Anda di halaman 1dari 60

Asuhan Kebidanan

Kehamilan dengan Gangguan Jiwa

Dr Elly Noerhidajati, SpKJ


1. Gangguan Anxietas pada kehamilan
2. Gangguan Depresi pada kehamilan
3. Gangguan Psikotik pada kehamilan
GANGGUAN ANSIETAS
PADA KEHAMILAN

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Pengertian
Kecemasan adalah suatu respon dari pengalaman yang tidak
menyenangkan yang ditandai dengan perasaan gelisah, timbul
ketakutan karena akan menghadapi ancaman yang akan dialami
oleh individu dan disertai dengan rangsangan fisiologis.
EPIDEMIOLOGI

• Gangguan kecemasan lebih sering terjadi pada wanita dari


pada pria. saat periode perinatal telah dilaporkan merupakan
waktu yang sangat rentan untuk timbulnya atau kambuhnya
gangguan kecemasan pada wanita.
• sebuah studi oleh Phillips et al. melaporkan bahwa 14,3% ibu
menyatakan timbulnya kecemasan saat melahirkan, dan 20%
wanita dengan kecemasan selama kehamilan dan 51,4%
setelah melahirkan.
EPIDEMIOLOGI

• 15-20% Gangguan kecemasan terdapat pada kehamilan


berisiko tinggi, di mana kehamilan resiko tinggi
mempengaruhi ibu dan janin yang dapat memperburuk
stres, sehingga meningkatkan kecemasan
• Fairbrother dkk melaporkan bahwa wanita dengan risiko
tinggi kehamilan ditemukan memiliki insiden 5,2x lebih
besar kecemasan dibandingkan dengan wanita dengan
kehamilan berisiko rendah.
ANSIETAS PADA KEHAMILAN
• Ansietas merupakan salah satu dampak yang
paling sering dialami ibu selama hamil dan
menjelang masa persalinan.
• Wanita yang baru pertama kali mengandung,
akan merasa gelisah, was-was, dan takut
menghadapi rasa sakit manjelang saat
melahirkan.
ANSIETAS DAN KEHAMILAN
Mayoritas wanita hamil dengan kecemasan ditemukan memiliki kekhawatiran yang
tidak terkait dengan Gangguan Cemas Menyeluruh (GAD )dan yang mengarah ke
kecemasan terkait kehamilan . Sebuah studi oleh Huzinik dkk, kecemasan pada
kehamilan dibagi menjadi tiga :
1. Takut melahirkan
2. Takut memiliki gangguan pada anak
3. Takut akan penampilan fisik ibu.
Peningkatan kecemasan ini diyakini sebagai salah satu diferensiasi utama antara GAD
dan kecemasan pada kehamilan
Dalam sebuah penelitian, perempuan dengan riwayat GAD atau kecemasan, risiko
kecemasan pada kehamilan meningkat
ANSIETAS DAN KEHAMILAN

• Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) dijelaskan dengan pola pikiran kronis dan


mengganggu disertai perilaku berulang yang meningkatkan kecemasan, yang
dapat berkembang atau memburuk selama kehamilan. Wanita yang memiliki OCD
sebelum kehamilan dilaporkan akan berkembang dan bahkan memburuk periode
pasca-partum
• Viswasam dkk melaporkan 39% wanita dengan OCD dengan onset baru selama
kehamilan memiliki kompulsivitas yang memburuk karena kehamilan, kemudian
meningkat pada periode pasca-partum. Pada tingkat yang lebih parah, kecemasan
akan tidak terkendali dan menghasilkan perilaku negatif,
SUMBER ANSIETAS PADA KEHAMILAN

