Anda di halaman 1dari 19

Gangguan Perkembangan Sosial Emosional pada Masa Remaja dan Solusinya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Berbagai perubahan terjadi pada remaja baik itu perubahan fisik
maupun psikis yang menuntut remaja untuk bisa menyesuaikan diri. Pada
masa ini, remaja mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik,
mental, sosial dan emosional. Al-Mighwar (2011) menyebutkan bahwa ciri-
ciri remaja yaitu, tidak stabilnya emosi, lebih menonjolnya sikap dan moral,
mulai sempurnanya kemampuan mental dan kecerdasan, membingungkannya
status, banyaknya masalah yang dihadapi dan masa yang kritis.
Piaget (Al-Mighwar, 2011) mengungkapkan bahwa secara
psikologis masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-
orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkan yang sama, sekurang-
kurangnya dalam masalah hak. Transformasi intelektual yang khas dari cara
berfikir remaja ini memungkinkanya untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataanya merupakan ciri khas
umum dari periode perkembangan ini.
Sebagai generasi, masa depan bangsa dan negara berada di pundaknya,
remaja diharapkan dapat mengisi masa remajanya dengan hal-hal yang
menunjang masa depannya dan tidak seharusnya melakukan tindakan-
tindakan yang sebaliknya. Remaja identik dengan energi yang berlebih. Energi
ini harus disalurkan pada jalur yang benar. Bila aktivitas-aktivitas di
sekolah maupun lingkungan sosial tidak memadai untuk memenuhi tuntutan
gejolak energinya, maka sering kali remaja meluapkan kelebihan energinya ke
arah yang negatif seperti perilaku agresif.
Beberapa tahun terakhir, berbagai tindak kekerasan dan kriminal

seperti, tawuran, bullying, penggunaan narkoba, rokok, dan miras di


2

kalangan pelajar semakin meningkat. Sementara itu, dalam dunia

pendidikan kasus bertindak curang (cheating) seperti tindakan mencontek/

mencontoh pekerjaan orang lain, pemberian soal atau kunci jawaban Ujian

Nasional oleh oknum tertentu masih kerap terjadi dan seolah-olah

merupakan hal yang biasa.

Fenomena lainnya yang marak terjadi adalah remaja yang terbiasa

melakukan perilaku agresi verbal dengan mengucapkan kata-kata tidak

pantas misalnya menggunakan bahasa binatang seperti “ anjing” pada

temannya sendiri saat emosi mereka sedang meluap-luap. Mereka tidak

memikirkan akibat yang akan terjadi apabila mengeluarkan kata-kata yang

tidak sepantasnya diucapkan. Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa etika dan akal sehat remaja mulai mengalami

kemerosotan. Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun membuat

makalah yang berjudul ” Gangguan Perkembangan Sosial Emosional pada

Masa Remaja dan Solusinya”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, dapat disusun beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah konsep perkembangan sosial-emosional masa remaja?
2. Apakah tugas perkembangan sosial-emosional masa remaja?
3. Bagaimanakah tahapan perkembangan sosial-emosional masa remaja?
4. Apakah gangguan dan hambatan perkembangan sosial-emosional masa
remaja?
5. Bagaimana cara mencegah dan mengatasi gangguan perkembangan
sosial-emosional masa remaja?
3

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan konsep perkembangan sosial-emosional masa remaja.
2. Menjelaskan tugas perkembangan sosial-emosional masa remaja.
3. Menjelaskan tahapan perkembangan sosial-emosional masa remaja.
4. Menjelaskan gangguan dan hambatan perkembangan sosial-emosional
masa remaja.
5. Menjelaskan cara mencegah dan mengatasi gangguan perkembangan
sosial-emosional masa remaja.

D. Manfaat
Adapun manfaat penyusunan makalah ini, sebagai berikut.
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai perkembangan sosial-
emosional masa remaja.
2. Menambah wawasan para pembaca mengenai pentingnya berperan aktif
dalam mencegah terjadinya gangguan dan hambatan perkembangan
sosial-emosional masa remaja.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Perkembangan Sosial-Emosional Masa Remaja


Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-
24 tahun dan belum menikah.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu.
Penjelasan lain menyebutkan emosi adalah suatu respon terhadap suatu
perangsang yang menyebabkan perubahan fisikologis disertai perasaan yang kuat
dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Sedangkan sosial dapat
diartikan sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat atau hal yang berkaitan
dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama.
Soetijiningsih (2003) menjelaskan bahwa perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan yang menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa,
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau
interaksi sosial. Sedangkan perkembangan sosio-emosional remaja merupakan
usaha tumbuh kembang seorang remaja agar dapat mencapai kematangan dalam
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya berdasarkan emosi,
perasaan, dan pikirannya. Dengan kata lain dapat dijelaskan kemampuan remaja
untuk mengelola emosi dirinya dengan orang lain yang berkenaan dengan hati dan
kepedulian antar sesama manusia serta kemampuan untuk mengelola emosi diri
5

sendiri maupun orang lain sehingga ia bisa berinteraksi dengan baik dengan
teman-teman sebaya, orang tua atau dengan orang dewasa di lingkungan
sekitarnya.
B. Tugas Perkembangan Sosial-Emosional Masa Remaja
Adapun tugas-tugas perkembangan sosial-emosional masa remaja menurut
Rosjidan (dalam Soetijiningsih, 2003:209) sebagai berikut.
1. Remaja dituntut untuk berperilaku yang sesuai dengan jenis kelamin yang
telah menjadi takdirnya
Secara umum remaja pria lebih mampu berperan dibanding dengan
remaja perempuan. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisik dan psikis pria lebih
mendukung serta budaya kontemporer hingga dewasa masih dikuasai
olehnya. Sedangkan perempuan sedikit mengalami kesulitan karena faktor
fisik dan psikis serta tuntutan peran yang dibatasi. Ditambah dengan tuntutan
sosial yang menyarankan emansipasi peran wanita dalam pembangunan, ini
jika tidak disikapi dengan bijak akan membuat remaja perempuan
kebingungan.
2. Remaja dituntut untuk mampu berperilaku mandiri dan bertanggung jawab
Umumnya remaja tidak mau dianggap anak-anak dan orang dewasa juga
menganggap remaja bukan atau berbeda dengan anak-anak. Sebab remaja
menginginkan kemandirian dan bebas memperoleh hak untuk mengatur
hidupnya sendiri.
3. Remaja dituntut untuk memiliki keterampilan intelektual dan konsep dalam
perilaku sosial
Masyarakat umum secara tidak disadari menginginkan para remaja cakap
dalam keilmuan dan memiliki budi pekerti serta santun dalam kehidupan
sosial. Namun kenyataannya ada ketimpangan dimana keluarga sebagai
wadah pembentukan keterampilan sosial awal remaja justru disibukkan
dengan pencarian nafkah. Ditambah lagi dengan sekolah yang diramaikan
dengan tugas diluar mengajar dan mendidik. Akibatnya banyak dijumpai
remaja yang kurang menunjukkan kesalehan.
6

4. Remaja dituntut untuk mencapai kemandirian emosional


Masyarakat memandang bahwa remaja harus matang dalam hal emosi
yang diimplementasikan dalam setiap perilakunya. Namun kenyataannya
emosi memainkan peranan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku
individu. Emosi yang ada pada remaja sangat berdampak pada tingkah
lakunya. Tingkah laku remaja terkadang mereka gunakan sebagai ekspresi
dari emosi.
C. Tahapan Perkembangan Sosial-Emosional Masa Remaja
Terdapat tahapan perkembangan sosial-emosional masa remaja sebagai
berikut.
1. Perkembangan Diri, Identitas, dan Perkembangan Spiritualitas pada Remaja
a. Penghargaan Diri
Menurut Santrock (2012:92), penghargaan diri (self esteem)
mengacu pada tampilan keseluruhan individu dari dirinya sendiri. Harga
diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan
diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa
kehadirannya diperlukan di dunia ini. Sebaliknya, seorang remaja yang
memiliki harga diri yang negatif akan cenderung merasa bahwa dirinya
tidak mampu dan tidak berharga.
b. Identitas
Erikson (dalam Santrock, 2012:438) menggambarkan tahap
perkembangan sosio-emosional yang dialami remaja adalah tahap kelima
yaitu identitas versus kebingungan identitas (identity versus identity
confusion). Pada tahap ini remaja mencoba mengembangkan pemahaman
diri yang sesuai dengan identitas dirinya, termasuk peran yang akan
dijalani di masyarakat. Remaja yang berhasil mengatasi konflik identitas
akan tumbuh dengan penghayatan mengenai diri yang baik dan dapat
diterima.
7

