KELOMPOK 3
AJ TANAH BUMBU
Nama: NIM
Ihda Wardawati 11194862211530
Isni Renuati 11194862211531
Mariana 11194862211532
Ni Putu Sugiarniti 11194862211533
Nurhikmah 11194862211534
Sartika Putri Astriyani 11194862211535
Sutri Iswahyuni 11194862211536
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................4
3.4 Penatalaksanaan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalag yang berjudul, “Psikologi Usia
Pubertas” dapat kami selesaikan dengan baik. Kelompok AJ Tanah Bumbu berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang psikologi
pada usia pubertas atau remaja dimana pada usia ini remaja mengalami beberapa perubahan
baik secara fisik, psikologid, hingga peran seks.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen
Fadhiyah.Noor Anisa, S.S.T., M.Kes dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan
saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
dianggap sebagai pubertas yang lambat matang, dan berdasarkan hasil pene litian ditemukan
bahwa anak pubertas perempuan lebih cepat matang ketimbang anak pubertas laki-laki.
Karakteristik yang ketiga ialah masa pertumbuhan dan perubahan yang cepat
dikarenakan masa pubertas merupakan salah satu dari dua periode rentang kehidupan
manusia yang mengalami pertumbuhan sa ngat pesat, terutama pada pertumbuhan fisik.
Seperti yang dikatakan Dumbar (dalam Hurlock, 1980), bahwa ciri khas dari masa pubertas
ada lah banyaknya perubahan baik perubahan bentuk penampilan tubuh, penampilan diri,
kepemilikan, sikap, maupun minat seks. Dampak buruk perubahan yang begitu pesat
menyebabkan timbulnya sikap keraguan, perasaan tidak mampu, dan tidak aman.
Pertumbuhan yang sangat cepat selama masa pubertas terjadi pada remaja, berlangsung
selama 1-2 tahun dan kematangan seks berlangsung enam bulan hingga satu tahun
berikutnya. Pertumbuhan pesat pubertas wanita terjadi pada usia 8,5–11,5 tahun dengan
puncak kematangan rata rata usia 12,5 tahun. Masa pertumbuhannya menurun pada usia 17–
18 tahun. Sementara, bagi pria pertumbuhannya pesat antara usia 10,5–14,5 tahun dengan
puncak kematangan usia 14,5–15,5 tahun. Masa pertumbu hannya menurun ketika usia 21
tahun.
Secara umum, seluruh batasan usia kematangan pubertas adalah usia 12,5–14,5 tahun
dengan tingkat kematangan rata-rata usia 13 tahun. Ke tika usia 12–14 tahun ada perbedaan
kematangan yang menonjol antara pubertas pria dengan wanita. Berdasarkan hasil penelitian
ternyata wani ta lebih cepat matang ketimbang pria dalam kurun rentang waktu untuk
menjadi matang sekitar tiga tahun. Sementara rentang waktu untuk men jadi matang pada
pria membutuhkan waktu sekitar 2–4 tahun.
Kemudian, karakteristik yang keempat ialah masa puberta adalah fase negatif yang
oleh Charlotte Buhler (dalam Hurlock, 1980) dikatakan bah wa masa pubertas adalah fase
negatif, karena biasanya anak-anak pubertas mengambil sikap anti kepada aturan sehingga
hilang sifat-sifat baiknya. Dia selalu bertentangan dengan orang dewasa dan bahkan
cenderung berperilaku agresi. Fase negatif pubertas akan berakhir seiring dengan fungsi-
fungsi seksualnya semakin matang.
b. Tahap Puber
Tahapan ini terjadi di garis pembagi antara masa kanak-kanak dan masa remaja di mana
kematangan seksual sudah terlihat seperti menstruasi pada perempuan dan mimpi basah
untuk anak laki laki. Dalam tahap ini, ciri seks sekunder sudah berkembang dan sel
direproduksi dalam organ seks dan gangguan psikologis pada remaja bisa saja terjadi.
c. Tahap Pascapuber
Tahapan ini berlangsung antara tahun pertama atau kedua masa remaja. Dalam tahapan
ini, ciri seks sekunder bisa berkembang dengan baik dan organ seks juga sudah berfungsi
secara matang.
gonad (kelenjar seks). Gonad (bibit atau sel sperma) pada pria adalah testis, dan
gonad (bibit atau sel telur) pada wanita adalah ovarium.
2. Perubahan Ukuran Tubuh
Selama pubertas bentuk dan ukuran tubuh terlihat semakin tinggi. Bagi pubertas
perempuan, tinggi badan terus bertambah tiap tahun teru tama menjelang memasuki
periode haid. Bagi pubertas pria tinggi badan terjadi setahun lebih awal pubertas dan
akan mengalami penurunan di usia 20–21 tahun. Penambahan berat badan tidak
hanya dalam lemak, tetapi juga pada tulang dan jaringan otot. Penambahan berat
badan lebih banyak terjadi pada pubertas perempuan dan sesaat sebelum dan sesudah
haid. Sementara, bagi pubertas pria penambahan berat badan terjadi 1–2 tahun
sebelum atau sesudah masa pubertas dan akan mencapai puncak perkembangannya
pada usia 16 tahun.
3. Perubahan Porsi Tubuh
Perubahan fisik yang menonjol pada masa pubertas adalah perubah an proporsi
badan. Badan kelihatan kurus dan panjang. Bagian daerah pinggul dan bahu akan
melebar. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi kematangan organ-organ seks. Bagi
pubertas pria cepat matang akan mempunyai pinggul yang lebih besar. Ukuran
pinggangnya terlihat tinggi karena kaki menjadi lebih panjang dari badan. Perubahan
lain yang me nonjol pada masa pubertas ialah perubahan ukuran kaki. Kaki terlihat
lebih panjang ketimbang badan dan ini terus bertahan hingga mencapai usia 15 tahun.
Pada pubertas lambat matang, pertumbuhan tungkai kaki lebih lama sehingga tungkai
kaki lebih panjang dan lebih ramping. Tung kai kaki dan lengan pada pubertas cepat
matang terlihat lebih pendek dan gemuk dibandingkan dengan anak yang lambat
matang.
4. Perkembangan Seks Primer
Perkembangan seks primer ialah perkembangan yang berkaitan erat dengan
pertumbuhan dan kematangan organ-organ seks. Pada pria, gonad testis terletak di
scrotum (sac) dan matang di usia 14 tahun. Testis berkembang penuh pada usia 20–21
tahun, seiring dengan semakin me manjang dan membesarnya penis. Perkembangan
inilah menyebabkan pria mengalami ejakulasi dan mimpi basah. Penyebab timbulnya
mimpi basah pubertas pria adalah awal berfungsinya organ-organ reproduksi dan
telah penuhnya sel sperma. Sementara bagi wanita, perubahan seks primer terlihat
dengan bertambahnya berat uterus. Saat usia 11-12 tahun berat uterus berkisar 3,5 gr,
usia 16 tahun dan berat uterus berkisar 43 gr. Petunjuk pertama mekanisme
reproduksi wanita ditandai datangnya haid, yakni serangkaian pengeluaran darah,
lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala setiap 28 hari dan akan
berakhir saat memasuki masa menopause.
9
orang-orang diluar rumah. Apa yang pernah terjadi dalam hubungan sosial anak
pubertas di rumah akan terbawa ke dalam hubungan sosialnya di luar rumah.
4) Perubahan Perilaku pada Masa Pubertas
Perubahan psikologis selama masa pubertas berhubungan dengan si kap dan
perilaku. Terjadinya perubahan psikologis adalah akibat dari: perubahan fisik, seperti
akibat kelenjar endokrin dan pituitary, cepat atau lambatnya kematangan (early
mature and late mature), dan waktu kematangan (rapid mature and slow mature),
kemampuan (ability indi vidual) dan dorongan (drive). Akibat dari perubahan fisik
yang menye babkan perubahan psikologis pada masa pubertas terhadap perubahan
sikap dan perilaku antara lain:
a) Ingin Menyendiri Keinginan untuk menyendiri berawal dari:
Sikap menarik diri dari kegiatan keluarga atau temannya.
Sering bertengkar dengan saudara atau temannya.
Sering melamun terhadap perlakuan yang tidak baik.
Bereksperimen seks melalui masturbasi.
Ketidakinginan berkomunikasi dan malas berhubungan sosial.
b) Kebosanan
Pada dasarnya anak pubertas merasa bosan akibat dari perubahan fisik dan psikis.
Dampak kebosanan antara lain:
Menolak permainan yang sebelumnya dia gemari.
Malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau kegiatan sosial.
Malas bekerja atau belajar sehingga prestasinya menurun.
Terbiasa berprestasi di bawah kemampuannya.
c) Perubahan Emosi
Kemurungan atau merajuk dan ledakan kemarahan.
Menangis kecil, terutama pada pubertas perempuan.
Sedih, gelisah, cemas, marah, dan selalu terjadi sebelum haid.
d) Antagonis Sosial
Tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menantang.
Permusuhan terbuka akibat peran seks.
Penuh dengan bentuk kritikan dan komentar merendahkan.
e) Hilangnya Kepercayaan Diri
Hilangnya kepercayaan diri anak pubertas diakibatkan oleh:
Perubahan tubuh atau penampilan fisik.
Tidak percaya diri dalam menyelesaikan tugas dan rendah diri.
Takut kritikan-kritikan orang tua, orang dewasa, atau teman.
f) Pola Sikap Sederhana
Takut menjadi pusat perhatian orang dewasa lainnya.
12
13
14
Tidak selalu mudah untuk berbicara dengan anak-anak tentang tubuh mereka.
Namun, melakukan percakapan terbuka dan santai sebelum perubahan fisik mulai
membantu anak merasa baik-baik saja ketika tubuhnya mulai berubah. orangtua bisa
menerapkan tiga langkah untuk memulai percakapan tentang pubertas, seperti :
1. Cari Tahu Apa yang Diketahui Anak. Misalnya, orangtua dapat bertanya, ‘Apakah
mereka berbicara tentang pubertas dan perubahan fisik di sekolah? Apa saja yang guru
dan teman-temannya katakan?'
2. Berikan Fakta kepada Anak dan Koreksi Informasi yang Salah. Misalnya, "Semua
orang mengalami perubahan ini, tetapi tidak selalu dengan kecepatan yang sama".
3. Gunakan Percakapan Santai sebagai Kesempatan untuk Membicarakan
Nilai. Misalnya, "Jika orangtua mengalami mimpi basah, jangan khawatir. Cukup
lepaskan seprei dari tempat tidur dan bawa seprei ke keranjang cucian.
b. Pendidikan Seks
Dengan anak perempuan, penting bagi orangtua untuk membicarakan
menstruasi sebelum mereka benar-benar mendapatkan menstruasi. Jika anak tiba
waktunya sebelum adanya obrolan, ia mungkin bisa ketakutan dengan peristiwa
“berdarah” tersebut.
Umumnya, gadis remaja mengalami menstruasi pertama saat berusia 12 atau 13
tahun, yaitu sekitar 2 atau 2,5 tahun setelah mereka mulai pubertas. Tapi ada juga yang
mengalami menstruasi sejak usia 9 tahun dan 16 tahun.
Sementara itu, anak laki-laki mulai melewati masa pubertas sedikit lebih lambat
dibanding akan perempuan, biasanya sekitar usia 10 atau 11 tahun. Tapi anak laki-laki
mulai berkembang secara seksual atau mengalami ejakulasi pertama tanpa terlihat lebih
tua.
Pendidikan seks mungkin akan di dapatkan anak di sekolah, tapi orangtua harus
menjadi sumber pertama yang membekali hal tersebut. Penting bagi anak perempuan
untuk belajar mengenai perubahan yang dialami anak laki-laki dan anak laki-laki juga
belajar tentang perubahan yang memengaruhi anak perempuan.
Orangtua perlu berdiskusi dengan guru tentang pelajar apa yang sudah disampaikan
mengenai pubertas, sehingga ayah dan ibu tahu informasi apa yang perlu ditambahkan
pada anak. Sebaiknya ulas pelajaran bersama anak, karena anak seringkali masih
memiliki pertanyaan tentang topik tertentu, tapi enggan menyampaikannya.
Terkadang, orangtua dapat memulai percakapan dengan mengambil adegan di film
atau acara TV. Ide yang baik juga untuk melakukan percakapan besar atau serius ketika
anak sudah siap untuk berbicara dan mendengarkan. Selama masa pubertas, anak-anak
menginginkan lebih banyak privasi dan waktu untuk diri mereka sendiri. Jadi, orangtua
harus pintar menemukan momen ketika anak tampaknya terbuka untuk membicarakan
hal-hal terkait masa puber.
16
3.4 PENATALAKSANAAN
Pada kasus diatas tanda-tanda yang dialami oleh sekelompok anak pubertas tersebut
adalah hal yang wajar karena yang sedang dialami merupakan perubahan seks sekunder.
Sehingga penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan yaitu:
17
1.1 KESIMPULAN
Pubertas merupakan periode ketika kematangan fisik terjadi sangat
cepat yang melibatkan perubahan hormonal dan juga tubuh khususnya pada
masa remaja awal. Papalia, Olds dan juga Feldman memberi penjelasan jika
masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara anak-anak dan
juga dewasa yang mengandung perubahan fisik, kognitif dan juga psikososial.
Pubertas dibagi menjadi tiga tahapan yakni prapuber, puber dan juga
pascapuber. Tahapan ini dimulai dari berkembangnya alat reproduksi yang
belum sempurna hingga berfungsi secara matang.
Perubahan pesat yang terjadi selama masa puber bisa menyebabkan
keraguan, perasaan tidak nyaman dan tidak mampu serta dalam beberapa
kasus juga bisa menyebabkan perilaku kurang baik yang merupakan fakta
psikologi remaja. Perubahan ini terjadi baik secara fisik maupun psikologis.
Perubahan fisik ditandai dengan perubahan kelenjar, perubahan ukuran tubuh,
perubahan porsi tubuh, perkembangan seks primer, perubahan seks sekunder.
Sedangkan perubahan psikologis ditandai dengan perkembangan kognitif,
perubahan emosi, perkembangan social, perubahan perilaku, perkembangan
moral.
Fase dimana terjadinya perubahan dan perkembangan pada anak masa
pubertas dapat memunculkan berbagai masalah. Masalah inilah yang
kemudian dianggap sebagai bahaya baik secara fisik maupun psikologis pada
anak masa pubertas. Bahaya fisik pada pubertas dapat berupa penyakit
maupun kekurangan atau kelebihan hormone. Sedangkan bahaya secara
psikologis pada pubertas yaitu tidak dapat menerima perubahan fisik,
kebingungan dalam menerima peran seks, menurunnya prestasi di sekolah,
merasa tidak Bahagia.
Pubertas dapat menjadi sesuatu yang menarik dan istimewa bagi
orangtua. Kedua orangtua kini berada dalam posisi yang ideal untuk
membantu anak untuk melewatinya. Oleh karena itu untuk menghadapi
masalahnya seorang anak yang memasuki masa pubertas sangat memerlukan
dukungan orang tua baik secara fisik dan psikologis. Dukungan yang
diberikan yaitu meciptakan komunikasi secara terbuka dan santai,
memberikan pendidikan seks sejak dini, dan membantu gaya hidup yang
sehat.
18
19
1.2 SARAN
Kesehatan seorang anak baik itu fisik maupun psikologis sangatlah
penting. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendukung
tumbuh kembang seorang anak. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan
yang lebih dalam mengenai perkembangan anak khususnya psikologis pada
masa pubertas ini orang tua dapat memberikan dukungan kepada anak, dan
anak mampu beradaptasi dengan optimal pada setiap fase perkembangan
maupun pertumbuhannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Pieter, Herri Zan., Lubis, N.L. (2013). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta:
Kencana.
Halodoc.com. (10 Februari 2021). Anak Masuk Masa Puber, Ketahui Cara
Menghadapinya. Diakses pada 02 Desember 2022, dari
https://www.halodoc.com /artikel/anak-masuk-masa-puber-ketahui-cara-
menghadapinya