Anda di halaman 1dari 55

IDENTITAS NASIONAL BANGSA INDONESIA

MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar
Pendidikan Kewarganegaraan
Universitas Jember

Dosen Pembimbing:
Dr. Sumardi, M.Hum.

Disusun oleh:
Kelas 25/Kelompok 2
Sefinatur Rahma Ningrum NIM 201710101048

Marcellina Salsabila P. E. NIM 201710101057

Alfina Nur Rohma NIM 201710101078

Dian Puspa Sari NIM 201710101090

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................
1.4 Manfaat........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
2.1 Pengertian dan Konsep Identitas Nasional..................................................
2.2 Konsep dan Urgensi Identitas Nasional......................................................
2.3 Sejarah Kelahiran Paham Nasionalisme Indonesia...................................
2.4 Karakteristik Identitas Nasional................................................................
2.5 Proses Berbangsa dan Bernegara..............................................................
2.6 Macam Identitas Nasional.........................................................................
2.7 Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional Indonesia............................
2.8 Solusi Mempertahankan Identitas Nasional..............................................
2.9 Esensi dan Urgensi Identitas Nasional......................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, untuk rahmat dan
hidayah-Nya yang diberikan. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan memberikan
wawasan mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan mengenai tentang
“Identitas Nasional”.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu untuk


memahami makna dari Identitas Nasional di indonesia. Kami sadar materi kuliah
ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi
lebih baik lagi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi informasi yang


berguna bagi pembacanya, terutama untuk mahasiswa, supaya kelak menjadi
pribadi yang beridentitas nasional, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia
yang kelak akan memajukan Bangsa Indonesia.

Penyusun,

(Kelompok 2)
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat
terlepas dari manusia yang satu dengan yang lainnya, karena pasti selalu
membutuhkan orang lain untuk melakukan pekerjaannya dan mempunyai sifat
yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia juga merupakan makhluk politik yang
memiliki naluri untuk berkuasa. Namun, terkadang manusia juga memiliki
sifat yang tidak mudah puas karena keinginan manusia tidak terbatas, maka
dari itu manusia membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi
kebutuhannya.
Manusia yang juga makhluk politik pasti memiliki naluri untuk menguasai
sesuatu terutama untuk menguasai suatu Negara. Negara adalah organisasi
kekuasaan dari persekutuan hidup manusia, sedangkan bangsa lebih menunjuk
pada persekutuan hidup manusia. Suatu negara pasti mempunyai identitas
nasional sendiri-sendiri yang berbeda antara negara yang satu dengan negara
yang lain karena identitas nasional suatu bangsa menunjukkan kepribadian
suatu bangsa tersebut. sebagai warga Negara yang baik seharusnya kita
mengerti dan memahami arti serta tujuan dan apa saja yang terkandung dalam
Identitas Nasional.
Identitas Nasional merupakan pengertian dari jati diri suatu Bangsa dan
Negara, Selain itu pembentukan Identitas Nasional sendiri telah menjadi
ketentuan yang telah di sepakati bersama. Identitas Nasional juga merupakan
suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk dapat membedakannya dengan
bangsa lain. Jadi untuk dapat mempertahankan keberagaman yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia itu sendiri. Kita sebagai generasi penerus bangsa harus
menanamkan cinta akan tanah air yang diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan
kepatuhan terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan serta mengamalkan
nilai-nilai yang sudah tertera dengan jelas di dalam Pancasila yang dijadikan
sebagai falsafah dan dasar hidup bangsa Indonesia. Dengan keunikan inilah,
Indonesia menjadi suatu bangsa yang tidak dapat disamakan dengan bangsa
lain dan itu semua tidak akan pernah lepas dari tanggungjawab dan perjuangan
dari warga Indonesia itu sendiri untuk tetap menjaga nama baik bangsanya.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai
persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama
seta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang didapat
adalah sebagai berikut :
1) Apa yang dimaksud dengan pengertian dan konsep identitas nasional?
2) Bagaimana konsep dan urgensi identitas nasional?
3) Bagaimana sejarah kelahiran paham nasionalisme Indonesia?
4) Apa saja karakteristik Identitas nasional?
5) Bagaimana proses terwujudnya berbangsa dan bernegara?
6) Apa saja macam identitas nasional?
7) Apa dinamika dan tantangan identitas nasional Indonesia?
8) Bagaimana solusi dalam mempertahankan identitas nasional?
9) Bagaiman esensi dan urgensi identitas nasional?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1) Untuk memahami pengertian dan konsep identitas nasional.
2) Untuk mengetahui konsep dan urgensi identitas nasional.
3) Untuk menambah pengetahuan mengenai sejarah lahirnya paham
nasionalisme Indonesia.
4) Untuk mengetahui karakteristik identitas nasional.
5) Untuk menambah wawasan mengenai proses berbangsa dan bernegara.
6) Untuk mengetahui berbagai macam identitas nasional.
7) Untuk memahami dinamika dan tantangan identitas nasional Indonesia.
8) Untuk mengetahui solusi dalam mempertahankan identitas nasional.
9) Untuk memahami esensi dan urgensi identitas nasional.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah :
1) Bagi penulis
Memberikan wawasan dan pemahaman mengenai pengertian dan konsep
identitas nasional dalam tatanan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2) Bagi pembaca
Memberikan informasi bacaan mengenai pengertian, konsep, dan makna
identitas nasional bangsa Indonesia.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Bangsa

Istilah bangsa (nation) telah dikenal sejak sekitar tahun 1835. Bangsa (nation)
atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham
kebangsaan, semua istilah tersebut telah dipaparkan dalam kajian sejarah yang
terbukti mengandung konsep-konsep yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar
di bidang Politik, Sosiologi, dan Antropologi pun sering tidak sependapat
mengenai makna istilah-istilah tersebut. Banyaknya arti dan makna dari kata
“bangsa” membuat para ahli sering mengalami bentrokan antar pendapat masing –
masing sehingga bangsa masih sulit dirumuskan. Selain istilah bangsa, dalam
bahasa Indonesia, kita juga menggunakan istilah nasional, nasionalisme yang
diturunkan dari kata asing “nation” yang bersinonim dengan kata bangsa.
Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa dirancang untuk mendefinisikan istilah
bangsa secara objektif, tetapi fenomena kebangsaan tetap aktual hingga saat ini.
Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu “natie” dan
“nation”, artinya masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang
memiliki unsur sebagai berikut :

a. Satu kesatuan bahasa ;


b. Satu kesatuan daerah ;
c. Satu kesatuan ekonomi ;
d. Satu Kesatuan hubungan ekonomi ;
e. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.