Sedangkan remaja yang tidak berhasil mengatasi krisis identitas akan


mengalami kebingungan identitas. Kebinggungan ini dapat menggejala
ke dalam dua bentuk: menarik diri, mengisolasi diri dari kawan sebaya
dan keluarga, atau mereka meleburkan diri ke dalam dunia kawan sebaya
dan kehilangan identitasnya ditengah pergaulannya.
c. Perkembangan Spiritualitas pada Remaja
Remaja lebih berpikir secara abstrak, idealistik, dan logis
dibandingkan anak-anak. Peningkatan cara berpikir abstrak menjadikan
remaja mempertimbangkan berbagai gagasan tentang konsep religius dan
spiritual. Oleh sebab itu agama mempunyai peran positif dalam
kehidupan remaja. Menurut Cotton dkk. (dalam Santrock, 2012:442)
mengatakan bahwa agama juga berperan dalam kesehatan remaja dan
masalah perilaku mereka. Contohnya remaja yang religius, mereka akan
menghindari mengkonsumsi narkoba, minuman beralkohol, melakukan
kenakalan remaja yang menurut mereka berdosa atau merugikan jika
dilakukan.
2. Hubungan Remaja dengan Orang Tuanya
a. Pengawasan Orang Tua
Menurut Gauvain & Parke (dalam Santrock 2012:443), aspek kunci
dari peran managerial parenting di masa remaja adalah secara efektif
mengawasi perkembangan remaja. Pengawasan mencangkup mengawasi
pilihan remaja seperti aktivitas, teman-temannya, serta pendidikan
mereka. Kurangnya pengawasan orang tua cenderung berakibat
timbulnya kenakalan remaja.
b. Otonomi dan Kelekatan
Hair dkk. (dalam Santrock, 2012:444), berpendapat bahwa meskipun
remaja beranjak kearah kemandirian, mereka masih perlu menjalin relasi
dengan keluarganya. Orangtua terkadang masih ingin memegang kendali
atas kehidupan anak sepenuhnya padahal di satu sisi remaja ingin
8

mendapat kebebasan untuk dapat menjadi pribadi yang lebih mandiri dan
bertanggung jawab.
Ainsworth (dalam Santrock, 2012:444), kelekatan memberi
sumbangan terhadap perkembangan manusia sepanjang hidupnya melalui
dukungan emosional dan rasa kedekatan. Jadi ketika remaja belajar untuk
menjalin hubungan dengan orang di luar keluarganya, dukungan dari
keluarga akan memampukan remaja untuk lebih percaya diri dan terbuka
terhadap orang lain.
c. Konflik Orang Tua-Remaja
Allen (dalam Santrock, 2012:445) menyebutkan orangtua
memainkan peranan penting dalam perkembangan remaja. Konflik yang
terjadi sehari-hari antara orang tua dan remaja menjadi sebuah ciri
hubungan yang positif, saat perselisihan kecil dan negosiasi yang terjadi
dapat memfasilitasi transisi dari remaja yang bergantung pada orangtua
menjadi individu yang mandiri.
3. Hubungan dengan Teman Sebaya di Masa Remaja
a. Persahabatan
Sullivan (dalam Santrock, 2012:446) berpendapat bahwa sahabat
menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan
akan intimasi meningkat di masa remaja awal, dan memotivasi remaja
untuk mencari sahabat. Jika remaja gagal untuk menempa persahabatan
yang akrab, mereka akan mengalami kesepian dan penghayatan akan
martabat dirinya juga akan menurun.
b. Kelompok Kawan Sebaya
Menurut Rice & Dolgin (dalam Santoso, 2011:52) mengatakan
bahwa pada masa ini terjadi perubahan besar pada kelompok primer
mereka dengan semakin besarnya pengaruh teman sebaya terhadap
kehidupan remaja yang berakibat padamakin banyaknya waktu dan
kegiatan yang dipergunakan untuk melaksanakan kebutuhansosial
mereka.
9

