Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PSIKOLOGI UMUM DAN PERKEMBANGAN


Tentang
PERKEMBANGAN MASA REMAJA

Kelompok 11 :
Salma ‘Inaayah zulpri : 2214070178
Suci Melisa Fitri : 2214070182
Mifta Aulia Rahmi : 2214070196

DOSEN PENGAMPU :

Marta Suhendra, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (E)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1444 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tema dari makalah ini adalah “Perkembangan Masa Remaja”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Psikologi Umum dan Perkembangan yang
telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih pada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang
baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan
kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi yang membaca khususnya
mahasiswa PGMI UIN Imam Bonjol Padang.

Padang, 8 September 2022

Pemakalah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan manusia merupakan suatu proses sepanjang kehidupan dari
pertumbuhan dan perubahan fisik, perilaku, kognitif, dan emosional.
Sepanjang proses ini, tiap individu mengembangkan sikap dan nilai yang
mengarahkan pilihan, hubungan, dan pengertian (understanding). (Huberman,
2002)

Salah satu periode dalam perkembangan adalah masa remaja. Kata remaja
(adolescence) berasal dari kata adolescere (Latin) yang berarti tumbuh ke arah
kematangan (Muss, 1968 dalam Sarwono, 2011: h.11). Istilah kematangan di
sini meliputi kematangan fisik maupun sosial-psikologis.

Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi konseptual tentang remaja,


yang meliputi kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut
WHO (Sarwono, 2011), remaja adalah suatu masa dimana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda


seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. (kriteria
biologis)

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari


kanak-kanak menjadi dewasa. (kriteria sosial-psikologis)

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada


keadaan yang relatif lebih mandiri. (kriteria sosial-ekonomi)

Masa remaja adalah masa datangnya pubertas(11-14) sampai usia sekitar


18 tahun, masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Ada sejumlah alasan
untuk ini :

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk


mengemukakan pendapatnya sendiri.
2. Remaja lebih muda di pengaruhi teman-temannya dari pada ketika lebih
masih muda. Contoh-contoh yang umum yaitu mode pakaian, potongan
rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan
maupun seksualitasnya.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan
emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima
nasehat orang tua.

Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin di alami kaum remaja,


antara lain:

a. Variasi kondisi kejiwaan.


b. Rasa ingin tau seksual dan coba-coba.
c. Membolos.
d. Perilaku antisosial, seperti suka menganggu, berbohong, kejam,
dan agresif.
e. Penyalahgunaan obat bius.
f. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah
skizofernia.
B. Rumusan Masalah

1. Apa defenisi Perkembangan Fisik, Kognitif, Sosial Emosi?


2. Apa Bahaya Pada Masa Remaja?
3. Bagaimana Ciri-Ciri Masa Remaja?
4. Apa Minat dan Perubahan Moral Remaja?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Perkembangan Fisik, Kognitif, Sosial Emosi
2. Mengetahui Bahaya Pada Masa Remaja
3. Mengetahui Ciri-Ciri Masa Remaja
4. Mengetahui Minat dan Perubahan Moral Remaja
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Fisik, Kognitif, Sosial, Emosi


 Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah Perubahan pada tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih
dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah
kematangan.
Perkembangan fisik motorik pada masa remaja awal adalah perubahan
perkembangan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali yaitu
perubahan fisik, di mana remaja adanya kematangan seksual yang dianggap
sebagai tanda primer menuju masa dewasa.
 Perkembangan Kognitif

Perkembangan dalam proses kognitif adalah karakteristik selama


remaja. Praremaja mengalami pemikiran yang lebih tinggi, penalaran, dan
pemikiran abstrak. Praremaja mengembangkan keterampilan bahasa yang
lebih maju dan verbalisasi, memungkinkan komunikasi yang lebih maju.

Pemikiran abstrak memungkinkan remaja untuk mengembangkan


tujuan, keadilan, dan kesadaran sosial. Remaja juga memutuskan bagaimana
pilihan moral dan etis akan memandu perilaku mereka selama ini.