1. Ketakutan untuk melahirkan dan kekhawatiran akan nasib anak yang akan
dilahirkan
a. Kecemasan terhadap diri sendiri
• Ibu cemas terhadap kemungkinan komplikasi waktu hamil seperti pada ibu penderita
Diabetes pra-kehamilan dan preeklampsia, Sebaliknya wanita dengan kecemasan
dan/atau depresi selama kehamilan 2.3 kali lebih besar menderita hipertensi selama
kehamilan dibandingkan dengan wanita tanpa kecemasan /atau depresi.
• cemas waktu bersalin
• cemas terhadap nyeri waktu bersalin, kekhawatiran tidak segera memperoleh
pertolongan ataupun perawatan yang semestinya dan mungkin pula cemas terhadap
ancaman bahaya maut.
• Obesitas wanita lebih rentan terhadap gangguan kecemasan karena kenaikan berat
badan kehamilan yang berlebihan dan/atau pasca-partum
b. Kecemasan terhadap anaknya
Kecemasan mengenai cacat, perlukaan, keguguran, kematian
dalam kandungan. Berbagai perasaan cemas ini akan mudah
timbul apabila si ibu itu sendiri telah mengalami, melihat,
ataupun mendengar hal-hal yang tidak diinginkan yang telah
menimpa tetangganya, saudaranya, atau temannya.
2. Rasa penolakan terhadap anak yang dikandung
Rasa penolakan terhadap anak tidak selalu berupa usaha
untuk menggugurkan akan tetapi sering dicerminkan dalam
sikap tingkah laku si ibu, misalnya: terkejut, menyesal waktu
mengetahui bahwa ia hamil atau bersikap murung selama
kehamilan.
Rasa penolakan akan didukung jika dari pihak suami juga
tidak menginginkan anak tsb.
FAKTOR ANSIETAS PADA KEHAMILAN

Faktor risiko yang terkait dengan kecemasan selama kehamilan dan persalinan adalah dua faktor
utama yaitu faktor risiko fisiologis dan factor lainya mencakup lingkungan, fisik, penentu
biologis, sosial, dan psikologis yang dapat menyebabkan seseorang untuk gangguan kecemasan
di periode antepartum, intrapartum atau pasca-partum.
• Faktor lingkungan dapat mencakup kehidupan sehari-hari terkait tanggung jawab rumah atau
di tempat kerja.
• jumlah dukungan sosial yang kurang
• status sosial ekonomi (pendapatan, pekerjaan,pendidikan) juga merupakan prediksi
kemungkinan meningkatkan kecemasan selama kehamilan
ansietas dibagi menjadi empat tahap yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Towsend,
2009)
1. Ansietas ringan
secara fisiologis pada ansietas ringan masih menunjukkan tanda-tanda vital dalam
batas normal, adanya ketegangan otot ringan dan pupil berada pada kondisi normal
atau kontriksi (Fortinash, 2003)
2. Ansietas sedang
Pada ansietas sedang, tanda fisiologis yang ditampilkan adalah tanda-tanda vital dalam
kondisi normal atau mulai terjadi peningkatan, terjadi ketegangan dan muncul perasaan
tidak nyaman.
3. Ansietas berat
Individu mengalami kesulitan berpikir dan melakukan
pertimbangan, otot- otot menjadi tegang, tanda-tanda vital
meningkat, mondar-mandir, memperlihatkan kegelisahan,
iritabilitas dan kemarahan atau menggunakan cara psikomotor-
emosional lainnya untuk melepas ketegangan.
Isac (2001) menjelaskan bahwa efek yang ditimbulkan pada skala
ansietas berat adalah ketidakmampuan berfokus atau
menyelesaikan masalah serta terjadinya aktivasi sistem saraf
simpatik.
4. Serangan panik
berlangsung 15 sampai 30 menit ketika individu mengalami
ketakutan emosional yang besar dan ketidak nyamanan fisiologis.
Selama serangan panik, individu terlihat sangat cemas dan
menunjukkan empat atau lebih gejala berikut : palpitasi,
berkeringat, tremor, sesak napas, rasa tercekik, nyeri dada, mual,
distres abdomen, pusing, parestesia, menggigil atau hot flash.
Lonjakan adrenalin menyebabkan tanda-tanda vital sangat
meningkat dan diseratai pupil membesar.
EFEK ANSIETAS TERHADAP KEHAMILAN

Wanita dengan kecemasan pada kehamilan meningkatkan risiko untuk terjadinya


gangguan pertumbuhan janin, berat badan lahir rendah/BBLR dan
premature yang dapat menimbulkan pneumonia, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi dan sepsis, ductus paten arteriosus dan enterocolitis.
gangguan Kecemasan ibu selama kehamilan juga telah berimplikasi pada
masalah sosial-emosional dan temperamen pada keturunannya, seperti afek
negatif atau emosi negatif
TERAPI