c. Pacaran dan Relasi Romantis


Menurut Garrison (dalam Sunarto & Hartono, 2006:207)
mengatakan bahwa seorang remaja akan mengalami “jatuh cinta” di
dalam masa kehidupannya setelah mencapai belasan tahun. Gejala
perilaku setiap orang yang jatuh cinta tidak selalu sama dan mungkin
seorang remaja telah mulai mempelajari peran seksual lebih baik
disbanding dengan remaja lain, dan sebaliknya terdapat remaja yang
belum mengetahui mengenai peran seksual yang sebenarnya.
Ada tiga tahapan mencirikan perkembangan relasi romantis di masa
remaja menurut Connolly & McIsaac (dalam Santrock, 2012:449) yaitu:
1) mulai memasuki afiliasi dan atraksi romantis pada usia 11 hingga 13
tahun, 2) mengeksplorasi relasi romantis pada usia 14 hingga 16 tahun,
dan 3) mengonsolidasi keterikatan romantis pada usia sekitar 17 hingga
19 tahun.
4. Budaya Mempengaruhi Perkembangan Remaja
a. Perbandingan Lintas Budaya
Kesehatan dan kesejahteraan remaja telah membaik, meskipun
dalam sejumlah segi lainnya belum. Di sejumlah negara, remaja-remaja
tumbuh dalam ikatan keluarga yang sangat erat dengan keluarga
besarnya, yang masih mempertahankan gaya hidup tradisional. Variasi
lain dari pengalaman para remaja di berbagai budaya berkaitan dengan
pengalaman ritual peralihan. Sejumlah masyarakat menyelenggarakan
ritual khusus untuk menandai peralihan remaja menuju kematangan dan
mencapai status dewasa (Roberts, 2009).
b. Media
Budaya yang dialami oleh remaja tidak hanya melibatkan nilai-nilai
budaya, status sosial-ekonomi, dan etnisitas, tapi juga pengaruh media.
Menonton televisi dan bermain video game sering kali memuncak pada
remaja akhir sebagai respon persaingan media dan permintaan terhadap
aktivitas sekolah dan sosial (Roberts, 2009). Ketika menonton TV dan
10

bermain video game menurun, remaja yang lebih tua menghabiskan


waktu untuk mendengarkan musik dan menggunakan komputer.
D. Berbagai Gangguan dan Hambatan Perkembangan Sosial-Emosional
Masa Remaja
Menurut Supratiknya (1995:85), ada banyak jenis gangguan perilaku pada
mas kanak-kanak dan remaja, sebagaimana akan dibahas secara sekilas pada
bagian sebagai berikut.
1. Sindrom Hiperaktif
Gangguan ini lazim dialami sebelum anak mencapai usia 8 tahun atau
sebelum usia sekolah dengan ciri-ciri sebagai berikut.
a. Aktivitas motor berlebihan.
b. Susah berkonsentrasi.
c. Tingkah lakunya impulsif dan mudah frustasi.
d. Intelegensi normal, tetapi cenderung senang berbicara.
e. Mengalami gangguan belajar.
2. Reaksi Agresif
Gangguan ini sering disebut degan gangguan perilaku asosial dengan
ciri-ciri sebagai berikut.
a. Sulit diatur.
b. Suka berkelahi.
c. Temper-tantrums (mengamuk).
d. Suka terlibat dalam vandalisme.
3. Gangguan Emosi
Pada gangguan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu berupa gangguan
cemas dan menarik diri. Gangguan keduanya mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut.
a. Gangguan cemas: rasa takut yang tidak realistis, terlalu peka dan sadar
diri, mengalami banyak mimpi buruk, cemas secara kronis, kurang
percaya diri, dan kurang matang.
11

b. Gangguan menarik diri: jarang bergaul, penakut dan pemalu, tak mampu
menjalin hubungan erat dengan orang lain, dan cenderung melamun.
4. Autisme
Gangguan ini sering terjadi ketika masih kecil dengan ciri-cirinya akan
tampak sebagai berikut.
a. Senang menyendiri dan bersikap dingin sejak bayi.
b. Tidak menaruh perhatian pada lingkungan sekitar.
c. Sangat sedikit bicara.
d. Tidak suka dengan stimuli pendengaran.
e. Senang melakukan stimulasi sendiri.
f. Melakukan gerakan-gerakan aneh.
g. Sangat tertarik terhadap obyek yang tak lazim.
h. Konsep dirinya kabur.
5. Gagap
Gangguan ini lazim muncul pada umur 6 tahun atau kurang dengan ciri-
ciri sebagai berikut.
a. Mengulang-ulang ucapan.
b. Timbul ketika mengalami inferior atau cemas.
c. Berbicara lancar ketika menyanyi, berbisik, berbicara keras seorang diri
atau berbicara dengan binatang.
6. Enuresis
Enuresis adalah mengompol di atas usia 3 tahun, bisa terjadi di siang hari
tetapi umumnya di malam hari. Biasanya gangguan mengompol ini terjadi
antara dua sampai lima kali seminggu.
7. Enkopresis (dalam bahasa Jawa, “ngobrok atau ngebrok”)
Ngobrok adalah tidak mampu mengendalikan hajat buang air besar pada
subyek berusia di atas tiga tahun (4 sampai 12 tahun), atau rata-rata banyak
menimpa anak berumur tujuh tahun.
8. Somnambulisme (dalam bahasa Jawa, “nglindur”)
12

