Anda di halaman 1dari 7

C.

Aspek Psikomotorik

Rentang usia siswa SMP termasuk dalam golongan anak remaja awal yaitu diantara 12 tahun
sampai 15 tahun. Menurut periodisasi perkembangan berdasarkan umur yang menyebutkan
bahwa fase perkembangan anan-anak (chilhood) berada pada usia 1 sampai 6 tahun untuk anak
kecil dan usia 6 sasmpai 10 atau 12 tahun untuk anak besar sedangkan fase perkembangan
adolesensi (adolescence) berada pada usia 10 sampai 18 tahun untuk anak perempuan dan 12
sampai 18 tahun untuk anak laki-laki. Dengan demikian masa SMP merupakan titik perubahan fase
perkembangan dari anak besar ke fase perkembangan adolesensi.
Siswa SMP juga berada pada dua masa remaja awal dan remaja akhir. Pada usia remaja awal
yaitu usia 10-12 tahun untuk putri dan 12-14 tahun untuk putra terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang dramatis, kenaikan hormon testoteron untuk laki-laki dan hormon progesteron
untuk wanita sehingga pada puncak pertumbuhan otot dan tulang terjadi gangguan pada sistem
keseimbangannya.

Wuest & Combardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP
ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar
biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap
diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari
perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri

Pada masa remaja awal biasanya siswa lebih cenderung memikirkan apa yang sedang terjadi
pada benak mereka sendiri dan lebih memilih untuk mempelajari diri sendiri. Dan mereka juga
akan mulai menyadari bahwa akan ada perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dengan apa
yang mereka lakukan. Dengan menggunakan kemampuan intelektual yang sedang berkembang
yang memungkin mereka mempertimbangkan sejumlah kemungkinan, remaja cenderung tidak
puas dengan diri sendiri.

Konsep diri dan harga diri juga berubah ketika anak – anak memasuki dan menjalani masa
remaja. Perubahan ke arah gambaran yang lebih abstrak yang dimulai pada masa anak – anak
pertengahan berlanjut, dan gambaran diri remaja sering meliputi sifat – sifat pribadi (ramah,
menjengkelkan), emosi dan keyakinan pribadi (Harter, 1998). Pada masa ini harga diri
mengalami fluktasi dan perubahan selama masa remaja. Harga diri mencapai titik rendah ketika
anak – anak memasuki seklah menengah pertama atau sekolah menengah atas dan ketika awal
pubertas (Jacobs et al., 2002).

Perkembangan aspek psikomotorik merupakan salah satu aspek yang perlu diketahui oleh guru.
Perkembangan aspek-aspek psikomotorik peserta didik SMP memiliki tiga tahapan yaitu sebagai
berikut ini :

3.1 Tahap kognitif


Yaitu ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Maksudnya yaitu
peserta didik masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya atau
dalam artian lain mengendalikan dirinya. Mereka harus berfikir terlebih dahulu sebelum
melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini peserta didik sering membuat kesalahan yang
kadang-kadang membuat mereka merasa frustasi dan tidak percaya diri.

Mengalami suatu kegagalan merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan.
Seseorang yang pernah melakukan suatu kegagalan diharapkan dapat mengambil
pelajaran dari segala hal yang terjadi.

3.2 Tahap asosiatif


Yaitu peserta didik membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang
gerakan-gerakan yang akan dilakukannya. Mereka mulai dapat mengasosiasikan gerakan
yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenalnya. Tahap ini merupakan
tahap pertengahan dalam perkembangan aspek psikomotorik peserta didik.

Gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan gerakan-gerakan yang bersifat


otomatis. Pada tahap ini anak berfikir untuk melakukan gerakan yang akan dilakukannya
lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Karena waktu yang
digunakan relatif pendek, maka gerakan-gerakannya sudah mulai tidak kaku dan lambat.

