Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

“Psikologi pada Remaja”

OLEH :

KELOMPOK 4

1. Indah Tiansy 1711211002


2. Aurora Alifa 1711212002
3. Intan Rahma Sari 1711212010
4. Miftahul Hikmah 1711213006

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat iman, islam dan sehat serta berbagai nikmat-Nya yang
lain sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat dan salam
juga tidak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.,
yang telah membawa umat manusia keluar dari zaman jahiliyah ke zaman
yang terang benerang. Setelah kami melakukan presentasi, sebagai
penyempurna tugas maka kami buat makalahnya dengan judul “Psikologi
pada Remaja”

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Psikologi
Kesehatan Reproduksi. Jadi, tujuan utama pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah kesehatan dan tumbuh kembang
anak. Kami berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah yang telah dibuat belum sempurna. Oleh
karena itu, kami mengaharapkan kritik dan saran agar dapat memacu kami
sebagai tim penulis untuk membuat tulisan yang jauh lebih baik pada tulisan-
tulisan yang akan datang. Semoga pembaca dapat menimati dan mengambil
hikmah dari makalah ini

Padang, Agustus 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5

1.3 Tujuan…...............................................................................................................5

2.1 Pengertian Remaja................................................................................................6

2.2 Psikologi Remaja..................................................................................................6

2.3 Permasalahan Remaja.........................................................................................12

2.4 Cara Mencegah Kenakalan Remaja...................................................................15

2.5 Cara Mengatasi Kenakalan Remaja...................................................................15

BAB III KESIMPULAN........................................................................................18

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................18

3.2 Saran…...............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja boleh dibilang masa peralihan, peralihan tidak berarti terputus dengan
atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih – lebih sebuah
peralihan dari satu tahap perkembangan ke  tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah
terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang akan terjadi sekarang dan
akan datang. Bila anak – anak beralih dari masa kanak – kanak ke masa remaja, anak –
anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak – kanakkan dan juga harus
mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang
sudah ditinggalkan.
Psikologi remaja adalah bagian dari psikologi perkembangan yang secara khusus
mempelajari kehidupan remaja.Disini remaja atau generasi muda adalah generasi penerus
bangsa yang kelak menjadi penerus kehidupan untuk mewujudkan kedamaian dan
ketenteraman umat manusia dimuka bumi ini. Jika generasinya rusak maka secara
otomatis bangsanya pun akan ikut rusak,sehingga demi mewujudkan cita-cita kehidupan
berbangsa dan bernegara, haruslah mampu mencetak generasi yang berkualitas sesuai
harapan bangsa dan Negara. Tetapi pada kenyataanya banyak generasi muda atau remaja
juga menjadi gudang permasalahan. Perkembangan sosial dan kepribadian remaja akan
berimplikasi pada cara ia merespon pengetahuan atau pengalamannya. Dalam pendidikan,
perkembangan sosial pada remaja akan mendorong ia untuk senantiasa mentaati peraturan
sekolah, menjalin interaksi yang baik dengan teman sekolah, menghargai pendidik atau
temannya yang sedang menjelaskan pelajaran.
Dalam proses perkembangan kematangan psikologis dan biologis, remaja kerap
menghadapi ketegangan, kebingungan, dan kekhawatiran. Remaja menjadi gemar coba-
coba dalam emosi labil sehingga mudah terpengaruh. Remaja juga sering melakukan
sesuatu hal tanpa berpikir panjang terhadap akibat yang akan terjadi selanjutnya. Sehingga
usaha untuk mewujudkan generasi penerus yang diharapkan akan sulit untuk
diwujudkan. Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang psikologi perkembangan masa
remaja.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan remaja?
2. Apa yang dimaksud Psikologi Remaja?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini antara lain agar:
1. Untuk Mengetahuipengertian remaja
2. Untuk Mengetahui psikologi remaja

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin adolescene berarti to grow atau to grow
maturity (Golinko, 1984, Rice, 1990 dalam Jahja, 2011). Banyak tokoh yang
memberikan definisi remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanakkanak dan dewasa. Menurut Papalia dan Olds, masa
remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang
pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluh tahun. Sedangkan Anna Freud, berpendapat bahwa pada
masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita
merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa remaja


secara konseptual. Dikemukakannya oleh WHO ada tiga kriteria yang digunakan;
biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, yakni: (1) individu yang berkembang saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual, (2) individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandir

2.2 Psikologi Remaja

Ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak,


sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan
memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang sedang
dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan
emosi remaja.