Istilah ini berasal dari bahasa Latin “somnis” yang berarti tidur, dan
“ambulare” yang berarti jalan-jalan. Jadi, somnambulisme dapat
diinterpretasikan gangguan tidur disertai jalan-jalan dan juga beraktivitas.
9. Gigit-Gigit Kuku
Gangguan ini ditemukan pada penggagap atau anak normal yang sedang
mengalami stress dan mencemaskan. Gangguan ini sering terjadi pada subyek
laki-laki daripada perempuan.
10. Tics
Penderita gangguan ini suka meregangkan otot pada bagian tubuh
tertentu secara berselang namun terus-menerus. Penderita menyadari
perbuatannya, namun biasanya tidak berusaha menahannya atau tidak lagi
menghiraukan.
11. Delinquency (Kenakalan)
Kenakalan adalah tindakan merusak harta benda, kekerasan tanpa alasan
terhadap orang lain, serta perbuatan yang bertentangan dengan kepentingan
orang lain dan melanggar aturan masyarakat.
E. Cara Mencegah dan Mengatasi Gangguan Perkembangan Sosial-
Emosional Masa Remaja
Beberapa Cara Mencegah Gangguan Perkembangan Sosial-Emosional Masa
Remaja adalah :
1. Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan melalui
ibunya.
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang
3. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti
tv, radio, Hp,dll.
4. Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini seperti
beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai iman dan
kepercayaannya.
5. Orang tua perlu mendukung hobi yang anak inginkan selama masih
positif bagi anak tersebut.dan jangan pernah melarang hobi yang positif
13

maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama


positif.karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan
kepercayaan dirinya.
6. Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah.Karena disanalah anak akan
lebih banyak menghabiskan waktunya ketimbang dirumah
7. Biarkanlah dia bergaul dengan teman sebaya,yang hanya beda 2 atau 3
tahun baik lebih muda ataupun tua denganya. Karena jika membiarkan
anak bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya denganya,
yang gaya hidupnya berbeda denganya, maka sang anak bisa terbawa
gaya hidup yang mungkin sebenarnya belum perlu ia jalani.
Beberapa Cara Mengatasi Gangguan Perkembangan Sosial-Emosional Masa
Remaja adalah :
1. Kontrol diri adalah cara yang paling utama untuk mengatasi kenakalan
remaja.bila remaja tidak bisa mengontrol diri mereka.maka mereka bisa
menjadi krisis identitas.atau tidak bisa mengontril diri mereka
2. Remaja harus membentuk ketahanan diri agar tidak terpengaruh hal-hal
negativ oleh para temannya.
3. Remaja harus pintar memilih teman sebayanya/komunitasnya.hal ini
sangat lah vital/penting.karena jika para remaja salah bergaul.maka akan
mengakibatkan remaja tersebut mengalami permasalahan remaja yang
buruk.
4. Peran orang tua dalam mengatasi kenakalan remaja sangatlah penting
karena orang tua/ keluarga adalah salah satu lingkungan yang harus
selalu dijaga baik secara keharmonisan, serta komunikasi.sehingga
membuat kenyamanan bagi para remaja.
5. Ketika orang tua sedang berbicara dengan anak, hindarilah ucapan-
ucapan yang sifatnya menghakimi, mengejek, menyela dan mengkritik.
Sebab, seorang remaja sangat mudah tersinggung, bahkan oleh hal-hal
yang sifatnya remeh. Dengan melakukan ini, maka anak remaja anda
akan merasa lebih dihargai.
14