3.3 Tahap otonomi


Yaitu peserta didik telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah
hampir lengkap meskipun mereka tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang
dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi dikarenakan peserta didik sudah tidak
memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini,
gerakan-gerakan mereka telah dilakukan secara spontan sehingga gerakan-gerakan yang
dilakukannya tidak harus dipikirkanya terlebih dahulu.

D. Aspek Sosial

Ketika siswa memasuki masa remaja, perubahan hakikat berteman juga terjadi. Pada umumnya,
jumlah waktu yang dihabiskan dengan teman meningkat, remaja menghabiskan lebih banyak
waktu bersama teman sebaya mereka daripada bersama anggota keluarga atau sendiri. Remaja yang
mempunyai teman yang baik dan harmonis dengan temannya akan kurang merasa kesepian,
mempunyai kemampuan sosial yang matang, dan berkinerja lebih baik disekolah dari pada
remaja yang tidak mempunyai persahabatan yang mendukung.

Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: keluarga, kematangan anak,
status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan
intelegensi.

1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi atau tata cara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang yang kondusif bagi sosialisasi anak. Didalam keluarga
berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga
merekayasa perilaku kehidupan anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh
keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang
lebih luas ditetapkan dan diartikan oleh keluarga.

2. Kematangan Anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan
dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Disamping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan
demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap
orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

3. Status Sosial Ekonomi


Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam
lingkungan masyarakat. Masyarakat akan mmandang anak, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu.
“Ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku didalam keluarganya. Dari pihak anak
itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan
oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga”
status sosial dalam ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “mejaga ststus dalam
keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat.
Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat
lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.

4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses
pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak didalam
masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta
didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma-norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa, titik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

5. Kapasitas Mental, Emosi dan Intelegensi


Kemampuan berfikir banyak mempengaruhi banyak hl, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkembang bahasa
secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik,
pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan
sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal
utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi.
Perkembangan sosial sendiri memiliki pengaruh terhadap tingkah laku anak itu sendiri. Dalam
perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu
terwujud dalam refleksi diri yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil
pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain,
bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya.
Pikiran anak saling dipengaruhi, oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis
terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemapuan obstraksi anak yang
menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan
bagaimana yang semestinya menurut alam fikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa:
1. Cita-cita idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan
akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain
dalam penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang
lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhiri masa remaja sudah sangat kecil rasa
egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

RANGKUMAN:
Aspek psikomotorik
Rentang usia siswa SMP termasuk dalam golongan anak remaja awal yaitu diantara 12 tahun
sampai 15 tahun. Dengan demikian masa SMP merupakan titik perubahan fase perkembangan
dari anak besar ke fase perkembangan adolesensi. Wuest & Combardo (1974) menyatakan
bahwa perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan
fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan
pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga
seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang
mengalami proses pencarian jati diri Pada masa remaja awal biasanya siswa lebih cenderung
memikirkan apa yang sedang terjadi pada benak mereka sendiri dan lebih memilih untuk
mempelajari diri sendiri.

Perkembangan aspek-aspek psikomotorik peserta didik SMP memiliki tiga tahapan yaitu sebagai
berikut ini

3.1 Tahap kognitif


3.2 Tahap asosiatif
3.3 Tahap otonomi

Aspek Sosial
Ketika siswa memasuki masa remaja, perubahan hakikat berteman juga terjadi. Pada umumnya,
jumlah waktu yang dihabiskan dengan teman meningkat, remaja menghabiskan lebih banyak
waktu bersama teman sebaya mereka daripada bersama anggota keluarga atau sendiri.
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. keluarga,
2. kematangan anak,
3. status ekonomi keluarga,
4. tingkat pendidikan,
5. kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.

Perkembangan sosial sendiri memiliki pengaruh terhadap tingkah laku anak itu sendiri. Dalam
perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu
terwujud dalam refleksi diri yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil
pergaulannya dengan orang lain.Sikap ego semakin berkurang dan diakhiri masa remaja sudah
sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai