Anda di halaman 1dari 20

MATA KULIAH PSIKOLOGI PADA IBU DAN ANAK

PSIKOLOGI PADA MASA PUBERTAS


TAHUN AKADEMIK 2022/2023

KELOMPOK 3
AJ TANAH BUMBU

Nama: NIM
Ihda Wardawati 11194862211530
Isni Renuati 11194862211531
Mariana 11194862211532
Ni Putu Sugiarniti 11194862211533
Nurhikmah 11194862211534
Sartika Putri Astriyani 11194862211535
Sutri Iswahyuni 11194862211536

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6


2.1 Pengertian Masa Pubertas...................................................................................................6
2.2 Karakteristik Masa Pubertas..............................................................................................6
2.3 Tahapan pada Masa Pubertas.............................................................................................7
2.4 Perubahan dan Perkembangan pada Masa Pubertas...........................................................8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA KASUS....................................................................................14
3.1 Bahaya pada Masa Pubertas.............................................................................................14

3.2 Menghadapi Anak pada Masa Pubertas...........................................................................15

3.3 Contoh Kasus....................................................................................................................17

3.4 Penatalaksanaan................................................................................................................17

BAB IV PENUTUP ......................................................................................................................19


4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................19
4.2 Saran.................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.  atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalag yang berjudul, “Psikologi Usia
Pubertas” dapat kami selesaikan dengan baik. Kelompok AJ Tanah Bumbu berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang psikologi
pada usia pubertas atau remaja dimana pada usia ini remaja mengalami beberapa perubahan
baik secara fisik, psikologid, hingga peran seks.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada
kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen
Fadhiyah.Noor Anisa, S.S.T., M.Kes dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang
membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan
saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pubertas merupakan periode dalam rentang perkembangan pada saat anak-anak
berubah, dari makhluk aseksual menjadi seksual. Kata pubertas sendiri diambil dari bahasa
Latin yang berarti usia kedewasaan.
Masa Pubertas adalah masa dalam rentang periode transisi dari mahluk yang awalnya
aseksual menjadi mahluk seksual. Pubertas sendiri berasal dari Bahasa latin yang memiliki
arti usia kedewasaan (Hurlock, 1991).
Dikatakan pubertas apabila terjadi kematangan fisik yang begitu cepat yang
diperngaruhi perubahan hormonal serta perkembangan bentuk tubuh yang sangan cepat
khususnya pada masa remaja awal. Papalia, Olds dan juga Feldman memberi penjelasan jika
remaja merupakan transisi perkembangan antara masa anak anak dan juga dewasa yang
mengandung perubahan fisik, kognitif dan juga psikososial (Sarwono, 2016).
Pubertas dapat digolongkan pada masa tumpang tindih karena pada masa tersebut
anak mengalami masa transisi dari masa anak akhir menjadi remaja dewasa yang secara
otomatis akan mempengaruhi perkembangan psikologis serta gangguan emosional yang
menyebankan anak tersebut menjadi lebih labil. Sebutan anak puber disematkan pada anak
yang belum matang secara seksual, maka akan disebut dengan anak puber. Namun kondisi
tersebut akan berubah secara berangsur Ketika anak mengalami kematangan seksual menjadi
remaja (Jahja, 2015).
Pada perkembangan psikologi dan emosi pubertas atau fase early remaja usia 11
hingga 13 tahun, ia mulai peduli dengan penampilan serta tubuhnya. Hal ini biasanya terjadi
karena perubahan alami yang dialami oleh tubuhnya. Jika permasalahan ini tidak ditangani
dengan baik, ada kemungkinan ia mengalami masalah tertentu. Jika ia tidak suka dengan
tubuhnya, misalnya ia merasa tubuhnya terlalu gemuk, ia bisa saja melakukan diet
sembarangan sehingga bisa berujung pada gangguan makan serta minder. Masalah-masalah
seperti inilah terkadang membuat timbulnya kebingungan, muncul rasa tidak bahagia, hingga
menurunnya prestasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah:
a. Apa pengertian masa pubertas?
b. Apa saja tahapan pada masa pubertas?
c. Apa saja perubahan dan perkembangan pada masa pubertas?
d. Apa bahaya pada masa pubertas?
e. Bagaimana mengahadapi anak pada masa pubertas?

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN MASA PUBERTAS


Kata pubertas berasal dari kata Latin, pubes, yang berarti usia menuju kedewasaan.
Kata ini mengacu kepada perubahan fisiologis dan psikologis. Perubahan fisik yang paling
nyata ialah terjadinya kematangan pada organ-organ seksual untuk mencapai kepada
kemampuan reproduksi. Sedangkan perubahan-perubahan psikologis selama pubertas
berlangsung lebih banyak berkaitan dengan perubahan emosi. Terjadinya pergolakan emosi
pada masa pubertas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan, masyarakat,
keluarga, sekolah, teman sebaya, aktivitas aktivitas yang dilakukan dan sebagainya. Oleh
karena itulah, ketika seseorang memasuki masa pubertas berarti dia harus sedang
berhadapan dengan berbagai masalah yang datang, baik yang bersumber dari dalam dirinya
atau tuntutan lingkungannya. (Herri, 2013)
Jika dilihat dari fase perkembangan remaja, anak yang memasuki tahapan masa puber
berada pada usia 10 hingga 13 tahun disebut juga fase early, dimana pubertas pada laki-laki
usia 12-16 tahun dan perempuan 11-15 tahun. Oleh karena itu, orangtua juga perlu
mempersiapkan diri karena ia akan mengalami perubahan suasana hati serta perilaku yang
berbeda dari biasanya. Pada masa ini anak akan mengalami kematangan organ reproduksi
serta mengalami perubahan dalam pertumbuhan fisik dan juga psikologis.
Pubertas merupakan periode ketika kematangan fisik terjadi sangat cepat yang
melibatkan perubahan hormonal dan juga tubuh khususnya pada masa remaja awal. Papalia,
Olds dan juga Feldman memberi penjelasan jika masa remaja merupakan masa transisi
perkembangan antara anak-anak dan juga dewasa yang mengandung perubahan fisik,
kognitif dan juga psikososial.
Keberlangsungan periode pubertas tergolong singkat yakni berada antara kurun waktu
dua sampai empat tahun, pada masa ini dukungan serta peran orang tua sangat dibutuhkan
dalam perkembangan social emosional anak.

