Anda di halaman 1dari 7

Tugas X

PSIKOLOGI ANAK DAN REMAJA


Tentang
PERKEMBANGAN INTELEKTUAL, SOSIAL-EMOSIONAL, DAN MORAL
REMAJA
Dosen Pembina
Dr. Dina Sukma.,S. Psi.,S. PD.,M. Pd

Oleh
DIIF DEFIA PUTRI
21006010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. Konsep Perkembangan Intelektual,Sosial-Emosional,Dan Moral
Remaja
1. Konsep Perkembangan intelektual remaja
Bagi remaja, corak perilaku pribadinya di hari depan dan corak tingkah lakunya sekarang
akan berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan kepribadiannya.
Mereka dapat memikirkan perihal itu sendiri. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri,
yang sering mengalah ke penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan
sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap kritis
terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang
diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum
baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan
keluarga sering terjadi adanya pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada
perilakunya.
Egosentrisme menyebabkan kekakuan para remaja dalam berpikir dan bertingkah laku.
Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak berhubungan dengan pertumbuhan
fisik yang dirasakan mencekam dirinya, karena menyangka orang lain berpikiran sama dan
ikut tidak puas dengan penampilannya. Hal ini menimbulkan perasaan seolah-olah selalu
diamati orang lain, perasaan malu dan membatasi gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan
terlihat pada tingkah laku yang kaku.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat
orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhir masa remaja, pengaruh
egosentrisme sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berpikir abstrak
dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.

2. Konsep perkembangan sosial-emosional remaja


Di masa remaja, individu cenderung lebih menyadari siklus emosionalnya, seperti
perasaan bersalah karena marah. Kesadaran yang baru ini dapat meningkatkan kemampuan mereka
dalam mengatasi emosi-emosinya. Remaja juga lebih terampil dalam menampilkan emosi-emosinya
ke oranglain.sebagai contoh, mereka menjadi menyadari pentingnya menutupi rasa marah dalam
relasi sosial. Mereka juga lebih memahami bahwa kemampuan mengkomunikasikan emosi-emosinya
secara konstruktif dapat meningkatkan kualitas relasi mereka (saarni, 1999; saarni dkk., 2006)

Meskipun meningkatnya kemampuan kognitif dan kesadaran dari remaja dapat


mempersiapkan mereka untuk dapat mengatasi stres dan fluktuasi emosional secara lebih efektif,
bahwa remaja dapat mengelola emosinya secara lebih efektif. Sebagai akibatnya, mereka rentan
untuk mengalami depresi, kemarahan, kurang mampu meregulasi emosinya, yang selanjutnya dapat
memicu munculnya berbagai masalah seperti masalah kesulitan akademis, penyalahgunaan obat,
kenakalan remaja, atau gangguan makan. Sebagai contoh, sebuah studi menggambarkan pentingnya
regulasi emosi dan suasana hati bagi keberhasilan akademik (Gumora & Arsenio, 1002). Bahkan
seandainya tingkat kemampuan kognitif mereka dikontrol, para remaja cilik menyatakan bahwa
dirinya banyak mengalami emosi negatif dalam menjalani rutinitas akademik, memiliki rata-rata nilai
mata pelajaran yang lebih rendah (Ibid: 202
3. Konsep perkembangan moral remaja
Menurut Hurlock (2006:225) salah satu tugas perkembangan yang penting pada masa remaja
adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok atau sosial-budayanya. Remaja harus
berperilaku sesuai dengan harapan-harapan sosial tanpa dibimbing dan di awasi, didorong, dan
diancam dengan hukuman seperti saat masa anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-
konsep moral pada masa anak-anak dengan prinsip-prinsip moral yang berlaku umum, dan
merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi menjadi pedoman untuk berperilaku
baik.

