Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan terjadi karena direncanakan dan juga karena tidak disengaja. Bisa
juga terjadi kesulitan untuk hamil, dari sample beberapa wanita ada yang hamil
setelah 6 bulan, ada yang 10 bulan sampai 1 tahun menikah baru bisa hamil.
Wanita segala umur selama beberapa bulan kehamilannya beradaptasi
untuk berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan
kognitif. Pada kehamilan tidak ada yang berbeda. Kehamilan adalah suatu krisis
yang mematangkan dan dapat menimbulkan stress tetapi imbalannya adalah
wanita tersebut siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggung jawab dan
menyiapkan peran barunya. Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan
dirinya sendiri, punya kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggung
jawab kepada makhluk lain.
Masa paling berat bagi beban psikis pada ibu hamil terjadi di trimester
pertama, yaitu ketika terjadi perubahan aktivitas hormonal sedang besar-besarnya.
Beban inilah yang mempengaruhi stabilitas emosi ibu. Beban fisik dan mental
yang dialami ibu hamil biasanya disebabkan oleh karena perubahan fisik dan
hormonnya, seperti bentuk tubuh yang melebar dan kondisi ibu yang naik turun,
beban ini sering diperparah dengan munculnya trauma-trauma kehamilan
sehingga, masalah yang dihadapi ibu pun semakin kompleks.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah gangguan psikologi pada masa kehamilan yaitu
agar kita dapat mengetahui dan mempelajari dengan seksama mengenai
gangguan-gangguan psikologi pada ibu hamil sehingga kita memahami dan
mengenal apa yang dirasakan, dibutuhkan dan diinginkan oleh wanita hamil.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam
arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi
tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak,
tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa / mental
tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga
Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah
laku dan proses mental.
Kehamilan adalah suatu masa dimana terjadi perubahan dramatis baik
biologis, psikologis maupun adaptasi pada wanita. Kehamilan dianggap sebagai
waktu krisis yang di akhiri dengan kelahiran bayi. Selama kehamilan kebanyakan
ibu mengalami perubahan psikologis dan emosional. Perubahan psikologis dan
emosional ini tampaknya berhubungan dengan perubahan biologis yang dialami
ibu selama kehamilan. emosi ibu hamil cenderung labil. reaksi yang ditunjukkan
terhadap kehamilan dapat saja berlebihan dan mudah berubah-ubah. Ibu hamil
sangatlah sensitif dan rapuh. Banyak ketakutan yang muncul akan bahaya yang
mungkin saja terjadi pada diri ibu maupun janinnya.
B. Psikologi Pada Masa Kehamilan
Kehamilan melibatkan aspek fisik dan psikis. Secara fisik, kehamilan
merupakan proses yang menakjubkan terjadi selama Sembilan bulan. Sejak
meleburnya sel sperma dan sel telur dalam rahim,proses kehamilan dimulai.
Biasanya wanita saat itu belum menyadari bahwa dirinya telah hamil. Namun
organ-organ saat itu yang bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan
kehamilan mulai bekerja.
Pada trimester I kehamilan ditandai dengan reaksi tubuh berupa mual diwaktu
pagi, ketegangan payudara,perubahan fisik, seksual, diet, pergerakan, peningkatan
ukuran perut dan payudara. Pada keadaan emosi terjadi secara berfluktuasi,
periode ini faktor resiko terjadinya gangguan psikologis misalnya reaksi
terhadapg kehamilannya, pengalaman kehamilan sebelumnya yang tidak

