Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

PROSES PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA WANITA


SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN MANUSIA
Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi kebidanan
Dosen Pengampu : Syahid Izharuddin L., S.Psi., M.Psi

Disusun oleh :

Chyntia Din Islamiyati 18002

Sri Damayanti 18013

AKADEMI KEBIDANAN ANNISA JAYA

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

Jl. Raya karanggan No.30 Desa Puspasari, Citeureup-Bogor

TAHUN

2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah yang berjudul  “PROSES PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA

WANITA SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN MANUSIA”.


Dalam penyusunan Penulisan makalah tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini  masih belum sempurna, maka
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan  demi
penyempurnaan Makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Makalah  ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, 28 Februari 2020

PENYUSUN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4
1.2 LATAR BELAKANG..................................................................................4
1.3 RUMUSAN MASALAH..............................................................................4
1.4 TUJUAN........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5
2.1 ANAK GADIS PADA MASA PUBERTAS...............................................5
2.1.1 DEFINISI PUBERTAS...........................................................................5
2.1.2 ADAPTASI FISIOLOGI ANAK GADIS USIA PUBERTAS...........5
2.1.3 FENOMENA PSIKOLOGI ANAK GADIS USIA PUBERTAS...........8
2.1.4 AKIBAT PERUBAHAN  PADA MASA PUBERTAS....................11
2.2 WANITA SEBAGAI GADIS REMAJA..................................................23
2.2.1 PENGERTIAN REMAJA.....................................................................23
2.2.2 KARAKTERISTIK MASA REMAJA..................................................24
2.3 ANAK GADIS PADA MASA ADOLESCENCE....................................31
2.3.1 PENGERTIAN......................................................................................31
2.3.2 CIRI-CIRI PERKEMBANGAN ADOLESENSE.................................31
2.3.3 TIPE-TIPE GADIS ADOLESENSE.....................................................32
2.3.4 PERUBAHAN PSIKIS PADA ANAK GADIS MASA
ADOLESCENCE...........................................................................................34
BAB III PENUTUP..............................................................................................38
3.1 KESIMPULAN......................................................................................38
3.2 SARAN...................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.2 LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan periode kehidupan terjadinya perubahan biologis,
psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut WHO (2009),
adalah 12-24 tahun. Di Indonesia jumlah remaja berusia 10 hingga 24 tahun
mencapai sekitar 64 juta atau 27,6 persen dari total penduduk Indonesia. Menurut
badan pusat statistik (BPS) Jawa Tengah tahun 2014, kelompok umur 10-19 tahun
adalah sekitar 8.145.616 jiwa yang terdiri dari 51,8% remaja laki-laki dan 48,2%
remaja perempuan. Pada masa remaja, manusia mengalami kematangan dari segi
fisik psikologis maupun sosialnya (Depkes, 2007). Perubahan yang paling
mencolok adalah fisik (Asriani dkk, 2012). Penyesuaian dan adaptasi dibutuhkan
untuk menghadapi perubahan ini agar memperoleh identitas diri (Potter dan Perry,
2009).

Masa remaja ini ditandai dengan pubertas (Papalia dkk, 2009). Pubertas
merujuk pada saat dimana terdapat kemampuan reproduksi, matangnya organ
reproduksi ditandai dengan haid pada anak perempuan (Papaliadkk, 2009).
Pubertas berawal dari perubahan hormonal yaitu hormon estrogen pada wanita,
dan hormon testosteron pada pria. Hormon esterogen pada perempuan berperan
dalam timbulnya karakteristik seks sekunder seperti pertumbuhan payudara
(Potter dan Perry, 2009), dan karakteristik seks primer seperti perubahan biologis
yang melibatkan organ-organ yang diperlukan 2 untuk melakukan reproduksi
seperti indung telur, tuba falopi, rahim dan vagina. Usia pubertas pada anak
perempuan berkisar antara 9-13,5 tahun. (Hockenberry, 2005). Perubahan fisik
pada masa pubertas terjadi seiring dengan perkembangan karakteristik seks primer
dan sekunder (Rudolph, 2014). Masalah-masalah yang timbul pada saat
menghadapi usia pubertas ini adalah hasil dari perubahan fisik dan hormonal yang
menimbulkan kecemasan, penolakan dan rasa malu (Kartono, 2006), dimana sifat
persepsi tersebut membentuk perilaku seseorang, apabila perilaku tersebut tidak
didasari pengetahuan dan kesadaran, maka akan menimbulkan perilaku yang tidak
baik (Notoadmodjo, 2007).

Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak


berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang
terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu membawa akibat yang tidak
sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Masa
remaja juga penuh dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan
bimbang, dimana berkecambuk harapan dan tantangan, kesenangan dan
kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju
hari depan dan dewasa yang matang.

Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi


condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok
tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak,
serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Sebagian besar pakar
psikologi juga setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul
pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul
dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya
di tahap-tahap yang lebih lanjut.

Kita dapat mengetahui bagaimana psikologi remaja itu dan masalah


yang ditimbulkannya. Proses organis yang paling penting pada masa ini adalah,
kematangan seksual. Pada saat pertumbuhan ini mengalami suatu krisis yaitu
kehilangan keseimbangan jasmani dan rohani. Terkadang harmoni dan
fungsi-fungsi motorik juga terganggu, akan terlihat gejala-gejala tingkah laku
seperti, canggung, kaku-kikuk, muka tampak kasar dan buruk. Untuk itu
makalah ini membahas bagaimana seorang gadis pada masa pubertas.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1.3.1 apa yang dimaksud pubertas?

1.3.2 bagaimana adaptasi fisiologi anak gadis usia pubertas?

1.3.3 apa saja fenomena psikologi anak gadis usia pubertas?

1.3.4 apa yang mengakibatkan perubahan  pada masa pubertas?


1.3.5 apa pengertian remaja?

1.3.6 bagaimana karakteristik masa remaja?

1.3.7 menjelaskan pengertian anak gadis pada masa adolenscene?

1.3.8 bagimana ciri-ciri perkembangan adolenscene?

1.3.9 bagimana tipe-tipe anak adolenscene?

1.3.10 bagimana perubahan psikis pada anak gadis masa adolescence?

1.4 TUJUAN
1.4.1 mengetahui dan memahami yang dimaksud pubertas

1.4.2 mengetahui adaptasi fisiologi anak gadis usia pubertas

1.4.3 memahami apa saja fenomena psikologi anak gadis usia pubertas

1.4.4 memahami sesuatu yang mengakibatkan perubahan pada masa pubertas

1.4.5 memahami dan bisa menjelaskan pengertian remaja

1.4.6 memahami apa saja karakteristik masa remaja

1.4.7 mengetahui dan memahami pengertian anak gadis pada masa adolenscene

1.4.8 mengetahui dan memahami ciri-ciri perkembangan adolenscene

1.4.9 mengetahui tipe-tipe anak adolenscene

1.4.10 mengetahui dan paham akan perubahan psikis pada anak gadis masa
adolescence

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANAK GADIS PADA MASA PUBERTAS
2.1.1 DEFINISI PUBERTAS
Dalam bukunya Hurlock (2004) pubertas adalah periode dalam rentang
perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi
mahluk seksual. Menurut Narendra (2002) pubertas merupakan suatu bagian
yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan yaitu proses
biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan bereproduksi.
Definisi masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa,
dimana terjadi suatu percepatan pertumbuhan (growth spurt), timbul ciri-ciri
seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang
mencolok.

2.1.2 ADAPTASI FISIOLOGI ANAK GADIS USIA PUBERTAS


1.     Adaptasi ukuran tubuh      

Perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara anak-
anak perempuan, rata-rata peningkatan pertahun dalam tahun sebelum haid
adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa juga terjadi dari 5 sampai 6 inci, 2
tahun sebelum haid peningkatan rata-rata adalah 2,5 inci. Jadi peningkatan
keseluruhan selama 2 tahun sebelum haid adalah 5,5 inci, setelah haid tingkat
pertumbuhan menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti sekitar 18
tahun. Penambahan berat badan berupa lemak, tulang dan jaringan otot .
Penambahan berat badan paling banyak terjadi pada pubertas perempuan
sesaat sebelum dan sesudah haid.