Menurut para ahli, salah satunya adalah Ernest Renan, ia yang


mengemukakan istilah bangsa sejak tanggal 11 Maret 1882. Ernest memaparkan
makna bangsa adalah jiwa atau suatu asas kerohanian yang ditimbulkan oleh :
1. Kemuliaan bersama yang dilalui di waktu lampau, yang merupakan
sebuah aspek historis.
2. Keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble) di masa
sekarang yang merupakan aspek solidaritas, dalam bentuk dan
besarnya tetap mempergunakan warisan masa lampau, baik untuk kini
dan yang akan datang.

Selain itu, Ernest Renan juga mengatakan bahwa hal penting


merupakan syarat mutlak adanya bangsa adalah plebisit. Bangsa yang plebisit
yaitu suatu hal yang memerlukan persetujuan bersama pada waktu sekarang,
yang mengandung hasrat untuk mau hidup bersama dengan kesediaan
memberikan pengorbanan-pengorbanan. Bila warga bangsa bersedia
memberikan pengorbanan bagi eksistensi bangsanya, maka bangsa tersebut
tetap bersatu dalam kelangsungan hidupnya (Rustam E.Tamburaka, 1999 :
82). Titik pangkal dari teori Ernest Renan adalah pada kesadaran moral
(conscience morale), teori ini dapat digolongkan pada “Teori Kehendak”

Bangsa dirumuskan menjadi 2 konsep. Konsep Sosiologis-Antropologis


dan konsep politis. Dalam konsep ini memiliki artian berbeda untuk pengaruh
bangsa itu sendiri.

1. Konsep Bangsa Sosiologis-Antropologi

Bangsa dalam pengertian Sosiologis dan Antropologis adalah


persekutuan hidup masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing
anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan yaitu kesatuan ras,
bahasa, keyakinan, budaya dan sebagainya. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa
suatu bangsa memiliki banyak sekali keberagaman seperti ras, bahasa, suku,
agama, dll. Dari keberagaman tersebut, sebuah bangsa bisa menjadi diri sendiri
untuk memajukan apa yang mereka miliki dari keberagaman tersebut.
2. Konsep Bangsa Politis

Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu


daerah yang sama dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai
suatu kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam. Sehingga, mereka diikat oleh
kekuasaan politik yaitu negara. Oleh karena itu, pengertian bangsa dalam politik
adalah bangsa yang sudah bernegara dan mengakui serta tunduk pada
keuasaaan dari negara yang bersangkutan. Setelah merka bernegara, terciptalah
bangsa. Misalnya kemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah
terciptanya lagu Indonesia Raya.

2.2 Pengertian dan Konsep Identitas Nasional

Identitas nasional secara etimologis berasal dari kata identitas dan


nasional. Kata “identitas” berasal dari Bahasa Inggris identity yang berarti ciri,
tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu sehingga
dapat dibedakan dengan yang lain. Kata “nasional” merujuk pada konsep
kebangsaan yang berarti suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan setiap
individu diserahkan ke suatu bangsa (Putu Astawa, 2017). Jadi, identitas nasional
adalah ciri, tanda yang melekat pada negara atau bangsa sehingga menjadi
pembeda dengan negara lain. Pengertian identitas nasional secara terminologis
adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.

Menurut Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah


manisfestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang
khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.
Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu
negara dan tercermin di dalam identitas nasional, bukanlah barang jadi yang
sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang
terbuka yang cenderung terus menerus berkembang karena hasrat menuju
kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Implikasinya adalah
bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang
berkembang dalam masyarakat. Artinya, bahwa identitas nasional merupakan
konsep yang terus menerus direkonstruksi atau dekonstruksi tergantung dari
jalannya sejarah.

Negara Indonesia yang mempunyai jati diri tersendiri yang dapat menjadi
penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia. Identitas nasional Indonesia
menjadikan bangsa Indonesia sebagai pemersatu bangsa dan simbol kehormatan
Negara. Selain itu, adanya identitas nasional menjadikan Negara Indonesia
sebagai Negara yang memiliki martabat diantara Negara-negara yang lain yang
memiliki beragam kebudayaan, agama, dan memiliki jiwa toleransi maupun
solidaritas yang tinggi.

Identitas nasional dapat dilihat dari 2 sisi yaitu sisi bangsa dan sisi negara.
Jika identitas nasional dilihat dari sisi bangsa, hal ini cenderung mengacu pada
kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu negara. Sedangkan identitas
nasional dalam sisi negara mencerminkan simbol-simbol kenegaraan seperti
Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia,
Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah negara yaitu
Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta Bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Pahlawan –
pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional.

Dengan terwujudnya identitas nasional sebagai bangsa dan negara,


Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai
bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan
dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga
dapat menunjukkan jati diri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial,
kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan.
Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai
kejayaan bangsa dan negara di masa depan.
2.2.1 Faktor Pendorong Terbentuknya Identitas Nasional

Adanya identitas tidak luput dari beberapa faktor yang membentuknya.


Adapun faktor – faktor yang mendorong terbentuknya identitas nasional sebagai
berikut:

1. Faktor primodial

Faktor Primodial atau faktor objektif merupakan faktor yang bersifat


alamiah (sudah ada sejak dulu) yang melekat pada bangsa tersebut seperti kondisi
ekologi, geografi, dan demografi. Kondisi ekologis-geografis yang membentuk
Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di
persimpangan jalan antar wilayah kawasan Asia Tenggara, ikut mempengaruhi
perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa
Indonesia.

2. Faktor kondisional

Faktor Kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan yang


mempengaruhi terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif meliputi faktor
historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Salah
satunya adalah faktor historis (masa lalu) juga mempengaruhi proses
pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui
interaksi berbagai faktor yang terlibat di dalamnya.