2
menyenangkan, kehamilan yang motivasinya tidak jelas,kurangnya dukungan
keluarga dan perubahan gaya hidup, semuanya tampak pada minggu I dan II pada
kehamilandan berakhir pada minggu X dan XII. Pada trimester pertama juga
sering dianggap sebagai periode penyesuaian, penyesuaian terhadap kenyataan
bahwa ia sedang mengandung. Sebagian wanita merasa sedih tentang kenyataan
bahwa ia hamil, kurang lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan,
kecemasan, depresi dan kesedihan.
Pada trimester II, dilanjutkan dengan perubahan emosional hanya sedikit, dan
berpusat pada kesan tubuh, seksual dan janin yang sementara dikandungnya.
Peningkatan rasa memiliki dan mulai dapat kembali pada minat semula, adanya
gerak anak menjadikan ibu semakin merasakan kehamilan, mulai membayangkan
fisik calon bayi dan merancang rencana masa depan untuknya, ibu merasakan
peningkatan. Trimester kedua dapat di bagi menjadi 2 fase :
1. Fase prequickening ( Sebelum adanya pergerakan janin yang di rasakan
ibu).Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah
perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya), menjadi
pemberi kasih sayang( persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini
memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan
dirinya sebagai ibu yang memberikan kasih sayang kepada anak yang akan
dilahirkannya.
2. Fase Postqueckening (Setelah adanya pergerakan janin yang di rasakan oleh
ibu).Pergerakan bayi yang dirasakan membantu ibu membangun konsul
bahwa bayinya adalah individu yang terpisah dari dirinya. Hal ini
menyebabkan perubahan fokus pada bayinya. Pada saat ini, jenis kelamin
bayi tidak begitu di pikirkan karena perhatian utama adalah kesejahteraan
janin.
Pada trimester III, Respon psikologis calon ibu sudah menyesuaikan diri,
kehidupan psikologik-emosional di kuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai
persalinan yang akan datang. Pikiran dan persaan akan tanggung jawab sebagai
ibu yang akan mengurus anaknya. Pendekatan psikologis yang tepat, kepercayaan
pada dokter dan bidan akan meringankan beban penderitaannya,menyelamatkan
ibu dan bayi, kerentanan, kerentanan meningkatkan pada triwulan ketiga terutama

3
hamil 7 bulan, sering merasakan bayi yang amat berharga dapat saja
hilang/mengalami hal yang buruk bila tidak di lindungi sepanjang waktu.
Rasa cemas dan takut akan proses persalinan dan kelahiran meningkat, yang
menjadi perhatian, rasa sakit, luka saat melahirkan, kesehatan bayinya,
kemampuan menjadi ibu yang bertanggung jawab, dan bagaiman perubahan
hubungan dengan suami, dan ada gangguan tidur. Reaksi emosi meningkat
kembali pada saat yang sama terjadi perasaan fisik yang kurang nyaman secara
akut. Perhatian juga berubah pada hal finansial, persiapan ruang
bayi,perlengkapan bayi sampai pada pengasuh serta kapasitas sebagai orang tua.
Dengan demikian resiko dan penyebab yang terkait, seperti tersebut diatas
dapat sebagai pencetus terjadinya reaksi-reaksi psikologis mulai tingkat
gangguan emosional yang ringan ketingkat gangguan jiwa yang serius.
C. Gangguan Psikologi Pada Masa Kehamilan
1. DEPRESI
Depresi adalah kondisi yang lebih dari keadaan sedih. Apalagi kondisi
sedih seseorang hingga menyebabkan terganggu maka dinamakan Gangguan
Depresi. Gangguan depresi akan menyebabkan perasaan sedih, mengalami
kelelehan yang berlebihan ketika melakukan kegiatan rutin, bahkan hingga
mengalami kehilangan minat dan juga semangat. Beberapa diantaranya dapat
terjadi hingga mengalami gangguan pola tidur.
Depresi selama kehamilan seringnya tidak terdiagnosis dengan benar
karena orang-orang berpikir bahwa gejala yang ditunjukkan hanya bentuk lain
dari perubahan hormon — yang normal terjadi selama masa kehamilan. Karena
itu, penyedia layanan kesehatan mungkin akan cenderung kurang tanggap untuk
menyelidiki kondisi kejiwaan ibu hamil, dan seorang ibu hamil mungkin akan
merasa malu untuk mendiskusikan kondisi yang ia alami. Sebanyak 33 persen ibu
hamil menunjukkan gejala depresi dan gangguan kecemasan, namun hanya 20
persen dari mereka yang mencari pertolongan, dilansir dari Parents.
Kurang memadainya perawatan depresi pada ibu hamil akan berbahaya
bagi sang ibu dan si jabang bayi dalam kandungan. Depresi adalah penyakit klinis
yang bisa diobati dan dikelola; Bagaimanapun, penting mencari bantuan dan
dukungan terlebih dahulu.

