Anda di halaman 1dari 54

Keperawatan Keluarga

“Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Tumbuh Kembang


Anak Remaja”

Disusun Oleh:

Kelompok 2
ASEP SURYADIN
DEDENG NURKHOLIK SIDIK P
HOLLI PITER NATALIA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokaatuh

Pertama-tama, marilah senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur atas

kehadirat Allah Swt, karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

kita masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih dapat bekerja

demi dunia dan akhirat kita. Tak lupa pula kita menyampaikan sholawat dan salam

kepada Rosulullah Saw, beserta sahabat dan keluarganya sekalian, yang sang

Murobbi tebaik kita di dunia dan akhirat.

Dalam makalah ini, kami membahas mengenai Asuhan Keperawatan

Keluarga Dengan Tumbuh Kembang Anak Remaja. Makalah ini bersumber dari

berbagai referensi berupa buku dan artikel ilmiah.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman da bermanfaat bagi pembaca

semua. Terima kasih.

Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.

Karawang, 6 juni 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………...............

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..........

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….........

B. Rumusan Masalah……………………………………………………................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi Remaja..................................................................................................
B. Tahap Perkembangan Remaja.............................................................................
C. Karakteristik Perkembangan Remaja..................................................................
D. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja...........................................................
E. Keluarga...............................................................................................................
F. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja...............................
G. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan
Anak Usia Remaja..............................................................................................
H. Masalah-Masalah Kesehatan...............................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambaran Kasus..................................................................................................
B. Pengkajian............................................................................................................
C. Analisa Data.........................................................................................................
D. Diagnosa Keperawatan........................................................................................
E. Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah.....................................
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan
lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-
anak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses
untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada diri
remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain mneingkatnya kesadaran diri
(self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif, sosial maupun
emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami perubahan emosi
ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif.
Perubahan-perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut, ditambah dengan
faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan
gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai penyebab timbulnya
masalah-masalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).
Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,
disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7
miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia
berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di negara
berkembang. Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun 2010
menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum muda berusia
10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja terbilang besar,
mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7 % dari total penduduk (BKKBN, 2012).
Peran perawatan dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak
usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi remaja?
2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?
4. Bagiamana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?
C. Tujuan
1. Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
2. Menjelaskan tugas perkembangan remaja.
3. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
4. Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat
umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya
secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-
Mighwar, 2006).
B. Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
1. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–
heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan
mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan
jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
2. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri,
dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama
dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia
tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai
atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya.
Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta
pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan
dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
3. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
C. Karakteristik Perkembangan Remaja
Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat
dibedakan menjadi :
1. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas
dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau
ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis
identitas kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi
dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi
peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan
pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu
memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum
mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam
kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
a. Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal
yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan
kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai
mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera
berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya
dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka
pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri
mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya.
Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan
diasingkan dari kelompok.
b. Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang
mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa
lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan
di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi
merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode
kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan
bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang
menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap
digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif
pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika
individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai
aspirasi, peran dan identifikasi.