Proses kognitif dipengaruhi oleh sosialisasi keseluruhan, yang berarti


bahwa remaja akan berkembang secara berbeda selama tahap ini berdasarkan
faktor individu.

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti


belajar, memori, menalar, berfikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia dan
Olds, 2001), mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan
kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan
sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk
berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai
tahap operasi formal (dalam Papalia dan Olds, 2001).Tahap formal operations
adalah suatu tahap di mana seseorang telah mampu berpikir secara abstrak.
Pada tahap ini, remaja juga telah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu,
Di mana mereka telah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa
depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari
kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja telah mulai
mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, di mana mereka mampu membuat
suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock,
2001). Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang
belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara
berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Egosentrisme
adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain
(Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et Al., 1993; dalam
Papalia dan Olds, 2001), mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir
egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.

 Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial dan emosional berkaitan sangat erat. Baik
pengaturan emosi (berada dalam Kendali emosi) maupun ekspresi emosi
(komunikasi efektif tentang emosi) diperlukan bagi Keberhasilan hubungan
interpersonal. Selanjutnya, kemajuan perkembangan kognitif meningkatkan
kualitas hubungan interpersonal karena membuat remaja mampu memahami
dengan lebih baik keinginan, kebutuhan, perasaan, dan motivasi orang lain.
Karena itulah, tidak mengherankan, dengan makin kompleksnya pikiran,
emosi, dan identitas pada masa remaja, hubungan sosialnya pun Makin
kompleks (Oswalt, 2010)

Pada masa ini, remaja menunjukkan beberapa ciri: (Oswalt, 2010)


a. Keterlibatan dalam hubungan sosial pada masa remaja lebih mendalam
dan secara emosional lebih intim dibandingkan dengan pada masa
kanak-kanak.
b. Jaringan sosial sangat luas, meliputi jumlah orang yang semakin
banyak dan jenis hubungan yang berbeda (misalnya dalam hubungan
dengan teman sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok,
berinteraksi dengan pimpinan dalam cara yang penuh penghormatan).
c. Menurut Erikson, dalam perkembangan psikososial, remaja harus
menyelesaikan krisis yang terjadi pada masa remaja. Istilah krisis
digunakan oleh Erikson untuk menggambarkan suatu rangkaian