2.     Adaptasi pada proporsi tubuh      

Perubahan proporsi tubuh, daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya


terlampau kecil sekarang menjadi terlampau besar. Badan yang kurus dan
panjang mulai melebar di bagian pinggul, bahu, dan ukuran pinggang
berkembang, tungkai kaki lebih panjang dari pada badan dan keadaan ini
bertahan sampai sekitar usia 15 tahun. Lengan dalam pertumbuhannya
mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya terlalu panjang,
pertumbuhan lengan dipengaruhi oleh usia kematangan.
3.     Adaptasi pada perkembangan ciri-ciri seks primer      

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun


dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak usia sebelas atau dua
belas tahun berkisar 5,3 gram, pada usia enam belas rata-rata beratnya 43
gram, tuba fallopi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini
(Hurlock, 2004).      

Ovarium membesar pada tahun sebelum menarche, dimana berat rata-


ratanya masing-masing endometrium berkembang, serviks dan korpus uteri
membesar, dan kelenjar serviks mulai mensekresikan cairan menyerupai susu
(Pardede, 2002).      

Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah


datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah,
lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan
terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan hari (Widyastuti, 2009).

4.     Adaptasi pada perkembangan ciri-ciri seks sekunder

Menurut Hurlock (2004) ciri-ciri seks sekunder pada perempuan yaitu :

1) Tumbuhnya payudara

Payudara berkembang, putting susu membesar dan menonjol,


dan dengan berkembangannya kelenjar susu, payudara menjadi lebih
besar dan lebih bulat.

2) Tumbuhnya rambut kemaluan

Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara


berkembang. Rambut kemaluan mula-mula lurus dan terang
warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap
dan agak keriting.

3) Tumbuhnya rambut wajah dan ketiak


Bulu wajah dan ketiak mulai tampak setelah haid. Bulu ketiak
mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian lebih subur, kasar,
gelap dan agak keriting.

4) Perubahan suara

Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara


serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada perempuan.

5) Perubahan kondisi kulit

Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang
pori-pori bertambah besar.

6) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.


Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar
keringat diketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya
menusuk sebelum dan selama masa haid.

7) Meningkatnya lebar dan kedalaman pinggul

Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat


membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah
kulit.

8) Perkembangan otot

Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada


pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan
bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki. Tanda pertama dari
pubertas yang dapat diandalkan pada anak perempuan adalah
tumbuhnya payudara. Putting membesar dan menonjol, areola
(daerah sekeliling putting yang berwarna lebih gelap) membesar dan
payudara awalnya berbentuk kerucut dan kemudian membulat
(papalia, 2009).
9) Hormon Reproduksi

Alat kandungan pada saat lahir belum berkembang, setelah


pancaindra menerima rangsangan yang diteruskan ke pusat dan
diolah oleh hipothalamus, melalui system portal mengeluarkan
hormon gonadotropik perangsang folikel dan luteinizing hormone
yang merangsang indung telur, kelenjar indung telur memproduksi
hormon estrogen dan progesteron. Hormon perangsang folikel
(FSH), merangsang folikel primordial yang dalam perjalanannya
mengeluarkan hormon estrogen untuk pertumbuhan tanda seks
sekunder (pertumbuhan rambut, pembesaran payudara, penimbunan
jaringan lemak, sesuai dengan pola wanita yaitu di bokong dan
payudara), pertumbuhan rambut meliputi rambut kemaluan yang
berbentuk segitiga serta rambut pada ketiak. Pada permulaan hanya
hormon estrogen saja yang dominan dan perdarahan (menstruasi)
yang terjadi untuk pertama kali (menarche). Dominannya estrogen
pada permulaan menstruasi sangat penting karena menyebabkan
tejadinya pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder
(Manuaba, 2009).

2.1.3 FENOMENA PSIKOLOGI ANAK GADIS USIA PUBERTAS


1.     Adaptasi kognitif      

Mengacu pada tahap-tahap perkembangan kognitif dari piaget (dalam


shelly, 2003) tahap perkembangan kognitif pubertas ialah tahap oprasional
yang abstrak dan formal.

Ciri-ciri tahap perkembangan kognitif tahap oprasional ialah

a. Ditandai dengan kemampuan untuk mengolah informasi secara benar


dan fleksibel sehingga tidak lagi terbatas ruang, waktu dan tempat
b. Memiliki penalaran hiptesis deduktif  yaitu kemampuan untuk
mengembangkan dan menguji hipotesis dengan melakukan eksperimen
sebagai alat pembuktiannya.
c. Dapat menggunakan penyandi atau penyimbolan informasi
d. Ditandai dengan kemampuan dalam mengintegrasikan apa yang telah
mereka pelajari dengan tantangan-tantangan dimasa yang akan datang
e. Mampu membuat rencana-rencana dimasa yang akan datang
f. Pikirannya cenderung fleksible dan memiliki implikasi emosional
g. Belajar untuk mencintai kebebasan berfikir dan membenci sikap
ekploitasi pada pola pikir,  terutama yang berkaitan erat dengan
doktrin-doktrin pragmatis

2.     Adaptasi emosi     

Memahami emosi akan membantu seseorang untuk dapat memandu


mereka dalam situasi sosial dan berbicara tentang perasaan dirinya atau orang
lain. Pemahaman emosi memungkinkan seseorang untuk lebih mampu
mengontrol diri dan cara-cara menunjukan perasaan sehingga dia menjadi
peka atas perasaan orang lain (garner dkk,1996)      

Dengan memahami emosi seseorang berarti memahami proses kognitif


yang mengarah pada suatu tindakan (papalya, 2008). Bentuk-bentuk
perkembangan dan pertumbuhan emosi masa pubertas merupakan
perpanjangan dari perkembangan dan pertumbuhan emosi periode
perkembangan sebelumnya, seperti kesadaran akan rasa malu, rasa bersalah,
takut, sedih, gembira, benci, marah dan sebagainya.                                     

3.     Adaptasi sosial      

Perkembangan sosial pubertas sangat berkaitan dengan sejauh mana


kuantitas dan kualitas inter personalnya kepada orang tua, saudara kandung,
teman sebaya, dilingkungan sekolah dan orang-orang yang ada dilingkungan
sekitarnya. Kuantitas hubungan interpersonal tidak menjamin kualitas
personal, tetapi lebih mengarah pada kepopulerannya semata. Yang terpenting
bagi pubertas ialah sejauh mana hubungan sosial yang dibangunnya
memberikan rasa kebahagiaan seperti harga diri, sikap penerimaan dan
pengakuan identitasnya.      
Bagi pubertas yang hidup dengan pola disiplin keluarga yang konsisten
kemungkinan besar dia akan memiliki kualitas hubungan sosial yang lebih
fleksible, terbuka, responsif, peka dan simpati ketimbang dengan mereka yang
hidup dengan pola disiplin yang otoriter dan tanpa disiplin. Mereka cenderung
menjadi orang yang kaku, pemberontak, mengalami konflik, stres, depresi dan
berprilaku agresif.      

Semula hubungan sosial dimasa kanak-kanak tertuju pada semua


orang. kini dimasa pubertas terjadi perubhan. Seorang pubertas tidak lagi
mengedepankan kuantitas, tetapi kualitas sehingga dia sangat selektif   dalam
memilih teman. Kini teman-temannya tidak lagi sebatas pada teman
sepermainan, tetapi mengarah kepada hubungan yang lebih akrab (sahabat).
Bahkan teman akrabnya dianggap lebih baik dan berkualitas dalam
menuntukan peran sosialnya ketimbang orang tua. Kondisi ini sering membuat
para orang tua menilai anak pubertasnya tidak lagi patuh.      