c. Identitas peran seksual


Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang
matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan
seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan
diantara kelompok sosioekonomis.
d. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional,
dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih
kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja
akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir
dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk
mengendalikan
Emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya
dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan
emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan
perasaan tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
2. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009),
remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri
periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan
yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa
memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan
suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah
dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di
masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan
mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu
memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan.
Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak
dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat
mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan
dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang
lebih dapat dianalisis.
3. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009),
masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai
moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain.
Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan
orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam
penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa
yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka
mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering
sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal
berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.
4. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga
mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini
sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang
melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak
aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual
dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan
eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama
mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan
kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan
dan penguatan spiritualitas mereka.
5. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri
dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik
dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari
kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk
memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.
a. Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun
remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting
untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak
mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali
menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali
orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau
masalah.
b. Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian
besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih
berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak.
Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan
kekuasaan.
1) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total
dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera
musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan
tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman
sebayanya.
2) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini
lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada
masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas.
Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja
mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan,
mereka saling memberikan dukungan satu sama lain.
D. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001) antara
lain :
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan
anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut
selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat.
Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda
akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan
seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari
perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas
perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia
kematangan yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan
yang menganggu para remaja.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya
bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang
penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk
memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki
penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan
diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak
perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk
memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin
dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali
merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-
tahun. Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering
berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, makan
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol
dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul
dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang
dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain
merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi
tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin
mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari
ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini
menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak
meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anggota
kelompok.
6. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih
pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan
untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi
menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung
selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai
dijalani.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun
remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-
ansur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek
seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan.
Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang
tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai
yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam
perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan
teman sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap
dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.
Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini
seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak
bertanggung jawab.
9. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat
anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga
umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006)
keluarga adalah lembaga pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-
anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan
menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga adalah perkumpulan dua orang atau
lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008), yaitu :
1) Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
2) Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya
terdiri dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
3) Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang
tuanya.
E. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja
Menurut Sarwono (2011) Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya
tahapan ini tergantung jumlah anak dan adaatau tidaknya anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
F. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap
Perkembangan Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan
oleh adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus
mengritik atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan
atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa
remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
(Sarwono. 2011)
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap
usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan
perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga
untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan
bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja.
Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-
perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan
untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja
yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan
yang buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik
dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang
namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain
dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat
penyesuaian sosial yang baik. (Sarwono. 2011)
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih
anak-anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi
ini membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah
laku aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah
orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-
nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. (Sarwono. 2011)
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun
sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang
dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk
mengikitu pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki
kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-
geng, dengan menjadi anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat
dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat
kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani
melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan
tidak akan berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering
mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ
reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang
menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain
kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar
pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi,
bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan
ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat
dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja
mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film
porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat,
tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. (Sarwono. 2011)
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara
bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri
secara bertahap sampai akhirnya dewasa. (Sarwono. 2011)
G. MASALAH-MASALAH KESEHATAN
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi
promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus
diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup
keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner
meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai
merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi
kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil
merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera karena atletik
juga umum terjadi . (Mubarak, Dkk. 2009)
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana,
kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks
merupakan bidang perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini
dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah antara
orang tua dan kaum muda, remaja biasanya mencari pelayanan kesehatan
mencakup uji kehamilan, menggunakan obat-obatan, uji AIDS, keluarga
berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin. Agaknya telah
menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima perawatan kesehatan tanpa
ijin orang tua. Bila orang tua diikutsertakan maka dilakukan wawancara terpisah
sebelum mereka dikumpulkan (Setiadi. 2008)
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan
bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja
dengan orang tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai
rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga
pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin
diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan. (Mubarak,
Dkk. 2009)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambaran Kasus
Pengkajian dilakukan pada tanggal 1 juni 2021 jam 10.00 WIB pada keluarga
Bp. R (38 tahun). Bp. R merupakan kepala keluarga dari Ibu R (30 tahun), An. H (14
tahun), An. F (12 tahun), An. L (9 tahun) dan Nenek. R (61 tahun). Pendidikan
terakhir Bp. R adalah SMP. Pekerjaan sehari-hari sebagai buruh di pabrik dan MC
(pembawa acara) di acara-acara pernikahan. Alamat tinggal sekarang ini di RT
007/RW 004 desa pasirmulya kecamatan Majalaya kabupaten Karawang. Keluarga
Bp. R merupakan keluarga extended family (keluarga luas/besar) yang terdiri dari
keluarga inti dan orang tua dari Bp.R yaitu Nenek. R. Diamana keluarga Bp. R
merupakan keluarga yang didalamnya masih terdapat hubungan darah, perkawinan
dan saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing,
karena didalam satu rumah di keluarga Bp. R terdiri dari 6 orang yang hidup bersama,
segala kebutuhan dicukupi oleh kepala keluarga. Keluarga Bp. R mengatakan bersuku
Betawi. Keluarga Bp. R mempunyai kebiasaan jika ada anggota keluarga yang sakit
dibelikan obat warung terlebih dahulu untuk pertolongan pertamanya. Ibu. R
mengatakan keluarga beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga Bp. R
yaitu sholat 5 waktu dan bepuasa. Di keluarga Bp. R pencari nafkah utama adalah Bp.
R yang bekerja sebagai buruh, selain itu Bp. R juga masih aktif sebagai pembawa
acara/MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang ada dirumah.
Ibu. R mengatakan bahwa dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat
ini. Ibu. R mengatakan tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya
sesekali anaknya mengajak berwisata. An. H mengatakan jika banyak kegiatan dan
dirinya stress maka dia akan main keluar dengan teman-temannya, biasanya
nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main game di handphone dan menonton
balapan motor. An. H juga mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga
malam hari.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Bp. R berada dalam tahap
perkembangan keluarga dengan anak remaja dimana tugas perkembangan keluarga
dengan remaja yaitu: Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
remaja mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa, mempertahankan hubungan
yang intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua, hindari perdebatan Ibu. R mengatakan bahwa An. H adalah anak pendiam
dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remja An. H
sudah jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada dirumah An. H banyak
menghabiskan waktu di dalam kamarnya. An. H mengatakan jarang berbicara dengan
Bp. R karena menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu,
misalkan belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An. H malas untuk
menanggapinya. Ibu. R mengatakan sebenanrnya Bp. R baik, tetapi memang agak
keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu. R juga mengatakan bahwa An. H sulit
diatur semenjak memasuki SMP. An. H mengtakan tidak mengetahui tugas
perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja., karena sebelumnya tidak
pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung
jawabnya sebagai remaja.
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen peninggalan
orang tua Bp. R yang berukuran 70 m 2. Desain interior rumah terbagi menjadi 6
ruangan. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih yang berukuran 1,5 x 1 meter di
depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang selalu terlihat terbuka ini jarang
dibersihkan. Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RW 02. An. H mengatakan sudah jarang (suka
membolos) dalam mengikuti pengajian. An. H berteman dengan beberapa teman
seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain game
dihandphone dan jalan-jalan dengan menggunakan motor. Ibu. R mengatakan bahwa
komunikasi pada keluarganya menekankan keterbukaan. Namun, An. H mengatakan
lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada
orang tua atau pun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya. Ibu. R juga mengatakan di rumahnya tidak
ada peraturan yang jelas tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga. Ibu. R
mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibuya. An. H
mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya. Ibu. R
mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ibu. R mengatakan
tidak pernah memantau aktivitas belajar anakya di rumah.
Ibu. R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling
terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk anak yang
pendiam dan jarang menyampaikan pendapatnya. Hubungan antar anggota keluarga
dalam rumah berjalan degan baik. Ibu. R mengatakan bahwa ketika ada anggota yang
sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotik.
Keluarga Ibu. R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika
sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja.
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki masa remaja.
An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh teman-temannya, baik
teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An. H juga sering
nongkrong tidak jelas dengan teman sekoah maupun teman di sekitar rumahnya
tersebut. An. H juga mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran dengan teman-teman
sekolahnya. An. H mengatakan sudah memiliki teman dekat wanita (pacar).

B. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama Keluarga (KK) : Bp. R
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Pendidikan Terakhir : SMP
d. Usia : 38 tahun
e. Pekerjaan : Buruh
f. Alamat : RT 007/RW 004 desa pasirmulya kecamatan
Majalaya kabupaten Karawang.
g. Komposisi Keluarga :
Jenis Hubungan
No Nama Usia Pendidikan
Kelamin dg KK
1 Ibu R Perempuan Istri 30 thn SMP
2 An. H Laki-laki Anak 1 14 thn SMP kls 2
3 An. F Perempuan Anak 2 12 thn SD kls 6
4 An. L Perempuan Anak 3 9 thn SD kls 3
5 Nenek R Perempuan Ibu 61 thn SD

Genogram :

Nenek
R
61 thn

Bp. R Ibu R
38 thn 30 thn

An. H
An. F
14 thn An. L
11 thn
9 thn

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Remaja / Pasien
: Cerai

: Tinggal dalam satu rumah


h. Tipe Keluarga :
Keluarga Bp. R termasusk tipe keluarga extended family (keluarga
luas/besar). Keluarga Bp. R (38 thn) terdiri dari Bp. R, Ibu R, ketiga
anaknya dan ibu dari Bp. R yaitu nenek R (61 thn).
i. Suku Bangsa :
Bp. R berasal dari Jakarta (Betawi) dan istrinya, Ibu R juga berasal
dari Jakarta (Betawi). Bahasa dominan yang mereka gunakan sehari-hari
di rumah adalah Bahasa Indonesia dalam percakapan. Ibu R mengatakan
keluarganya tidak memiliki kebiasaan khusus yang mempengaruhi status
kesehatan keluarga yang diajarkan turun-temurun.
j. Agama :
Seluruh keluarga Bp. R beragama Islam. Kegiatan ibadah
keagamaan keluarga Bp. R yaitu sholat 5 waktu dan puasa dilakukan.
Menurut keluarga Bp. R, agama berperan penting dalam kehidupan
mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang
sedang sakit, keluarga uga selalu mendoakan untuk kesembuhan anggota
keluarga yang sedang sakit tersebut.
k. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Di keuarga Bp. R pencari nafkah utama di keluarga adalah Bp. R
yang bekerja sebagai buruh dengan penghasilan 2.000.000 – 2.500.000
setiap bulan. Selain itu Bp. R juga masih aktif menjadi pembawa
acara/MC di acara-acara pernikahan, maka dari itu Bp. R terlihat jarang
ada di rumah. Ibu R sehari-hari membuka warung yang menjual
kebutuhan sehari-hari dan makanan ringan di rumahnya dengan
penghasilan perhari 50.000-an. Keperluan keluarga sehari-hari adalah
untuk makan dan jajan An. H, An. F dan An. L. Ibu R mengatakan bahwa
dirinya merasa cukup dengan penghasilan suaminya saat ini. Bp. R saat
ini memiliki tabungan atau dana kesehatan dari tempatnya bekerja.
l. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Bp. R tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi
keluarga, hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu liburan
biasanya disesuaikan dengan jadwal libur kerja dan libur anak sekolah,
tetapi sekarang jarang dilakukan., hanya jika ada waktu saja keluarga
pergi rekreasi. Ibu R juga mengatakan biasanya dirinya berkunjung ke
rumah kerabat yang letak rumahnya berdekatan dengan rumah keluarga
Bp. R. Di rumah Ibu R mengatakan keluarganya dapat menikmatihiburan
melalui TV dan radio yang tersedia di rumahnya. An. H mengatakan jika
banyak kegiatan dan membuat dirinya stress maka dia akan main keluar
dengan teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak
jelas, main ke warnet atau rental PS dan menonton balapan motor. An. H
juga mengatakan sering main dengan teman-temannya hingga malam
hari.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :
Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga
dengan anak remaja yang dilakukan oleh keluarga antara lain :
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri.
Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. H untuk
memilih apa yang ingin dilakukan. An. H mengatakan tanggung
jawabnya adalah belajar dan membantu orang tua, itupun jarang
dilakukan atas kemauannya sendiri. An. H sudah memiliki cita-cita,
yaitu menjadi seorang pemain bola, tetapi hanya sebatas harapan dan
tidak tahu bagaimana mencapai tujuannya.
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Pernikahan Bp. R dan Ibu R saat ini sudah berlangsung selama
15 tahu, anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia sekolah.
Saat ini, Ibu R dan Bp. R mengatakan untuk berusaha membesarkan
ketiga anaknya dengan memenuhi segala kebutuhan mereka.
b. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi :
1) Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
Ibu R mengatakan bahwa An. H adalah anak yang pendiam dan
jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia
remaja, An. H sudah mulai jarang berkumpul dengan keluarga, jika
berada di rumah An. H banyak menghabiskan waktunya di dalam
kamarnya. An. H mengatakan jarang berbicara dengan Bp. R karena
menurut An. H bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu
misalnya belajar, Bp. R sering marah-marah sehingga An. H malas
untuk menanggapinya. Ibu R mengatakan sebenarnya Bp. R baik,
tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya. Ibu R juga
mengatakan bahwa An. H sulit untuk diatur semenjak memasuki
SMP. An. H mengatakan tugas perkembangan maupun tanggung
jawabnya sebagai remaja, karena sebelumnya tidak pernah
mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai remaja.
2) Riwayat Keluarga Inti :
Bp. R dan Ibu R menikah pada tahun 1998, dan anak pertamanya
lahir setahun kemudian. Ibu R dan Bp. R baru memutuskan memakai
kontrasepsi setelah kelahiran anak ke-3. Jenis kontrasepsi yang dipih
adalah pil KB.

3) Riwayat Keluarga Sebelumnya :


Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit,
keluarga Bp. R pergi ke dokter swasta langganan keluarga. Tidak ada
pola makan atau jenis makanan yang dibatasi.
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah :
Rumah yang ditinggali Bp. R sekeluarga adalah rumah permanen
peninggalan orang tua Bp. R yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah
terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah ruang tamu. Lalu, 3
ruang tidur dan yang paling belakang adalah dapur dan kamar mandi. Kamar
tidur 1 digunakan oleh Bp. R dan Ibu R, sedangkan 2 kamar tidur lainnya
digunakan oleh anak-anak dan Nenek R yang tinggal bersama Bp. R dan Ibu
R. Lantai rumah terbuat dari kerami. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih
berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu masuk. Namun, jendela yang
terlihat selalu terbuka ini jarang dibersihkan. Warna dinding rumah adalah
putih yang kondisinya cukup bersih. Kondisi rumah tampak rapi dan bersih
dan terdapat beberapa perabot rumah yang sesuai. Sumber air yang
digunakan oleh keluarga berasal dari tanah (sanyo) sehingga airnya tidak
berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap
pencahayaan lampu dalam rumah Bp. R terbilang terang.
Denah Rumah

Kamar Dapur
Mandi

T
Ruang Ruang e
Tudur Keluarga r
10 m
a
s
Ruang Ruang Warung

Tidur Tamu

Teras

7 m
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW :
Bp. R jarang berkumpul dengan tentangga karen akesibukannya,
namun Ibu R aktif di arisan PKK dan pengajian yang ada di lingkungan
rumah. Ibu R sendiri tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan
mengurus warung yang ada di rumah. Keluarga Bp. R tinggal di RT 07 RW
04, di sisi kanan rumah Bp. R yaitu rumah saudaranya dan sebelah kiri adalah
rumah tetangganya, di belakang rumah ada tanah kosong dan jalan.
Kehidupan bertetangga terlihat rukun dan harmonis.
4. Mobilitas Geografis Keluarga :
Saat ini keluarga Bp. R sudah tinggal menetap di rumah yang sekarang
selama 15 tahun dan tidak berniat untuk pindah. Bp.R sendiri sudah tinggal di
rumah tersebut sejak Bp. R lahir, karena Bp. R adalah anak tunggal dari kedua
orang tuanya yang telah bercerai maka di rumah tersebut ditinggali keluarga
Bp. R dan ibunya. Rumah Bp. R dibangun di atas tanah milik orang tuanya,
kepemilikan tanah masih milik ibunya Bp. R.
5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat :
Bp. R selalu menekankan pada Ibu R supaya mengikuti acara yang
diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan lainnya.
Apabila ada waktu luang Ibu R mengajak anaknya bermain ke tetangga.
Hubungan anggota keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu
dengan yang lain (terlihat harmonis).
Anak-anak Bp. R tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RT 02. An. H mengatakan sudah jarang
(suka membolos) dalam mengikuti pengajian. Bp. R sendiri sering diminta
untuk menjadi pembawa acara/MC di acara-acara pernikahan ataupun acara
yang diadakan RT/RW. Ibu R juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan,
kiri dan depan rumahnya. Saudara Ibu R tinggal tidak jauh dari rumah Ibu R,
setiap hari selalu bertemu. An. H berteman dengan beberapa teman seusianya,
sering nongkrong di pos hansip dekat rumahnya, bermain ke warnet dan rental
PS dan jalan-jalan dengan menggunakan motor.
6. Sistem Pendukung Keluarga :
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang
menyelesaikan dengan anggota keluarga. Kadang juga melibatkan orang tua,
karena dengan orang tua tinggal bersama dan berdekatan. Hal yang dirasakan
sebagai pendukung keluarga adalah keluarga yang tinggal tidak jauh dari
rumah yang memperhatikan bila ada anggota keluarga yang sakit dan tetangga
yang idup saling menghormati serta menghargai. Disamping itu adanya
fasilitas dana kesehatan dari tempat kerja Bp. R untuk anggota keluarga yang
sakit menurut Ibu R sangat membantu keluarga.
7. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya
menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ibu R
mendiskusikan bersama Bp. R, terkadang meminta bantuan nasihat dari orang
tu. Waktu yang biasanya digunakan untuk komunikasi pada saat santai yaitu
malam hari dan waktu makan bersama dengan anggota keluarga. Namun An.
H mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya
dibandingkan kepada orang tua ataupun keluarganya yang lain. Bp. R sibuk
bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya.
b. Struktur Kekuatan Keluarga :
Pemegang keputusan di keluarga adalah Bp. R sebagai kepala
keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ibu R punya
pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli
keperluan rumah tangga dan mengatur posisi perabotan rumah tangga.
Terkadang Ibu R juga berinisiatif sendiri untuk membawa anaknya ke
pelayanan kesehatan, bila ada yang sakit dan tidak bisa sembuh dengan
mengkonsumsi obat warung.
c. Struktur Peran :
1) Bp. R
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari nafkah
untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
2) Ibu R
Ibu R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada
ibunya. Sebagai istri Bp. R, sebagai ibu rumah tangga dan juga membuka
usaha warung di rumah.
d. An. H
An. H mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas
sekolahnya. Ibu R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya
pas-pasan. Ibu R mengatakan tidak pernah membantu aktivitas belajar
anaknya di rumah.
e. An. F
Sebagai anak ke dua Bp. R dan Ibu R yang pada tahun ini akan