3. Faktor sakral

Faktor Sakral bisa berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau
ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan
ideologi merupakan faktor sakral yang menyangkut kepercayaan yang dapat
membentuk identitas bangsa negara. Faktor sakral ikut menyumbang terbentuknya
satu nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila.
Tokoh kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh
masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin
di beberapa negara dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat
dan simbol pemersatu bangsa yang bersangkutan.

4. Faktor sejarah.

Pemikiran yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka


dapat menyatukan diri dalam satu bangsa. Pemikiran atau persepsi yang sama
tentang pengalaman masa lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan,
tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang
sama antar anggota masyarakat itu.

5. Faktor Reaktif.

Faktor ini meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas


alternatif melalui memori kolektif rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir tiga
setengah abad dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan dalam mewujdkan
faktor keempat melalui memori kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan, dan
kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan
kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk
memori kolektif rakyat. Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakkan
kebenaran dapat merupakan identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan Negara Indonesia.

2.2.2 Konsep Identitas Nasional

Konsep identitas nasional terdiri dari kata "identitas" dan "nasional". Di


kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), identitas menunjukkan ciri-ciri khusus
atau keadaan khusus seseorang atau identitas. Kata nasional terdapat di Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang memiliki arti punya ciri-ciri kesukuan yang
berhubungan dengan atau berasal dari negaranya sendiri; meliputi satu negara.
Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih erat
memiliki arti identitas, yaitu tentang kebangsaan warga negara Indonesia yang
memiliki perbedaan dengan negara lain. Jika bangsa Indonesia memiliki ciri khas
nasional agar bisa membedakan Indonesia dari negara lain.

Identitas nasional negara Indonesia akan sangat bergantung pada ideologi.


Kode dasar yang diadopsi adalah kode etik. Semua identitas ini akan menjadi ciri
khas yang membedakan Indonesia dengan negara lain. Identitas Itu bisa dilihat
dari alam luar dan dari sifat batin yang hanya bisa dilihat oleh hati nurani.

Konsep jati diri bangsa dimaknai sebagai tanda diri untuk menunjukkan
siapa diri kita, walaupun yang ditampilkan hanyalah hal-hal yang dangkal, tidak
serta merta menunjukkan jati diri kita yang sebenarnya. (Soedarsono, 2002)
menunjukkan bahwa "identitas adalah jati diri seseorang yang sebenarnya".
Dalam hal ini makna identitas diartikan sebagai identitas manusia secara individu.
Ia mengatakan bahwa identitas merupakan lapisan pertama yang menentukan
karakter dan kepribadian seseorang.

Konsep identitas Indonesia atau identitas nasional telah banyak dibahas,


dalam sebuah studi mendalam tentang buku berjudul "MengIndonesia Ethnisitas"
oleh Tilaar (2007). Dan identitas bangsa Indonesia. Pengakuan untuk mempelajari
masalah identitas nasional Indonesia adalah masalah yang rumit. Identitas negara
Indonesia adalah hasil kesepakatan dengan negara di masa depan berdasarkan
pengalaman masa depan kemudian. Identitas bangsa harus selalu mendapat
pembinaan melalui pendidikan untuk persatuan di masa depan dan peningkatan
takdir.

Dalam pengertian identitas nasional, konsep identitas nasional dapat


ditelusuri kembali ke tempat yang sangat jauh yang tertulis dalam Buku "Filsafat
Pancasila" karangan Kaelan (2002). Menurut Kaelan (2002) Identitas bangsa
Indonesia adalah hasil pemikiran dan nilai serta ide dasar orang Indonesia tentang
apa yang dianggap hidup.

Sehingga dari pemaparan diatas, bisa dilihat melalui sikap dan perilaku yang
ditunjukkan, Pancasila Identitas bangsa akan menunjukkan jati diri kita sebagai
negara Indonesia Unsur persamaan dan persamaan hak rakyat Indonesia.
Kepribadian yang sama Dapat menunjukkan keunikan masyarakat Indonesia saat
berhadapan dengan orang lain orang atau masyarakat dari negara lain. Oleh
karena itu, Pancasila menjadi identitas bangsa yang artinya kepribadian, identitas
dan keunikan dapat diwujudkan sebagai satu kesatuan.

2.3 Sejarah Kelahiran Paham Nasionalisme Di Indonesia

Beberapa ahli memandang nasionalisme adalah paham yang unik, Keunikan


dari nasionalisme tergambar dari ketotalitasan sebuah kondisi dalam wadah
bangsa yang tidak mempedulikan ketidakadilan dan penjajahan yang mungkin
terjadi. Menurut Tonnies (Dhakidae, 2001) ketotalitasan berdasarkan
kesetiakawanan, persaudaraan, kekeluargaan, dan mungkin persamaan bisa
tergabung di dalamnya. Beberapa ahli telah mengemukakan teori tentang
nasionalisme dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda, di antaranya
Karl Friedrich von Savigny dengan Sekolah Sejarah-nya bahwa setiap bangsa
memiliki semangat yang unik, yaitu semangat kebangsaan kebangsaan inilah yang
dipandang unik sehingga harus menjadi prinsip pembangunan sebuah negara.
Nasionalisme yang digagas (Volksgeist). Semangat Seperti sebelumnya bahwa
nasionalisme bukan menjadi barang baru bagi bangsa Indonesia. Yang sudah
dipaparkan Banyak karya-karya baik tulisan maupun penelitian yang membahas
tentang sejarah nasionalisme di Indonesia.