2.2 KARAKTERISTIK MASA PUBERTAS


Masa pubertas ialah periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh perubahan-
perubahan pada perkembangan tertentu yang tidak terjadi pada periode sebelumnya dalam
rentang kehidupan manusia. Karakteristik pertama dari masa pubertas adalah masa pubertas
sebagai periode yang tumpang-tindih, dikarenakan terjadi tumpang-tindih antara tahun akhir
kanak-kanak dengan awal masa remaja. Selama masa pubertas, anak mu lai matang secara
seksual anak dan lebih dikenal sebagai remaja muda.
Karakteristik kedua, masa pubertas adalah periode yang singkat, kare na hanya
berlangsung selama 2–4 tahun. Selama ini pula banyak terjadi perubahan dan berlangsung
sangat cepat. Meskipun demikian, ternyata bagi sebagian pubertas masih memerlukan waktu
sekitar 3–4 tahun untuk menyelesaikan masa peralihan menjadi orang dewasa, sehingga

5
6

dianggap sebagai pubertas yang lambat matang, dan berdasarkan hasil pene litian ditemukan
bahwa anak pubertas perempuan lebih cepat matang ketimbang anak pubertas laki-laki.
Karakteristik yang ketiga ialah masa pertumbuhan dan perubahan yang cepat
dikarenakan masa pubertas merupakan salah satu dari dua periode rentang kehidupan
manusia yang mengalami pertumbuhan sa ngat pesat, terutama pada pertumbuhan fisik.
Seperti yang dikatakan Dumbar (dalam Hurlock, 1980), bahwa ciri khas dari masa pubertas
ada lah banyaknya perubahan baik perubahan bentuk penampilan tubuh, penampilan diri,
kepemilikan, sikap, maupun minat seks. Dampak buruk perubahan yang begitu pesat
menyebabkan timbulnya sikap keraguan, perasaan tidak mampu, dan tidak aman.
Pertumbuhan yang sangat cepat selama masa pubertas terjadi pada remaja, berlangsung
selama 1-2 tahun dan kematangan seks berlangsung enam bulan hingga satu tahun
berikutnya. Pertumbuhan pesat pubertas wanita terjadi pada usia 8,5–11,5 tahun dengan
puncak kematangan rata rata usia 12,5 tahun. Masa pertumbuhannya menurun pada usia 17–
18 tahun. Sementara, bagi pria pertumbuhannya pesat antara usia 10,5–14,5 tahun dengan
puncak kematangan usia 14,5–15,5 tahun. Masa pertumbu hannya menurun ketika usia 21
tahun.
Secara umum, seluruh batasan usia kematangan pubertas adalah usia 12,5–14,5 tahun
dengan tingkat kematangan rata-rata usia 13 tahun. Ke tika usia 12–14 tahun ada perbedaan
kematangan yang menonjol antara pubertas pria dengan wanita. Berdasarkan hasil penelitian
ternyata wani ta lebih cepat matang ketimbang pria dalam kurun rentang waktu untuk
menjadi matang sekitar tiga tahun. Sementara rentang waktu untuk men jadi matang pada
pria membutuhkan waktu sekitar 2–4 tahun.
Kemudian, karakteristik yang keempat ialah masa puberta adalah fase negatif yang
oleh Charlotte Buhler (dalam Hurlock, 1980) dikatakan bah wa masa pubertas adalah fase
negatif, karena biasanya anak-anak pubertas mengambil sikap anti kepada aturan sehingga
hilang sifat-sifat baiknya. Dia selalu bertentangan dengan orang dewasa dan bahkan
cenderung berperilaku agresi. Fase negatif pubertas akan berakhir seiring dengan fungsi-
fungsi seksualnya semakin matang.

2.3 TAHAPAN PADA MASA PUBERTAS


Meski terjadi secara singkat, akan tetapi pubertas biasanya dibagi menjadi tiga
tahapan yakni prapuber, puber dan juga pascapuber.
a. Tahap Prapuber
Tahapan ini berkembang dengan satu hingga dua tahun terakhir masa kanak -kanak
yakni bukan lagi seorang anak namun juga belum remaja. Dalam tahap prapuber
tersebut, ciri ciri seks sekunder bisa terlihat meski organ reproduksinya belum
berkembang sepenuhnya.
7

b. Tahap Puber
Tahapan ini terjadi di garis pembagi antara masa kanak-kanak dan masa remaja di mana
kematangan seksual sudah terlihat seperti menstruasi pada perempuan dan mimpi basah
untuk anak laki laki. Dalam tahap ini, ciri seks sekunder sudah berkembang dan sel
direproduksi dalam organ seks dan gangguan psikologis pada remaja bisa saja terjadi.
c. Tahap Pascapuber
Tahapan ini berlangsung antara tahun pertama atau kedua masa remaja. Dalam tahapan
ini, ciri seks sekunder bisa berkembang dengan baik dan organ seks juga sudah berfungsi
secara matang.