memasuki SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. H dan kakak
dari An. L.
f. An. L
Sebagai anak ke tiga Bp. R dan Ibu R juga berperan sebagai adik dari
kedua orang kakaknya yaitu An. H dan An. F.
g. Nenek R
Sebagai ibu dari Bp. R dan nenek dari ketiga cucunya yaitu An. H, An.
F dan An. L.
Ibu R juga mengatakan di rumahnya tidak ada peraturan yang jelas
tentang apa saja tugas setiap anggota keluarga.
8. Nilai dan Norma Keluarga :
Nilai dan norma yang dipegang oleh Bp. R adalah sesuai dengan nilai-
nilai ajaran Islam dan tidak terpengaru oleh norma budaya. Penerimaan
keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan
dan menerima kehadiran perawat.
9. Fungsi keluarga
a. Fungsi Efektif :
Ibu R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat
saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. H termasuk
anak yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapat.
b. Fungsi Sosialisasi :
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik.
Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi keluarga
Bp. R tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut.
c. Fungsi Perawatan Keluarga :
Ibu R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit,
maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari
apotek. Keluarga Ibu R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di
RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka
hanya diobati di rumah saja. Bp. R mengatakan bahwa dirinya tidak
memiliki keluhan fisik dan tidak merokok hanya saja jika sedang banyak
pekerjaan yang harus diselesaikannya biasanya Bp. R mengeluhkan pegal-
pegal pada badannya.
10. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek :
Keluarga Bp. R mencemaskan pergaulan An. H yang sudah memasuki
masa remaja. An. H sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh
teman-temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan
rumahnya. An. H juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah
maupun teman di lingkungannya tersebut. An. H juga mengatakan pernah
ikut-ikutan tawuran dengan teman-teman sekolahnya. An. H mengatakan
sudah memiliki teman dekat wanita (pacar).
b. Stressor Jangka Panjang :
Ibu R mengeluhkan biaya sekolah ketiga anaknya yang semakin
mahal, terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An. F akan lulus dari
SD dan akan memasuki SMP.
11. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah :
Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari
masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau setiap
masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan meminta bantuan dari orang
tua dan tetangga yang terdekat.
12. Strategi Koping yang Digunakan :
Ibu R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi
kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah yang ada.
13. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak ada.
14. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan perawat berkunjung ke
rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga.
Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat
lahir dan batin. Mereka juga berharap akan banyak mendapatkan banyak
pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara perawatannya.
15. Pemeriksaan Fisik
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama 0
(mmHg) (x/menit) (x/menit) ( C) (Kg) (cm)
1 Bp. R
130/90 86 21 36,7 68 172
(38 tahun)
Keluhan/RPS Tidak memiliki keluhan fisik
Riwayat Bp. R mengatakan
penyakit
dahulu
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik, memakai kacamata jika membaca.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas,
dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi
batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta
tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil
fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi
vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 10x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5
5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan
tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama (mmHg
(x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
)
2 Ibu. R
110/70 82 19 36,8 48 154
(30 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas,
dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi
batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta
tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5
5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang,
elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul
dan tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama (mmHg
(x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
)
3 An. H
120/80 88 20 36,5 51 156
(14 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas,
dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi
batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta
tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil
fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi
vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5
5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan
tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama (mmHg
(x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
)
4 An. F
110/80 91 21 36,8 36 139
(12 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas,
dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi
batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta
tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5