Dasar kebangsaan Indonesia yang telah disampaikan oleh Soekarno dalam


pidato lahirnya Pancasila membahas nilai-nilai juga nasionalisme. Ketika
membahas tentang sejarah nasionalisme kita dapat melakukan penelusuran jauh ke
belakang lagi dengan kajian yang dilakukan oleh Dhont, (2005), tentang
bagaimana benih-benih nasionalisme di Indonesia mulai bergelora ketika era
pergerakan nasional (periode 1920-an) yang pada saat itu adalah sebagai wujud
dari udanya sebuah sistem politik yang diterapkan oleh pemerintah hindia belanda
yaitu sebuah sistem politik etis yang kemudian pada akhirnya menjadi salah satu
bukti bahwa nasionalisme telah ada di Indonesia.
Di sisi lain kita juga dapat melihat apa yang telah dipaparkan oleh
Niwandhono (2011) bahwa nasionalisme jauh telah ada sejak adanya kebudayaan
Indis. Namun, dari beberapa pemaparan tentang sejarah nasionalisme yang telah
dilakukan oleh para peneliti tersebut, secara eksplisit ada sebuah kesepakatan
bulat yang menyatakan benih- ternyata benih nasionalisme atau faktor-faktor
pembangun nasionalisme adalah karena terjadi sebuah penjajahan sebelumnya
pada suatu komunitas bangsa. Perkembangan nasionalisme yang ada di Indonesia
kalau meminjam istilah yang telah disampaikan oleh Kahin (2013) yang
menyatakan pertumbuhan embrionya dijalankan secara laten lmemang bisa
dirasionalkan. Dari beberapa catatan sejarah yang dikatakan bahwa nasionalisme
sudah ada di Nusantara sejak kerajaan Majapahit berkuasa. Semangat
nasionalisme pada saat itu telah digelorakan oleh Maha Patih Gajah mada dengan
visi globalisasinya yang terkenal dengan istilah “Sumpah Palapa” yang bertujuan
untuk menyatukan wilayah Majapahit dengan seluruh wilayah Nusantara.

Melalui kajian yang telah dilakukan oleh Niwandhono juga jejak-jejak


dapat nasionalisme yang ada di Nusantara, yaitu merekam tentang dimulai dari
periode nasionalisme Indis (Indisch Nationalisme). Niwandhono (2011)
memberikan definisi tentang nasionalisme yaitu, Nasionalisme Indis adalah suatu
kesadaran yang dilatarbelakangi oleh masalah yang muncul dalam wilayah orang-
orang Eropa atau Indis (sebutan untuk kelompok masyarakat Eropa di Indonesia
yang telah mengalami hibridasi baik secara biologis maupun sosio-kultural) .
Perlawanan yang dilakukan terhadap pemerintah Belanda ini didasari oleh
persamaan bahasa dan leluhur yang melemahkan oleh orang-orang Indis tersebut.
Untuk memahami pengaruh besar yang berpengaruh di tahun nasionalisme Indis
yang 1800an terhadap nasionalisme Indonesia. Namun, yang mejadi tonggak
awal lahirnya nasionalisme di Indonesia adalah moderenisasi.

Modernisasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda


terhadap orang-orang jajahannya juga menjadi faktor pendorong yang besar pula.
Modernisasi tersebut merupakan politik etis yang membawa perubahan besar yang
akhirnya memberikan kesempatan kepada orang-orang pribumi untuk mengenyam
pendidikan baik didalam negeri maupun ke luar negeri. Perhimpunan Indonesia
(Indonesische Vereeniging) yang merupakan wadah perhimpunan mahasiswa-
mahasiswa Indonesia yang ada di Belanda berhasil menjadi sebuah kawah
candradimuka yang pada akhirnya membentuk nasionalisme bagi orang-orang
Indonesia yang dikemudian hari menjadi tokoh-tokoh pergerakan nasional,
sebagai Socrjaningrat. Muhammad Hatta, Sutan Sahjrir, Sutomo, dan Sartono.

Melihat sebuah kajian yang oleh Dont, seorang berkebangsaan Belgia


yang melakukan studi di Universitas Gadjah. Perhimpunan Indonesia memiliki
andil yang Sangat besar dalam Aneka organisasi-organisasi di Indonesia, seperti
Algemeene Studie Club yang berada di Bandung dan Soekarno ada di dalamnya,
kemudian Indonesische Studieclub yang berada di Surabaya. Kemudian
Perhimpunan Indonesia juga mempunyai sebuah peran yang sangat besar terhadap
terselenggaranya kongres pemuda ke Il pada tanggal 280ktober 1928 yang
kemudian lahir sebuah cerita heroik tentang persatuan pemuda yang dikenal
dengan sumpah pemuda. Beberapa gambaran tentang sejarah nasionalisme yang
telah dipuparkan di atas seluruh penelitian yang dilakukan oleh Kahin, seorang
yang berkebungsaan Amerika yang pernah juga menjadi serdadu poda perang
dunia II.

Dia tentang identitas bunyak perkembangan nanionalisme sejak Hindia


Belunda. Penelitian yang dilakukan sejak tahun 1948 ini semakin menguatkan
bahwa nanionalisme ndalah antitesis duri sebuah penjajahan (2013). Dari
penelitian ini terungkap fakta bahwa bangsa Indonesia tidak hanya dijajah oleh
kongsi dagang VOC dan pemerintah kolonial saja, namun secara hersamaan juga
oleh Cina dan hangsa Indonesia lainnya yang diwakili oleh kaum ningrat. Dalam
sejarah Fukta tersebut cukup jelas menyebutkan bahwa VOC datang kurena
ketertarikan dengan rempah-rempah yang terdapat di Maluku hingga terjadi
berbagai monopoli di sektor ekonomi.

Tidak harus kita melihut cara-cara represif pemerintah kolonial Belanda


sebagai bentuk kekejian yang mutlak. Benih nasionalisne inilah yang tersemai
katena pemegang hak-hak politik yang dilakukan oleh pemerintah kolonial.
Memang serakah, numun di ninilah titik balik yang kemudian ukan membangun
kesadarun nasional dan membentuk jiwa-jiwa putriotik yung dimulai duri
patriotik lokal hingga menjadi sebuah patriotik kesatuan. Dibukanya interuksi
antara orang-orang pribumi dengan pEmerintah kolonial Belanda membuat orang-
orang pribumi ini, khususnya petani, melek mata sebuah ketimpangan dan
kemenangan ekonomi, sosial maupun budaya dengan para kaum penjajah.