4
Tanda dan gejala depresi selama kehamilan, termasuk:
1. Terjebak dalam mood depresif setiap waktu

2. Kesedihan yang tak kunjung usai

3. Terlalu banyak atau sedikit tidur

4. Kehilangan minat secara drastis pada hal-hal yang biasanya Anda


nikmati

5. Rasa bersalah

6. Menarik diri dari dunia sekitar, termasuk keluarga dan kerabat dekat

7. Rasa tidak berharga

8. Tidak berenergi, lemah lesu berkepanjangan

9. Konsentrasi yang buruk, atau kesulitan dalam membuat keputusan

10. Perubahan nafsu makan (terlalu banyak atau sedikit)

11. Merasa putus asa

12. Tidak memiliki motivasi

13. Memiliki masalah ingatan

14. Menangis terus menerus

15. Mengalami sakit kepala, nyeri dan ngilu, atau gangguan pencernaan
yang tidak kunjung sembuh
Depresi Pada Ibu Hamil
Walaupun tingkat kejadian akurat depresi pada ibu hamil di Indonesia
belum diketahui secara pasti, namun dilansir dari Healthline, depresi pada ibu
hamil, dikenal juga sebagai depresi antenatal, mempengaruhi 10-15 persen wanita
pada umumnya. Di Amerika Serikat, dikutip dari American Pregnancy, menurut

5
data The American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sekitar
14-23 persen wanita berjuang dengan beberapa tanda dan gejala depresi selama
kehamilan.
Wanita dengan faktor risiko di bawah ini memiliki peluang rentan terhadap
depresi:

1. Riwayat medis personal atau keluarga terhadap gangguan mood, seperti


depresi atau gangguan kecemasan

2. Riwayat dari premenstrual dysphoric disorder (PMDD)

3. Menjadi seorang ibu muda (di bawah usia 20 tahun)

4. Kurangnya dukungan sosial (dari keluarga dan teman) yang dimiliki

5. Hidup sendiri

6. Mengalami masalah hubungan suami-istri

7. Bercerai, menjanda, atau berpisah

8. Pernah mengalami beberapa kejadian traumatik atau penuh stres dalam


setahun belakangan

9. Komplikasi kehamilan

10. Memiliki pemasukan finansial rendah

11. Memiliki lebih dari tiga anak

12. Pernah mengalami keguguran

13. Riwayat kekerasan dalam rumah tangga

14. Penyalahgunaan obat-obatan

15. Kecemasan atau perasaan negatif tentang kehamilan tersebut.

6
Akibat Pada Bayi Jika Ibu Mengalami Depresi Saat Hamil
Risiko pada bayi dalam janin dari ibu yang mengalami depresi atau
kecemasan selama hamil, termasuk berat lahir rendah, kelahiran prematur
(sebelum 37 minggu), skor APGAR rendah, dan gangguan pernapasan dan
gelisah. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa depresi yang melanda ibu
hamil juga akan turun kepada janinnya.
Dilansir dari Kompas, penelitian dalam jurnal JAMA Psychiatry
menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami depresi selama kehamilan akan
menurunkan peningkatan risiko deresi pada anak mereka saat dewasa nanti.
Rebecca M. Pearson, Ph.D, dari University of Bristol di Inggris, beserta
tim penelitinya menggunakan data lebih dari 4.500 pasien dan anak mereka dalam
sebuah studi komunitas. Peneliti menyimpulkan bahwa anak-anak yang lahir dari
ibu yang mengalami depresi selama kehamilan, rata-rata, 1,5 kali lebih rentan
untuk mengalami depresi saat mereka berusia 18 tahun.
Sementara risiko keturunan genetik bisa menjadi satu penjelasan potensial,
Pearson, dilansir dari Healthline, mengatakan bahwa konsekuensi fisiologis
depresi yang dialami ibu dapat masuk ke dalam plasenta dan mempengaruhi
perkembangan otak janin.