5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang,
elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul
dan tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama (mmHg
(x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
)
5 An. L
110/70 92 22 36,9 31 134
(9 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas,
dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi
batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta
tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 22
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5

5 5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis,
tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan
tajam baik.
TD Nadi RR Suhu BB TB
No Nama (mmHg
(x/menit) (x/menit) (0C) (Kg) (cm)
)
6 Nenek. R
140/90 90 23 37 52 155
(61 tahun)
Pemeriksaan Kepala :
Fisik Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat
merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi,
rahang, dan alis simetris.
Mata :
Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan
pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, diameter pupil ± 2
mm, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis,
kornea tidak ikterik.
Mulut dan Hidung :
Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat
bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat
merasakan asam, asin, manis dengan baik.
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit
sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa
hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman
baik.
Telinga :
Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada
benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.
Leher :
Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat
massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas,
dan bawah tanpa ada nyeri.
Jantung :
Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, tidak ada
retraksi intercostae, terdengar dullness pada perkusi
batas jantung, BJ 1 dan BJ 2 terauskultasi normal, serta
tidak terdapat mur-mur dan gallop.
Paru-paru :
Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit
lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat
tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 23
x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas
terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara
tambahan.
Abdomen :
Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit
lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba
lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8x/menit.
Ekstremitas :
Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak
terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan
beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri
dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan,
kekuatan otot : 5 5
5
5
Kulit :
Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang,
elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul
dan tajam baik.
Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik :
a. Bp. R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki
kelainan pada pemerikasaan fisiknya, Bp. R tidak mengeluhkan keadaan
fisiknya, tidak merokok, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit
keturunan.
b. Ibu R :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tidak memiliki
kelainan pada pemerikasaan fisiknya, Ibu R tidak mengeluhkan keadaan
fisiknya, tidak merokok, aktif berkegiatan, tidak ada riwayat penyakit
keturunan.
c. An. H
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur
tubuh seimbang, tidak meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan
dalam 3 bulan.
d. An. F
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur
tubuh seimbang, tidak meiliki keluhan penyakit, tidak ada riwayat
pengobatan dalam 3 bulan.
e. An. L
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, memiliki postur
tubuh kurus, tidak meiliki keluhan fisik, tidak ada riwayat pengobatan
dalam 3 bulan.
f. Nenek R
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, merokok, tidak
meiliki keluhan fisik, penglihatan mulai berkurang, tidak ada riwayat
pengobatan dalam 3 bulan.
16. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
1. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
- Ibu. R mengatakan keluarga mengenal performa peran
dirumahnya tidak ada masalah tentang remaja An. H
peraturan yang jelas tentang tugas dan fungsi keluarga Bp. R
apa saja tugas setiap anggota perkembangan
keluarga. keluarga dengan
- An. H mengatakan tidak anak remaja.
mengetahui tugas
perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai
remaja.
- An. H mengatakan
sebelumnya tidak pernah
mendapatkan informasi
mengenai tugas
perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai
remaja.
- Ibu. R mengatakan urusan
anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibunya

DO :
- An. H marupakan anak
pertama dalam keluarga.
- An. H berusia 14 tahun,
berada pada masa remaja
awal.
- Dirumahnya tidak ada yang
mengajarkan peran dan
tanggung jawab kepada
remaja (An. H)
2. DS : Ketidak mampuan Ketidakefektifan
- Ibu. R mengatakan urusan keluarga mengenal koping keluarga
anaknya lebih banyak masalah tentang Bp.R
diserahkan kepada ibunya pentingnya
- Ibu. R mengatakan An. H komunikasi efektif
lebih suka menghabiskan antara orang tua
waktunya didalam kamar dan remaja.
dari pada berkumpul dengan
keluarga
- Ibu. R mengatakan Bp. R
memang agak keras untuk
mendidik anak-anaknya
- An. H mengakui tidak
pernah menceritakan
masalah yang dihadapinya
pada orang tua
- An. H mengatakan kadang
percakapan dengan orang
tua akan berakhir dengan
ketegangan
- An. H mengatakan lebih
suka menceritakan
masalahnya kepada teman-
temannya debandingkan
kepada orang tua ataupun
keluarganya yang lain.