1. Terapi Kognitif-Perilaku
Cognitive behaviour therapy (CBT) merupakan psikoterapi
jangka pendek yang menjadi dasar bagaimana seseorang
berfikir dan bertingkah laku positif dalam setiap interaksi.
Wheeler (2008) menjelaskan bahwa terapi kognitif-
perilaku diberikan pada klien yang membutuhkan sumber
internal dan meningkatkan keterampilan terutama
ketrampilan berperilaku.
2. Terapi Kognitif
suatu bentuk psikoterapi yang dapat melatih klien untuk mengubah
cara klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada saat
klien mengalami kekecewaan sehingga klien merasa lebih baik dan
dapat bertindak. Bertujuan untuk mengenalkan pikiran irasional yang
menyebabkan ansietas, menghentikan pikiran irasional dan merubah
pikiran irasional dengan pikiran baru yang dapat digunakan dalam
mengontrol ansietas.
3. Psikoedukasi keluarga
Family psychoeducation therapy adalah salah satu element
program kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian
informasi, dan edukasi melalui komunikasi yang therapeutik.
Tujuan dari family psychoeducation therapy adalah menurunkan
intensitas emosi dalam keluarga sampai pada tingkatan yang
rendah.
FARMAKOTERAPI

1. Benzodiazepine
obat ini digunakan untuk jangka pendek,
2. SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
DAFTAR PUSTAKA:

• Ross LE, McLean LM. Anxiety disorders during pregnancy and the postpartum period: a systematic
review. J Clin Psychiatry. 2006;67:1285‐1298
• Katzung B, Masters S, Trevor A. 2006. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies
• Syarif A et.al. 2007. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen Farmakologi dan
Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
• Verbeek T, Arjadi R, Vendrik JJ, et al. Anxiety and depression during pregnancy in Central America:
A cross-sectional study among pregnant women in developing country Nicaragua. BMC Psychiatry.
2015; 15: 292.
• Gunawan, Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
DEPRESI PADA
KEHAMILAN
DEFINISI
● Gangguan depresi mayor : ditandai hilangnya ketertarikan
atau kesenangan akan aktivitas yang biasa dilakukan.
● Gejala yang tampak : gangguan fungsi sosial dan aktivitas
yang terjadi kurang lebih dua minggu. Diagnosis
berdasarkan munculnya satu atau lebih episode depresi
mayor tanpa ada riwayat manik.
● Dalam satu episode depresi mayor, seseorang bisa
mengalami mood depresi, kehilangan minat atau
kesenangan, energi menurun, perasaan bersalah atau
rendah diri, tidur terganggu, tidak nafsu makan, dan hilang
konsentrasi. Gangguan ini dapat menjadi kronis atau
berulang dan menyebabkan gangguan dalam fungsi sehari-
hari..
● Depresi merupakan gangguan mood yang muncul pada 1
dari 4 wanita yang sedang hamil. Depresi selalu dialami
oleh wanita yang sedang hamil, tetapi sering dari mereka
tidak pernah menyadari depresi ini karena mereka
menganggap kejadian ini merupakan hal yang biasa
terjadi pada Ibu hamil, padahal jika tidak ditangani
dengan baik dapat mempengaruhi bayi yang dikandung
Ibu.
PREVALENSI

● Pada trimester pertama, prevalensi kejadian


depresi sekitar 7,4%. Sedangkan pada trimester
kedua, angka prevalensi kejadian depresi
meningkat hingga 12,8% dan pada trimester
ketiga berkisar pada 12%.
PREVALENSI