Cara mengobati depresi selama kehamilan


Temuan ini memiliki dampak penting untuk sifat dan ketepatan waktu dari
intervensi medis guna mencegah depresi menurun pada anak di kemudian hari.
Mengobati tanda dan gejala depresi selama kehamilan sesegera mungkin, terlepas
dari latar belakang penyebab, adalah langkah yang paling efektif, menurut studi
tersebut.
Peneliti berpandangan, faktor berbeda mungkin terlibat dalam depresi
sebelum dan sesudah kehamilan. Pada depresi pasca-melahirkan, faktor
lingkungan seperti dukungan sosial memiliki efek besar dalam penyembuhan.
Perawatan seperti terapi perilaku-kognitif — jenis terapi berbicara tatap
muka — telah terbukti membantu wanita hamil dengan depresi tanpa risiko efek
samping yang mungkin timbul dari obat-obatan psikoaktif.

7
Penyedia layanan kesehatan profesional harus menyadari dan sigap untuk
mendukung wanita. Depresi selama kehamilan sama pentingnya dengan depresi
pasca melahirkan, dan harus segera ditangani sedini mungkin bukan hanya guna
mencegah supaya deresi tidak berlanjut setelah kelahiran.
2. STRESS
Stres adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis emosi maupun mental.
Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stres
dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
Pada dasarnya, stres adalah sebuah bentuk ketegangan ketegangan.
Penyebab Stres Selama Kehamilan
Stres ini di bagi menjadi 2 :
 Stres Internal : Faktor psikologis yang mempengaruhi dalam kehamilan
dapat berasal dari dalam diri ibu hamil (internal). Faktor psikologis yang
mempengaruhi ibu hamil sendiri ialah latar belakang kepribadian ibu dan
pengaruh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Ibu hamil
memiliki kepribadian immature atau kurang matang biasanya dijumpai
pada calon ibudengan usia ibu yang masih sangat muda, introvet atau
tidak mau berbagi dengan orang lain.
 Stres Eksternal : berasal dari orang lain, sikap penerimaan atau penolakan
orang lain terhadap individu. Penyebab lain dari stres dapat berasal dari
eksternal dimana terjadinya keretakan dalam rumah tangga,
pengangguran atau adanya kematian anggota keluarga.
Resiko Stres dalam Mempengaruhi Kesehatan Ibu Hamil
Stres yang dialami ibu sewaktu hamil tentu akan dapat mempengaruhi
janin yang ada dalam andungan. Ada banyak hal yang sering dikhawatirkan para
ibu pada masa kehamilannya, rasa khawatir yang berlebih inilah yang membuat
stres tak dapat dihindari. Berikut ini adalah beberapa resiko stres yang dapat
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan anak dalam kandungan.
1. Meningkatkan Resiko Alergi Pada Janin
Sebuah penelitian mengungkapakan bahwasanya stres yang dialami
ibu ketika hamil akan mampu meningkatkan resiko alergi pada bayi
kelak. Hal ini terjadi, disebabkan saat stres, janin akan menyerap hormon