Suasana rumah tangga yang tidak bahagia, penuh pertengkaran, korban


perceraian (broken home), tanpa disiplin, atau sikap anggota keluarga yang
tidak peduli, tidak mencerminkan kasih, akan memberikan kesempatan luas
bagi anak pubertas untuk membentuk perilaku yang tidak berkarakter dan
menjadi orang yang tidak bahagia. Hal ini akan sangat mempengaruhi
hubungan sosialnya dengan orang-orang diluar rumah. Apa yang pernah
terjadi dalam hubungan sosial anak pubertas dirumah akan terbawa keluar
rumah.      

Seperti yang dikatakan Gunarsa (2007) bahwa interaksi antara orang


tua dengan anak harus dibangun sejak dini dalam rumah tangga. Pembentukan
hubungan sosial yang harmonis sangat berperan dalam pembentukan
hubungan sosial anak dimasa yang akan datang, lingkungannya dan justru
keluargalah yang seharusnya menjadi pilar utama dalam pembentukan
karakter sosial anak. 4.     Adaptasi moral      
Mengacu pada teori tahap-tahap perkembangan moralitas dari
kohlberg, tahap perkembangan moral pubertas ialah tahap moralitas
konvensional, yakni level kedua dari penalaran moral yang di tandai dengan
kemampuan seseorang untuk menginternalisasikan standar-standar figur
otoritas. Kemampuan tersebut membuat mereka makin peduli tentang hidup
menjadi baik, memuaskan dan membantu orang lain, dapat menilai niat baik
dan mengembangkan ide-ide yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan, bisa
menilai tindakan berdasarkan dibalik motif orang berbuat baik dan bisa
mempertahankan tatanan sosial.      

Pada periode pubertas, kata hati nurani mereka semakin luas dan
berkembang. Lambat laun anak mulai merasakan nilai-nilai hubungan spiritual
dengan tuhan. pengertiannya tentang agama tidak lagi berdasarkan
penerimaan doktrin, melainkan mengarah pada hal-hal konkrit yang
berorientasikan fakta-fakta dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.      

Usaha menyerahkan diri kepada tuhan dianggap sebagai salah satu


keinginan pubertas untuk menyenangkan dan rasa bakti kepada tuhan. Konsep
tentang dosa semakin berkembang dan segala bentuk tingkah laku yang salah
merupakan bentuk dosa dan pemberontakan kepada tuhan (shelly,2003).

2.1.4 AKIBAT PERUBAHAN  PADA MASA PUBERTAS


1. Day dreaming     

Istilah mimpi basah, atau datang bulan, sama-sama menandakan


kematangan seorang remaja. Mimpi basah akan terjadi pada laki-laki berusia
9-14 tahun, umumnya terjadi secara periodik berkisar sekitar 2-3 minggu
sekali.mimpi basah merupakan pengeluaran cairan sperma yang terjadi secara
alamia. Sperma ini di produksi oleh testis,yang merupakn sala satu organ
reproduksi laki-laki, ketika alat reproduksi ini mulai berfungsi maka testisnya
mulai berproduksi.     

Mimpi basah kita pakai untuk mengambarkan pengalaman para laki-


laki yang menginjak dewasa. Karena sperma baru muncul dalam kehidupan
seorang anak laki2 saat ia menginjakmasa pubernya. Saat itu otak mulai
mengaktifkan fungsi seksual, organ-organ reproduksi mulai aktif. Salah
satunya testis dimana ia memproduksi sel sperma sebanyak kira-kira sejuta
sampai 3 juta tiap harinya. Mimpi basah merupakan mekanisme alami untuk
menguras timbunan sperma dari dalam tubuh jika tidak di keluarkan melalui
mimpi, maka akan terjadi penyerapan kembali sperma oleh tubuh. Ini
merupakan tanda akil balik dari seorang anak laki-laki remaja dan harus
bersyukur apabila seorang anak laki-laki mengalami mimpi basah, karena itu
menandakan anak laki-laki tersebut organ reproduksinya berfungsi,dan dia
termasuk anak laki-laki yang normal.

2. Rasa malu berlebihan     

Setiap manusia haruslah memiliki rasa malu, karena rasa malu


merupakan salah satu control dalam kehidupan seseorang, tetapi apabila rasa
malu itu berlebihan dan tidak masuk akal maka itu akan menjadi masalah.
Karena rasa malu berlebihan akan menghambat kehidupan social seseorang
yang sekaligus bisa berdampak terhadap kemajuan dan kesuksesan dalam
hidup dan kehidupan seseorang. Rasa malu juga merupakan kombinasi dari
kegugupan social dan pengkondisian social, rasa malu dan rendah diri
memiliki keterkaitan dan apabila di telusuri banyak orang yang merasa malu
yang disebabkan karena dia merasa rendah diri, rasa malu juga dapat di
gambarkan semacam perasaan tidak nyaman, sementara orang yang menderita
rendah diri apabila orang tersebut kurang berharga di banding dengan orang
lain.

Di bawah ini beberapa cara menghilangkan rasa malu berlebihan:

1. Kenalilah rasa malu itu,apa yang membuat kamu merasa malu,apakah


keadaan fisik,atau hal-hal yang bersifat psikologis.
2. Berhentilah menyalakan orang lain untuk menutupi rasa malu.sadarilah
bahwa rasa malu itu bersumber dari dalam diri sendiri bukan dari
luar,namun jangan pernah menyalahkan diri sendiri.
3. Ketika sedang mengalami rasa malu,amatilah reaksi tubuh
kamu,apakah kamu merasa tidak nyaman,gelisah,serba salah,tangan
gemetar,atau reaksi fisik lainya.telusurilah apa yang menyebabkan
perasaan negative itu muncul.
4. Kenalilah kelemahan kamu,apa yang membuat kamu merasa
malu,karena semua orang memiliki kelemahan,tidak ada orang yang
sempurna namun sebisa mungkin kita mencoba memperbaiki
kelemahan tersebut.
5. Kenal dan kembangkan terus kelebihan dan keistimewaan kamu,karena
seseorang selain memiliki kelemahan pasti memiliki kelebihan,dan
kelebihan itu merupan modal untuk percaya diri.
6. Apabila kamu merasa perasaan malu itu benar-benar di luar control
maka berkonsultasilah dengan seorang yang berpengalaman dan kamu
percayai.langkah terahir adalah jumpai psikolog untuk meminta solusi
permasalahan.
7. Lawan rasa malu dengan berusaha bersikap lebih santai,karana rasa
malu berlebihan akan membuat kita kelihatan kaku dan konyol.
8. Tampilkan sisi terbaik,toljolkan kelebihan yang di miliki.
9. Jangan takut akan penolakan dan cacian,jika di awal mental kita sudah
jatuh,maka dapat di pastikan penampilan tidak akan maksimal.
10. Pelajari situasi,jangan sampai rasa malu,justru membuat kita terjebak
dalam situasi,harus belajar untuk tetap tenang,dan pelajari apa yang
sedang terjadi
3. Antagonisme Sex     

Antagonisme sex dapat di artikan sebagai suatu perasaan tidak


senang atau menentang suatu yang berhubungan dengan sex, yang
diaplikasikan dalam sikap dan prilaku. Seorang yang mengalami
hambatan sexual, tidak dapat merasakan ataupun membedakan, antara
gender yang ada pada dirinya.
Faktor-Faktor terjadinya antagonisme sex :

1. Meskipun dia seorang laki-laki atau perempuan tidak normal yang


sering kita sebut dengan gay atau lesbi, maka dia tidak akan menikmati
fantasi seksual yang normal, dan dia akan gagal menikmati fantasi
sexual pada dirinya.
2. Memiliki hambatan nafsu sex dengan lawan jenis
3. Trauma perkosaan, atau melihat kejadian penyiksaan yang
berhubungan dengan sex.
4. Mendengar cerita-cerita tentang sex yang tidak jelas, dan yang ada
hanya informasi yang salah tentang sex (ketidaktahuan tentang info
sex).
5. Hubungan keluarga dan lingkungan yang buruk, dimana beberapa
orang tua mengajarkan anak gadisnya untuk mempercayai sex adalah
sesuatu yang buruk, kegiatan yang memalukan, dimana seseorang
berbuat sekehendak hatinya, sex tidak pernah dibicarakan terbuka
dalam keluarga.
6. Kesehatan yang buruk, mengalami penyakit fisik dan mental, namun
ini kemungkinannya sangat kecil.
4. Antagonisme Sosial     