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu. Perkembangan sosio-emosional remaja merupakan usaha tumbuh
kembang seorang remaja agar dapat mencapai kematangan dalam berinteraksi
dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya berdasarkan emosi, perasaan,
dan pikirannya. Emosi yang ada pada remaja sangat berdampak pada tingkah
lakunya. Tingkah laku remaja terkadang mereka gunakan sebagai ekspresi
dari emosi. Oleh karena itu, diperlukan pengkondisian yang baik dari
keluarga serta lingkungan sekitarnya untuk mencegah timbulnya berbagai
gangguan perkembangan sosio-emosional remaja.
B. SARAN
Pola asuh yang sesuai sangat berpengaruh terhadap perkembangan
sosio-emosional remaja begitupula dengan pendidikan yang mereka terima.
Pendidikan karakter sangat penting ditanamkan pada anak sejak usia dini di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dibutuhkan kerjasama dan
peran aktif dari seluruh pihak (orangtua, guru, pemerintah, dan masyarakat)
untuk menghadapi permasalahan perkembangan teknologi informasi,
pengaruh negatif televisi, dan permasalahan lainnya.
15

DAFTAR PUSTAKA

Havighurst, Robert J. (2009). Human development and education. New York:


Longmans Green and Co.

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan anak, jilid 1. Jakarta: Erlangga

Koesoema A. Doni. (2007). Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di


Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Santoso, S.W. 2011. Keterlibatan, keberhargaan, dan kompetensi sosial sebagai


prediktor kompetisi pada remaja. Jurnal Psikologi, 38(1): 52-60.

Santrock, J. 2012. Life-span development (edisi ketigabelas). Jakarta: Erlangga.

Soetjiningsih. 2003. Perkembangan anak dan permasalahannya. Jakarta: EGC.

Sunarto & Hartono, B. A. 2006. Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka


Cipta

Supratiknya. (1995). Mengenal perilaku abnormal. Yogyakarta: Universitas


Sanata Dharma Yogyakarta.

WHO. 2017. Health for the world's adolescents a second chance in the second
decade. Diakses melalui http://apps.who.int/adolescent/second-
decade/section2 diakses pada tanggal 15 April 2018
Gangguan Perkembangan Sosial Emosional pada Masa Remaja dan Solusinya

INSTRUMEN ANGKET
DETEKSI DINI BERBAGAI GANGGUAN DAN HAMBATAN PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL MASA REMAJA

INSTRUMEN KUESIONER MASALAH PERILAKU DAN EMOSIONAL


No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anak anda sering bereaksi negatif, marah atau tegang tanpa sebab yang jelas?
(bereaksi negatif contohnya rewel, tidak sabaran, banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi berlebihan bila merasa
situasi tidak seperti yang diharapkannya atau kemauannya tidak terpenuhi)
2 Apakah anak anda tampak lebih memilih untuk menyendiri atau bermain sendiri, atau menghindar dari anak seumurnya atau
orang dewasa?
(ingin sendirian, menyendiri dengan ekspresi murung, tidak bersemangat, sedih, atau kehilangan minat terhadap hal-hal yang
biasa sangat dinikmati)
3 Apakah anak anda cenderung bersikap menentang?
(membantah, melawan, tidak mau menurut atau melakukan hal yang sebaliknya dari apa yang diminta, serta tampak tidak perduli
ketika diberitahu atau ditegur)
4 Apakah anak anda mudah takut atau cemas berlebihan tanpa sebab yang jelas ?
(misalnya takut pada binatang atau benda yang tidak berbahaya, terlihat cemas ketika tidak melihat ibu/pengasuhnya)
5 Apakah anak anda sering sulit konsentrasi, perhatiannya mudah teralihkan atau banyak bergerak / tidak bisa diam?
(misalnya anak tidak bisa bertahan lama untuk bermain dengan satu permainan, mudah mengalihkan perhatian bila ada hal lain
yang lebih menarik perhatian seperti bunyi atau gerakan, tidak bisa duduk dengan tenang, banyak bergerak atau cenderung
berjalan / berlari mondar-mandir)
6 Apakah anak anda lebih banyak menempel / selalu minta ditemani, mudah cemas dan tidak percaya diri ?
(seakan minta perlindungan atau minta ditemani pada berbagai situasi, terutama ketika berada dalam situasi baru atau ada orang
yang baru dikenalnya; mengekpresikan kecemasan serta terlihat tidak percaya diri)
7 Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur?
17

(Seperti sulit tidur, terjaga sepanjang hari, sering terbangun di waktu tidur malam oleh karena mimpi buruk, mengigau, menangis
didalam tidurnya)
8 Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan dari yang biasanya?
(kehilangan nafsu makan, tidak mau makan sama sekali, atau sebaliknya makan berlebihan, sangat memilih jenis makanan atau
membiarkan makanan lama dimulut tanpa dikunyah/diemut)
9 Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala, sakit perut atau keluhan fisik lainnya dalam waktu-waktu tertentu?
10 Apakah anak anda mudah putus asa atau frustrasi dan sering menunjukkan emosi yang negatif ?
(Seperti sedih atau kecewa yang berkepanjangan, mudah mengeluh, marah atau protes. Misal ketika anak merasa kesulitan dalam
menggambar, lalu berteriak minta tolong, marah, atau kertasnya disobek)
11 Apakah anak anda menunjukkan kemunduran pola perilaku dari kemampuan yang sudah dimilikinya ?
(seperti mengompol kembali, menghisap jempol, atau tidak mau berpisah dengan orangtua/pengasuhnya)
12 Apakah anak anda sering berkelahi, bertengkar, atau menyerang anak lain baik secara verbal maupun non-verbal ?
(seperti misalnya mengejek, meneriaki, merebut permainan, atau memukul temannya)
13 Apakah anak anda sering diperlakukan tidak menyenangkan oleh anak lain atau orang dewasa?
(seperti misalnya ditinggal bermain, dihindari, diejek, dikata-katai, direbut mainannya atau disakiti secara fisik)
14 Apakah anak anda cenderung berperilaku merusak atau cenderung selalu ingin menang atau menguasai.
(Misalnya merusak benda, menyakiti dirinya atau binatang)
TOTAL
18

INSTRUMEN KUESIONER DETEKSI DINI AUTIS PADA ANAK

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anak anda senang diayun, melambung di lutut anda dan sebagainya?
2 Apakah anak anda senang / tertarik dengan anak-anak lain?
3 Apakah anak anda senang memanjat seperti tangga?
4 Apakah anak anda senang bermain cilukba / petak umpet?
5 Apakah anak anda sering bermain pura-pura?
6 Apakah anak anda sering menunjuk dengan jarinya untuk bermain sesuatu?
7 Apakah anak anda sering menunjuk dengan jarinya untuk mengindikasikan ia tertarik sesuatu?
8 Dapatkah anak anda bermain pantas dengan mainan kecil (seperti mobil atau benda kecil) tanpa memasukkan ke dalam mulut ,
menguyah atau menjatuhkannya?
9 Apakah anak anda sering membawa benda didepan orang tua untuk menunjukkan kepada anda sesuatu?
10 Apakah anak anda melihat mata anda lebih dari satu atau dua detik?
11 Apakah anak anda sering terlihat sensitif yang berlebihan terhadap suara berisik? (seperti menutup telinga)
12 Apakah anak anda tersenyum sebagai respon terhadap wajah atau senyum anda?
13 Apakah anak anda meniru perilaku anda? (misal ketika anda membuat ekspresi wajah, apakah anak anda meniru anda?
14 Apakah anda berespon ketika namanya dipanggil?
15 Jika anda menunjuk mainan yang ada di ruangan, apakah anak anda melihatnya?
16 Apakah anak anda berjalan?
17 Apakah anak anda melihat benda yang anda lihat?
18 Apakah anak anda membuat gerakan jari yang tidak biasanya dekat wajahnya?
19 Apakah anak anda berusaha menarik perhatian anda terhadap aktivitasnya?
20 Apakah anda sering khawatir apabila anak anda tuli?
21 Apakah anak anda mengerti apa yang dikatakan orang lain?
22 Apakah anak anda kadang-kadang memandang untuk hal yang tidak jelas atau mondar mandir tanpa tujuan?
23 Apakah anak anda melihat wajah anda untuk melihat reaksi anda ketik bertemu sesuatu yang tidak dikenal?
19

INSTRUMEN PEMERIKSAAN
GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS
No Kegiatan 0 1 2 3
1 Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebihan
2 Mudah menjadi gembira, impulsive
3 Mengganggu anak-anak lain
4 Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah pendek dimulai, rentang perhatian
5 Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus menerus
6 Kurang perhatian, mudah teralihkan
7 Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustrasi
8 Sering dan mudah menangis
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis
10 Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga
Jumlah
Nilai Total

Anda mungkin juga menyukai