DO :
- Bp. R sibuk bekerja dan
jarang menyempatkan
berbicara kepada anaknya.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R
2. Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R

D. Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah


1. Diagnosa : Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R
Kriteria SKOR Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH Saat ini An. H masih
(bobot = 1) dalam tahap
- Tidak sehat 3 3/3 x 1 = perkembangan remaja
- Ancaman kesehatan 2 1 yang membutuhkan
- Krisis atau keadaan 1 perhatian dan
sejahtera komunikasi yang efektif
dalam mengungkapkan
masalahnya. Orang tua
biasanya hanya
menanyakan kemana
An. H pergi dan kadang
memarahi jika ada
masalah dengan
sekolah.
KEMUNGKINAN An. H masih dapat
MASALAH DAPAT diajak
DIUBAH (bobot = 2) berkomunikasi dan
- Dengan mudah 2 2/2 x 2 = menurut pada orang
- Hanya sebagian 1 2 tuanya, melalui
- Tidak dapat 0 pendekatan komunikasi
yang efektif akan
pengenalan peran dan
tanggung jawab remaja
maka penerapan peran
pada remaja di keluarga
Bp. R akan efektif.
POTENSIAL Adanya perhatian yang
MASALAH DAPAT baik dari orang tua dan
DICEGAH (bobot = 1) saudara An. H akan
- Tinggi 3 1/3 x 1 = perkembangan peran
- Cukup 2 1/3 dan
- Rendah 1 tanggung jawabnya.
MENONJOLKAN Keluarga mengatakan
MASALAH (bobot = 1) ada masalah dan segera
- Masalh berat, harus 2 2/2 x 1 = perlu ditangani karena
segera ditangani 1 mereka takut anaknya
- Ada masalah, tapi 1 tidak bisa penerapkan
tidak perlu segera peran dan tanggung
ditangani jawab remaja di
- Masalah tidak 0 keluarga.
dirasakan
Total 4 1/3

3. Diagnosa : Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R


Kriteria SKOR Hasil Pembenaran
SIFAT MASALAH Timbul mekanisme
(bobot = 1) koping negatif baik pada
- Tidak sehat 3 3/3 x 1 = orangtua, keluarga
- Ancaman kesehatan 2 1 maupun remaja karena
- Krisis atau keadaan 1 kurangnya kualitas
sejahtera komunikasi antara
mereka.
KEMUNGKINAN Pola komunikasi antara
MASALAH DAPAT remaja dan orang tua
DIUBAH (bobot = 2) merupakan suatu proses
- Dengan mudah 2 2/2 x 2 = yang harus dimulai dan
- Hanya sebagian 1 2 dijaga
- Tidak dapat 0 keberlangsungannya,
keluarga sudah
memberikan respon
positif dengan bertanya
cara komunikasi yang
baik dengan remaja.
POTENSIAL Keluarga sudah
MASALAH DAPAT mengetahui stressor dan
DICEGAH (bobot = 1) cara mencegahnya.
- Tinggi 3 3/3 x 1 =
- Cukup 2 1
- Rendah 1
MENONJOLKAN Keluarga menganggap
MASALAH (bobot = 1) masalah terjadi tetapi
- Masalah berat, harus 2 1/2 x 1 = tidak menjadikan
segera ditangani 1/2 masalah ini prioritas
- Ada masalah, tapi 1 utama.
tidak perlu segera
ditangani
- Masalah tidak 0
dirasakan
Total 4 1/2

E. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R
2. Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat
B. Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga
melalui penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan
keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai
kebutuhan kesehatan keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan
ditingkatkan, untuk itu perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesehatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Laporan Situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012. Jakarta

Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta:


Erlangg
Setiadi. 2008. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Slameto. 2006. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta

Mubarak, Dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep Dan Aplikasi.


Jakarta: Salemba Medika

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Cv Pustaka Setia

Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: Egc

Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada

Ners.Unair.Ac.Id/Materikuliah/Askep%20remaja%20new.Pdf

Anda mungkin juga menyukai