Kesadaran ini mengakibatkan otientasi individualistik yang mulai


penerimaan-penerimaan Busionalisme dikalangun petani, Hal tersebut sangut
besar dapat dibangun oleh pergantian sistem eksploitasi ekonomi secara tidak
langsung seperti sistem tanam paksa menjadi sistem usaha bebas yang dikelola
secara langsung, banyak sektor dulam kehidupun agraris mulai berhubungan
dengan orang pagasan Nasionalisme dalam sejarah perjuangan kemerdekaan
Indonesia dikenal sebagai sebuah kata sakti yang mampu membangkitkan
kekuatan berjuang melawan penindasan yang dilakukan kaum kolonialis selama
beratus-ratus tahun lamanya. Perasaan senasib dan sepenanggungan yang dialami
mampu mengalahkan perbedaan etnik, budaya dan agama sehingga lahirlah
sejarah pembentukan kebangsaan Indonesia.

Sarman (1995) secara kritis menulis sempitnya kerangka pikir sebagian


besar mengenai nasionalisme. Menurutnya, nasionalisme sering diartikan sebagai
kecintaan terhadap tanah air yang tanpa cadangan, yang merupakan simbol
patriotisme heroik sendiri sebagai bentuk perjuangan yang seolah-olah
menghalalkan segala cara demi negara yang dicintai. Definisi tersebut
menyebabkan makna nasionalisme menjadi usang dan tidak relevan dengan
masalah-masalah yang berkaitan dengan masa kini, yang tidak lagi bergelut
dengan masalah penjajahan dan merebut kemerdekaan dari tangan kolonialis,
Menurut Hara (2000), nasionalisme mencakup konteks yang lebih luas yaitu
persamaan aturan dan kewarganegaraan dari semua kelompok dan etnis dalam
suatu bangsa.
Dalam kerangka nasionalisme, juga diperlukan sebuah kebanggaan untuk
menampilkan identitasnya sebagai suatu bangsa. Kebanggaan itu sendiri
merupakan proses yang lahir karena mempelajari dan bukan warisan yang turun
temurun dari generasi berikutnya. Konskuensi dari pergeseran konteks
nasionalisme menyebabkan orang tidak lagi bergantung hanya kepada identitas
nasional, yang sifatnya makrokosmos abstrak (Sindhunata, 2000), namun lebih
menekankan pada identitas yang lebih konkrit seperti negara modern, pemerintah
yang bersih, demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia. Oleh karena itu,
kebanggaan terhadap identitas suatu bangsa menjadi hal yang mustahil oleh
seorang warga negara tidak menemukan kebanggaan tersebut dalam diri
negaranya.

Orang bukan saja malu terhadap identitas bangsanya bahkan orang


tersebut tidak mengakui kebangsaan yang dimilikinya. Prasodjo (2000) menilai
pembelajaran atau pembangunan nasionalisme di Indonesia mengalami
pembajakan terutama pada masa orde baru pembinaan, hubungan solidaritas
emosional berbangsa menjadi sulit tumbuh dan kebanggaan terhadap identitas
nasional yang menjadi sulit terbentuk. Secara kritis, Hendardi (2000)
mengungkapkan peran orde baru untuk menyimpangkan arti nasionalisme demi
kepentingannya yaitu menguasai sumber-sumber ekonomi, politik dan birokratik.
Praktek tersebut dilakukan dengan menuding setiap orang yang bertujuan
mengukur kepentingan rakyat sebagai hal yang menghambat jalannya
pembangunan, Tujuan para elit orde baru menyimpangkan arti nasionalisme yang
sebenarnya adalah karena dua hal, yaitu agar elit orde baru kebal dari hukum
(impunity) dan dapat menjalankan semua kepentingannya walau harus menindas
dan menghimpun hak asasi manusia bangsanya sendiri.

Beragam definisi nasionalisme yang dilontarkan para ahli kebangsaan,


yang mengarah pada intinya pada sebuah konsep mengenai jati diri kebangsaan
yang berfungsi dalam penetapan identitas individu di antara masyarakat dunia.
Konsep nasionalisme juga peduli dengan kegiatan politik karena kebijakan-
kebijakan pemerintah dan negara. Nasionalisme menonjol sejak revolusi
Perancis, sebagai respon terhadap kekuatan-kekuatan imperium Barat yang
berhasil meluaskan penetrasi kekuasaannya ke berbagai belahan bumi. Dengan
slogan “liberte, egatite, fraternite”, nasionalisme menjadi ideologi baru yang
sangat penting dan disejajarka karena tanpa sebuah negara nasional demokrasi
akan sulit terwujud.

Agar demokrasi, Berdasarkan sejarah Indonesia, tonggak lahirnya


nasionalisme pengaturan sejak lahirnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908,
yang pada masa itu merupakan organisasi modern pertama di Indonesia, Tanggal
tersebut kemudian ditetapkan pemerintah sebagai hari Kebangkitan Nasional,
yang Anugerahnya sendiri pertama kali pada tahun 1938 , ketika lahimya
Parindra (Abdullah, 2001). Fakta lain yang menunjukkan perkembangan
nasionalisme di Indonesia adalah pada saat kongres nasional Centrale Sarekat
Islam (CSI) di Bandung pada tahun 1916. Tjokroaminoto, salah seorang tokoh
inspirator kebangsaan Indonesia, menggunakan kata-kata “nasional” untuk
menggalang persatuan yang kuat di antara semua kelompok penduduk Hindia
Belanda dalam rangka mencapai tingkat kebangsaan yang mampu membangun
pemerintahan sendiri (Rachmat, 1996).

