kemenkes RI