Pada usia remaja 14-15 tahun sampai 17-18 tahun, percepatan


pertumbuhan fisik sangat menonjol dan kematangan fungsi layaknya
orang dewasa akan timbul. Gejolak emosional sebagai penyertaan
perkembangan fisik sering terjadi begitu ekstrim sehingga menyulitkan
remaja sendiri maupun lingkungannya. Konflik dengan orang tua,
teman sebaya, umumnya akan berkembang yang sering ditandai oleh
satu sisi kebutuhan untuk mandiri, sedangkan di sisi lain
ketergantungan baik moril maupun materiil masih sangat besar
terutama pada orang tua. Dan pada kenyataannya remaja merasa belum
yakin akan kebutuhan otonomi sehingga remaja sering dihadapkan
pada situasi frustrasi.
5. Emosionalitas     

Menurut English and English emosi adalah “ A complex feeling


state accompanied by characteristic motor and glandular activities “,
yaitu suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik
kegiatan kelenjar dan motoris. Menurut Crow & Crow (1958)
pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian
dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang
berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada
tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.     

Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana


terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang
pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi, diantaranya
terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan
terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam
menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun
sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki
variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara
masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut
dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase
perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan
dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi
dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan
psikis terutama emosi.         

Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari


bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga,
sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang
dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik
dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-
aktivitas yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih
banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak memadai untuk
memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali
meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya
tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada
dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.     

Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling


banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan
dalam rangka menghindari hal-hal negatif  yang dapat merugikan
dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan
memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan
emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu
untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu
mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan
diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu
mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang
ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar
dan efektif. Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja
menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.

Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun

1. Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka


2. Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa
percaya diri
3. Kemarahan biasa terjadi
4. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang
sendiri.
5. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun

1. “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang


universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka     

Masa remaja merupakan puncak emosiononalitas,


perkembangan emosi tinggi. Pertumbuhan fisik terutama organ-organ
seksual mempengaruhi berkembanganya emosi. Mencapai kematangan
emosional merupakan tugas perkembangan yang cukup sulit bagi
remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-
emosional di lingkungannya, terutama teman sebaya dan kelompok
teman sebayanya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam
arti kondisinya diwarnai hubungan yang harmonis, saling
mempercayai, dan penuh tanggung jawab maka remaja cenderung
dapat mencapai kematangan emosionalnya. Sebaliknya apabila remaja
kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan
mendapatkan perhatian yang tidak sesuai, baik kurang atau lebih dari
orang tua maupun teman sebaya mereka cenderung mengalami
kecemasan, perasaan tertekan dan ketidaknyamanan emosional.     

Oleh karena itu diperlukan startegi-strategi untuk mendukung


perkembangan emosional remaja agar dapat berkembang dengan
optimal dan terarah pada emosi-emosi yang positif.

Berikut beberapa cara untuk orang tua mendukung perkembangan


sosio-emosional remaja:

1. Memahami kepentingan masing-masing dan adanya pola kelekatan


Stereotip bahwa remaja tidak memerlukan kelekatan
sebagaimana pada masa kanak-kanak adalah salah. Remaja
memerlukan orang tuanya sebagai panutan dan juga pendukung
anak, terutama di saat anak merasa tertekan. Orang tua juga perlu
menghargai motivasi anak untuk menjadi remaja yang mandiri.
Bagaimanapun seorang remaja harus tetap diawasi walaupun tidak
sesering ketika ia masih kecil. Biarlah seorang remaja itu
mendapatkan kebebasan untuk menunjukkan tanggung jawabnya.
2. Hindari adanya konflik antar orang tua dengan remaja yang
berlarut-larut dan Gunakan kemampuan komunikasi untuk
berkomunikasi yang baik dengan anak.           
Perkembangan sosio-emosional remaja akan menguntungkan
ketika tingkat adanya konflik dengan keluarag rendah. Tetaplah
berkomunikasi dengannya, jadilah pendengar yang aktif dan
menunjukkan rasa kepedulian.
3. Pahami arti penting dari teman sebaya, organisasi dan pengajar
mereka.           
Seorang remaja butuh untuk bersosialisasi dengan cara bergaul
dengan teman sebayanya dan ikut aktif dalam suatu organisasi
untuk mengembangkan kecerdasan emosional mereka. Peran
pengajar dalam hal ini juga turut mendukung.

4. Bantu remaja untuk lebih memahami perbedaan dan nilai konflik.


Seorang remaja memerlukan dukungan untuk mempunyai
pendapat yang berbeda. Mereka juga harus didukung untuk lebih
banyak belajar tentang orang lain yang berbeda latar belakangnya
dan memahami adanya individual differences antar individu dan
kelompok. Seorang remaja juga perlu untuk lebih memahami lagi
tentang bagaimana sebuah konflik itu terjadi dalam antar kelompok.
5. Membiarkan remaja mengeksplorasi dirinya untuk mencari
identitasnya           
Karena masa remaja adalah masa untuk mencari identitas, maka
diharapkan orang tua dapat membantu dengan menunjukkan
kepeduliannya.     

Selain itu menurut Adams & Gullota (1983) ada 5 aturan dalam
menghadapi dan membantu remaja yaitu:

a. Trustwotrhiness (kepercayaan) di mana kita harus saling


percaya kepada siapapun remaja yang kta hadapi.
b. Genuineness yaitu maksud murni yang tidak pura-pura
c. Emphaty yaitu kemampuan untuk ikut merasakan apa yang
dirasakan remaja
d. Honesty yaitu menampilkan kejujuran dan kepercayaan ketika
menghadapi remaja.
6. Kurang percaya diri     

Kurang percaya diri atau rendah diri adalah perasaan


menganggap terlalu rendah pada diri sendiri, orang yang rendah
diri berarti menganggap diri sendiri tidak mempunyai kemampuan
berarti.

Ciri kurang percaya diri adalah sebagai berikut:

1. Selalu menyendiri dan menarik diri dari pergaulan (bersifat


introfert)
2. Selalu ragu dalam bertindak
3. Tidak dapat bersaing positif,seperti persaingan kepandaian,dan
kegiatan lainnya.     

Secara psikologi kurang percaya diri di sebabkan oleh banyak hal,


beberapa diantaranya yaitu:

1. Overprotected

anak yang selalu di kekang, kurang di berikebebasan untuk


mengaktualisasi diri,merasa independen atau menerima keputusan
sikapnya sendiri.mereka merasa takut untuk berbuat salah akibatnya
banyak hal yang membuat mereka ragu untuk melakukan sesuatu
bahkan membuat si remaja menjadi tidak mau untuk melakukannya.

2. Terlalu dibiarkan.

tampaknya akan membuat anak melakukan banyak hal dan


menjadikannya PD. Namun hal ini bisa sebaliknya jika kebebasan yang
di dapatkan tampa arah dan bimbingan mereka akan merasa dirinya
tidak di butuhkan,bahkan seperti di buang begitu saja oleh
keluarganya,sehinga mereka merasa kosong dan tidak memiliki hub
emosional yang baik

3. Perfeksionis.

Kita adalah manusia yang juga memiliki kelemahan,menuntuk


kesempurnaan untuk seorang anak tanpa di barengi pengertian,anak
akan menjadi takut untuk berbuat dan takut untuk tidak sempurna.

4. Sering di kritik dan di kecewakan.

kritik merupakn hal yang wajar,akan tetapi harus ada solusi


dan alasan,demikian pula dengan di kecewakan,berilah alasan dan
sebab-sebab kenapa harus di kritik,kita juga harus memberikan
pujian sebagai sisi positif penyeimbang.