Lahirnya nasionalisme di Indonesia selain karena penderitaan yang berat


di bidang ekonomi, pendidikan sosial, hukum dan politik, juga ikut serta pada
semangat bangsa-bangsa terjajah lainnya dalam meraih kemerdekaan, antara lain
dari Filipina dan India. Sejarah terbentuknya nasionalisme di Indonesia
disebabkan adanya perasaan senasib sepenanggungan yang merupakan suatu
reaksi subyektif, dan kemudian kondisi obycktif secara geografis menemukan
koneksitasnya (Rachmat, 1996). Ditambahkannya, ada perbedaan kausal antara
nasionalisme di Indonesia dengan nasionalisme di Eropa, yaitu bila nasionalisme
di Indonesia muncul sebagai reaksi terhadap penjajahan kolonial, tetapi di Eropa,
nasionalisme lahir akibat pergeseran dari masyarakat agraris masyarakat industri
sebagai dampak dari revolusi industri.
Nasionalisme pada hakikatnya merupakan suatu ideologi negara modern,
seperti demokrasi dan komunisme. Bahkan kolonialisme dan imperialisme
merupakan bentuk dari nasionalisme yang bersifat ekspansif. Masalah
kebangsaan yang paling pokok, menurut aliran Marxis, adalah titik pertemuan
antara politik, teknologi dan transformasi sosial (Hosbawm, 1992). Konsep
mengenai bangsa yang baru dikenal pada abad ke-19 mengalami beberapa kali
perubahan makna. Sebelum tahun 1884, nacion atau nation diartikan sebagai
kumpulan penduduk dari suatu provinsi, negeri atau kerajaan, dan orang asing.
Menurut Hosbawm (1992), makna tersebut berkembang menjadi suatu bangunan
pemerintahan bersama yang paling aktif yang merupakan suatu negara atau badan
politik, yang wilayah dan penduduknya merupakan suatu kebulatan.

Soekarno, salah satu bapak pendiri negara Indonesia menyatakan bahwa


suatu bangsa adalah suatu individu suatu individu dan individu Nutu individu,
setiap bangsa memiliki perangai sendiri, yang berbeda dengan perangai bangsa
lain. Sockarno mengajukan permohonan syarat teritorial untuk mendefinisikan
suatu bangsa. Yaitu sekelompok manusia yang memiliki kemampuan bersatu
yang kuat, mempunyai perangai bersama yang kuat, yang hidup dalam suatu
daerah geopolitik yang merupakan suatu unit total yang jelas, Sebagai contoh,
Indonesia merupakan suatu unit yang teritorialnya termasuk Sumatera, Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Sebutan Sunda, Jawa, Minangkabau, Bugis
atau Ambon yang menunjukkan suatu bangsa, karena bagian-bagian tersebut
merupakan bagian dari unit Indonesia. Namun syarat yang diajukan Soekarno
tersebut mendapat sanggahan dari Legge (1972) yang menunjuk Yahudi sebagai
contoh.

Bangsa Yahudi memiliki kesatuan nasional yang kuat selama berabad-


abad walaupun bangsa Yahudi tidak memiliki kesatuan teritorial. Kohn (1984)
menambahkan bahwa tidak ada faktor hakiki yang menentukan terbentuknya
suatu bangsa. Hal terpenting terbentuknya sebuah bangsa adalah keinginan untuk
hidup bersama, Sebagai wujud nasionalisme seseorang harus siap menyeruhkan
kesetiannya yang tertinggi kepada negara kebangsaan, Unsur pokok dari
kechangsaan adalah menjunjung tinggi komitmen terhadap hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang telah disetujui oleh proses politik yang demokratik.
Molinari (dalam Kohn, 1984) berpendapat bahwa faktor ekonomi merupakan hal
utama terhentuknya bangsa karena negara dibentuk dengan tujuan untuk
melindungi dan menjamin kenyamanan harta benda dan kontrak-kontrak
ekonomis yang dilakukan warganya.

Pembentukan bangsa mengisyaratkan adanya suatu ekonomi nasional yang


dibina secara sistematik oleh negara, yang dalam abad 19 disebut dengan
proteksionisme. Sementara itu, Snyder (1968) menganggap bahwa motivasi
psikologis merupakan hal yang penting dalam pembangunan nasionalisme. Pada
akhir perang dunia II. Ketika resesi besar menimpu negara-negara kolonial yang
mengikuti massa pada kelompok masyarakat yang tersisihkan, nasionalisme
menawarkan harapan adanya kebebasan dan persamaan. Nasionalisme menjadi
kompensasi bagi masyarakat yang merasa frustasi. Nasionalisme merupakan
kesadaran dan kebanggaan bernegara yang menimbul- kan sikup dan perasaan
yang lebih mementingkan kehidupan nasional di atas kepentingan pribadi,
golongan, daerah atau partai yang diwakili.

Nasionalisme juga dapat dipandang sebagai usaha bangsa yang berarti


mengubah loyalitas masyarakat dari loyalitas yang sempit, yaitu loyalitas terhadap
suku, agama, ras dan sebugainya, menjadi loyalitus yang lebih luas, yaitu bangsa
(dalam Martaniah, 1990). Nasionalisme Indonesia menurut Sockarno (dalam
Irwan, 2001), peringatan jingo- nasionalisme atau chauvinisme, dan bukan pula
suatu tiruan atau kopi dari nasionalisme barat. Nasionalisme adalah nasionalisme
yang menerima rusa sebagai hidupnya sebagai wahyu. Ahdulgani (1964)
mengemukakan tiga macam teori terbentuknya sebuah bangsa, yakni:

1. Cultur-natie-theorie (teori kebudayaan) yang menyebutkan buhwa bangsa


adalah kelompok manusia yang memiliki persamaan kebudayaan
2. Staats-theorie (teori negara) yang menyebutkan bahwa suatu bangsa
timbul karena adanya negara, sehingga negara harus terlebih dahulu
terlebih dahulu membentuk sebuah bangyak
3. Geveols-natie-theorie (teori kemauan, keinginan) yang menjelaskan bahwa
syarat mutlaknya suatu bangsa adalah keinginan untuk hidup bersama
dalam suatu ikatan suatu bangsa, dan tidak memerlukan adanya persamaan
kebudayaan, ras atau agama.

Dari ketiga teori tersebut, nasionalisme Indonesia cenderung mengikuti teori


yang ke tiga, yaitu geveols-natie-theorie karena bangsa Indonesia memiliki
beragam rus, agama dan kebudayaan yang khas satu sama lain. Berdusarkan
sejarah kelahirannya, nasionalisme atau kebangsaan pada masa lampau
merupakan suatu jalan tengah di antara dua kubu ekstrimitas yaitu kegelapan
imperialisme atau kolonialisme dengan kebodohan etnosentrisme (Rachmat,
1996). Seiring dengan perkembangan dan perubahan kehidupan dunia,
nasionalisme masih relevan dan kembali sebagai jalan tengah antara genderang
kebangkitan etnosentrisme di tengah masyarakat dunia. 8/12 Pergeseran tata
sendi kehidupan, menyebabkan banyak hal dalam yang lampau, menjadi usang
dan kurang dekat pada masa sekarang ini. Misalnya, slogan “hidup atau mati”.
“benar atau salah negara saya” bukan hanya terdengar tetapi juga dirasu naif,
karena saat ini kesadaran terhadap persamaan hukum dan penghormatan hak asasi
manusia menjadi hal yang esensial, melebihi rasa kebangsaan yang tidak pada
tempatnya. Pembinaan dan penyadaran terhadap makna kebangsaan tidak lagi
hanya mengandalkan tren sloganistik yang pada batas tertentu hanya akan
menumbuhkan romantisme yang tenggelam pada masa lampau dan mengaburkan
makna dari nasionalisme yang hakiki. Walaupun demikian, slogan dan simbol
tetap diperlukan dalam menumbuhkan identitas nasional, sepanjang slogan dan
simbol tersebut bersifat relatif jujur dan proporsional (Rachmat, 1996).

Secara garis besar nasionalisme Indonesia mengalami proses dan tahap-


tahap dimulai dari Kartini yang mnghendaki emansipasi menghadapi tantangan
yang menghambat kaum perempuan. Walaupun Kartini sering dikategorikan
sebagai pejuang wanita, tetapi ditinjau dari teori yang ada seperti teorinya Sartono
Kartodirdjo (1967) sepak terjang Kartini masuk pada fase awal pemesanan
nasionalisme Indonesia. Tahap selanjutnya adalah terbentuknya organisasi-
organisasi kebangsaan yang menandai kebangkitannya kesadaran sebagai bangsa
Indonesia., Perkembangan selanjutnya adalah komitmen sebagai bangsa Indonesia
melalui Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Nasionalisme Indonesia dapat dibuat tiga kategori yaitu nasionalisme pra


kemerdekaan dan nasionalisme setelah proklamasi kemerdekaan serta
nasionalisme setelah reformasi. Setiap keadaan tentu menjadikan nasionalisme
menghadapi masalah yang berbeda. Pada masa pra kemerdekaan misalnya,
masalah yang entitas bangsa yaitu bagaimana mewujudkan cita-cita persatuan
sebagai bangsa yang utuh dan bagaimana kemerdekaan dapat diraih, sedangkan
nasionalisme setelah proklamasi kemerdekann tekanan nasionalisme yang terkuat
dengan tantangan yang merupakan bangsa. Dengan meminjam periodisasi yang
dibuat sejarawan Bernahard Dam nasionalisme mengalami pemesanan sekurang-
kurangnya melalui lima tahap. Puda tahap pesanan, nasionalisme Indonesia
berangkat dari pengertian yang terbatas yaitu cinta bangsa dan cinta tanah air
sesuai dengan suku-suku yang sekarang ada.

Dengan demikian pada tahap pertama nasionalisme agak mirip dengan


etnocentrisme (Jong Java, Jong Karimunjawa, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong
Sumatranen bond dll (sebelum 1908). Baru kemudian bergerak ke arah Integrasi
dan pembulatan konsep Indonesia sebagai identitas nasional. Dengan cinta
bangsa dan tanah air, mendapatkin pengertian yang lebih luas yaitu dalam skop
Indonesia. faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa adalah
lembaga-lembaga pemerintahan dan politik, seperti birokrasi, angkatan bersenjata,
pengadulan dan partai politik.dalam semangat perjuangan melawan penjajah
nasionalisme sering disebut patriotisme -heroisme (1908-1945).

Pada tahap selanjutnya pengertian nasionalisme yang berkembang menjadi


kesetiaan kepada negara bangsa (sebagai wujud dari nasionalisme Hal itu karena
ancaman terhadap negara dari ancaman terhadap negara dari gerakan separatis dan
gerakan yang bersifat ideologis Dalam periode ini kira-kira antara (1949-1965)
terjadi penurunan rasa nasionalisme karena konflik dalam diri sesama bangsa
sendiri. Waktu (1966-1995) juga mengalami perubahan, Dalam kurun itu dikenal
dengan pembinaan kesatuan bangsa. Oleh karena itu dalam rangka menjamin
eksistensi nasionalisme peran negara Indonesia (pemerintah) cukup menonjol
pada kurun itu. Hal itu selaras dengan upaya menciptakan pembangunan nasional
Pada era reformasi (1998-sekarang) pengertian nasionalisme yang menunjukkan
partisipasi warga negara dalam ikut serta mengisi dan mencantumkan
pembangunan nasional.

2.4 Karakteristik Identitas Nasional

Indonesia sebagai sebuah bangsa memiliki identitas nasionalnya sendiri.


Sebuah identitas yang membedakan Indonesia dari bangsa-bangsa lainnya di
dunia ini. Namun untuk dapat menemukan apakah identitas nasional Indonesia,
maka diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai apa yang dimaksudkan
dengan identitas nasional itu. Pengetahuan mengenai identitas nasional sangat
penting untuk semua warga negara. Nasionalisme yang produktif tidak akan
pernah dapat dibangun bila setiap warga negara tidak memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai identitas nasional Indonesia.

1. Identitas

Identitas dapat dimaknai dalam dua konteks yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya yakni sosial dan personal.’ Identitas dalam makna sosial
mengacu pada kategori sosial. Kategori sosial ini yang membedakan satu orang
dengan orang yang lainnya berdasarkan identitas sosialnya. Identitas dalam
konteks personal berkaitan dengan karakterisitik yang miliki oleh seseorang
secara personal. Karakteristik ini tidak berada dalam lingkungan sosial, tetapi
melekat pada diri orang itu sendiri secara personal. Namun meskipun identitias
personal melekat pada diri orang tersebut secara personal, identitas personal
tersebut membedakan antara satu orang dengan orang yang lainnya secara
personal. Secara teoretik bukan sebuah konsep yang sederhana. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai definisi yang beragama dengan penekanan yang berbeda
antara satu ahli dengan ahli yang lainnya.