8
kortisol yang diproduksi oleh ibu sewaktu mengalami stres. Dan bayi
dengan tingkat kadar hormon kortisol yang tinggi akan memiliki resiko
lebih besar mengidap alergi dibandingkan bayi dengan kadar hormon
kortisol yang rendah.
2. Meningkatkan Resiko Abortus (Keguguran)
Stres yang menimpa ibu hamil tentunya akan beresiko lebih bahaya
terhadap kesehatan janin yang ada dalam kandungannya. Pada kondisi
terparah hal ini dapat menyebabkan ibu kehilangan janinnya atau
keguguran. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan ibu dngan tingkat
stresor yang lebih rendah dan memiliki sistem pengendalian stres yang
lebih baik ketika menghadapi sumber stres pada ibu hamil.
3. Membuat Sistem Kekebalan Bayi Berkurang
Sebagaimana diungkapkan oleh sebuah penelitian yang dilakukan
oleh Jurnal Brain, Behavior anda Immunity, bahwa ibu hamil yang sering
mengalami tegang, panik, dan cemas yang berlebihan akan dapat
melemahkan sistem kekebalan bayi ketika bayi berusia 6 bulan.
4. Terganggunya Kesehatan Ibu
Jika seorang ibu mengalami stres baik itu ringan ataupun berat,
seorang ibu akan kehilangan nafsu makan, hal ini dapat menyebabkan
seorang ibu kekurangan nutrisi dan timbulah berbagai macam gangguan
yang mempengaruhi kesehatan seorang ibu, seperti diare, pusing, lemas,
lesu dan berbagai gangguan metabolisme lainnya.
Cara Mengurangi Tingkat Stres Selama Masa Kehamilan
Ada beberapa hal dan cara yang dapat mengurangi tingkat stres selama
kehamilan, yaitu:
1. Dukungan Suami
Dukungan suami kepada istri sangat penting dan diperlukan dalam
membantu melewati masa kehamilan. Dengan menumbuhkan rasa
percaya diri kepada istri dapat membuat mentalnya menjadi lebih kuat.
Selain itu, membantu istri dalam menyiapkan kebutuhan calon bayi akan
menumbukan rasa aman dan nyaman pada sang istri. Dan dengan begitu,

9
yang awalnya sang istri takut, cemas, dan stres akan mulai menghilang
menjadi kebahagiaan.
2. Menghindari Pekerjaan yang Beresiko
Pada saat ini, baik di Indonesia maupun di luar negeri, jumlah
wanita yang memiliki pekerjaan cukup banyak. Tetapi pada saat
kehamilan, sebuah pekerjaan menjadi masalah yang cukup dilema
sehingga membuat sebahagian wanita stres dalam memikirkannya. Stres
bisa melemahkan kondisi fisik dan mengganggu perkembangan janin.
Jika dihadapi oleh masalah dilema seperti ini, maka tidak ada salahnya
meminta dipindahkan kebagian yang tidak beresiko bagi perkembangan
janin atau bahkan meminta cuti dalam jangka waktu yang lama. Tetapi
jika dua hal ini tidak mungkin untuk dilakukan, maka wanita hamil harus
tegas dalam memutuskan pekerjaan yang diambil atau kesehatan bayi.
3. Melakukan Yoga
Selain mengurangi dan menghilangi stres, yoga dapat mengurangi
rasa sakit punggung dan memelihara kesehatan baik untuk sang ibu atau
calon bayi. Berlatih yoga juga dapat memberi dampak positif yaitu
mempermudah dan mempercepat proses kelahiran yang akan mendatang.
4. Mengikuti Senam Hamil
Kelas kelahiran adalah suatu program pelatihan untuk menghadapi
kelahiran di bawah bimbingan dokter kandungan atau bidan yang sudah
berpengalaman. Tujuan mengikuti kelas ini adalah mempersiapkan diri
ibu hamil secara fisik dan mental. Sering kali ibu hamil mengalami
ketakutan akan rasa nyeri pada saat melahirkan sehingga menyebabkan
stres. Melahirkan memang nyeri, tetapi ditambah dengan rasa takut dan
stres justru memperburuk keadaan. Dengan mengikuti kelas kelahiran,
maka ibu hamil dapat mematahkan hubungan antara rasa nyeri-takut.
Disana juga ibu hamil juga dapat bertemu dengan ibu-ibu yang lain
dengan kondisi yang sama sehingga bisa saling bertukar informasi dan
memberi dukungan.
3. Insomnia Pada Ibu Hamil