Mitchel menegaskan remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang dulu menjadi
tanggung jawab orangtua dan guru. (Hurlock, 2006:225). Remaja umumnya berada pada tingkat
pascakonvensional, Pada tingkat ini terjadi internalisasi moral dan tidak didasarkan pada standar-
standar moral orang lain. Bila remaja telah mencapai tingkat pasca konvensional, berarti remaja
telah mencapai kematangan sistem moral.

B. Tahap-Tahap Perkembangan Intelektual,Sosial-Emosional,Dan


Moral Remaja
1) Tahap perkembangan intelektual remaja
 Tahap operasional formal (11 tahun ke atas).

Pada tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasan dan simbolik,
dan memecahkan persoalan- persoalan yang bersifat hipotesis Remaja, seharusnya sudah berada
pada tahap operasional formal dan sudah mampu berpikir abstrak, logis, rasional serta mampu
memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan
perlakuan terhadap remaja sebaiknya dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal sehingga
dapat diterima oleh mereka.

Pada tahap ini juga interaksi dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak
teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Kondisi
seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun,
sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengharapkan perlindungan dari orang tua karena
belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi pada tahap ini ada semacam tarik-
menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi, karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu
mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio, serta
dapat menggunakan abstraksi.

2) Tahap perkembangan sosial-emosional remaja


 Perkembangan emosi remaja 11-12 tahun
Pada usia 11-12 tahun, anak remaja biasanya akan menghadapi perubahan fisik di awal
masa pubertas. Perubahan fisik ini dapat membuat sebagian dari mereka merasa canggung
dan insecure.Kondisi ini bisa membuat anak remaja hanya memikirkan dirinya sendiri dan cenderung
membanding-bandingkan dirinya dengan teman sebaya. 

 Perkembangan emosi remaja 13-14 tahun


Anak remaja pada usia 13-14 tahun umumnya cenderung lebih merasa sensitif terhadap
masalah sosial, seperti sedang dikucilkan oleh teman-teman sebayanya di sekolah. Pada fase ini,
emosi di dalam dirinya sedang bergejolak. Bisa jadi ia meluapkan rasa kesalnya dengan menutup
pintu kencang-kencang, berteriak, ingin menyendiri, dan menjaga jarak dengan orang tuanya.

 Perkembangan emosi remaja 15-16 tahun


Pada masa ini, anak remaja menjadi cukup labil. Mereka bisa bersikap sok tahu dan
membangkang pada hari ini, tapi jangan kaget ketika esok harinya mereka tiba-tiba merasa tidak
yakin dan tidak percaya diri secara.Tidak hanya itu, anak-anak remaja 15-16 tahun juga dapat mulai
mencoba memahami konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka.

 Perkembangan emosi remaja 17-21 tahun


Pada usia ini, fisik anak remaja sudah berkembang sepenuhnya. Mereka juga dianggap
sudah bisa mengontrol diri agar tidak melakukan hal-hal yang berisiko. Prioritas anak remaja di usia
ini biasanya tertuju pada masa depan, seperti masuk ke perguruan tinggi favorit hingga
bekerja.Meski begitu, otak anak remaja masih akan terus berkembang hingga pertengahan usia 20-
an. 

3) Tahap perkembangan moral remaja


 Tingkat prakonvensional
 Pada tingkat prakonvensional, perkembangan moral masih ditafsirkan oleh seseorang
berdasarkan akibat fisik yang akan diterimanya. Seseorang yang berada dalam tingkat
prakonvensional menilai moralitas dari tindakannya yang mendapatkan konsekuensi secara
langsung, baik itu hukuman maupun reward.

 Tingkat konvensional
Pada tingkat konvensional, aturan-aturan moral dipatuhi atas dasar memenuhi harapan
keluarga, maupun masyarakat. Seseorang yang berada di tahap ini menilai moralitas dari suatu
tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan orang lain

 Tingkat pasca konvensional

Pada tingkat pasca konvensional, moralitas menjadi pendirian pribadi. Baik dan buruk sudah
dipertimbangkan secara personal, sehingga tidak terlalu pusing oleh komentar negatif masyarakat.
Oleh karena itu, remaja perlu lebih peka terhadap nilai-nilai positif yang dianutnya, sehingga
perkembangan moral berjalan dengan baik. 