2.4 PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MASA PUBERTAS


Perubahan pesat yang terjadi selama masa puber bisa menyebabkan keraguan,
perasaan tidak nyaman dan tidak mampu serta dalam beberapa kasus juga bisa menyebabkan
perilaku kurang baik yang merupakan fakta psikologi remaja.
Dunbar mengatakan jika selama pubertas, anak yang sedang berkembang akan
mengalami perubahan status termasuk juga penampilan, milik, pakaian, jangkauan pilihan
dan juga perubahan sikap pada seks terhadap kawan jenis. Semua meliputi hubungan antara
orang tua dan anak yang berubah dan perubahan pada peraturan yang diberikan pada anak
muda.
a. Perubahan Fisik Masa Pubertas
Faktor-faktor penyebab perubahan pada masa puber adalah kelenjar endokrin.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang langsung berkait an dengan pertumbuhan
dan kematangan. Sekitar lima tahun sebelum memasuki puber, pengeluaran hormon seks
jarang terjadi sehingga ter jadi penimbunan hormon yang mana saat puberjumlah hormon
mening kat dan membentuk kematangan struktur dan fungsi organ seks. Semua
perubahan bersumber dari kelenjar pituitary yang berada pada dasar otak dan terbentuk
secara bersamaan dengan gonad dan kelenjar seks.
1. Perubahan Kelenjar
Terjadinya perubahan fisik pada masa pubertas ditandai dengan berkembang
ciri-ciri seks primer dan seks sekunder, makin bertambah ting ginya ukuran tubuh,
dan proporsi tubuh yang memanjang sehingga dia kelihatan jangkung. Kelenjar
endokrin merupakan kelenjar yang berhu bungan dengan pertumbuhan dan
kematangan, karena kelenjar endokrin ini bermuara langsung dalam saluran darah
melalui zat antara jaringan kelenjar dengan hormon. Hormon-hormon akan
memberikan stimulasi yang menyebabkan adanya rangsangan hormonal. Sekitar lima
tahun sebelum memasuki puber, pengeluaran hormon seks sangat jarang terjadi
sehingga terjadi penimbunan hormon. Meningkatnya jumlah hormon mengakibatkan
matangnya struktur dan fungsi dari organ-organ seksual. Hubungan yang erat antara
kelenjar pituitary yang terletak pada dasar otak telah terbentuk bersama dengan organ
8

gonad (kelenjar seks). Gonad (bibit atau sel sperma) pada pria adalah testis, dan
gonad (bibit atau sel telur) pada wanita adalah ovarium.
2. Perubahan Ukuran Tubuh
Selama pubertas bentuk dan ukuran tubuh terlihat semakin tinggi. Bagi pubertas
perempuan, tinggi badan terus bertambah tiap tahun teru tama menjelang memasuki
periode haid. Bagi pubertas pria tinggi badan terjadi setahun lebih awal pubertas dan
akan mengalami penurunan di usia 20–21 tahun. Penambahan berat badan tidak
hanya dalam lemak, tetapi juga pada tulang dan jaringan otot. Penambahan berat
badan lebih banyak terjadi pada pubertas perempuan dan sesaat sebelum dan sesudah
haid. Sementara, bagi pubertas pria penambahan berat badan terjadi 1–2 tahun
sebelum atau sesudah masa pubertas dan akan mencapai puncak perkembangannya
pada usia 16 tahun.
3. Perubahan Porsi Tubuh
Perubahan fisik yang menonjol pada masa pubertas adalah perubah an proporsi
badan. Badan kelihatan kurus dan panjang. Bagian daerah pinggul dan bahu akan
melebar. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi kematangan organ-organ seks. Bagi
pubertas pria cepat matang akan mempunyai pinggul yang lebih besar. Ukuran
pinggangnya terlihat tinggi karena kaki menjadi lebih panjang dari badan. Perubahan
lain yang me nonjol pada masa pubertas ialah perubahan ukuran kaki. Kaki terlihat
lebih panjang ketimbang badan dan ini terus bertahan hingga mencapai usia 15 tahun.
Pada pubertas lambat matang, pertumbuhan tungkai kaki lebih lama sehingga tungkai
kaki lebih panjang dan lebih ramping. Tung kai kaki dan lengan pada pubertas cepat
matang terlihat lebih pendek dan gemuk dibandingkan dengan anak yang lambat
matang.
4. Perkembangan Seks Primer
Perkembangan seks primer ialah perkembangan yang berkaitan erat dengan
pertumbuhan dan kematangan organ-organ seks. Pada pria, gonad testis terletak di
scrotum (sac) dan matang di usia 14 tahun. Testis berkembang penuh pada usia 20–21
tahun, seiring dengan semakin me manjang dan membesarnya penis. Perkembangan
inilah menyebabkan pria mengalami ejakulasi dan mimpi basah. Penyebab timbulnya
mimpi basah pubertas pria adalah awal berfungsinya organ-organ reproduksi dan
telah penuhnya sel sperma. Sementara bagi wanita, perubahan seks primer terlihat
dengan bertambahnya berat uterus. Saat usia 11-12 tahun berat uterus berkisar 3,5 gr,
usia 16 tahun dan berat uterus berkisar 43 gr. Petunjuk pertama mekanisme
reproduksi wanita ditandai datangnya haid, yakni serangkaian pengeluaran darah,
lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala setiap 28 hari dan akan
berakhir saat memasuki masa menopause.
9