10
Selama masa kehamilan, calon ibu kerap mengalami gangguan tidur atau
insomnia. Padahal kondisi hamil membuat calon ibu cepat merasa lelah, dan
rasanya ingin segera tidur. Tapi apa daya? Justru malah sering terjaga.
Pemicu insomnia antara lain karena perubahan fisik maupun kondisi psikis
ibu hamil. Dikutip kumparanMom (kumparan.com) dari Boldsky, inilah alasan
yang sering membuat ibu hamil insomnia:
1. Perubahan hormon
Ibu hamil pasti akan mengalami perubahan hormon. Perubahan hormon saat
hamil ditandai dengan peningkatan hormon progesteron. Efeknya sangat
banyak, salah satunya menyebabkan ibu hamil sulit tidur di malam hari.
Perubahan hormon ini bisa berbeda efeknya pada setiap ibu hamil. Ada ibu
hamil yang lama kelamaan bisa beradaptasi dengan tubuhnya yang baru,
sehingga gangguan tidur ini lama kelamaan akan bisa diatasi dengan
sendirinya.
2. Perubahan fisik yang cukup mengganggu
Salah satu tanda kehamilan adalah perubahan fisik pada ibu hamil. Misalnya
payudara yang lebih kencang, keras, dan terasa nyeri jika tersentuh. Kondisi
ini juga bisa menjadi salah satu penyebab insomnia saat malam hari pada ibu
hamil. Atau, kondisi perut ibu hamil yang semakin membesar dari hari ke hari.
Perut yang membesar juga seringkali membuat ibu hamil kesulitan tidur
karena muncul rasa tidak nyaman.

3. Ingin buang air kecil di malam hari


Ibu hamil juga biasanya memiliki potensi untuk lebih sering merasa ingin
buang air kecil di malam hari. Penyebabnya adalah karena organ kandung
kemih tertekan oleh rahim yang semakin hari semakin membesar. Kondisi ini
juga bisa menyebabkan gangguan tidur di malam hari.
4. Mual
Ibu hamil muda yang baru memasuki trimester 1 juga akan sering mengalami
mual. Mual ini terjadi karena efek morning sickness. Jika gejala morning
sickness terus berlanjut hingga malam hari, maka bisa jadi waktu tidur akan
terganggu. Selain itu, kualitas tidur juga bisa terganggu karena mual yang

11
sering terjadi. Jika penyebab insomnia pada ibu hamil adalah rasa mual, maka
seiring berjalannya hari, mual akan berkurang dan ibu hamil bisa menata
kembali waktu tidurnya setelah gejala mual berkurang. Namun ada baiknya
jika ibu hamil melakukan beberapa cara untuk bisa Mengurangi Mual saat
Hamil.
5. Merasa kelelahan
Kerap kali ibu hamil sering merasa kelelahan. Penyebab kelelahan pada ibu
hamil ini adalah kondisi fisik yang berubah. Misalnya seringnya muncul rasa
sakit pinggang atau punggung. Kondisi ini sering terjadi pada trimester 3
kehamilan. Kelelahan juga seringkali menjadi penyebab dari kesulitan tidur
bagi ibu hamil.
6. Kaki kram
Kehamilan juga seringkali menciptakan kondisi tidak nyaman lainnya seperti
kaki sering terasa kram. Kaki sering terasa kram di malam hari bisa menjadi
penyebab dari kondisi insomnia pada ibu hamil. Selain itu, kaki bengkak juga
bisa menyebabkan rasa tidak nyaman saat tidur di malam hari sehingga
mengurangi kualitas tidur ibu hamil.
7. Efek kafein
Bagi ibu hamil, kafein memang harus dibatasi konsumsinya. Bahkan jika perlu
dihindari. Kafein bisa membahayakan bagi ibu hamil. Dalam kadar tertentu,
bahkan bahaya kafein bagi ibu hamil ini bisa membahayakan janin dan masa
kehamilan itu sendiri. Kafein bisa juga menjadi penyebab dari insomnia yang
sering terjadi kepada ibu hamil.
8. Penyebab Psikis
Selain penyebab fisik yang sudah dijelaskan di atas, faktor psikis juga bisa
menyebabkan ibu hamil mengalami insomnia.
Cara Mengatasi Insomnia saat Hamil
Setelah mengetahui beberapa penyebab fisik maupun psikis insomnia pada
ibu hamil di atas, ibu hamil memang perlu melakukan beberapa hal untuk
mengatasi kondisi ini. Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan.