5. Mencontohi lingkungannya.
arahkan mereka,agar jika mencari panutan sebaliknya fahami dulu
sikap2 orang yang akan di panut.jangan menerima mentah-mentah.
6. Percaya dengan ketidak mampuan.dengan terlihat tegang dan putus
asa kemudian mengatakan “Aku tidak sangup”Aku tidak bisa”. dan
kalimat-kalimat penolakan lainya,karena takut gagal kemudian di
marahi dan di kucilkan.ahirnya lama kelamaan mereka benar2
merasa tidak mampu.
Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Terhadap Orang yang Kurang Percaya
Diri:

1. Memberi pengertian.

Komunikasi adalah kuncinya,ajak mereka berfikir


rasional,kenapa harus melakukan tugas ini,mengapa harus bersikap
seperti ini,kenapa harus meruba penampilan.dll

2. Beri pujian.

Beri pujian sangat penting untuk memotivasi mereka.pujian dan


kritik harus proposinal(memiliki kadar yg sama).ingt bahwa remaja
belum matang dan perlu bimbingan.

3. Beri contoh.

Tunjukan kepada mereka orang2 yang sukses,dan berhasil karna


mereka PD,walaupun kadang2 secara fisik mereka tidak cantik,tapi
bisa juga pintar dan memiliki kelebihan.

Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Mengatasi Kurang Percaya Diri:

1. Menciptakan definisi diri positif


2. Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri,belajar melihat
bagian2 positif dalam diri,menghentikan opini negative dalan diri
3. Memperjuangkan keinginan yang positif
4. Mengatasi masalah secara positif
5. Memiliki model teladan yang positif

7. Sikap tidak senang     

Sikap tidak tenang adalah suatu keadaan ketidakseimbangan emosi,


yang manifestasinya kepada tingkah laku, yaitu gelisah, banyak tingkah,
mudah berubah-ubah. Kebiasaan remaja ketika mengalami hal ini adalah tidak
bisa duduk atau berdiri dengan tenang dalam waktu yang lama, hal ini di
sebabkan oleh tidak adanya kontrol emosi, sehingga fisikpun merasakan
agresifitas mentalnya. Sejatinya, masa remaja adalah masa yang sangat rawan
untuk seorang anak.  Secara emosional ia masih labil, sehingga ia sangat
membutuhkan dukungan dan arahan dari orangtuanya. Banyak anak remaja
yang akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas, narkoba dan ikut-ikutan
sebuah geng motor karena kurang bimbingan dan arahan dari orangtuanya.
Dalam kondisi kurang bimbingan orangtua, seorang remaja boleh jadi akan
merasa hidupnya hampa dan tidak puas, ia merasa tidak
diperhatikan/dipedulikan dan juga tidak didengar. Di lain pihak, mungkin
sikap orangtua tidak banyak berbicara atau terlibat dengan remaja karena
mereka menganggap anaknya sudah dewasa dan mandiri sehingga mereka
membiarkan atau melepaskan anak begitu saja bergaul dalam lingkungan yang
tidak jelas.

8. Merasa bosan     

Merasa bosan adalah perasaan jenuh atau mengalami hal-hal yang


sama berulang ulang. Anak pada saat memasuki pubertas akan merasa jenuh
dengan rutinitas yang dijalaninya sehari-hari terus menerus dengan kegiatan
yang sama. Hal ini disebabkan perubahan fisik dan psikis yang semakin hari
semakin berkembang sehingga perubahan fisik yang tidak seimbang
mempengaruhi psikis anak tersebut. Perkembangan fisik yang cepat dan
penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama
pada awal masa remaja, semua perkembagan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

9.       Keinginan untuk menyendiri     

Anak pada masa perkembanganya terkadang membutuhkan space


(tempat) untuk menyendiri, tidak berteman dan mengasingkan diri dari
kelompoknya ketika dia bermasalah dengan dirinya sendiri atau bermasalah
dengan teman sebayanya. Anak pada masa pubertas cenderung mengasingkan
diri mana kala merasa ada hal yang kurang cocok dengan dirinya atau
(minder). Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan
badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka mereka telah memiliki
keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik
maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab,
tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki
masa depan dengan baik.

10.  Keseganan untuk bekerja     

Keseganan untuk bekerja adalah tidak mau, tidak sudi, atau rasa malas
untuk melakukan suatu pekerjaan. Ketika masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa remaja, dimana pada masa remaja sudah mulai diberi
tanggung jawab untuk bekerja maka situasi seperti ini akan menjadi masalah,
karena sebelumnya tidak terbiasa dengan pekerjaan serius. Kepada orang tua
diharapkan agar dapat:

1. Berkomunikasi untuk mengarahkan remaja bahwa mereka


sudah mulai belajar diberi tanggung jawab.
2. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk aktualisasi diri
3. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk bertanggung
jawab dengan apa yang di lakukan
4. Konsisten dengan menerapkan disiplin

2.2 WANITA SEBAGAI GADIS REMAJA


2.2.1 PENGERTIAN REMAJA
Kebanyakan orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi
antara masaanak ke masa dewasa. Remaja termasuk golongan anak, tetapi
dia tidak pula termasukorang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang
dewasa, remaja masih belummampu menguasai fungsi fungsi fisik dan
psikisnya. (Marmi, 2017)
Berdasarkan kronologis usia maka remaja adalah individu antara
umur 10-19tahun. Sedangkan ditinjau dari segi tersebut mereka masih
termasuk golongan anakanak, mereka masih harus banyak belajar untuk
dapat memperoleh tempat dalammasyarakat sebagai warga negara yang
bertanggung jawab dan bahagia. Remaja belajar ini melalui pengkulturan,
sosialisasi dan adaptasi aktif. (Marmi, 2017)
Menurut WHO (1974) remaja memiliki tiga kriteria yaitu biologik,
psikologik,dan sosial ekonomi:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali dia menunjukan tanda-
tanda seksualsekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
sosial
2. Individu memiliki perkembangan psikologik dan pola indentifikasi
dari anak anakmenjadi dewasa
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaanyang ralatif lebih mandiri

2.2.2 KARAKTERISTIK MASA REMAJA


1. PERTUMBUHAN FISIK

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat


dibandingkandengan masa anak-anak dan masa remana. Untuk
mengimbangi pertumbuhanyang cepat itu, remaja dewasa membutuhkan
makan dan tidur yang lebih banyak.

a. Perkembangan Fungsi Organ Seksual


Fungsi organ seksual mengalami perkembangan yang kadang-
kadangmenimbulkan masalah yang menjadi penyebab timbulnya
perkelahian, bunuhdiri dan sebaginya.
b. Cara berfikir kausalitas
Yaitu menyangkut hubunga sebab dan akibat, remaja sudah mulai
berfikirkritis sehingga dia akan melawann bila orang tua, guru,
lingkungan, masihmenganggap sebagai anak kecil.
c. Emosi yang meluap-luap
Keadaan emosi remaja masih lebih karena hal ini hubungan nya
dengankeadaan hornonal. Emosi remaja lebih mendiminasi dan
menguasai dirimereka dari pada pikiran yang realistis.
d. Mulai tertarik pada lawan jenis
Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan
jenisnyadan mulai berpacaran, jika dalam hal ini orang tua kurang
mengerti, kemudianmelarang nya, akan menimbulkan masalah
e. Menarik perhatian lingkungan
Pada masa ini remaja nulai mencari perhatian dari lingkungannya
berusahamendapatkan status dan peras seperti kegiatan remaja di
kampung-kampungyang diberi peranan, misalnya mengumpulkan
dana atau sumbangan kampung
f. Terikat dengan kelompok
Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok
sebayanyasehingga tidak jarang orang tua di nomerduakan
sedangkan di kelompoknya dinomer satukan.
2. KEBUTUHAN MASA REMAJA
Kebutuhan fisik, sosial, dan emosional pada masa remaja antara lain
adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan akan kasih saying
Kebutuhan kasih sayang yang meliputi menerima kasih
sayang dari keluargaatau orang lain 
b. Kebutuhan ikut serta dan kenutuhan kelompok
Menyatakan afeksi kepada kelompok, turut memikul
tanggung jawabkelompok, serta menyertakan kesediaan dan
kesetiaan pada kelompok
c. Kebutuhan berdiri sendiri

Remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungannya


bahwa ia mampumelaksanakan tugas-tugas seperti yang di
lakukan oleh orang-orang dewasa.

d. Kebutuhan kemampuan psikofisis


Kebutuhan untuk mendapatkan simpatik dan pengakuan dari
pihak lain
3. PEMBAGIAN PERKEMBANGAN MASA REMAJA
Dalam tahap kembangnya menuju dewasa, berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual, semua remaja melewati tahapan
berikut :
a. Masa remaja awal atau dini usia 11-13 tahun 
b. Masa remaja pertengahan usia 14-16 tahun
c. Masa remaja lanjut usia 17-20 tahunTahapan ini mengikuti pola
yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap
tahap mempunyai ciri tertentu tetapi tidak mempunyai batasyang
jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara
kesinambungan.
4. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
a. Perkembangan aspek aspek biologik 
b. Menerima perana dewasa berdasarkan pengaruh kebijakan
masyarakat sendiri
c. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang orang
dewasalainnya
d. Mendapatkan pandangan hidup sendiri
e. Realisasi satu indentitas sendiridan dapat mengadakan partisipasi
dalamkebudayaan pemuda sendiri.
5. PERKEMBANGAN FISIK REMAJA

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa,


bukan hanya dalam arti psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan
- perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer
dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan – perubahan
psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-
perubahan fisik itu.

a. Perkembangan fisik pada anak perempuan


a) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi,
anggota-anggota badanmenjadi panjang).
b) Pertumbuhan payudara.
c) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di
kemaluan.
d) Mencapai ketinggian badan yang maksimal setiap
tahun nya.
e) Bulu kemaluan menjadi kriting.
f) Haid
g) Tumbuh bulu-bulu ketiak 
b. Perkembangan fisik pada anak laki-laki
a) Pertumbuhan tulang-tulang 
b) Testis (buah pelir) membesar
c) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di
kemaluan
d) Awal perubahan suara
e) Ejakulasi (keluarnya air mani)
f) Bulu kemaluan jadi keriting
g) Mencapai ketinggian badan yang maksimal setiap tahun
nya
h) Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot)
i) Tumbuh bulu ketiak 
j) Akhir perubahan suara
k) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap
l) Tumbuh bulu di dada
Selanjutnya dikatakan juga bahwa hormone genadotropic
mulai positif (ada)dalam air seni. Hormon inilah yang
bertanggung jawab Sebagian pada pertumbuhan tanda -
tanda seksual dan bertanggung Jawab penuh dalam produksi
sel telur dan spermatozoa.
Perubahan - perubahan fisik itu menyebabkan
kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya
itu. Pertumbuhan yang mencolok misalnya,pembesara
payudara yang cepat, membuat remaja merasa persisih
dari teman-temannya. Demikian pula dalam menghadapi
haid dan ejakulasi yang pertama, anak-anakyang remaja itu
perlu mengadakan penyesuaian-penyesuaian dan tingkah
lakuyang tidak selalu bisa di lakukannya dengan mulus,
terutama jika tidak ada d ukungan dari orang tua.
6. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Inteligensi oleh David Wechler (1958) didefinisikan sebagai
keseluruhankemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara
terarah serta mengolahdan menguasai lingkungan secara efektif.
Inteligensi mengandung unsur pikiran atau ratio. Makin banyak unsure
ratio yang harus digunakan dalam suatu tindakanatau tingkah laku,
tesebut. Ukuran inteligensi dinyatakan dalam IQ
(IntelligenceQuotient). Kemampuan mental primer (Primary Methal
abilities) terdiri dari 7 faktor, yaitu:
a. Pengertian lisan (verbal compherehinsion) 
b. Kemampuan angka-angka (numerical ability)
c. Penglihatan keruangan (spatial visualization)
d. Kemampuan pengindraan (perceptual ability)
e. Ingatan (memory)
f. Penalaran (reasoning), dan
g. Kelancaran kata-kata (word fluency)Jean piaget (1896-1980)
berpendapat bahwa setiap orang mempunyai
system pengaturan dari dalam sistem kognisinya. Sistem pengat
uran ini terdapat sepanjang hidup seseorang dan berkembang
aspek-aspek kogninif yaitu:
a. Kematangan yang merupakan perkembangan susunan
syaraf sehingga fungsi-fungsi indera menjadi lebih
sempurna. 
b. Pengalaman yaitu hubungan timbal balik dengan
lingkungannya
c. Tranmisi soasial timbal hubungan balik dengan
lingkunagna sosial antara lainmelalui pengasuhan dan
pendidikan dari orang lain.
d. Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu
sendiri yang mampumempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkunngan.

Menurut (Gunarsa, 1982 dan Piaget, 1959) tahap tahap


perkembangan kognitifmenurut Piaget adalah sebagai berikut:

a. Tahap I : masa sensorik-motorik (0-2,5 tahun)


b. Tahap II: masa praoperasional (2,0-7,0)
c. Tahap III: masa konkrit–operasiona (7,0–11,0 )
d. Tahap IV: masa formal (11 sampai dewasa).
7. PERKEMBANGAN EMOSI
Emosi menjadi sulit untuk didefinisikan oleh karena sifatnya
yang tidak tetap.Emosi jenis yang satu sering kali menunjukkan
perubahan fisiologis yang sama dengan emosi jenis lain.
Seperti takut dan terkejut tampil dalam perubahan fisiologis dan
ekspresi yang hampir sama. Demikian juga dengan perasaan sedihdan
gembira yang mendalam (sama-sama menangis).W. Wundt (1983-
1920) mengemukakan tiga pasang emosi yaitu:
a. Lust – unlust (senang tak senang) 
b. spannung-losung (tegak tak tegak)
c. erengan-beruhigung (semangat- tenang)
setiap keadaan emosional, menurut Windt, selalu merupakan
kombinasi darikutub emosional tersebut. Seorang yang melihat
binatang buas, misalnya ,keadaan emosinya adalah unlust,
spannung dan erregung. Sedangkan seorangmahasiswa yang lulus
ujian emosinya lust, losung dan beruhigung.
8. PERKEMBANGAN SOSIAL
Sudah diketahui bahwa gejolak emosi remaja dan masalah
remaja lainnya pada umumnya disebabkan antara lain oleh
adanya konflik
peran sosial.Disatu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewa
sa, dipihak lainnya ia masihharus terus mangikuti kemauan orang tua
rasa ketergangguan pada orang tua dikalangan anak-anak indonesia
lebih besar lagi, karena memang dikehendakidemikian oleh orang
tua.
Konfik peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan
kesulitan lain padamasa remaja dapat dikurangi dengan memberi
latihan-latihan agar anak dapatmendiri sendiri mungkin. Dengan
kemandiriannya anak dapat memilih jalannyasendiri dan ia akan
berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepatsaat-saat
yang berbahaya dimana ia harus kembali berkonsultasi dengan
orangtuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu darinya
sendiri.
9. PERKEMBANGAN MORAL
Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa
remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa
mengendalikan tingkah laku anak yang beranjakdewasa ini sehingga
ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan
kehendak atau pandangan masyarakat. Disisi lain tidak adanya moral
sering kali dituding sebagai penyebab faktor kenakalan remaja.
10. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA REMAJA
Wanita dan pria memiliki perasaan yang hampir sama, yaitu
sering merasagelisah, resah, ada konflik bathin dengan orang tua,
minat meluas, tidak menetap , pergaulan , mulai berkelompok tetapi
sering muncul perasaan asing, mulaimengenal lawan jenis atau
pacaran, sudah tidak stabilnya prestasi atau pelajaransekola.

.3 ANAK GADIS PADA MASA ADOLESCENCE


    2.3.1 PENGERTIAN
Adolesense berasal dari istilah latin, yang berarti masa muda yang
terjadi antara 17 – 30 tahun. Sehingga disimpulkan bahwa proses
perkembangan psikis remaja dimulai antara 11 –22 tahun.

Anak gadis pada masa adolesense adalah anak gadis masa transisi atau
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan
adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang
tergolong remaja ini berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi orang
dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis di
mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri.

     2.3.2 CIRI-CIRI PERKEMBANGAN ADOLESENSE


Bagi anak gadis, perkembangan fisik yang berhubungan dengan aspek
seksual yang terjadi selama masa puber memiliki ciri-ciri yang amat khas.
Walaupun masing-masing anak dapat berbeda dalam perkembangannya
tetapi, umumnya ciri-ciri standart perkembangan tersebut adalah :
1. Perkembangan mulai kira-kira pada umur 11 tahun.
2. Buah dada mulai tumbuh dan pantatnya makin membulat.
3. Rambut di kemaluan mulai tumbuh.
4. Uterus, vagina, labia dan clitoris mulai membesar ukurannya.
5. Selanjutnya bulu di kemaluan mulai terlihat jelas dan buah dada
semakin membesar.
6. Perkembangan secara fisik ini mencapai puncaknya kira-kira pada usia
12 tahun.
7. Pada puncak perkembangan ini menstruasi mulai datang.
8. Setelah fase ini mereka akan dapat melakukan pembuahan (konsepsi)
kira-kira setahun setelah menstruasi datang.
Ketika pertumbuhan ini sedang terjadi, ada kalanya tubuh seorang
anak gadis tumbuh secara asimetris. Misalnya, kaki mereka tumbuh lebih
dulu. Lalu tungkai dan lengan. Selanjutnya baru bagian tubuh lainnya. Ada
kalanya ketika pertumbuhan ini sedang terjadi mereka tampak lucu dan ini
kadang kala dapat membuatnya minder. Misalnya ukuran kaki yang tiba-
tiba dirasakan besar sekali. Untuk itu orang tua sebaiknya membantu
mereka dengan menjelaskan tentang pertumbuhannya itu melalui
informasi-informasi yang benar.
     2.3.3 TIPE-TIPE GADIS ADOLESENSE
           Tipe-tipe gadis adolescentia diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pelarian Diri

Pada beberapa anak gadis yang lebih tua atau lebih dewasa,
usaha pelarian diri dari pemuasan gelora nafsu–nafsu seksualnya
disubstitusikan dalam bentuk: pemilihan suatu profesi yang
hakekatnya kurang ditekuninya atau mereka menggabungkan diri
pada suatu kelompok ideologi politik atau pada satu partai religi
agama.

2. Energi Intelektual Tinggi


Seorang wanita atau gadis yang memiliki energi intelektual
tinggi yang telah meninggalkan sama sekali kehidupan perasaaan
dan fantasi seksual itu bisa mengakibatkan mengering atau
menipisnya rasa kewanitaannya, dan jelas menghambat
perkembangan fungsi–fungsi kewanitaannya. Dikemudian hari bisa
menghambat fungsinya sebagai seorang ibu. Sekalipun ia cukup
intelek dan perbuatan–perbuatannya secara normatif bisa dinilai
sebagai luhur, juga dia sendiri bisa berkembang, namun pada
hakekatnya tetap saja ia tidak dewasa.
3. Energik dan Ambisius
Anak gadis yang energik dan amibisius, yang sanggup
mendesakkan dorongan–dorongan seksualnya, dan susah payah
bisa mencapai cita–cita intelektualnya itu pada umumnya banyak
mengalami stagnasi pada kehidupan emosionalnya dan mereka
dihinggapi kompleks–kompleksnya kejantanan yang tidak mapan.
Pola identifikasi  lama yang terdapat pada anak–anak gadis lebih
pekat melekat dan berlangsung dalam waktu yang lama pula.
4. Rasa Malu Berlebihan
Setiap manusia haruslah memiliki rasa malu, karena rasa
malu merupakan salah satu control dalam kehidupan seseorang,
tetapi apabila rasa malu itu berlebihan dan tidak masuk akal maka
itu akan menjadi masalah karena rasa malu berlebihan akan
menghambat kehidupan sosial seseorang yang sekaligus bisa
berdampak terhadap kemajuan dan kesuksesan dalam hidup dan
kehidupan seseorang.rasa malu juga merupakan kombinasi dari
kegugupan sosial dan pengkondisian social, rasa malu dan rendah
diri memiliki keterkaitan dan apabila di telusuri banyak orang yang
merasa malu yang di sebabkan karena dia merasa rendah diri, rasa
malu juga dapat di gambarkan semacam perasaan tidak nyaman,
sementara orang yang menderita rendah diri apabila orang tersebut
kurang berharga dari pada dengan orang lain.

Di bawah ini beberapa cara menghilangkan rasa malu berlebihan:


a. Kenalilah rasa malu itu, apa yang membuat kamu merasa malu,
apakah keadaan fisik atau hal-hal yang bersifat psikologis.
b. Berhentilah menyalakan orang lain untuk menutupi rasa
malu.sadarilah bahwa rasa malu itu bersumber dari dalam diri sendiri
bukan dari luar, namun jangan pernah menyalakan diri sendiri.
c. Ketika sedang mengalami rasa malu, amatilah reaksi tubuh kamu,
apakah kamu merasa tidak nyaman, gelisah, serba salah, tangan
gemetar atau reaksi fisik lainya. Telusurilah apa yang menyebabkan
perasaan negatif itu muncul.
d. Kenalilah kelemahan kamu, apa yang membuat kamu merasa malu
karena semua orang memiliki kelemahan, tidak ada orang yang
sempurna namun sebisa mungkin kita mencoba memperbaiki
kelemahan tersebut.
e. Kenal dan kembangkan terus kelebihan dan keistimewaan kamu
karena seseorang selain memiliki kelemahan pasti memiliki kelebihan
dan kelebihan itu merupakan modal untuk percaya diri.
f. Apabila kamu merasa perasaan malu itu benar-benar di luar control
maka berkonsultasilah dengan seorang yang berpengalaman dan kamu
percayai. Langkah terakhir adalah jumpai psikolog untuk meminta
solusi permasalahan.
g. Lawan rasa malu dengan berusaha bersikap lebih santai, karana rasa
malu berlebihan akan membuat kita kelihatan kaku dan konyol.
h. Tampilkan sisi terbaik, tonjolkan kelebihan yang di miliki.
i. Jangan takut akan penolakan dan cacian, jika di awal mental kita
sudah jatuh maka dapat di pastikan penampilan tidak akan maksimal.
j. Pelajari situasi, jangan sampai rasa malu justru membuat kita terjebak
dalam situasi, harus belajar untuk tetap tenang dan pelajari apa yang
sedang terjadi.

2.3.4 PERUBAHAN PSIKIS PADA ANAK GADIS MASA ADOLESCENCE


            Pada masa adolescence, biasanya akan terjadi perubahan pada diri seorang
gadis baik fisik maupun psikis, walaupun akibatnya sementara akan tetapi
mempengaruhi perubahan dalam pola perilaku, sikap dan kepribadian. Perubahan-
perubahan tersebut di antaranya:
   1.      CINTA DIRI ATAU NARCISME
            Cinta bermakna perasaan puas pada diri seseorang, sehinga suatu atau
yang di cintai akan mendapat perlakuan yang istimewa dari orang yang di
cintainya, mendapat penjagaan, di perlakukan secara istimewa, membayangkan
keberadaannya, semua hal yang di lakukan karena cinta adalah demi menjaga
keberadaan dan rasa puas yang dimiliki terhadap yang di cintai. Kalau yang di
cintai berupa barang, maka barang tersebut tidak akan pernah di rusakan, cacat
atau di rampas orang.
            Diri sendiri bermakna bukan orang lain istilahnya yaitu “AKU”, meliputi
tubuh dan batin. Jadi mencintai diri sendiri adalah mencintai tubuh dan batin,
bagaimana seseorang mencintai dirinya maka ia akan merawat tubuhnya,
menjaganya, dan tidak akan membahayakannya.
            Cinta diri merupakan sumber pergeseran dan benturan sebanyak
komponen yang ada pada manusia, cinta diri menciptakan tuntutan hasrat dan
kebutuhan serta kebebasan yang meluas pada manusia. Ada dua kepentingan
hidup yaitu kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Berkorban demi
kepentingan umum menjadi tidak berarti, karena naluri cinta dirinya tidak
membiarkan kehilangan kesempurnaan sedikitpun dari dirinya. Berdasarkan cinta
diri setiap manusia selalu mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan
umum.
Ada 2 jenis Cinta Diri:
   a.       Cinta Diri Positif
1) Terdiri dari, kecintaanmu pada dirimu, jelas melebihi kecintaanmu pada
orang lain.
2) Cinta pada diri sendiri dan orang lain dapat saling berdampingan
3) Cintailah orang di sekelilingmu sebagaimana engkau mencintai dirimu
sendiri, menunjukan bahwa integritas keunikan diri serta cinta dan
pengertian terhadap manusia lainnya.
   b.      Cinta diri negatif
Dimana seseorang hanya mencintai dirinya sendiri tanpa
mementingkan kepentingan orang lain.dan mementingkan kepentingan
dirinya tanpa mempertimbangakan orang lain di sekelilingnya.

     2.      FANTASI SEXUAL
Pada masa ini seseorang mulai merasakan cinta dan kasih sayang satu
sama lain, mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa dan bagaimana
mereka (lawan jenis) di mata orang lain, mereka mulai merasakan ketertarikan
secara sexual antara satu dengan yang lain.sehinga timbul yang di namakan rasa
suka, ingin memiliki dan saling memuji.bagi remaja yang pola perkembanganya
normal dalam arti dia menyadari setiap tahap perkembangan, maka tidak adanya
hambatan dalam dirimya untuk melewati fase ini, akan tetapi apabila ada remaja
yang memang tidak melewati fase ini maka, akan terjadi keterbelakangan daya
tarik atau ketertarikan dengan lawan jenis pada masanya.
Penyebab :
a. Perubahan hormonal
b. Merosotnya kepercayaan terhadap agama
c. Norma agama
d. Faktor sosial ekonomi yang menyebabkan taraf pendidikan rendah
e. Cinta diri yang menyangkut keadaan tubuh (body image)
f. Media masa yang canggih
g. Pendidikan orang tua yang kurang
h. Pergaulan bebas

     3.      MULTIPLE PERSONALITY
Kepribadian ganda (tidak hanya 2 kepribadian, bisa lebih dari 2) atau
multiple personality. Secara mudahnya bisa di katankan 2 atau lebih jiwa yang 
menghuni badan dan raga seseorang. Ini merupakan salah satu bentuk kelainan
jiwa, dalam pengertian umum kelainan jiwa tidak sama dengan sakit jiwa. Sakit
jiwa konotasinya seseorang yang kehilangan realitas hidupnya, tertawa sendiri,
menagis, berhalusinasi. Sedangkan kelainan jiwa lebih halus dari sakit jiwa,
kelainan jiwa masih dalam tahap normal, tidak mengganggu dan biasanya tidak
teridentifikasi bila tidak mengunakan alat tes psikologi.
Contohnya, rasa takut berlebihan, takut gelap, takut keramaian, takut laba-laba
(secara berlebihan). Kelainan jiwa ini bisa bersifat keturunan atau juga pengaruh
lingkungan biasanya karena obsesi yang mendalam atau tekanan jiwa atau batin
yang keras dan lama.
            Penyebab terjadinya gangguan kepribadian majemuk di akibatkan oleh
penyiksaan fisik yang di lakukan oleh ibu atau bapaknya sendiri. Akan terjadi
pribadi dominan bisa menyadari pribadi-pribadi lainya namun pribadi asli kadang
tidak menyadarinya sama sekali.

     4.      PSEDOAFEKTIVITAS
            Menurut  Dr. Helena Deutsh bahwa relasi emosional dari identifikasi total
disebut PSEDOAFEKTIVITAS, yang dapat menimbulkan gejala-gejala
neorologis dan patologis. Ada juga gadis-gadis adolesence yang berbakat
intelektual tinggi yang tidak mampu mengendalikan macam-macam identifikasi,
dan tidak mampu membatasi wilayah identifikasinya ia sangat mudah terpengaruh
oleh sugesti dari luar, sehinga ia sulit mendapatkan keseimbangan batin.
            Peristiwa ini memberikan efek yang destruktif merusak pada diri sendiri
dan lingkunganya. contoh kongkritnya adalah:

1. Peristiwa kawin cerai berulang kali


2. Prostitusi atau pelacuran
3. Berganti-ganti lapangan kerja tanpa sebab yang jelas
4. Petualangan cinta (ganti-ganti pacar).

Adakalnya identifikasi total ini mengakibatkan timbulnya, pribadi majemuk di


mana munculnya pribadi sendiri yang tidak sama dengan pribadi yang
teridentifikasi, freud menanamkan gejala tersebut sebagai fenomena hidup. Proses
identifikasi ini bisa berlangsung terhadap beberapa orang sehinga timbul
perpecahan pribadi yang di kenal sebagai gejala majemuk pribadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam bukunya Hurlock (2004) pubertas adalah periode dalam
rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual
menjadi mahluk seksual. Menurut Narendra (2002) pubertas
merupakan suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang
lebih ditekankan yaitu proses biologis yang pada akhirnya mengarah
kepada kemampuan bereproduksi. Definisi masa pubertas adalah masa
transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi suatu percepatan
pertumbuhan (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai
fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang mencolok. Kebanyakan
orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masaanak ke
masa dewasa. Remaja termasuk golongan anak, tetapi dia tidak pula
termasukorang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa,
remaja masih belummampu menguasai fungsi fungsi fisik dan psikisnya.
(Marmi, 2017)
Berdasarkan kronologis usia maka remaja adalah individu antara
umur 10-19tahun. Sedangkan ditinjau dari segi tersebut mereka masih
termasuk golongan anakanak, mereka masih harus banyak belajar untuk
dapat memperoleh tempat dalammasyarakat sebagai warga negara yang
bertanggung jawab dan bahagia. Remaja belajar ini melalui pengkulturan,
sosialisasi dan adaptasi aktif. (Marmi, 2017).

Adolesense berasal dari istilah latin, yang berarti masa muda yang
terjadi antara 17 – 30 tahun. Sehingga disimpulkan bahwa proses
perkembangan psikis remaja dimulai antara 11 –22 tahun. Anak gadis pada
masa adolesense adalah anak gadis masa transisi atau peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya
perubahan aspek fisik, psikis, dan psikologi. Secara kronologis yang
tergolong remaja ini berkisar antara 11/12 – 21 tahun. Untuk menjadi
orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui
masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri.

3.2 SARAN
Sebaiknya remaja yang mengalami masa pubertas, harus lebih
berhati-hati terutama dalam menjaga diri dari kejahatan seksual. Pada
masa pubertas remaja saat ini sedang dihadapkan oleh pergaulan
bebas yang berdampak pada diri mereka sendiri. Pola perilaku dan
pola hidup sehari-hari yang tidak biasa dilakukan, akan menjadi hal
yang baru dalam pergaulan anak remaja yang mengalami masa
pubertas.Oleh karena itu, orang tua harus selalu memperhatikan
tingkah laku dan pergaulan anaknya di luar sana. Supaya untuk
meminimalisir hal-hal burukyang akan terjadi pada anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

http://kebidananardianti.blogspot.com/2016/06/anak-gadis-pada-masa-
adolesence.html

http://suryadun.blogspot.com/2014/02/makalah-anak-gadis-masa-pubertas.html

https://www.academia.edu/37463842/Psikologi_Kebidanan_Wanita_Sebagai_Remaja

Gunarsa, S.1989. Psikologo  Perkembangan:  Anak  dan  Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia

Hurlock. 1991. Terjemahan: Psikolgi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang


rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Marmi, dkk. 2017. Pengantar Psikologi Kebidanan. Jakarta: Pustaka Pelajar

Santrok, J. W. 2003. Terjemahan: adolescencen (Perkembangan Remaja). Jakarta :


penerbit Erlangga

Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo

Anda mungkin juga menyukai