5. Perubahan Seks Sekunder


a) Pria Wanita
1) Rambut kemaluan mulai timbul sekitar satu tahun setelah testis dan penis
mulai membesar. Rambut-rambut di ketiak dan wajah mulai tumbuh setelah
pertumbuhan alat kelamin. Semula rambut-rambut kemaluan ini halus dan
warna terang kemudian akan berubah menjadi kasar, keriting, subur, dan
gelap.
2) Kulit dan otot Kulit akan menjadi kasar, tidak jernih, berwarna pucat, dan
pori-pori sema kin luas. Otot-otot pada area tangan, tungkai kaki, dan bahu
semakin besar dan kuat.
3) Kelenjar lemak akan bertambah dan sebagian lagi menimbulkan jerawat.
Kelenjar keringat dan minyak akan ber tambah banyak dan lebih aktif.
4) Suaranya akan menjadi serak dan tinggi suara akan menurun dan volume
meningkat. Suara pecah selalu terjadi apabila kematangan berjalan pesat.
5) Terdapat benjolan-benjolan kecil pada kelenjar susu pria dan akan timbul pada
usia 12-14 tahun. Kondisi ini berlang sung hanya beberapa minggu.
6) Pinggul pubertas laki-laki akan bertam bah besar dan akan sering terjadi pada
pubertas yang cepat matang.
b) Wanita
1) Rambut-rambut kemaluan timbul setelah perkembangan pada pinggul dan
payudara. Bulu-bulu ketiak dan wajah akan tumbuh setelah memasuki periode
haid. Semula rambut-rambut kemaluan lurus dan warna terang, kemudian
berubah menjadi kasar, ke riting, subur, dan berwarna gelap.
2) Kulit dan otot Kulit akan lebih kasar, tebal, agak pucat, dan lubang pori-pori
akan membe sar. Otot-otot pada bahu, lengan, dan tungkai kaki semakin besar
dan kuat.
3) Kelenjar lemak akan bertambah dan sebagian bisa menimbulkan jerawat.
Kelenjar keringat ketiak bertambah dan bau sebelum dan selama haid.
4) Suara menjadi penuh dan merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang
terjadi pada anak pubertas perempuan.
5) Payudara Saat pinggul membesar, maka payudara pun turut berkembang.
Puting susu akan menjadi besar dan menon jol. Pertumbuhan yang pesat pada
kelenjar susu menyebabkan payudara membesar.
6) Pinggul bertambah lebar dan bulat akibat adanya pertumbuhan tulang pinggul
dan lemak bawah kulit.
b. Perkembangan Psikologis Masa Pubertas
1) Perkembangan Kognitif pada Usia Pubertas
Tahap perkembangan kognitif pubertas adalah tahap operasional yang abstrak
dan formal dengan ciri-ciri sebagai berikut:
10

a) Adanya kemampuan untuk mengolah informasi secara benar dan fleksibel


sehingga dia tidak lagi terbatas ruang, waktu, dan tempat.
b) Adanya penalaran hipotesis deduktif, yakni kemampuan mengem bangkan dan
menguji hipotesis dengan cara bereksperimen sebagai alat pembuktiannya.
c) Dapat menggunakan penyandian atau penyimbolan informasi.
d) Ditandai dengan kemampuan dalam mengintegrasikan apa yang te lah mereka
pelajari dengan tantangan di masa yang akan datang.
e) Mampu membuat rencana-rencana di masa yang akan datang. Dan cara
berpikirnya fleksibel dan memiliki implikasi emosional.
f) Adanya pembelajaran untuk mencintai kebebasan berpikir dan mem benci sikap
eksploitasi pola berpikir, seperti doktrin pragmatis.
2) Perubahan Emosi pada Masa Pubertas
Merajuk, murung, amarah dan juga kecenderungan untuk menangis akibat
hasutan yang sangat kecil menjadi cirri-ciri bagian awal dari masa pubertas psikologi
remaja. Pada masa tersebut, anak akan merasa khawatir, gelisah dan juga cepat
marah.
Bentuk-bentuk perkembangan dan pertumbuhan emosi masa pubertas
merupakan perpanjangan perkembangan dan pertumbuhan emosi periode
perkembangan sebelumnya, seperti kesadaran akan rasa malu, rasa bersalah, takut,
sedih, gembira, benci, dan marah.
3) Perkembangan Sosial Pada Masa Pubertas
Bagi pubertas yang hidup dengan pola disiplin keluarga yang kon sisten
kemungkinan besar dia memiliki kualitas hubungan sosial yang lebih fleksibel,
terbuka, responsif, peka dan simpati ketimbang mereka yang hidup dengan pola
disiplin yang otoriter atau ada tanpa disiplin. Mereka cenderung menjadi orang yang
kaku, pemberontak, mengalami konflik, stres, depresi, dan berperilaku agresivitas.
Semula hubungan sosial masa kanak-kanak tertuju kepada semua orang kini di masa
pubertas terjadi perubahan.
Seorang pubertas tidak lagi mengedepankan kualitas, tetapi kualitas sehingga dia
sangat seleksi dalam pemilihan teman. Teman-temannya tidak lagi sebatas pada
teman sepermainan, tetapi sudah mengarah pada hubungan yang lebih akrab
(sahabat). Bahkan teman akrabnya dianggap lebih baik dan berkualitas dalam
menentukan peran sosialnya ketimbang orang tua. Kondisi ini sering membuat para
orang tua menilai anak pubertasnya tidak lagi patuh.
Suasana rumah tangga yang tidak bahagia, penuh pertengkaran, korban
perceraian (broken home), tanpa disiplin atau sikap para anggota keluarga yang tidak
peduli, tidak mencerminkan kasih sayang bisa mem berikan kesempatan luas bagi
anak pubertas untuk membentuk perilaku yang tidak berkarakter dan menjadi orang
yang tidak bahagia. Hal ini akan sangat memengaruhi hubungan sosialnya dengan
11

orang-orang diluar rumah. Apa yang pernah terjadi dalam hubungan sosial anak
pubertas di rumah akan terbawa ke dalam hubungan sosialnya di luar rumah.
4) Perubahan Perilaku pada Masa Pubertas
Perubahan psikologis selama masa pubertas berhubungan dengan si kap dan
perilaku. Terjadinya perubahan psikologis adalah akibat dari: perubahan fisik, seperti
akibat kelenjar endokrin dan pituitary, cepat atau lambatnya kematangan (early
mature and late mature), dan waktu kematangan (rapid mature and slow mature),
kemampuan (ability indi vidual) dan dorongan (drive). Akibat dari perubahan fisik
yang menye babkan perubahan psikologis pada masa pubertas terhadap perubahan
sikap dan perilaku antara lain:
a) Ingin Menyendiri Keinginan untuk menyendiri berawal dari:
 Sikap menarik diri dari kegiatan keluarga atau temannya.
 Sering bertengkar dengan saudara atau temannya.
 Sering melamun terhadap perlakuan yang tidak baik.
 Bereksperimen seks melalui masturbasi.
 Ketidakinginan berkomunikasi dan malas berhubungan sosial.
b) Kebosanan
Pada dasarnya anak pubertas merasa bosan akibat dari perubahan fisik dan psikis.
Dampak kebosanan antara lain:
 Menolak permainan yang sebelumnya dia gemari.
 Malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau kegiatan sosial.
 Malas bekerja atau belajar sehingga prestasinya menurun.
 Terbiasa berprestasi di bawah kemampuannya.
c) Perubahan Emosi
 Kemurungan atau merajuk dan ledakan kemarahan.
 Menangis kecil, terutama pada pubertas perempuan.
 Sedih, gelisah, cemas, marah, dan selalu terjadi sebelum haid.
d) Antagonis Sosial
 Tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menantang.
 Permusuhan terbuka akibat peran seks.
 Penuh dengan bentuk kritikan dan komentar merendahkan.
e) Hilangnya Kepercayaan Diri
Hilangnya kepercayaan diri anak pubertas diakibatkan oleh:
 Perubahan tubuh atau penampilan fisik.
 Tidak percaya diri dalam menyelesaikan tugas dan rendah diri.
 Takut kritikan-kritikan orang tua, orang dewasa, atau teman.
f) Pola Sikap Sederhana
 Takut menjadi pusat perhatian orang dewasa lainnya.
12

 Takut dikomentari penampilan pakaian dan cara berpakaian.


 Takut dikritik buruk mengenai keadaan dirinya.
5) Perkembangan Moral pada Masa Pubertas
Kata hati nurani pada usia pubertas semakin luas dan berkembang. Secara
lambat laun anak mulai merasakan nilai-nilai hubungan spiritual nya dengan Tuhan,
sehingga pengertiannya tentang agama tidak lagi ber dasarkan penerimaan doktrin,
melainkan mengarah pada hal-hal yang konkret yang berorientasikan fakta-fakta dan
menerapkan dalam kehi dupan sehari-hari. Pada sebagian anak pubertas sudah
menunjukkan si kap dan usaha-usaha untuk menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Bagi
sebagian pubertas menilai menyerahkan diri dianggap sebagai salah satu
keinginannya untuk menyenangkan Tuhan dan sebagai tanda baktinya kepada Tuhan.
Konsep tentang dosa pada masa ini semakin berkembang dan segala bentuk tingkah
laku yang salah merupakan bentuk dosa dan pemberontakannya kepada Tuhan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA KASUS