12
1. Mengetahui Posisi Tidur untuk Ibu Hamil yang direkomendasikan dan
yang dilarang, agar ibu hamil bisa menentukan posisi tidur yang benar-
benar tepat dan nyaman

2. Mengimbangi dengan tidur di siang hari namun tidak perlu terlalu lama
agar malam hari bisa tetap menjaga kualitas tidur

3. Hindari aktivitas berlebihan sebelum tidur agar tidak merasa terlalu


kelelahan

4. Hindari makan dan minum sebelum tidur untuk menghindari rasa mulas
dan rasa ingin buang air kecil di malam hari

5. Jaga kebersihan kamar dan buat suasana kamar menjadi sangat nyaman
untuk dijadikan tempat istirahat

6. Jaga suhu ruangan agar tetap nyaman

7. Matikan lampu agar tidur lebih berkualitas

8. Hindari kafein selama masa kehamilan agar tidur bisa menjadi nyenyak

9. Periksa kandungan secara rutin agar tidak ada rasa cemas berlebihan
mengenai kesehatan ibu dan janin

10. Tetap jalani masa kehamilan dengan tenang dan nyaman agar terhindar
dari stress

11. Ketahui beberapa Cara Mengatasi Mual saat Hamil Trimester


Pertama agar efek morning sickness tidak mengganggu kualitas tidur di
malam hari

BAB III
PENUTUP

13
A. Kesimpulan
Kehamilan adalah suatu masa dimana terjadi perubahan dramatis baik
biologis, psikologis maupun adaptasi pada wanita. Kehamilan dianggap sebagai
waktu krisis yang di akhiri dengan kelahiran bayi. Selama kehamilan kebanyakan
ibu mengalami perubahan psikologis dan emosional. Perubahan psikologis dan
emosional ini tampaknya berhubungan dengan perubahan biologis yang dialami
ibu selama kehamilan. emosi ibu hamil cenderung labil.

B. Saran
Sebaiknya seorang wanita yang sedang hamil harus didukung secara
psikologi oleh keluarga yaitu orang tua, suami, saudara dekat yang berada dalam
lingkungannya, sehingga akan mengurangi gangguan-gangguan psikologi yang
dialami oleh wanita hamil dan membantu mencoba untuk mengatasi dan
mengurangi gangguan-gangguan psikologi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Salemba
Medika: Jakarta.

14
Depresi Pasca Melahirkan . http://en.wikipedia.org/wiki/Pospartum_depression

Jayalangkara. 2005. Gangguan Jiwa Pada Kehamilan. J Med Nus Vol. 26. No. 4
Oktober-Desember. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.

Regina, Pudjibudojo, J. K dan Malinton, P. K. 2001. Hubungan Antara Depresi


Pospartum Seksual Pada Ibu Primipara. Anima Indonesia Psychological
Journal. Vol. 16. No. 3. 300-314

MAKALAH

15
GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA MASA
KEHAMILAN

Oleh :

Kelompok : 7

1. Indah Rizki Nst 8. Latifah Hannum Nst


2. Intan Marlina 9. Lestariani silitonga
3. Irma Suryani Nasution 10. Linda sari dewi
4. Irma Yanti Nasution 11. Lolita m meria sagala
5. Juraidah Hannum 12. Ismayanti nst
6. Khannah Helita
7. Kemri

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN


PROGRAM PROFESI KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AUFA ROYHAN
PADANG SIDIMPUAN
2018
KATA PENGANTAR

16
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga saya
berhasil menyelesaikan makalah “Gangguan Psikologis Pada Masa
Kehamilan”. Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis selesaikan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari bersifat membangun guna kesempurnaan makalah penulis selanjutnya.

Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
penulis berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan, Desember 2018

Penulis

DAFTAR ISI
i

17
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian................................................................................... 2
B. Psikologi Pada Masa Kehamilan................................................ 2
C. Gangguan Psikologi Pada Masa Kehamilan.............................. 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................. 13
B. Saran............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

ii

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai