Anda di halaman 1dari 4

Buatlah infografis sederhana mengenai tahapan perkembangan peserta didik yang perlu

Anda perhatikan pada peserta didik sebelum Anda memulai mengajar di kelas

Pe

1.       tahapan kognitif


Pada tahapan sangat perlu diperhatikan sebelum memulai aktifitas mengajar di kelas,
karena adanya perubahan dalam cara berfikir dan pengolahan informasi.

Pada saat remaja mereka mengalami periode individualisasi, di mana mereka


mengembangkan identitas diri mereka dan membentuk pendapat sendiri yang mungkin berbeda
dengan orang tuanya. Mereka mengalami deidelalisasi terhadap orang tua. Remaja mulai
menyadari bahwa orang tua mereka tidak selalu benar. Akibatnya, sering terjadi konflik antara
orang tua dan anak remaja, yang umumnya berkisar pada perbedaan antara orang tua dan anak
remaja tentang bagaimana mereka memandang dan mendefinisikan aturan keluarga dan aturan
sosial lainnya.
Remaja mulai merasa bahwa pemecahan masalah merupakan pilihan pribadi, bukan
pendapat orang tua. Meskipun konflik di atas dapat menimbulkan masalah, tapi hal tersebut
merupakan perkembangan yang normal, bukan merupakan suatu ancaman terhadap hubungan
antara orang tua dan anak. Selain harus berfikir kritis, hendaknya remaja juga menyadari bahwa
mereka harus menghargai orang tuanya dan tetapt meminta nasehat-nasehatnya. Oleh karena itu
konflik antara mereka akan menjadi proses untuk menjadi orang dewasa bagi anak.
Untuk menunjukkan kematangannya, remaja terutama laki-laki juga sering terdorong
untuk menentang otoritas guru di SMA, sehingga mereka menjadi target dan pemberontakkan
mereka. Cara yang paling baik untuk menghadapi pemberontakkan remaja adalah :
a.       Mencoba untuk mengerti mereka.
b.      Melakukan segala sesuatu untuk membantu mereka agar berprestasi dalam bidang ilmu yang
diajarkan. Jika para guru menyadari untuk mengembangkan keterampilan-keteranpilan pada diri
peserta didiknya walaupun dalam cara yang terbatas, maka pemberontakkan dan sikap
permusuhan di kelas akan dapat dikurangi.
2.      Perkembangan aspek afektif
Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress, yaitu terjadinya pergolakan emosi
yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang
bervariasi. Pada masa remaja (usia 12-21 tahun) terdapat beberapa fase, antara lain :
a.       Fase remaja awal (12-15 tahun)
b.      Fase remaja pertengahan (15-18 tahun)
c.       Fase remaja akhir (18-21 tahun)
Di antara fase-fase tersebut juga terdapat fase pubertas (11/12-16 tahun) yang terkadang
menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Pergolakan emosi yang terjadi
pada remaja tidak lepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh lingkungan tempat
tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya
dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat
berinteraksi, membuat mereka tertuntut untuk menyesuaikan diri secara efektif. Proses
penyesuaian diri tersebut tak jarang menimbulkan masalah bagi remaja, misalnya remaja menjadi
sering melamun, mudah marah, dan menginginkan kebebasan tanpa batas pada dirinya.
Sehubungan dengan emosi remaja yang sering melamun dan sulit diterka, maka satu-
satunya upaya yang dapat guru lakukan adalah memperlakukan peserta didik seprti orang dewasa
yang penuh dengan rasa tanggung jawab moral. Dalam hal ini, guru dapat membantu mereka
bertingkah laku progresif untuk mencapai keberhasilan dalam pekerjaan atau tugas-tugas
sekolahnya. Salah satu cara yang mendasarinya adalah dengan memotivasi mereka untuk
bersaing dengan diri sendiri.
Bila ada ledakan-ledakan kemarahan pada diri remaja, sebaiknya guru memperkecil
ledakan emosi tersebut dengan jalan dan tindakan yang bijaksana, lemah lembut, merubah pokok
pembicaraan, dan memulai aktivitas baru. Jika kemarahan peserta didik tetap tak bisa diredam,
guru dapat meminta bantuan kepada petugas bimbingan konseling.
Bertambahnya kebebasan pada para remaja bagaikan menambah “bahan bakar terhadap
api”, jika keinginan-keinginannya dihambat atau dirintangi oleh orang tua dan gurunya. Salah
satu cara untuk mengatasinya adalah dengan meminta peserta didik mendiskusikan perasaan-
perasaan mereka. Penting bagi guru untuk memahami alasan-alasan pemberontakkan mereka dan
guru harus menekankan pentingnya bagi remaja untuk mengendalikan dirinya karena hidup di
masyarakat harus menghormati dan menghargai keterbatasan-keterbatasan dan kebebasan
individu.

3.      Perkembangan aspek psikomotorik


Kemampuan psikomotorik ini berkaitan dengan keterampilan motorik yang berhubungan
dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak.
Perkembangan psikomotorik yang dilalui oleh peserta didik SMA memiliki kekhususan yang
antara lain ditandai oleh perubahan-perubahan ukuran tubuh, ciri kelamin yang primer, dan ciri
kelamin yang sekunder. Perubahan-perubahan tersebut dikelompokkan dalam dua kategori besar,
yaitu percepatan pertumbuhan dan proses kematangan seksual yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif.
Perubahan-perubahan fisik tersebut merupakan gejala umum dalam pertumbuhan peserta
didik SMA. Perubahan-perubahan fisik tersebut bukan hanya berhubungan dengan bertambahnya
ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh saja, akan tetapi juga meliputi ciri-ciri yang
terdapat pada kelamin primer dan sekunder. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya
mengikuti irama tertentu. Hal ini terjadi karena pengaruh faktor keluarga, gizi, emosi, jenis
kelamin, dan kesehatan.
Peubahan-perubahan yang dialami peserta didik SMA mempengaruhi perkembangan
tingkah laku yang ditampakkan pada perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri
mereka, isolasi diri dan kelompok dari pergaulan, perilaku emosional, imitasi berlebihan, dan
lain-lain.

1. Karakter Kognitif

Intelektual adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar,


membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab persoalan tentang berbagai
gagasan. Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun secara
fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan
sebagai berikut:

1. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.
2. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi,
membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah.
3. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit
dengan yang abstrak.
4. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.
5. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk
mencapainya psikologi remaja.
6. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi.
7. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas,
dan identitas (jati diri).

Karakteristik perkembangan intelektual remaja digambarkan oleh Keating (Syamsu


Yusuf, 2004 : 195 - 196) sebagai berikut:

1. Kemampuan intelektual remaja telah sampai pada fase operasi formal


sebagaimana konsep Piaget. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang
tekanannya kepada kesadaran sendiri di sini dan sekarang (here and now), cara
berpikir remaja berkaiatan erat dengan dunia kemungkinan (world of
possibilities).
2. Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar
secara ilmiah.
3. Mampu memikirkan masa depan dan membuat perencanaan dan
mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.
4. Mampu menyadari aktivitas kognitifnya dan mekanisme yang membuat proses
kognitif tersebut efisien atau tidak efisien.
5. Cakrawala berpikirnya semakin luas.

Anda mungkin juga menyukai