● Menurut Nielsen, didapatkan bahwa dari 511.938 wanita


hamil, 0,8% mengalami episode depresi mayor selama
kehamilan, dimana 46,9% memiliki riwayat gangguan
depresi sebelum hamil. Sehingga riwayat gangguan
depresi sebelum hamil menjadi faktor resiko terbesar
untuk munculnya episode depresi mayor pada masa
kehamilan. Selain itu faktor resiko kedua terbesar dari
kejadian depresi pada masa kehamilan ini adalah rasa
ketakutan wanita hamil terhadap kelahiran bayi yang
mereka kandung.
FAKTOR RISIKO DEPRESI PADA KEHAMILAN
● Riwayat gangguan depresi atau gangguan bipolar atau gangguan cemas sebelum
kehamilan, baik pada riwayat pribadi maupun riwayat kesehatan mental keluarga.
● Ketakutan terhadap kelahiran bayi.
● Kurangnya dukungan sosial.
● Kehamilan yang tidak diinginkan
● Status ekonomi rendah,
● Riwayat kekerasan dalam rumah tangga, termasuk hubungan pernikahan yang kurang
harmonis (pada masa kehamilan ataupun pada masa kanak-kanak).
● Wanita yang berperan sebagai orangtua tunggal.
● Usia pada saat hamil kurang dari 20 tahun (usia remaja) atau usia pada saat hamil
mendekati masa menopause.
● Wanita perokok.
● Wanita hamil yang memiliki lebih dari 3 orang anak
● Kejadian buruk yang menimpa wanita mendekati masa kehamilannya (kematian orang
terdekat).
DAMPAK DEPRESI PADA KEHAMILAN
Depresi Menginduksi pelepasan Meningkatk Menyebabkan
kortikotropin an persalinan preterm
(corticotropin kontraktilita atau kematian
releasing factor) oleh s janin/keguguran
Pelepasan
plasenta Memicumiometrium
hipertensi
hormon dalam kehamilan
vasoaktif (preeklamsi)
(angiotensin
Dampak tidak Seperti : pola makan Menyebabkan
II)
langsung buruk, kenaikan BB BBLR, IUGR, serta
pada janin tidak adekuat, pola gangguan tumbuh
(karena tidur terganggu, kembang
perilaku konsumsi
kesehatan yg alkohol&rokok serta
buruk) kafein berlebihan
KRITERIA DIAGNOSIS MENURUT DSM V

● A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan perubahan
fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood depresi (2)kehilangan minat
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan laporan yang
subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang sekitar.
2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau peningkatan nafsu
makan hampir setiap hari.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan perasaan yang
dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban)
6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi) hampir setiap hari
8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari
9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa perencanaan yang jelas,
atau ide bunuh diri dengan perencanaan.
KRITERIA DIAGNOSIS MENURUT DSM V
● B. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan pada proses
sosial, pekerjaan, dan area fungsi penting lainnya
● C. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-
obatan) atau kondisi medis umum. Catatan: Kriteria A-C menunjukkan Episode
Depresi Mayor
● D. Kemunculan dari Episode Depresi Mayor ini tidak dapat dijelaskan secara baik
dengan diagnosa Gangguan Skizoafektif, Skizofrenia, Gangguan Skizofreniform,
Gangguan Delusi, atau Spectrum Skizofrenia lainnya yang spesifik dan tidak spesifik
serta Gangguan Psikotik lainnya.
● E. Tidak pernah ada episode manik atau hipomanik sebelumnya.
PROGNOSIS

● Tingkat keparahan depresi dapat menentukan


prognosis dari tingkat depresi seseorang.

● Pada pasien dengan penurunan kemampuan


fungsi yang lebih besar dan disabilitas
psikososial dengan risiko bunuh diri yang lebih
besar maka prognosis lebih buruk

33
SKRENING DEPRESI PADA MASA KEHAMILAN

1. Pre-konsepsi: pada masa ini harus digali informasi


mengenai riwayat kesehatan mental dan pengobatan
gangguan menta personal dan keluarga .

2. Pregnancy (selama masa kehamilan): ketika kunjungan


pertama pemeriksaan antenatal

3. Postpartum: selama masa kunjungan postnatal pada


minggu ke 4 atau ke 6 dan bulan ke 3 atau ke 4
postpartum.
34
SCREENING DEPRESI SELAMA KEHAMILAN (SCREENING FOR DEPRESSION
DURING
PREGNANCY) OLEH NATIONAL INSTITUTE FOR HEALTH AND CLINICAL
EXCELLENCE
● Alat screening bukan alat untuk mengkonfirmasi diagnosa depresi pada masa kehamilan, melainkan untuk
mengidentifikasi pasien yang membutuhkan penilaian lebih lanjut dan pasien rentan terhadap kejadian depresi
ALAT SKREENING DEPRESI PADA MASA KEHAMILAN
DG EPDS
● Skala Depresi Postnatal Edinburg (Edinburg Postnatal Depression Scale): telah
tervalidasi untuk digunakan pada masa kehamilan maupun masa postpartum