C. Kekhasan Perkembangan Intelektual, Sosial-Emosional, Dan


Moral Remaja
a) Kekhasan perkembangan intelektual remaja
Sebagai akibat remaja telah mampu berpikir secara abstrak dan hipotesis, maka pola pikir
remaja menunjukkan kekhususan sebagai berikut.

1. Timbul kesadaran berpikir tentang berbagai kemungkinan tentang dirinya.


2. Mulai memikirkan bayangan tentang dirinya pada masa yang akan datang.
3. Mampu memahami norma dan nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya.
4. Bersifat kritis terhadap berbagai masalah yang akan dihadapi.
5. Mampu menggunakan teori-teori dan ilmu pengetahuan yang dimiliki
6. Dapat mengasimilasikan fakta-fakta baru dan fakta-fakta lama.
7. Dapat membedakan mana yang penting dan mana yang tidak penting.
8. Mampu mengambil manfaat dari pengalaman.
9. Makin berkembangnya rasa toleransi terhadap orang lain yang berbeda pendapat
dengannya.
10. pendapat dengannya.
11. Mulai mampu berpikir tentang masalah yang tidak konkret, seperti pemilihan pekerjaan,
kelanjutan studi, dan perkawinan.
12. Mulai memiliki pertimbangan-pertimbangan yang rasional.

b) Kekhasan perkembangan sosial-emosional Remaja

o Remaja sudah mulai memperhatikan dan mengenal berbagai


norma pergaulan
o Ketertarikan terhadap lawan jenis
o Kemandirian bertingkahlaku sosial
o Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok-
kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil

c) Kekhasan perkembangan moral remaja


Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai
dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berpikir operasional formal
yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat
hipotesis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat oleh
waktu , tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi sumber dasar hidup
mereka.

Perkembangan pemikiran moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan
moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensional. Pada akhir masa remaja
seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pasca
konvensional. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak
tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.

D. Usaha-Usaha Konselor Sekolah Dalam Mengaktivasi


Perkembangan Intelektual, Sosial-Emosional Dan Moral Remaja
Menurut Piaget sebagian besar anak usia remaja mampu memahami konsep-konsep abstrak
dalam batas-batas tertentu. Guru BK dapat membantu mereka melakukan hal ini dengan selalu
menggunakan pendekatan keterampilan (discovery approach) dan dengan menekankan pada
penggunaan konsep-konsep dan abstrak-abstrak.

a. Kondisi yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara psikologis sehingga
mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah sebagai berikut :
b. Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat
(unconditional positive concern).
c. Pendidik menciptakan suasana dimana para peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh
orang lain
d. Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan
perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik, serta melihat
sesuatu dari sudut pandang mereka (empati).
e. Menerima remaja secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat.
f. Memahami pemikiran, perasaan dan perilaku remaja, menempatkan diri dalam situasi
remaja, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empati).
g. Memberikan suasana psikologis yang aman bagi remaja untuk mengemukakan pikiran-
pikirannya sehingga berani mengembangkan pemikirannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Huda. 2013. Al-‘Ulum. Pertumbuhan Fisika dan Perkembangan Intelek Usia
Remaja.Vol.2
Santrock, Jhon W. 2007. Remaja, edisi ke sebelas. Jakarta: Erlangga.
Hurlock ,Elizabeth B,1980. Psikologi Perkembangan, edisi kelima, Jakarta : PT.
Erlangga
Sunarto, B. Agung Hartono.2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Rineka Cipta
Hurlock Elizabeth B.1978. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
Ali Muhamad, Muhamad Asrori,2010. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Bumi
Aksara

Anda mungkin juga menyukai