5
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat dengan keadaan
hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi
remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis.
Kestabilan emosi remaja dikarenakan adanya pengaruh tuntutan orang tua dan
masyarakat, yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan situasi
dirinya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock
(1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi cara
penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional yang
disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat yang
berlainan dengan dirinya.

Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai bersikap kritis dan tidak
mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang lain, remaja menanyakan alasan
mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau dilarang, remaja tidak mudah diyakinkan
tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan perkembangan psikologis pada remaja,
terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat
dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.

Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar
antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi ini
dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri remaja.
Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering
menimbulkan hambatan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya,
bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi frustasi dan memendam
kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan orang lain disekitarnya. Frustasi
dan kemarahan tersebut seringkali di ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak
simpatik terhadap orang tua maupun orang lain yang dapat membahayakan dirinya
sendiri maupun orang lain disekitarnya.

Sidik Jatmika,menjelaskan adanya kesulitan yang sering dialami kaum remaja


yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orangtua, medrupakan bagian yang
normal dari perkembangan remaja itu sendiri. Beberapa kesulitan atau bahaya yang
mungkin dialami kaum remaja antara lain:

6
1. Variasi kondisi kejiwaan. Suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan
mengasingkan diri, tetapi pada saat yang lain terlihat sebaliknya, periang,
berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sulit ditebak dan berubah-ubah ini
bukanlah sesuatu yang abnormal.hal ini hanyalah perlu diprihatinkan dan
menjadi kewaspadaan bersama manakala telah menjerumuskan remaja dalam
kesulitan-kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba. Hal ini merupakan sesuatu yang normal
dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya rasa birahi adalah normal dan
sehat. Ingat, perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan cirri yang
normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi
jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Membolos.
4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan
menunjukkan perilaku agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan
banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar
adalah pengaruh buruk teman, dan pendisiplinan yang salah dari orangtua,
terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak – dan sering tidak ada sama sekali.
5. Penyalahgunaan obat bius.
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia
(setengah gila hingga gila beneran).

Dari berbagai penjelasan di atas, dapatlah dipahami tentang berbagai ciri yang
menjadi kekhususan remaja. Ciri-ciri tersebut adalah :10

1. Masa remaja sebagai periode yang penting


Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka
panjang tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan
cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua
perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya
membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang
dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk

7
bertindak sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku
sebagaimana orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya
dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak,
status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi
waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan
pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan


Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan
fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.
Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga
menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri,
namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka untuk
mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja
akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan
harapan mereka.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok
masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja yang
mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja mengalami
“krisis identitas” atau masalah-masalah identitas-ego pada remaja.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan


Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri
atau “semau gue”, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku
merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi

8
kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik
terhadap perilaku remaja yang normal.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik


Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata
berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana
yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan
dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi
dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan
meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan
sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa


Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan
kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti
orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam
perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa
perilaku yang seperti ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang
diharapkan mereka.

Selanjutnya, Jahjamengemukakan bahwa masa remaja adalah suatu masa


perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secra fisik, maupun
psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja yang sekaligus
sebagai ciri-ciri masa remaja yaitu :

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan
hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari
segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja

9
berada dalam kondisi bari yang berbeda dari masa-masa yang sebelumnya. Pada
fase ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan kepada remaja, misalnya
mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah laku seperti anak-anak, mereka
harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab
ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada remaja
akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah di Perguruan Tinggi.
2. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya dengan orang
lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari
masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.
Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa
remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka
pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungannya
dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari
jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang
dewasa.
4. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-
kanak menjadi kurang penting, karena telah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka
takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan itu, serta meragukan
kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab itu.

Selanjutnya dilengkapi pula oleh Gunarsa, dan Mappiare, dalam menjelaskan ciri-
ciri remaja sebagai berikut :

1) Masa remaja awal.

10
Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, dengan ciri-ciri:
(1) tidak stabil keadaannya, lebih emosional, (2) mempunyai banyak
masalah, (3) masa yang kritis, (4) mulai tertarik pada lawan jenis, (5)
munculnya rasa kurang percaya diri, dan (6) suka mengembangkan pikiran
baru, gelisah, suka berkhayal dan suka menyendiri.

2) Masa remaja madya (pertengahan).


Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri: (1)
sangat membutuhkan teman, (2) cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada
diri sendiri, (3) berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena
pertentangan yang terjadi dalam diri, (4) berkenginan besar mencoba segala
hal yang belum diketahuinya, dan (5) keinginan menjelajah ke alam sekitar
yang lebih luas.
3) Masa remaja akhir
Ditandai dengan ciri-ciri: (1) aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai
stabil, (2) meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang
sudah baik, (3) lebih matang dalam cara menghadapi masalah, (4)
ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai perasaan, (5)
sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, dan (6) lebih
banyak perhatian terhadap lamabang-lambang kematangan.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan dapatlah disimpulkan


bahwa masa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya
tampak sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa remaja
gagal menunjukan kedewasaannya. Pengalamannya mengenai alam dewasa masih
belum banyak karena ia sering terlihat pada remaja adanya kegelisahan, pertentangan,
kebingungan, dan konflik pada diri sendiri. Bagaimana remaja memandang peristiwa
yang dialami akan menentukan perilakunya dalam menghadapi peristiwa-peristiwa
tersebut.

11
2.3 Permasalahan Remaja

Permasalahan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,aturan atau


hukum dalam masyarakat yang dilakukan dalam usia remaja atau transisi masa anak-
anak ke dewasa. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja.
Masalah remaja tidak dapat dipungkiri karena dalam proses transisi atau proses
perubahan dari masa kanak-kanak mnjadi masa remaja belum mempunyai kematangan
emosi serta mental.
The Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS) memonitor enam jenis
perilaku kesehatan-risiko yang berkontribusi terhadap penyebab utama kematian dan
kecacatan di kalangan remaja dan dewasa, adalah :
a. Perilaku yang berkontribusi terhadap cedera yang tidak disengaja dan kekerasan.
b. Perilaku seksual yang berkontribusi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan
penyakit menular seksual, termasuk infeksi HIV.
c. Penggunaan Alkohol dan penggunaan narkoba lainnya.
d. Merokok
e. Perilaku makan yang tidak sehat.
f. Aktivitas fisik yang tidak memadai.

YRBSS termasuk survei berbasis sekolah nasional yang dilakukan oleh Center for
Disease Center (CDC) dan negara, wilayah, suku, dan lokal survei yang dilakukan
oleh negara, wilayah, dan lembaga pendidikan, kesehatan lokal dan pemerintah.
Sedangkan di indonesia ada 3 hal yang perlu diperangi remaja sekarang, yaitu
seks bebas, narkoba Napza,dan HIV/AIDS.”kata Sudibyo Ali Moeso, Deputi bidang
Keluarga Sejahtera dan pemberdayaan keluarga BKKBN dalam acara generasi
berencana (GenRe) Goes to School yang diselenggarakan di SMA 1 Terbanggi besar,
lampung tengah, kamis (22/11/2012)
Sudibyo menurutkan ke 3 hal ini amat penting karena menurut hasil penelitian
UI dan Australia, sebanyak 20,9% remaja putri sudah hamil sebelum
menikah.sedangkan data dari BNN(Badan Narkotika Nasional) menunjukan sebanyak
45% orang yang tertangkap karena kasus narkoba adalah remaja. Data dari

12
kementrian kesehatan juga menegaskan bahwa 21% kasus HIV/AIDS menyerang
remaja.
Namun menurut Virginia Cooperative Extension, Dalam artikelnya yang
berjudul Adolescent growth and Development . Mereka membagi permasalahan
remaja menjadi 3 jenis.Yaitu pengembangan secara fisik, kognitif dan Psikososial :
1. Pengembangan secara fisik
Adalah pengembangan yang mengalami perubahan dalam perkembangan
fisik mereka pada tingkat kecepatan yang tak tertandingi sejak bayi. Selama
lonjakan pertumbuhan satu tahun, anak laki-laki dan perempuan dapat
memperoleh rata-rata 4,1 inci dan 3,5 inci tinggi masing-masing. (Steinberg,
2007) Hasil berat badan dari perkembangan otot meningkat pada anak laki-laki
dan lemak tubuh pada anak perempuan.
Hal tersebut terjadi karena Selama pubertas, perubahan kadar hormon
berperan dalam mengaktifkan pengembangan karakteristik seks sekunder.Hal ini
membuat remaja merasa lebih canggung karena ledakan pertumbuhan.
Kekhawatiran remaja akan muncul jika bagian tubuh tidak semua tumbuh pada
tingkat yang sama. Remaja mungkin khawatir karena mereka tidak secara fisik
berkembang pada tingkat yang sama seperti rekan-rekan mereka. Remaja
mungkin lebih maju dibandingkan teman sebaya mereka ( "early-maturers") atau
kurang berkembang dibandingkan rekan-rekan mereka ( "late-maturers"). Berada
di luar perkembangan dengan rekan-rekan adalah kekhawatiran untuk remaja
karena sebagian hanya ingin menyesuaikan diri.
2. Pengembangan secara Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat
susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran
kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi,
yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
3. Pengembangan Secara Psikososial

13
Perkembangan psiko-sosial adalah perkembangan aanak mengarah pada
psikis dan sosial atau perkembangan jiwa manusia yang dipengaruhi oleh
masyarakat yang dibagi menjadi 8 tahap.yaitu tahap trust ><mistrust
otonomi/mandiri >< malu/ragu-ragu Inisiatif>< rasa bersalah dan
industri><inferioriti.

2.4 Cara Mencegah Kenakalan Remaja

a. Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan melalui ibunya.
b. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang
c. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti : tv, radio,
Hp,dll.
d. Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini seperti beribadah dan
mengunjungi tempat ibadah sesuai iman dan kepercayaannya.
e. Orang tua perlu mendukung hobi yang anak inginkan selama masih positif bagi
anak tersebut.dan jangan pernah melarang hobi yang positif maupun kesempatan
dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama positif.karena dengan
melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
f. Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah. Karena disanalah anak akan lebih
banyak menghabiskan waktunya ketimbang dirumah
g. Biarkanlah dia bergaul dengan teman sebaya,yang hanya beda 2 atau 3 tahun baik
lebih muda ataupun tua denganya. Karena jika membiarkan anak bergaul dengan
teman main yang sangat tidak sebaya denganya, yang gaya hidupnya berbeda
denganya, maka sang anak bisa terbawa gaya hidup yang mungkin sebenarnya
belum perlu ia jalani.

14
2.5 Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

a. Kontrol diri adalah cara yang paling utama untuk mengatasi kenakalan remaja bila
remaja tidak bisa mengontrol diri mereka maka mereka bisa menjadi krisis
identitas atau tidak bisa mengontrol diri mereka
b. Remaja harus membentuk ketahanan diri agar tidak terpengaruh hal-hal negatif
oleh para temannya.hal
c. Remaja harus pintar memilih teman sebayanya/komunitas, hal ini sangat lah
vital/penting.karena jika para remaja salah bergaul maka akan mengakibatkan
remaja tersebut mengalami permasalahan remaja yang buruk.
d. Peran orang tua dalam mengatasi kenakalan remaja sangatlah penting karena
orang tua/ keluarga adalah salah satu lingkungan yang harus selalu dijaga baik
secara keharmonisan, serta komunikasi sehingga membuat kenyamanan bagi para
remaja.
e. Ketika orang tua sedang berbicara dengan anak, hindarilah ucapan-ucapan yang
sifatnya menghakimi, mengejek, menyela dan mengkritik. Sebab, seorang remaja
sangat mudah tersinggung, bahkan oleh hal-hal yang sifatnya remeh. Dengan
melakukan ini, maka anak remaja Anda akan merasa lebih dihargai.
Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan konsep multidimensional yang
mengukur pada persepsi diri seseorang mengenai kesejahteraan psikologis, harga diri,
citra tubuh, fungsi kognitif, mobilitas, energi / vitalitas, hubungan sosial dan fungsi
keluarga / rumah), berdasarkan aspek kesehatan fisik, mental, sosial dan perilaku yang
ia rasakan (Ravens-Sieberer, dkk, 2007). Menurut Ravens-Sieberer, dkk (2013) kualitas
hidup terkait kesehatan terdiri dari lima dimensi yaitu kesehatan fisik,
kesejahteraanpsikologis, hubungan orang tuadanotonomi, dukungan social dan teman
sebaya, dan lingkungan sekolah.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (2000), kualitas hidup terkait
kesehatan berfungsi sebagai prediktor yang kuat dari disabilitas di masa depan,
morbiditas, dan mortalitas, sehingga dapat mencerminkan kondisi kesehatan secara
keseluruhan dari pasien penderita penyakit tertentu, maupun kelompok orang umum.
Mengingat pentingnya kualitas hidup terkait kesehatan pada individu, maka perlu untuk
memperhatikan faktor-faktor protektif yang dapat mempengaruhinya,