Skor maksimum : 30
Kemungkinan depresi : > 10
SKALA DEPRESI POSTNATAL EDINBURG (EDINBURG
POSTNATAL DEPRESSION SCALE):
TERAPI NON FARMAKOLOGI
● Psikoterapi Interpersonal dan Terapi Kognitif

Terapi perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah sikap dan


perilaku yang berkontribusi terhadap kejadian depresi. Psikoterapi
interpersonal bertujuan untuk meningkatkan nilai faktor-faktor
interpersonal, seperti kurangnya keterampilan sosial, yang
berkontribusi terhadap kejadian depresi. Kedua terapi perilaku
kognitif dan psikoterapi interpersonal diberikan dalam kurun waktu
6 sampai 12 minggu yang terdiri dari 1-jam sesi setiap kali
pertemuan, telah terbukti efektif dalam mengobati depresi
DAFTAR PUSTAKA
● American Psychiatric Association. Depressive Disorders in Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 5th Ed. USA:
WashingtonAmerican Psychiatric Publishing, 2013 (DSM V)

● Chaudron LH. Complex Challenges in Treating Depression During Pregnancy. Am J Psychiatry. 2013.

● Kurniawan ES, Ratep N, Westa W. Faktor Penyebab Depresi Pada Ibu Hamil Selama Asuhan Antenatal Setiap Trimester. Denpasar:
Bagian/Smf Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, 2013.

● Lancaster CA, Gold KJ, Flynn HA, Yoo H, Marcus SH, Davis MM. Risk factors for depressive symptoms during pregnancy: a systematic
review. AJOG. 2010.

● Macmudah. Tesis Pengaruh Persalinan dengan Komplikasi terhadap Kemungkinan Terjadinya Postpartum Blues di Kota Semarang.
Universitas Indonesia.2010

● Mohapatra S, Yaduvanshi R, Agrawal A, Gupta B. Treatment of Depression During Pregnancy. Delhi Psychiatry Journal. 2013,.

● Nielsen SH, Gissler M, Kramer MR, Heinonen S. Risk factors for and perinatal outcomes of major depression during pregnancy: a
population-based analysis during 2002–2010 in Finland. BMJ Open, 2014.

● Sadock B J, Sadock V A, and Ruiz P. Mood Disorder: Depression and Bipolar in Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry, 10th Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2010
Gangguan psikotik pada Kehamilan
DEFINISI

• Psikotik merupakan suatu gangguan dimana pasien tidak mampu membedakan kenyataan
dari khayalan, uji realitas terganggu, disertai pembentukan realitas baru, sehingga tidak
mampu menyesuaikan diri dalam norma-norma yang wajar dan umum.
ETIOLOGI

• Internal : Hormonal dan endokrin (Hamil)  ketidakseimbangan neurokimia otak


(serotonin, dopamine, norepinefrin)gangguan jiwa
• Eksternal : Kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan berisiko, riwayat keguguran,
riwayat obstetri buruk.
GANGGUAN PSIKOTIK PADA KEHAMILAN

• Umumnya banyak hal yang dapat menyebabkan wanita hamil mengalami stress, seperti
perubahan endokrin terkait tiroid, adrenal, dan hormon sex, perubahan ukuran tubuh,
konflik terkait kehamilan, dan kekhawatiran tentang persalinan.
• Wanita hamil juga mengkhawatirkan kemampuan menjadi seorang ibu, perubahan
hubungan dengan pasangan dan orang tua. Hal-hal diatas merupakan stressor bagi wanita
hamil, termasuk wanita hamil dengan gangguan psikotik.
INSIDENSI

• Kemunculan episode baru psikosis selama kehamilan sangat jarang, akan tetapi pada
wanita dengan riwayat psikosis (terutama pada kehamilan sebelumnya) angka
kekambuhannya tinggi. Umumnya yang sering terjadi adalah skizofrenia, bipolar, serta
depresi dengan psikotik.
•Skizofrenia
KEHAMILAN DAN SKIZOFRENIA
• Umumnya terjadi saat usia 25-35 tahun, yaitu saat masa subur.
• Kesuburan dapat menurun pada wanita penderita skizofrenia, sekitar 30-80% dibawah tingkat
kesuburan populasi umum, sebagian terkait penyakit itu sendiri dan sebagian lain akibat efek
samping dari obat antipsikotik, yang menekan proses ovulasi melalui efeknya pada hipotalamus.
MANAJEMEN PRENATAL WANITA HAMIL
SKIZOFRENIA
1. Diagnosis Kehamilan
• Managemen prenatal pada pasien skizofrenia tentu harus didahului dengan diagnosis
kehamilan. Hal tersebut tentu menjadi masalah bagi wanita dengan skizofrenia dikarenakan
banyak dari wanita ini yang tidak menyadari perubahan tubuh mereka atau tidak menyadari
mereka hamil.
• Selain itu, sulit untuk mendapatkan data kapan pasien terakhir kali menstruasi, dan tidak
jarang pasien tetap bersikeras bahwa mereka mengalami menstruasi dan tidak melakukan
hubungan seksual. Pasien dengan delusi dapat menyangkal kehamilannya, bahkan percaya
kalau kandungannya istimewa (misal anak tuhan atau iblis).
MANAJEMEN PRENATAL WANITA HAMIL
SKIZOFRENIA
2. Kebutuhan Khusus
• Perawatan prenatal pasien skizofrenia mungkin sulit, terutama untuk pasien yang tinggal
tanpa pengawasan masyarakat karena tidak dapat melakukan kunjungan yang teratur.
Nutrisi dan perawatan diri pasien selama kehamilan juga tidak memadai akibat hal ini.
Rawat inap disarankan apabila pasien tidak dapat merawat dirinya sendiri secara
memadai.
• Sangat penting untuk meyakinkan pasien mengenai perawatan kesehatan kehamilannya
karena pasien dapat mencurigai pengasuh ingin menyakiti dirinya atau bayinya.
MANAJEMEN PRENATAL WANITA HAMIL
SKIZOFRENIA
• Salah satu tujuan kunjungan prenatal adalah untuk mengembangkan kesadaran pasien skizofrenia
akan realitas tentang janin yang sedang tumbuh serta janin tersebut akan lahir.
• Saat melakukan kunjungan, dokter dapat menilai seberapa baik pasien menangani tugas kehamilan
tersebut, dan apakah pasien telah menerima bahwa bayi itu nyata. Apabila tanggapan pasien tidak
relevan, tidak masuk akal, dokter dapat mengingatkan dengan baik. Penjelasan tentang kehamilan
dan persalinan harus sederhana dan konkrit untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi
kecemasan pasien.
• Cara yang dapat dilakukan seperti mendengarkan detak jantung janin ke pasien saat melakukan
kunjungan.
MANAJEMEN PERSALINAN WANITA
SKIZOFRENIA
• Pasien sebaiknya tidak ditinggal dan tetap diberi penjelasan yang memadai karena
penderita skizofrenia kadang tidak dapat membedakan apakah nyeri perut disebabkan
karena persalinan atau kebutuhan buang air besar, dan ada kemungkinan bayinya
dilahirkan di toilet atau tempat tidur.
• Pada tahap awal persalinan, pasien yang gelisah dapat ditenangkan dengan penjelasan
yang tepat serta pemberian obat seperti chlorpromazine 50mg IM.
MANAJEMEN POST PARTUM PASIEN
SKIZOFRENIA
• Merupakan masa yang sulit, dan pasien rentan terhadap gangguan psikotik selama
periode ini. Penderita skizofrenia dapat merasa bayinya cacat atau telah meninggal, dapat
menyakiti bayinya, bahkan menyangkal kelahiran bayinya.
• Gejala prodromal seperti gangguan tidur, gelisah, depresi, mudah tersinggung, dll. Gejala
selanjutnya seperti kecurigaan, kebingungan, inkoherensi, pernyataan irasional, delusi,
halusinasi, gangguan pikir, dll.
• Umumnya pasien dipindah ke bagian psikiatri, dengan tatalaksana sesuai Skizofrenia,
ECT apabila pengobatan tidak responsif terhadap pasien.
PEMBERIAN ASI

• Umumnya pasien lebih disarankan untuk menghentikan menyusui. Hal ini berkaitan
dengan obat penenang yang dikonsumsi pasien. Konsentrasi obat pada ASI tidak boleh
lebih dari 10% kadar plasma ibu.
• Apabila pasien dalam remisi dan tidak memerlukan obat penenang, ASI dapat diberikan
terutama jika hal tersebut atas keinginan pasien itu sendiri.
PRINSIP PENGOBATAN

1. Sebelum Kehamilan
• Jika wanita skizofrenia merencanakan kehamilan, riwayat psikiatri seperti pengobatan harus
ditinjau secara hati2. Jika wanita tersebut telah stabil, pemberian antipsikotik dapat dihentikan,
tentunya disertai penjelasan tentang risiko apabila pengobatan dihentikan. Pengobatan dihentikan
secara bertahap, dan sebaiknya tetap dilakukan pengawasan terhadap pasien.
• Jika wanita tersebut menggunakan antipsikotik dan terdapat kecenderungan untuk meningkatkan
sekresi prolaktin, kadar prolaktin di plasma harus diukur karena dapat menganggu kesuburan.
PRINSIP PENGOBATAN

• Apabila wanita tersebut memiliki risiko mengalami DM tipe 2, antipsikotik atipikal harus
dihindari. Namun, jika pasien tidak stabil dan hanya antipsikotik atipikal satu-satunya
obat yang dapat digunakan untuk menstabilkan pasien, obat ini dapat dipertahankan.
PRINSIP PENGOBATAN

2. Saat Kehamilan
• Seperti kehamilan pada umumnya, penderita skizofrenia tetap harus mendapatkan
suplemen asam folat untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan saraf. Pasien harus
menghindari penggunaan obat lain (diuretik) dan diet rendah garam.
• Jika pasien sedang mengkonsumsi antipsikotik, dapat diresepkan dengan dosis rendah
dan terbagi. Skrining untuk diabetes gestasional, dan USG pada akhir kehamilan harus
dilakukan apabila pasien mengkonsumsi antipsikotik atipikal.
PRINSIP PENGOBATAN

3. Setelah Melahirkan
• Apabila ibu mengkonsumsi antipsikotik tipikal, bayi yang baru lahir harus dipantau untuk melihat efek
ekstrapiramidal selama beberapa hari. Jumlah neutrophil bayi dapat diperiksa apabila ibu mengkonsumsi
clozapine. Sebaiknya hindari konsumsi clozapine saat menyusui.
• Pasien tetap di follow up untuk mengamati kekambuhan gejala psikotik (risiko kekambuhan wanita dengan
skizofrenia saat 3 bulan pertama postpartum sekitar 24%), perawatan bayi, dan perkembangan bayi karena
wanita yang mengalami gangguan psikotik pada fase ini dapat menimbulkan risiko cedera ke pasien itu
sendiri serta bayinya sebagai akibat dari delusi, disorganisasi, dan kurangnya respon terhadap bayi.
Prinsip umum meresepkan wanita dengan gangguan psikotik selama
kehamilan :
1. Obat yang dikontraindikasikan selama kehamilan harus dihindari, terutama sodium valproate,
karbamazepin.
2. Obat-obatan harus dihindari pada trimester pertama, tetapi jika tidak memungkinkan, dosis efektif
terendah harus digunakan.
3. Polifarmasi harus dihindari sebisa mungkin.
4. Penghentian pengobatan secara tiba-tiba pasca konsepsi untuk wanita dengan penyakit mental yang
serius dan berisiko tinggi untuk kambuh tidak disarankan, tetapi pengobatan harus dihentikan jika
seorang wanita dalam keadaan sehat dan berisiko rendah untuk kambuh.
5. Pengawas harus terlibat penuh dalam semua diskusi tentang risiko dan keuntungan terapi
6. Dosis mungkin perlu disesuaikan selama kehamilan karena perubahan volume darah. Pemantauan level
plasma dapat membantu jika ini tersedia.
7. Pastikan skrining janin yang adekuat selama kehamilan.
8. Pastikan tim kebidanan dan neonatal diberitahu tentang penggunaan psikotropika selama kehamilan
dan kemungkinan komplikasi.
SUMBER

• Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2


• Management of women with psychosis during pregnancy.Louise Howard
• Psychiatric disorders in pregnancy.Diana Carter
• Treatment Of Schizophrenia In Pregnancy And Postpartum.Gail Erlick Robinson
• Pregnancy and Schizophrenia.Donna Stewart
• Gangguan Jiwa dalam Kehamilan dr. Iwan Sp.KJ
• Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui.Depkes
• Antipsychotic Therapy During Early and Late Pregnancy. A Systematic Review.Salvatore Gentile

Anda mungkin juga menyukai