Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KEBIJAKAN KURIKULUM FIQIH DI SEKOLAH


Disusun untuk memenuhi sebagian tugas
Mata kuliah : Pendidikan Fiqih
Dosen Pengampu: Drs. H. Masduki, M.Si.

Disusun Oleh :
1. Laily Khukmiati

(3140001)

2. Umi Imaroh

(3140006)

3. Mamlukhah Sufiyah (3140032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Pada

dasarnya

pendidikan

merupakan

media

pengembangan

kreatifitas, nalar berfikir dan moralitas kehidupan manusia. Dengan


demikian perlu mendapatkan perhatian yang lebih mendasar dalam
rangka

perbaikan

intelektual,

kualitas

kreativitas

sumber

maupun

daya

moralitas.

manusia.

Baik

Memang

pada

pendidikan

sisi
di

Indonesia mendapat nominasi yang paling utama di urutan terakhir bila


dibanding dengan pendidikan di negara-negara di Asia misalnya; Filipina,
Jepang, Malaysia, dan lain sebagainya.
Seperti yang dipublikasikan oleh United Nations Development
Program

(UNDP)

misalnya,

Indonesia

memiliki

nilai

rapor

cukup

memprihatinkan. Dalam laporan Human Development Indeks (HDI) tahun


2002, UNDP sebuah institusi dibawah naungan Perserikatan BangsaBangsa (PBB) menempatkan Indonesia dirangking 110, satu level lebih
rendah dari Vietnam yang berada diurutan 109. Publikasi UNDP tersebut
didukung juga oleh Asosiasi Penilaian Pendidikan Internasional yang
menempatkan anak Indonesia nomor empat dari terbawah dari 38 negara
untuk kemampuan membaca.
Usaha pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan dan
memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia kurang mengena. Kemudian
yang

menjadikan

persoalan

mendasar

adalah

hakekat

pendidikan

sebagaimana termuat dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945


yang berbunyi; untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi hal
tersebut hanya sekedar menjadi slogan saja meskipun usaha tersebut
sudah berjalan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Menurut Iskandar dan Usman Mulyadi, kurikulum adalah program
pendidikan yang disediakan oleh sekolah untuk siswa, melalui program
yang direncanakan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan
belajar sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya
sesuai dengan pendidikan yang telah ditentukan.1
Melihat definisi kurikulum di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kurikulum itu merupakan segala sesuatu maupun semua pihak yang
terlibat dalam memberikan bantuan kepada siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan yang tidak terbatas pada mata pelajaran. Pengertian
kurikulum sebagaimana tercantum dalam UUSPN No.20 Tahun 2003
adalah sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (UU No.20 Tahun 2003, Bab 1 ayat 19).
Keberhasilan kurikulum setidaknya ditentukan oleh beberapa
faktor sebagai berikut; pertama, adalah guru. Untuk keberhasilan suatu
kurikulum faktor pendidik sangat menentukan. Guru yang berkualitas
baik dapat melaksanakan tuntutan kurikulum dengan maksimal,
1Dr. Iskandar W dan Drs. Usman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta:
Bina Aksara, 1988) hlm. 6

maupun

mereka

yang

dapat

mengembangkan

dengan

sendirinya. Kedua, dukungan sarana dan prasarana. Selain keduanya


yang juga ikut menentukan misalnya gedung sekolah yang memadai
serta perabotan sekolah yang memadai untuk guru dan siswa.
Disamping itu buku-buku pelajaran dan buku petunjuk pelaksanaan
pembelajaran bagi guru juga berpengaruh. Dari sini dapat dilihat
pelaksanaan kurikulum akan berjalan dengan lancar sebab didukung
oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Dan yang ketiga, adalah adanya dukungan masyarakat. Dalam
perancanaan

kurikulum

observasi

berkaitan

terhadap

masyarakat

sebelumnya

dengan

relevansi

sehingga

tentunya

sudah

diadakan

pengembangan

kurikulum

konsekuensi

logisnya

adalah

masyarakat harus mendukung dalam rangka mencapai tujuan yang


telah ditentukan bersama.
B. Pengertian Fiqih
Fiqih dalam arti tekstual dapat diartikan pemahaman dan
perilaku yang

diambil

dari

agama.2 Kajian dalam fiqih

masalah Ubudiyah(persoalan-persoalan

ibadah), ahwal

meliputi
al-

sakhsiyah (keluarga), muamalah (masyarakat) dan, siyasah (negara).


Senada dengan pengertian di atas, Sumanto al-Qurtuby melihat fiqih
merupakan kajian ilmu Islam yang digunakan untuk mengambil
tindakan hukum terhadap sebuah kasus tertentu dengan mengacu
pada ketentuan yang terdapat dalam syariat Islam yang ada. Dalam
pemahaman seperti ini maka kajian atau produk fiqih selayaknya
bersifat lebih dinamis. Dan lebih lanjut fiqih merupakan suatu metode
pemaknaan

hukum

terhadap

realitas,

dalam

perkembangan

selanjutnya fiqih mampu menginterpretasikan teks-teks agama secara


kontekstual. Dan dalam pengertian fiqih tersebut, maka dalam konteks
pembelajaran fiqih di sekolah adalah salah satu bagian pelajaran pokok
2 M. Kholidul Adib, Fiqh Progresif: membangun Nalar Fiqih Bervisi
Kemanusiaan, dalam Jurnal Justisia, Edisi 24 XI 2003, hlm. 4

yang termasuk dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) yang


diberikan pada siswa-siswi MI/MTS/MA dan salah satu bagian pelajaran
tidak pokok untuk SD/SMP/SMA/SMK.
C. Kebijakan Kurikulum Fiqih
Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata
pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari fiqih yang telah
dipelajari

oleh

Peningkatan

peserta

tersebut

didik

di

dilakukan

Madrasah
dengan

Tsanawiyah
cara

SMP.

mempelajari,

memperdalam serta memperkaya kajian fiqh baik yang menyangkut


aspek ibadah maupun muamalah, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip
dan kaidah-kaidah ushul fiqh serta menggali tujuan dan hikmahnya,
sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi
dan untuk hidup bermasyarakat. Secara substansial mata pelajaran
Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam
kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri
manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun
lingkungannya.
Sebuah kurikulum setidaknya memiliki empat komponen dasar,
(1) pernyataan tentang tujuan 55 dan sasaran; (2) seleksi dan
organisasi bahan dan isi pelajaran; (3) bentuk dari kegiatan belajar
mengajar; (4) evaluasi hasil belajar.
Komponen tujuan Kurikulum dari Mata pelajaran Fiqih

dapat dilihat

sebagai berikut :
a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan
tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek
ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam
kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar

dan

baik,

sebagai

perwujudan

dari

ketaatan

dalam

menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia

dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama


manusia,

dan

makhluk

lainnya

maupun

hubungan

dengan

lingkungannya.
Adapun organisasi bahan dan isi pelajaran dapat dilihat pada
rumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran fiqih di sekolah dirumuskan
dengan

mempertimbangkan

Pendidikan

Nasional

Nomor

dan
23

me-review
Tahun

2006

Peraturan

Menteri

tentang

Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan


Menengah, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
aspek Fiqih untuk SMA/MA, serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen
Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006 , tanggal 1 Agustus
2006, Tentang Pelaksanaan Standar Isi, yang intinya bahwa Madrasah
dapat

meningkatkan

kompetensi

lulusan

dan

mengembangkan

kurikulum dengan standar yang lebih tinggi. Standar Kompetensi


Lulusan Mata Pelajaran Fiqih seperti termaktub dalam lampiran
Permenag No. 2 Tahun 2008 adalah : Memahami dan menerapkan
sumber hukum Islam dan hukum taklifi, prinsip-prinsip ibadah dan
syariat dalam Islam, fiqih ibadah, mu'amalah, munakahat, mawaris,
jinayah, siyasah, serta dasar-dasar istinbath dan kaidah ushul fiqih.
Ada pun mata pelajaran Fiqih dalam struktur kurikulum KTSP
diberikan kepada peserta didik dengan alokasi waktu sejumlah 2 jam
pelajaran per-minggu. Jumlah jam pelajaran ini berlaku untuk setiap
jenjang, baik kelas X (segala jurusan) maupun pada kelas XI dan XII
program

penjurusan

IPA,

IPS,

Bahasa

dan

Keagamaan.

Sekolah/Madrasah dan Komite sekolah/Madrasah, mengembangkan


kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan
kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah
supervisi Dinas kabupaten / Kota yang bertanggung jawab terhadap

pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA,
dan MAK.
Seiring
Kebudayaan

telah

terbitnya Peraturan

(Permendikbud)

Nomor

Menteri

160

Pendidikan

Tahun

2014

dan

tentang

Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013, Direktur jenderal


Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Mengatakan bahwa Permendikbud
yang ditetapkan pada 11 Desember 2014 ini telah mengakhiri adanya
polemik tentang pemberhentian Pemberhentian Kurikulum

2013.

Dalam Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tersebut pada pasal 1


telah mengatur bahwa satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah

yang

melaksanakan

Kurikulum

2013

sejak

semester

pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum


Tahun 2006 mulai semester kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai
ada ketetapan dari Kementerian untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
Sedangkan pada pasal 2 diatur bahwa satuan pendidikan dasar
dan pendidikan menengah yang telah melaksanakan Kurikulum 2013
selama 3 (tiga) semester tetap menggunakan Kurikulum 2013 (ayat 1)
dan disebut sebagai satuan pendidikan rintisan penerapan Kurikulum
2013 (ayat 2). Akan tetapi Pemberhentian Kurikulum 2013 Pada
Madrasah dengan mengacu pada Permendikbud Nomor 160 Tahun
2014

hanya

akan

umum sedangkan untuk

diberlakukan
mata

pelajaran

bagi

Mata

Pelajaran

yang

menjadi

kekhasan

madrasah, yaitu : rumpun Pendidikan Agama Islam (Al-Quran Hadits,


Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam) dan Bahasa
Arab, Kementerian

Agama

memilih

tetap

akan

menggunakan

Kurikulum 2013 yang dimana mata pelajaran fiqih yang termasuk mata
pelajaran PAI alokasi waktunya bertambah menjadi 3 jam per-minggu.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum merupakan segala sesuatu maupun semua pihak yang
terlibat dalam memberikan bantuan kepada siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang tidak terbatas pada mata pelajaran.
Fiqih merupakan kajian ilmu Islam yang digunakan untuk mengambil
tindakan hukum terhadap sebuah kasus tertentu dengan mengacu pada
ketentuan yang terdapat dalam syariat Islam yang ada.
Komponen tujuan Kurikulum dari Mata pelajaran Fiqih dapat dilihat sebagai
berikut :
a. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara
pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun
muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan
sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar
dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran
agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan
diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun
hubungan dengan lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Iskandar W dan Drs. Usman Mulyadi, 1988, Dasar-dasar Pengembangan
Kurikulum, Jakarta: Bina Aksara.
M. Kholidul Adib, 2003, Fiqh Progresif: membangun Nalar Fiqih Bervisi
Kemanusiaan, dalam Jurnal Justisia, Edisi 24 XI.

Anda mungkin juga menyukai