konflik internal yang berkaitan dengan tahap
perkembangan; cara seseorang mengatasi krisis akan menentukan
identitas pribadinya maupun perkembangannya di masa akan datang.
Pada masa remaja, krisis yang terjadi disebut sebagai krisis antara
identitas versus kekaburan identitas. Krisis menunjukkan perjuangan
untuk memperoleh keseimbangan antara mengembangkan identitas
individu yang unik dengan “fitting-in” (kekaburan peran tentang “siapa
saya”, “apa yang akan dan harus saya lakukan dan bagaimana
caranya”, dan sebagainya). Jika remaja berhasil mengatasi krisis dan
memahami identitas dirinya, maka ia akan dengan mudah membagi
“dirinya” dengan orang lain dan mampu menyesuaikan diri (well-
adjusted), dan pada akhirnya ia akan dapat dengan bebas menjalin
hubungan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas dirinya.
Sebaliknya, jika remaja gagal mengatasi krisis, ia akan tidak yakin
tentang dirinya, sehingga akan terpisah dari hubungan sosial, atau bisa
jadi justru mengembangkan perasaan berlebih-lebihan tentang
pentingnya dirinya dan kemudian mengambil posisi sebagai ekstremis.
Jika ia masuk pada kondisi ini, maka ia tidak akan mampu menjadi
orang dewasa yang matang secara emosi.
 Perkembangan Emosi
Beberapa ciri perkembangan emosional pada masa remaja adalah: (Zeman,
2001)
o Memiliki kapasitas untuk mengembangkan hubungan jangka
panjang, sehat, dan berbalasan. Kemampuan ini akan diperoleh jika
individu memiliki dasar yang telah diperoleh dari perkembangan
sebelumnya, yaitu trust, pengalaman positif di masa lalu, dan
pemahaman akan cinta.
o Memahami perasaan sendiri dan memiliki kemampuan untuk
menganalisis mengapa mereka merasakan perasaan dengan cara
tertentu.
o Mulai mengurangi nilai tentang penampilan dan lebih menekankan
pada nilai kepribadian.
o Setelah memasuki masa remaja, individu memiliki kemampuan
untuk mengelola emosinya. Ia telah mengembangkan kosa kata
yang banyak sehingga dapat mendiskusikan, dan kemudian
mempengaruhi keadaan emosional dirinya maupun orang lain.
Faktor lain yang berperan secara signifikan dalam pengaturan
emosi yang dilakukan remaja adalah meningkatnya sensitivitas
remaja terhadap evaluasi yang diberikan orang lain
terhadap mereka, suatu sensitivitas yang dapat memunculkan
kesadaran diri. Menurut David Elkind (Zeman, 2001)
menggambarkan remaja menunjukkan seolah-olah mereka berada
di hadapan audience imajiner yang mencatat dan mengevaluasi
setiap tindakan yang mereka lakukan. Dengan demikian, remaja
menjadi sangat sadar akan dampak dari ekspresi emosional mereka
terhadap interaksi sosial.
o Gender berperan secara signifikan dalam penampilan emosi
remaja. Laki-laki kurang menunjukkan emosi takut selama distres
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini didukung oleh keyakinan
pada laki-laki bahwa mereka akan kurang dimengerti dan
dikecilkan/diremehkan Oleh orang lain bila menunjukkan emosi
agresif dan mudah diserang (vulnerable).

B. Bahaya Pada Remaja.


Mengalami berbagai sikap dan perilaku, menentukan dan mendefinisikan
kembali diri sendiri, secara bertahap melepaskan diri dari kontrol orangtua
adalah karakteristik dari remaja yang melayani tujuan yang sehat dan sangat
penting, mereka membantu mengubah remaja menjadi dewasa. Namun, tren
yang sama ini dapat menyebabkan perilaku sakit seperti mengambil risiko
pada umumnya dan menggunakan obat-obatan pada khususnya.
Banyak remaja memiliki praktik seksual yang tidak terlindungi,
terkadang dengan banyak orang dan dengan hasil mulai dari kehamilan yang
tidak diinginkan hingga penyakit mematikan. Banyak mengkonsumsi zat dan
pelecehan mereka. Lainnya mengemudi tanpa peringatan dan melakukan
kegiatan berbahaya lainnya. Kekerasan, sering dilakukan oleh geng, terus
menunjukkan tingkat yang mengkhawatirkan. Tentu saja, beberapa remaja
lebih cenderung terlibat dalam kegiatan berisiko tinggi, karena ini sering
meningkat seiring waktu. Anak lain mengambil keuntungan yang berbeda
dari, misalnya, dalam olahraga-peningkatan energi dan keingintahuan
intelektual khas dari remaja-atau langsung ke sesuatu yang konstruktif
daripada hal yang berpotensi merusak. Sebagai contoh, banyak remaja
melakukan tindakan sosial, berpartisipasi dalam lingkungan bersih-up,
membantu membangun rumah bagi keluarga miskin, atau bekerja dengan anak
sakit. Harus diingat bahwa hanya beberapa remaja adalah mereka yang terlibat
dalam perilaku berisiko tinggi untuk tujuan destruktif.
Remaja memanjakan diri dalam perilaku berisiko tinggi karena sejumlah
alasan. Banyak peneliti percaya bahwa remaja yang beresiko meremehkan
kemungkinan hasil negatif, Hasil penelitian lebih dari 20 tahun dikhususkan
untuk penerimaan risiko di kalangan remaja menunjukkan banyak penyebab
perilaku tersebut. Faktor dalam pertanyaan dibagi menjadi lima domain:
biologi dan genetika, lingkungan sosial, lingkungan yang dirasakan,
kepribadian dan perilaku konkret. Domain berinteraksi dan membuat remaja
mengadopsi perilaku berisiko tinggi atau gaya hidup.
Perhatikan bahwa faktor herediter dan lingkungan yang terlibat. Sebagai
contoh, seorang anak yang memiliki riwayat keluarga berlebihan alkohol atau
zat lain mungkin cenderung untuk perilaku tersebut, untuk menderita
lingkungan yang rusak, dan harus berhubungan dengan model menyimpang,
dan lebih mungkin untuk diberikan kepada perilaku yang berhubungan dengan
narkoba dibanding anak lain yang tidak mengalami hal ini.
Banyak keluarga bekerja sama dengan sekolah, menghubungi guru dan
pejabat publik ketika anak-anak mereka sedang berjuang, dan kemudian
mengambil langkah untuk mencegah penggunaan narkoba dan perilaku
destruktif lainnya duduk di rumah. Secara umum, remaja hampir tidak akan
terlibat dalam perilaku berisiko tinggi, ketika mereka mencapai harga diri, rasa
kompetensi, dan milik keluarga dan tatanan sosial yang stabil. Akan tetapi,
tidak ada lingkungan yang aman dan tidak ada anak yang sepenuhnya tak
terkalahkan terhadap kekuatan masyarakat modern yang merusak.
Adapun bahaya pada remaja adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan narkoba dan penyalahgunaan
Selama masa remaja, alkohol dan penyalahgunaan zat lain dan
minum adalah perilaku berisiko tinggi yang meluas. Dari semua zat
hukum dan ilegal yang dapat diperoleh, nikotin (Rokok) dan (bir, anggur
alkohol atau minuman keras) meminjamkan diri mereka yang paling
pelecehan: mereka diperoleh tanpa kesulitan dan dengan biaya rendah, dan
banyak orang dewasa model konsumsi mereka. Tanpa efek, dan meskipun
pesan layanan publik, banyak remaja menganggap Merokok dan asupan
alkohol sebagai kebiasaan "tidak berbahaya" yang memberi mereka
penampilan yang lebih dewasa. Ganja, kokain, amfetamin, heroin dan
halusinogen, seperti LSD, yang mudah diperoleh di daerah kumuh, di
pinggiran wilayah terpencil lainnya. Dihadapkan dengan kekurangan uang,
beberapa remaja (dan juga anak yang lebih muda) resor untuk inhalansia
volatile seperti gaji dan bahkan bensin.
2. Tembakau
Untuk beberapa remaja, rokok adalah simbol yang sangat
menggoda kedewasaan, meskipun banyak bukti bahwa mereka
menimbulkan bahaya kesehatan. Merokok meningkatkan denyut jantung,
menyempit darah, mengiritasi tenggorokan dan deposito benda asing di
jaringan sensitif di paru paru, mengurangi kapasitas paru. Merokok
berkepanjangan dapat menyebabkan serangan jantung prematur, kanker
paru dan tenggorokan. emfisema dan masalah pernapasan lainnya. Bahkan
konsumsi Rokok moderat lebih pendek kehidupan dengan rata-rata tujuh
tahun. Sangat menarik untuk dicatat bahwa merokok berhubungan erat
dengan konsumsi zat lain selama masa remaja. Misalnya, remaja perokok
cenderung juga mengkonsumsi alkohol.
3. Alkohol
Alkohol adalah depresan dari sistem saraf pusat, dengan efek yang
mirip dengan pil tidur atau obat penenang. Ketika tertelan dalam jumlah
kecil, efek psikologis yang kurang penghambatan dan pembatasan diri,
rasa euforia kesejahteraan dan percepatan rasa waktu. Banyak minum
alkohol untuk meredakan ketegangan dan memfasilitasi interaksi sosial;
mereka mencapainya tetapi hanya sampai batas tertentu. Pada dosis yang
lebih tinggi mereka mendistorsi visi, merusak motorik koordinasi dan
menghasilkan pidato menggelikan; pada dosis yang lebih tinggi
menyebabkan hilangnya kesadaran atau bahkan kematian. Efek di atas
tergantung tidak hanya pada jumlah tertelan, tetapi juga pada tingkat
toleransi masing-masing individu. Berkepanjangan konsumsi kebiasaan
meningkatkan toleransi, tetapi menyebabkan kerusakan hati dan otak.
Gender adalah faktor lain: wanita tidak memetabolisme alkohol atau
menghilangkannya secepat manusia, sehingga mereka mabuk bahkan
dengan mengambilnya dalam jumlah kecil.
4. Obat-Obatan Terlarang
Setelah alkohol dan nikotin, obat-obatan akan menjadi zat yang
paling umum digunakan. Semua dari mereka menghasilkan efek fisik dan
psikologis Konsumsi dapat dalam bentuk apapun: bubuk, dihirup atau
disuntikkan dalam larutan, atau dalam retak, yang biasanya Merokok.
Mereka kecanduan, mampu. menghasilkan negara euforia, halusinasi,
kesulitan dalam fungsi pernapasan dan jantung.
5. Kejahatan
Terkadang penerimaan risiko memanifestasikan dirinya dalam
perilaku kriminal, sering-meskipun tidak tegas-disertai dengan
penyalahgunaan narkoba. Keseriusan tindakan kriminal berkisar dari
pengutil dan vandalisme hingga perampokan, pemerkosaan dan
pembunuhan.
Mengklasifikasikan seorang individu sebagai penjahat terutama
dianggap seberapa sering la melakukan tindakan ini dan, tentu saja, fakta
bahwa ia ditangkap atau tidak. Statistik, tingkat kejahatan puncak di daerah
perkotaan miskin. Teori psikologis berpendapat bahwa faktor lingkungan
tidak cukup untuk menjelaskan mengapa remaja adalah delinqueus.
Individu tidak pidana hanya untuk hidup dalam kemiskinan. Hal ini karena
tidak dapat atau tidak ingin beradaptasi dengan masyarakat atau
memperoleh kontrol diri yang diperlukan atau cara yang tepat untuk
melampiaskan kemarahan dan frustrasi. Beberapa terlibat dalam tindak
pidana. Beberapa penjahat terlibat dalm perilaku berisiko tinggi hanya
untuk kesenangan emosi.1
 Perilaku Berisiko
Tindakan tersebut seperti mengemudi sembarangan atau ugal-ugalan,
melakukan hubungan seks bebas, atau terlibat dalam aktivitas ilegal.
Konsekuensi dari tindakan ini sering kali dapat menghancurkan sekaligus
mengubah hidup remaja.
 Menyakiti Diri Sendiri
Perilaku melukai diri sendiri yaitu secara sengaja dalam upaya untuk
mencoba mengekspresikan atau mengendalikan rasa sakit batin. Tindakan