3.1 BAHAYA PADA MASA PUBERTAS


a. Bahaya-bahaya Fisik pada Masa Pubertas
1. Penyakit
Penyakit-penyakit fisik dan aktual jarang dialami pada masa puber. Demikian
juga tingkat kematiannya tergolong rendah, karena anak pu bertas jarang menderita
sakit berat dan jarang melakukan aktivitas. Bahaya-bahaya fisik yang sering terjadi
pada pubertas ialah dampak ketidakseimbangan kelenjar endokrin. Tingkat bunuh diri
para pubertas lebih sering dilakukan ketimbang tahap pra atau pascapubertas. Penye
bab bunuh diri pubertas lebih banyak berkaitan dengan masalah-masalah psikologis,
seperti akibat konflik, depresi, dan stres.
2. Kekurangan atau Kelebihan Hormon
Persedian hormon gonad yang berlebihan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan dari fungsi kelenjar pitutary dan gonad sehingga membuat
produksi hormon gonad dalam jumlah besar. Dampak yang di timbulkannya ialah
mengakibatkan terjadi perkembangan pubertas dini (puberty precox) yang terjadi
sekitar usia 5-6 tahun. Perkembangan pu berty precox ditandai dengan kematangan
seksual lebih awal, namun ben tuk dan ukuran seks primernya masih kecil dan ciri-
ciri seks sekunder berkembang normal.
3. Kurangnya Hormon Gonad
Apabila sedikit atau lambatnya hormon gonad mengawal hormon pertumbuhan
menyebabkan pertumbuhan seseorang semakin lama se hingga tubuh lebih besar dari
rata-ratanya. Kekurangan jumlah hormon gonad juga memengaruhi perkembangan
normal dari organ dan ciri-ciri seks sekunder. Dampak buruknya tubuh kelihatan
seperti kanak-kanak atau pola sikap dan perilakunya yang tendensi untuk mengambil
peran ciri-ciri lawan jenisnya.
4. Kekurangan Hormon Pertumbuhan
Dampak dari kekurangan jumlah hormon pertumbuhan ketika perio de akhir
kanak-kanak dan awal pubertas menyebabkan bentuk tubuh pu bertas akan lebih kecil
dibandingkan dengan rata-rata pubertas normal.
b. Bahaya-bahaya Psikologis pada Masa Pubertas
1. Tidak Dapat Menerima Perubahan Fisik
Ketidakmampuan seorang pubertas dapat dikarenakan kurangnya persiapan saat
menghadapi perubahan bersumber dari sikap orang tua yang terlalu normatif pada
setiap perubahan anaknya, minimnya pengetahuan tentang pubertas, tata krama dan
perasaan malu, kesengajaan menghindari pertanyaan dan rasa malu sehingga berpura-
pura mengerti tentang perubahan dirinya. Alasan anak pubertas tidak puas pada
perubahan tubuh bersumber konsep tubuh ideal yang tinggi, konsep bentuk tubuh

13
14

ideal dari kelompok, kepercayaan tradisional yang mewajibkan memiliki bentuk


tubuh ideal, dan takut ditolak.
2. Kebingungan dalam Menerima Peran Seks
Kebingungan atau ketidaksiapan menerima peran seks juga bersumber dari
konsep kepercayaan tradisional yang menilai bahwa salah satu gender memiliki
keunggulan, memiliki martabat tinggi keluarga, dan sosial-budaya. Sementara faktor-
faktor yang memengaruhi konsep diri yang kurang matang, yakni konsep diri yang
tidak realistis (salah), perilaku canggung, perasaan kecewa, asosial, bersikap negatif,
menarik diri, sedikit bicara, agresif, dan tindakan balas dendam.
3. Menurunnya Prestasi di Sekolah
Prestasi rendah merupakan salah satu dampak buruk yang menyertai pada masa
perkembangan dan pertumbuhan fisik pubertas dan terkadang kondisi ini bisa
menimbulkan dampak psikologis, seperti adanya perasaan cepat bosan terhadap setiap
kegiatan, malas belajar, kebiasaan berprestasi dibawah kemampuan, rasa bersalah,
dan perasaan malu. Menurunnya presta si belajar sudah dimulainya sekitar kelas 4–5
SD, sehingga anak pubertas selalu bekerja dan berprestasi belajar di bawah
kemampuan rata-ratanya.
4. Merasa Tidak Bahagia
Rasa tidak bahagia kerap kali menyertai pubertas. Faktor penyebab
ketidakbahagiaan pubertas bersumber dari sikap penerimaan atau penolakan terhadap
diri sendiri atau sosial. Agar mencapai kepuasan dan kebahagiaan dalam kehidupan,
maka para pubertas akan berusaha keras untuk diterima orang lain dan menerima diri
seadanya. Misalnya memasuki geng motor. Rasa tidak bahagia pubertas juga
bersumber dari kurang kasih sayang dan dukungan orang tua atau orang lain, di mana
secara bersamaan ini membuat pubertas bersikap merendahkan orang lain, kri tis,
egosentris, dan perilaku antisosial dalam situasi sosial. Perlu diketa hui bahwa setiap
pubertas selalu mendambakan kasih sayang lebih dari periode sebelumnya. Rasa tidak
bahagia bisa juga berasal dari penampilan fisik anak pubertas. Semakin baik
penampilan fisik pubertas tersebut, maka semakin bahagia anak pubertas tersebut.
Oleh karena dorongan untuk berpenampilan menarik mendorong anak pubertas untuk
selalu terinspirasi memiliki bentuk tubuh ideal.

3.2 MENGHADAPI ANAK PADA MASA PUBERTAS


Masa puber membawa banyak perubahan untuk anak-anak dan untuk orangtua. Masa ini
membuat anak bertransisi dari anak ke dewasa. Banyak orangtua yang mungkin merasa tidak
tahu pasti cara terbaik untuk mendukung anak yang tengah mengalami perubahan
fisik, psikologis, dan emosional yang ditimbulkannya. Beberapa cara yang dapat dipahami
dan dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi anak yang masuk masa puber, yaitu: 
a. Melakukan percakapan terbuka dan santai
15

Tidak selalu mudah untuk berbicara dengan anak-anak tentang tubuh mereka.
Namun, melakukan percakapan terbuka dan santai sebelum perubahan fisik mulai
membantu anak merasa baik-baik saja ketika tubuhnya mulai berubah. orangtua bisa
menerapkan tiga langkah untuk memulai percakapan tentang pubertas, seperti :
1. Cari Tahu Apa yang Diketahui Anak. Misalnya, orangtua dapat bertanya, ‘Apakah
mereka berbicara tentang pubertas dan perubahan fisik di sekolah? Apa saja yang guru
dan teman-temannya katakan?' 
2. Berikan Fakta kepada Anak dan Koreksi Informasi yang Salah. Misalnya, "Semua
orang mengalami perubahan ini, tetapi tidak selalu dengan kecepatan yang sama".
3. Gunakan Percakapan Santai sebagai Kesempatan untuk Membicarakan
Nilai. Misalnya, "Jika orangtua mengalami mimpi basah, jangan khawatir. Cukup
lepaskan seprei dari tempat tidur dan bawa seprei ke keranjang cucian. 

b. Pendidikan Seks
Dengan anak perempuan, penting bagi orangtua untuk membicarakan
menstruasi sebelum mereka benar-benar mendapatkan menstruasi. Jika anak tiba
waktunya sebelum adanya obrolan, ia mungkin bisa ketakutan dengan peristiwa
“berdarah” tersebut.
Umumnya, gadis remaja mengalami menstruasi pertama saat berusia 12 atau 13
tahun, yaitu sekitar 2 atau 2,5 tahun setelah mereka mulai pubertas. Tapi ada juga yang
mengalami menstruasi sejak usia 9 tahun dan 16 tahun. 
Sementara itu, anak laki-laki mulai melewati masa pubertas sedikit lebih lambat
dibanding akan perempuan, biasanya sekitar usia 10 atau 11 tahun. Tapi anak laki-laki
mulai berkembang secara seksual atau mengalami ejakulasi pertama tanpa terlihat lebih
tua. 
Pendidikan seks mungkin akan di dapatkan anak di sekolah, tapi orangtua harus
menjadi sumber pertama yang membekali hal tersebut. Penting bagi anak perempuan
untuk belajar mengenai perubahan yang dialami anak laki-laki dan anak laki-laki juga
belajar tentang perubahan yang memengaruhi anak perempuan. 
Orangtua perlu berdiskusi dengan guru tentang pelajar apa yang sudah disampaikan
mengenai pubertas, sehingga ayah dan ibu tahu informasi apa yang perlu ditambahkan
pada anak. Sebaiknya ulas pelajaran bersama anak, karena anak seringkali masih
memiliki pertanyaan tentang topik tertentu, tapi enggan menyampaikannya. 
Terkadang, orangtua dapat memulai percakapan dengan mengambil adegan di film
atau acara TV. Ide yang baik juga untuk melakukan percakapan besar atau serius ketika
anak sudah siap untuk berbicara dan mendengarkan. Selama masa pubertas, anak-anak
menginginkan lebih banyak privasi dan waktu untuk diri mereka sendiri. Jadi, orangtua
harus pintar menemukan momen ketika anak tampaknya terbuka untuk membicarakan
hal-hal terkait masa puber.
16

c. Membantu Gaya Hidup Sehat


Gaya hidup sehat dibutuhkan untuk membantu memaksimalkan masa puber yang
dialami anak. Melansir Raising Children Network Australia, ini gaya hidup yang bisa
membantu: 
1. Menganjurkan Makan Sehat
Selama masa puber, anak memiliki nafsu makan yang meningkat dan
membutuhkan lebih banyak makanan. Orangtua bisa membantu memenuhi kebutuhan
gizi anak remaja dengan cara terbaik, dengan menyediakan makanan dan minuman
sehat di rumah, mendorong membawa bekal sehat. Terlalu banyak makanan dan
minuman yang tinggi gula dan lemak bisa mengakibatkan kelebihan berat badan atau
obesitas. Gangguan makan juga bisa berkembang pada masa ini. 
2. Ajak Anak Sering Melakukan Aktivitas Fisik
Untuk kesehatan fisik dan mental yang baik, selama masa puber anak
memerlukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik sedang hingga tinggi setiap hari.
Orangtua bisa membuat anak aktif dengan mendorong gerakan harian dan
membuatnya tetap terlibat dalam kegiatan tim dan individu di luar dan dalam ruangan.
3. Cukupi Waktu Istirahat
Remaja membutuhkan tidur yang cukup dan berkualitas. Bantu anak untuk
memiliki jam tidur yang rutin setiap harinya, menghindari makanan tinggi gula dan
minuman berkafein sebelum jam tidur, dan pastikan anak memiliki lingkungan tidur
yang tenang dan nyaman.
Jika anak makan dengan baik, mendapatkan aktivitas fisik yang cukup dan tidur,
serta menjaga kebersihan pribadinya. Dengan begini ia lebih cenderung merasa baik-baik
saja tentang tubuhnya yang tengah berubah. Itulah yang bisa dilakukan orangtua tentang
cara menghadapi anak yang masuk masa puber.

3.3 CONTOH KASUS


Seorang bidan datang ke sebuah Sekolah Menengah Pertama untuk melakan sosialisasi
kesehatan reproduksi. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut sekelompok anak remaja
perempuan usia 10-11 tahun mengeluh kulitnya mudah berjerawat, payudara dan pinggul
mulai membesar sehingga malu dan tidak nyaman.

3.4 PENATALAKSANAAN
Pada kasus diatas tanda-tanda yang dialami oleh sekelompok anak pubertas tersebut
adalah hal yang wajar karena yang sedang dialami merupakan perubahan seks sekunder.
Sehingga penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan yaitu:
17

a. Menjelaskan bahwa perubahan-perubahan yang dialami oleh sekelompok remaja tersebut


adalah kondisi yang wajar karena mereka sedang memasuki masa pubertas ditandai
dengan perubahan seks sekunder.
b. Menjelaskan apa saja perubahan yang dialami oleh anak masa pubertas. Perubahan fisik
yaitu; perubahan kelenjar, ukuran tubuh, porsi tubuh, seks sekunder dan seks primer.
Sedangkan perubahan psikologis yaitu; perubahan kognitif, emosi, social, perilaku, dan
prekembangan moral.
c. Menjelaskan macam-macam bahaya yang dihadapi oleh anak masa pubertas.
d. Menganjurkan anak-anak yang sedang berada pada masa pubertas tersebut untuk
berkomunikasi kepada orang tua mengenai perubahan-perubahan yang dialami.
e. Mengadakan program konselor sebaya bagi anak-anak yang mengalami kendala dalam
berkomunikasi kepada orang tua, ataupun guru disekolah. Program ini diharapkan dapat
mencegah terjadinya masalah atau bahaya yang dapat timbul akibat perubahan tersebut.
Seperti ketidakmampuan anak menerima perubahan fisik sehingga muncul
ketidakstabilan emosi anak.
f. Bekerjasama dengan pihak sekolah untuk melakukan sosialisasi kesehatan reproduksi
secara rutin.
BAB IV
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Pubertas merupakan periode ketika kematangan fisik terjadi sangat
cepat yang melibatkan perubahan hormonal dan juga tubuh khususnya pada
masa remaja awal. Papalia, Olds dan juga Feldman memberi penjelasan jika
masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara anak-anak dan
juga dewasa yang mengandung perubahan fisik, kognitif dan juga psikososial.
Pubertas dibagi menjadi tiga tahapan yakni prapuber, puber dan juga
pascapuber. Tahapan ini dimulai dari berkembangnya alat reproduksi yang
belum sempurna hingga berfungsi secara matang.
Perubahan pesat yang terjadi selama masa puber bisa menyebabkan
keraguan, perasaan tidak nyaman dan tidak mampu serta dalam beberapa
kasus juga bisa menyebabkan perilaku kurang baik yang merupakan fakta
psikologi remaja. Perubahan ini terjadi baik secara fisik maupun psikologis.
Perubahan fisik ditandai dengan perubahan kelenjar, perubahan ukuran tubuh,
perubahan porsi tubuh, perkembangan seks primer, perubahan seks sekunder.
Sedangkan perubahan psikologis ditandai dengan perkembangan kognitif,
perubahan emosi, perkembangan social, perubahan perilaku, perkembangan
moral.
Fase dimana terjadinya perubahan dan perkembangan pada anak masa
pubertas dapat memunculkan berbagai masalah. Masalah inilah yang
kemudian dianggap sebagai bahaya baik secara fisik maupun psikologis pada
anak masa pubertas. Bahaya fisik pada pubertas dapat berupa penyakit
maupun kekurangan atau kelebihan hormone. Sedangkan bahaya secara
psikologis pada pubertas yaitu tidak dapat menerima perubahan fisik,
kebingungan dalam menerima peran seks, menurunnya prestasi di sekolah,
merasa tidak Bahagia.
Pubertas dapat menjadi sesuatu yang menarik dan istimewa bagi
orangtua. Kedua orangtua kini berada dalam posisi yang ideal untuk
membantu anak untuk melewatinya. Oleh karena itu untuk menghadapi
masalahnya seorang anak yang memasuki masa pubertas sangat memerlukan
dukungan orang tua baik secara fisik dan psikologis. Dukungan yang
diberikan yaitu meciptakan komunikasi secara terbuka dan santai,
memberikan pendidikan seks sejak dini, dan membantu gaya hidup yang
sehat.

18
19

1.2 SARAN
Kesehatan seorang anak baik itu fisik maupun psikologis sangatlah
penting. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendukung
tumbuh kembang seorang anak. Sehingga diharapkan dengan pengetahuan
yang lebih dalam mengenai perkembangan anak khususnya psikologis pada
masa pubertas ini orang tua dapat memberikan dukungan kepada anak, dan
anak mampu beradaptasi dengan optimal pada setiap fase perkembangan
maupun pertumbuhannya.
20

DAFTAR PUSTAKA

Muyassaroh, Yanik. (2022). Psikologi Perkembangan. Sumatera Barat: PT. Global


Eksekutif Teknologi.

Pieter, Herri Zan., Lubis, N.L. (2013). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Jakarta:
Kencana.

Idaningsih, Ayu., Indriyani, Y.W.I. (2021). Psikologi Kebidanan. Cirebon: Rumah


Pustaka.

Halodoc.com. (10 Februari 2021). Anak Masuk Masa Puber, Ketahui Cara
Menghadapinya. Diakses pada 02 Desember 2022, dari
https://www.halodoc.com /artikel/anak-masuk-masa-puber-ketahui-cara-
menghadapinya

Anda mungkin juga menyukai