Oleh
DIIF DEFIA PUTRI
21006010
Mitchel menegaskan remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang dulu menjadi
tanggung jawab orangtua dan guru. (Hurlock, 2006:225). Remaja umumnya berada pada tingkat
pascakonvensional, Pada tingkat ini terjadi internalisasi moral dan tidak didasarkan pada standar-
standar moral orang lain. Bila remaja telah mencapai tingkat pasca konvensional, berarti remaja
telah mencapai kematangan sistem moral.
Pada tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi, memaknai arti kiasan dan simbolik,
dan memecahkan persoalan- persoalan yang bersifat hipotesis Remaja, seharusnya sudah berada
pada tahap operasional formal dan sudah mampu berpikir abstrak, logis, rasional serta mampu
memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan
perlakuan terhadap remaja sebaiknya dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk akal sehingga
dapat diterima oleh mereka.
Pada tahap ini juga interaksi dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak
teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Kondisi
seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun,
sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengharapkan perlindungan dari orang tua karena
belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi pada tahap ini ada semacam tarik-
menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi, karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu
mengembangkan pikiran formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio, serta
dapat menggunakan abstraksi.
Tingkat konvensional
Pada tingkat konvensional, aturan-aturan moral dipatuhi atas dasar memenuhi harapan
keluarga, maupun masyarakat. Seseorang yang berada di tahap ini menilai moralitas dari suatu
tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan orang lain
Pada tingkat pasca konvensional, moralitas menjadi pendirian pribadi. Baik dan buruk sudah
dipertimbangkan secara personal, sehingga tidak terlalu pusing oleh komentar negatif masyarakat.
Oleh karena itu, remaja perlu lebih peka terhadap nilai-nilai positif yang dianutnya, sehingga
perkembangan moral berjalan dengan baik.
Perkembangan pemikiran moral remaja yang demikian, jika meminjam teori perkembangan
moral dari Kohlberg berarti sudah mencapai tahap konvensional. Pada akhir masa remaja
seseorang akan memasuki tahap perkembangan pemikiran moral yang disebut tahap pasca
konvensional. Pemikiran moral remaja berkembang sebagai pendirian pribadi yang tidak
tergantung lagi pada pendapat atau pranata yang bersifat konvensional.
a. Kondisi yang perlu diciptakan agar peserta didik merasa aman secara psikologis sehingga
mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya adalah sebagai berikut :
b. Pendidik menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat
(unconditional positive concern).
c. Pendidik menciptakan suasana dimana para peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh
orang lain
d. Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan
perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik, serta melihat
sesuatu dari sudut pandang mereka (empati).
e. Menerima remaja secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat.
f. Memahami pemikiran, perasaan dan perilaku remaja, menempatkan diri dalam situasi
remaja, serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empati).
g. Memberikan suasana psikologis yang aman bagi remaja untuk mengemukakan pikiran-
pikirannya sehingga berani mengembangkan pemikirannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Huda. 2013. Al-‘Ulum. Pertumbuhan Fisika dan Perkembangan Intelek Usia
Remaja.Vol.2
Santrock, Jhon W. 2007. Remaja, edisi ke sebelas. Jakarta: Erlangga.
Hurlock ,Elizabeth B,1980. Psikologi Perkembangan, edisi kelima, Jakarta : PT.
Erlangga
Sunarto, B. Agung Hartono.2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Rineka Cipta
Hurlock Elizabeth B.1978. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
Ali Muhamad, Muhamad Asrori,2010. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Bumi
Aksara