1
Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, ( Depok: PT Raja Granfindo Persada, bandung,
2015). H. 210.
ini seperti melukai diri sendiri, memukul diri sendiri, mencabut rambut,
dan mencabut kulit. Perilaku impulsif ini dapat dilakukan berulang kali.

C. Ciri-Ciri Masa Remaja.

Masa remaja awal dimulai ketika usia seorang anak telah genap 12/13
tahun, dan berakhir pada usia 17/18 tahun Anak usia belasan tahun sering
ditujukan bagi remaja awal. Gejala-gejala yang disebut gejala fase negatif biasa
terjadi pada perubahan akhir periode pubertas atau paruhan awal masa remaja
awal. Oleh karena itu, periode pubertas sering disebut sebagai fase negatif.
Hurlock menguraikan cukup lengkap tentang gejala-gejala fase negatif, ini yang
pokok-pokoknya sebagai berikut; Masa remaja adalah suatu masa perubahan.
Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun
psikologis.

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja:
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal
yang dikenal sebagai masa storm dan stres. Peningkatan emosional ini
merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada
masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan
tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa
sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan
pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah
seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab.
kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal
masa kuliah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri
dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,
baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem
respirasi maupun perubahan eksternal seperti
tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap
konsep diri remaja.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
di bawah dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru
dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang
lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.
Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi
lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini,
serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung
jawab ini.
6. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini tanda remaja dalam kondisi
baru. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan pada remaja, misalnya
mereka diharapkan untuk tidak bertingkah seperti anak anak,harus lebih
mandiri dan bertanggungung jawab.2
Ciri-ciri dan Tanda Remaja Sedang Mencari Jati Dirinya:
a. Remaja menjadi pemberontak.
Perilaku memberontak merupakan cara remaja untuk menunjukkan
pemisahan dari orang tuanya dan figure otoritas lainnya. Remaja

2
Muhammad Almighwar, Psikologi Remaja, ( Bandung: Pustaka Setia, 2006 ), h. 155
ingin menunjukkan bahwa ia sudah bisa mengambil keputusan
sendiri.
b. Mengubah penampilan.
Remaja cenderung mengubah penampilannya utuk menenmukan
jati dirinya. Mereka mungkin mengubah cara berpakaian dan mulai
bertindak secara berbeda.
c. Memiliki hobi dan aktivitas.
Mereka bergabung pada kelompok yang menurut mereka cocok
atau bergabung dengan teman yang berpikiran sama.

D. Minat dan Perubahan Moral Remaja.

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,


sehingga dalam tahapan ini terjadi banyak perubahan. Di dalam psikologi,
remaja dikenal sedang berada pada masa storm and stress, yang artinya remaja
sedang menghadapi ‘badai’ dan ‘topan’ dalam kehidupan perasaan dan
emosinya.

Tidak heran bila kita menemui seorang remaja yang sedang sangat
bersemangat, tiba-tiba berubah menjadi tampak tak bersemangat. Atau
mungkin ada pula remaja yang pemberani, tiba-tiba berganti merasa takut
yang berlebihan. Hal ini wajar dialami oleh remaja, sebab mereka sedang
masa pencari jati diri dan berusaha menemukan konsep dirinya.

Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk memiliki moral yang kuat.
Moral merupakan aspek kepribadian seseorang yang diperlukan untuk
menciptakan kehidupan sosial yang harmonis.

Terdapat tiga tahapan perkembangan moral, yaitu tingkat prakonvensional,


tingkat konvensional dan tingkat pascakonvensional.

 Tingkat Prakonvensional,
Perkembangan moral masih ditafsirkan oleh seseorang
berdasarkan akibat fisik yang akan diterimanya. Seseorang yang
berada dalam tingkat prakonvensional menilai moralitas dari
tindakannya yang mendapatkan konsekuansi secara langsung, baik
itu hukuman maupun reward.
 Tingkat konvensional,
Aturan-aturan moral dipatuhi atas dasar memenuhi harapan
keluarga, maupun masyarakat. Seseorang yang berada di tahap ini
menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya
dengan pandangan dan harapan oranglain.
 Tingkat pascakonvensional,

Moralitas menjadi pendirian pribadi. Baik dan buruk sudah


dipertimbangkan secara personal, sehingga tidak terlalu pusing
oleh komentar negatif masyarakat.

Oleh karena itu, remaja perlu lebih peka terhadap nilai-nilai positif yang
dianutnya, sehingga perkembangan moral berjalan dengan baik. Lingkungan
keluarga, sekolah, komunitas, dan media massa memiliki pengaruh dalam
perkembangan moral remaja. Sinergi antar semua elemen sangat penting,
sebab tidak ada keberhasilan individu, yang ada adalah keberhasilan kolektif.