15
Menurut Strauss, dkk (2007), salah satu faktor yang berkaitan untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang yaitu dengan memiliki resiliensi psikologis.
Connor dan Davidson (2003) mendefinisikan resiliensi psikologis sebagai kualitas
personal seseorang yang memungkinkan untuk berkembang dalam menghadapi
kesulitan dalam hidupnya. Individu yang resilien akan lebih tahanterhadap stress
sehingga lebih sedikit mengalami gangguan emosi dan perilaku (Aisyah&Listiyandini,
2015).
Secara umum, resiliensi psikologis sangat penting bagi remaja karena perubahan
sosial, biologis, dan psikologis yang dialami remaja menuntut mereka untuk adaptif
dalam menghadapi masalah (Athigi.,Athigi&Atighi, 2015). Penelitian sebelumnya juga
menemukan bahwa karakteristik yang membentuk resiliensi psikologis dapat
berhubungan atau mempengaruhi kualitas hidup remaja. Misalnya, penelitian yang
dilakukan oleh Mannix, dkk (2009) yang menyatakan apabila seorang remaja
penderitakan memiliki rasa optimis yang tinggi, semakin tinggi juga kualitas hidupnya.
Tingginya kualitas hidup disertai oleh berkurangnya rasa sakit, bisa berkomunikasi
dengan baik, serta memiliki fungsi psikologis yang tinggi pula.

Berdasarkan studi yang dilakukan sejauh ini, penelitian mengenai resiliensi


psikologis dengan kualitas hidup terkait kesehatan selama ini lebih banyak dilakukan
pada subjek dengan kondisi penyakit fisik kronis, seperti kanker (Mannix, dkk, 2009),
HIV/AIDS (Fang, dkk, 2015), atau multiple sclerosis (Nerry-Hurwit, dkk, 2017). Di
sisi lain, permasalahan terkait kualitas hidup kesehatan sebenarnya juga tampak dialami
oleh populasi rentan lainnya, dalam konteks ini adalah remaja panti asuhan, yang
meskipun tidak memiliki penyakit kronis, namun hidup dalam kondisi penuh tantangan.

16
BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to
grow atau to grow maturity yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih
luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.Secara psikologis,
masa remaja adalah usia dimana individu bernitegrasi dengan masyarakat
dewasa,usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang – orang yang
lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam
memecahkan masalah.

3.2 Saran

Jika kita ingin lebih memahami tentang perkembangan pada masa


anak,tentu kita harus lebih belajar lagi dan terus membaca.   Kami selaku penulis,siap
menerima segala kritik dan saran.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

1. Putro, Khamim Zarkasih.2017. Artikel : Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan


Masa Remaja. Dalam jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. Volume 17, Nomor 1, 2017
2. Unayah, Nunung,dkk.2015. Arikel :Fenomena Kenakalan Remaja Dan Kriminalitas.
Dalam jurnal Sosio Informa, Volume 1, nomor 2. Jakarta Timur.
3. Rahmawati Bellatrix Dwi, dkk. 2019. Resiliensi psikologi dan Pengaruhnya Terhadap
Kualitas Hidup terkait Kesehatan pada Remaja di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi
Magister Psikologi UMA. Volume 11, Nomor 1. Universitas YARSI.

19

Anda mungkin juga menyukai