Perubahan Konsep Moral

Ada dua kondisi yang membuat penggantian konsep moral khusus Ke


dalam konsep yang berlaku umum tentang benar dan salah yang lebih sulit
dari pada yang seharusnya. Pertama, Kurangnya Bimbingan dalam
mempelajari bagaimana membuat konsep khusus berlaku umum. Dengan
percaya saja bahwa remaja telah mempelajari pokok tentang benar dan salah,
orang tua dan guru yang menekankan dalam usaha pembinaan remaja untuk
melihat hubungan antara prinsip khusus yang dipelajari sebelumnya dengan
prinsip umum yang penting untuk mengendalikan perilaku dalam Kehidupan
orang dewasa. Hanya dalam bidang baru dalam perilaku, seperti hubungan
dengan anggota lawan jenis, orang dewasa merasa perlu memberikan
pendidikan moral lebih lanjut.
Kondisi kedua yang membuat sulitnya pergantian konsep moral yang
berlaku khusus dengan konsep moral yang berlaku umum berhubungan
dengan jenis disiplin yang diterapkan di rumah dan di sekolah. Karena orang
tua dan guru mengasumsikan bahwa remaja mengetahui apa yang benar maka
penekanan kedisiplinan hanya terletak pada pemberian hukuman pada
perilaku salah yang dianggap sengaja dilakukan. Penjelasan mengenai alasan
salah tidaknya suatu perilaku jarang ditekankan dan bahkan jarang memberi
ganjaran bagi remaja yang berperi laku benar.

Pembentukan kode moral terasa sulit bagi remaja karena ketidak


konsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukannya dalam
kehidupan sehari-hari. Ketidak konsistenan membuat remaja bingung dan
terhalang dalam proses pembentukan kode moral yang tidak hanya
memuaskan tetapi akan membimbingnya untuk memperoleh dukungan sosial.
Lambat atau cepat sebagian besar remaja mengerti, misalnya, bahwa teman-
teman dari latar belakang sosial ekonomi, agama atau ras yang berbeda
mempunyai kode yang berbeda tentang benar dan salah; bahwa kode orang
menyadari tua dan gurunya sering kali lebih ketat dari pada Kode teman-
teman sebaya; dan sekalipun terdapat perincian peran seks tradisional yang
disetujui tetapi masih tetap ada “standar ganda’’ yang jauh lebih lunak bagi
laki-laki dari pada perempuan.

Minat Pada Remaja

Minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar , minat atau


interes bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita
cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda atau kegiatan ataupun
bisa berupa pengalaman yang aktif dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
Dengan kata lain menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi
dalam kegiatan.

Minat tidak dibawa sejak lahir,melainkan di peroleh kemudian.


Minat terhadap sesuatu di pelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya
serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap
sesuatu merupakan hasil belajar yang menyokong belajar selanjutnya.
Walaupun sesuatu hal bukan merupakan hal yang hakiki untuk mempeljari
hal tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat yaitu factor internal dan eksternal

 Faktor internal.

Meliputi pengalaman, kepribadian, sikap dan kepercayaan, serta konsep


diri. Faktor internal individu berupa pengalaman merupakan hasil dari proses
belajar yang wawasan individu. Pada saat proses terjadi, individu akan
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan objek. Hasil pemprosesan
akan menentukan sikap individu terhadap objek.

 Faktor eksternal

Meliputi budaya, sosial, kelompok referensi dan keluarga.

Meskipun terdapat banyak ragam minat, namun ada minat tertentu yang
hampir universal dalam kebudayaan Amerika masa kini sekalipun terdapat
perbedaan satu bagian daerah ke bagian ini dan perbedaan kelas sosial di
dalam tiap-tiap bidang minat. Semua remaja muda sedikit banyak memiliki
minat dan ia juga memiliki minat-minat khusus tertentu yang terdiri dari
berbagai kategori, yang terpenting di antaranya adalah minat rekreasi, minat
sosial, minat pribadi, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan, minat
pada agama dan minat pada simbol status.

 Minat Rekreasi
Selama masa-masa remaja, remaja cenderung menghentikan
aktivitas rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan tenaga dan berhenti
dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang di dalamnya ia bertindak
sebagai pengamat yang pasif. Pada awal masa remaja, aktivitas permainan
dari tahun-tahun sebelumnya beralih dan diganti dengan bentuk rekreasi
yang baru dan lebih matang. Berangsur-angsur bentuk permainan yang ke
kanak-kanakan menghilang dan menjelang awal masa remaja pola rekreasi
individual hampir sama dengan pola akhir masa remaja dan awal masa
dewasa.
 Minat Sosial

Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang


diperoleh remaja untuk mengembangkan minat tersebut pada
kepopulerannya dalam kelompok. Seorang remaja yang status
sesiokonomis keluarganya rendah, misalnya, mempunyai sedikit
kesempatan untuk mengembangkan minat pada peserta pesta-pesta dan
dansa dibanding dengan remaja dengan latar belakang keluarganya yang
lebih baik. Begitu pula, remaja yang tidak populer akan mempunyai minat
sosial yang terbatas. Namun demikian, ada beberapa minat sosial ter tentu
yang hampir bersifat universal di antara remaja Amerika saat ini, tujuh di
antaranya diuraikan da-lam Kotak 8-5.

 Minat-minat Pribadi

Minat pada diri sendiri merupakan minat yang Terkuat di kalangan


kawula muda. Adapun sebab-sebab nya adalah bahwa mereka sadar bahwa
dukungan Sosial sangat besar dipengaruhi oleh penampilan Diri dan
mengetahui bahwa kelompok sosial menilai dirinya benda-benda yang
dimiliki. Berdasarkan haknya uang yang keanggotaan sosial dan
kemandirian, sekolah, Ini adalah ”simbol status” yang wibawa remaja di
antara teman-teman sebaya dan memperbesar kesempatan untuk
memperoleh dukungan sosial yang lebih besar.

 Minat Pada Penampilan Diri

Minat pada penampilan diri tidak hanya mencakup pakaian tetapi


juga mencakup Larik perhiasan pribadi, kerapian, daya dan bentuk tubuh
yang sesuai dengan seksnya.Cross dan Cross menerangkan mengapa
penilaian rata-rata orang tua penampilan begitu penting sehingga
menimbulkan Minat pribadi yang kua. Menurut mereka, ke cantikan dan
daya tarik fisik sangat penting bagi umat manusia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA

1. Perkembangan Fisik, Kognitif, Sosial Emosi

Perkembangan Fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,


kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik (Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan Kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berfikir, dan bahasa. Perkembangan Sosial Emosional
berkaitan sangat erat. Baik pengaturan emosi (berada dalam Kendali emosi)
maupun ekspresi emosi (komunikasi efektif tentang emosi) diperlukan bagi
Keberhasilan hubungan interpersonal. Selanjutnya, kemajuan perkembangan
kognitif meningkatkan kualitas hubungan interpersonal karena membuat remaja
mampu memahami dengan lebih baik keinginan, kebutuhan, perasaan, dan
motivasi orang lain.

2. Bahaya Pada Remaja


Adapun bahaya pada remaja adalah depresi, depresi akan mengakibatkan
beberapa masalah antara lain yaitu : Masalah perilaku di rumah, merasa selalu
bersaing dan mudah tersinggung, prestasi sekolah menurun, memiliki masalah
sosial, penyalahgunaan zat terlarang, perilaku berisiko, menyakiti diri sendiri.

3. Ciri-ciri Masa Remaja


Adapun ciri-ciri masa remaja yaitu : Peningkatan emosional, perubahan yang
cepat secara fisik, perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan
dengan orang lain, perubahan nilai, kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam
menghadapi perubahan yang terjadi.
4. Minat dan Perubahan Moral Remaja
MINAT REMAJA
 Minat Rekreasi
 Minat Sosial
 Minat-minat Pribadi
 Minat pada Penampilan Diri
 Minat pada Pakaian
 Minat pada Prestasi
 Minat pada Uang
 Minat Pendidikan
 Minat pada Pekerjaan
 Minat pada Agama
 Minat pada Simbol Status

PERUBAHAN MORAL

 Perubahan Konsep Moral


 Pembentukan Kode Moral
DAFTAR PUSTAKA

Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, ( Depok: PT Raja Granfindo Persada,


bandung, 2015)

Muhammad Almighwar, Psikologi Remaja, ( Bandung: Pustaka Setia, 2006 )

Abd Rachman,Psikologi pendidikan ( Jakarta;1982)

Hurlock,Elizabethh B.1980. Psikologi perkembangan suatu pendekatan


sepanjang rentang kehidupan,Jakarta:PT.Gelora Askara Pratama.

Santrock,jhon. Psikologi Pendidikan.Jakarta:Erlangga,2013

Anda mungkin juga menyukai