Berkut ini adalah beberapa contoh mengenai definisi yang beragam tersebut;2
Identity is “people’s concepts of who thye are, of what sort of people they are, and
how they relate to others” (Hoggs and Abrams 1988,2). “Identity is used to
describe the way individuals and groups define themselves and are defined by
others on the basis of race, ethnicity, religion, language, and culture (Deng
1995,1). Identity “refers to the ways in which individuals and collectivities are
distinguished in their social relations with other individuals and collectivities
(Jenkins 1996,4).

“Social identities are sets of meaning that an actors attributes to itself while
taking the perspective of others, that is, as a social object..(Social identities are) at
once cogintitive schemas that enable an actor to determine ‘who I am/We are’ in a
situation and positions in a social role structute of shared understandings and
expectations” (Wendt 1994,395). “By social identity, I mean the desire for group
distiction, dignity, and place with historically specific discourses (or frames of
understanding) about the character, structure, and boundaries ot the polity and the
economy” (Herrigel 1993,371) Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat
diringkas bahwa identitas berkaitan dengan konsep melalui mana setiap orang
mendefinisikan diri dan kelompok mereka masing-masing. Selain itu identitias
juga berhubungan dengan konsep melalui mana diri dan kelompok didefinisikan
oleh orang lain. Sehingga dengan demikian identitas dapat disebut sebagai
penanda yang membedakan seorang dengan seorang yang lainnya atau
sekelompok orang dengan sekelompok orang yang lainnya.

2. Nasional

Terminologi nasional yang dimaksudkan dalam materi ini merujuk pada konsep
nation. Ada begitu banyak definisi mengenai konsep ini. Benedict Anderson
menjelaskan konsep nation sebagai komunitas yang terbanyangkan, "imagined
community". Sebagai bahan acuan materi ini menggunakan konsep nation yang
digunakan oleh Anthony D Smith.' Smith mendefinisikan nation sebagai; .a
named human propulation sharing a historic territory, common myths and
historical memories, a mass, public culture, a common economy and common
legal rights and duties for all member. Menurut Smith, nation dalam kenyataannya
menggambarkan berbagai elemen dari kolektivitas, yang tidak hanya cara melalui
mana identitias nasional dapat dikombinasikan dengan berbagai jenis identitas
seperti kelas sosial, agama atau etnik. Nation juga menggambarkan perubahan
nasionalisme, ideologi, dengan ideologi-ideologi lain seperti liberalisme, fasisme,
dan komunisme. Dalam konteks ini, sebuah identitias nasional secara fundamental
bersfiat multidimensi. Identitias nasional tidak pernah dapat direduski pada
sebuah elemen tunggal, bahkan faksi-faksi khusus dari para nasionalis.

3. Identitias Nasional

Identitas nasional sebagaimana juga makna identitas dan nation, tidak memiliki
makna yang tunggal. Bloom. Misalnya membuat definisi mengenai identitas
nasional yang berbasis pada identifikasi kesamaan (the sameness) dari
masyarakat. Menurut Bloom; “National identity describes that conditions in which
a mass of people have made the same identification with national symbols have
internalised the symbols of the nation Ruth menggambarkan identititas nasional
sebagai suatu bentuk khusus dari identitas sosial yang diproduksi dan direproduksi
yang dapat berubah dan dibongkat. Ruth, at.al mengasumsikan bahwa identitas
nasional menyiratkan sebuah konsepsi kesamaan yang kompleks dan skema
persepsi dari disposisi kesamaan emosional dan sikap, dan kesamaan perlaku yang
secara kolektif diinternalisasi melalui sosialisasi seperti melalui pendidikan,
politik, media dan berbagai praktek-praktek kehidupan sehari-hari. Selain itu
menurut Ruth, at.al identitias nasional di satu pihak berkaitan dengan; sejarah dan
budaya, dan pada pihak yang lain nampak pada tema-tema yang berkaitan dengan;
Selfhood, sameness, equality, similarity, difference, uniqueness, .

Singkatnya menurut Ruth, at.al identitas nasioanl dari individu-individu yang


merasa diri mereka memiliki kolektivitas nasional yang dimanifestasikan “James
D Fearon, Op.Cit., Ruth Wodak, Rudolf de Cillia, Martin Reisigl and Karin
Liebhard (2003), The Discursive Construction of National Identity, Edinbugrh:
Edingburghh University Press dalam praktek-praktek sosial sehari-hari. Perspektif
identitas nasional ini pertajam dan dibentuk oleh negara, politik, insitusi-institus,
media dan praktek-praktek sosial sehari-hari dan kondisi-kondisi sosial dan
material. Praktek-praktek diskursif sehari-haris tentu saja dapat memainkan peran
sentral dalam membentuk dan mengekspresikan identitas nasioanl. Berbasis pada
pendekatan-pendekatan yang lebih kultural Smith lebih memahami identitas
nasional sebagai pola-pola budaya, simbol-simbol, ingatan- ingatan, mitos dan
tradisi-tradisi. Smith mengemukakan bahwa; National identity may be defined as
the maintenance and continous reproduction of the pattern of values, symbols,
memories, myths, and traditions, that compose the distinctive heritage of nations
and the identifications of individuals with that particular heritage and those
values, symbols, memories, myth, and traditions

4. Karakteristik Identitas Nasional

Smith' mengidentifikasi 5 (lima) karateristik identitias nasional yaitu:

1) sejarah wilayah dan tanah air (leluhur)

2) ingatan sejarah dan mitos yaleluhur

3) sebuah kebersamaan (common), budaya massa publik

4) adanya hak-hak dan kewajiban yang sama bagi semua anggota, dan

5) ekonomi bersama dengan mobilitas teritorial bagi semua anggota.

Sebuah tanah bersejarah merupakan sebuah tempat di mana orang-orang telah


saling mempengaruhi, saling memberikan makna dan keuntungan dari satu
generasi ke genearasi yang lainnya. Tanah tumpah darah telah menjadi satu
tempat yang menyimpan asosiasi-asosiasi dan kenangan-kenangan sejarah, tempat
dimana orang-orang bijaksana, baik, para pahlawan hidup, bekerja, berdoa dan
berjuang. Semua ini membuat tanah tumpah darah menjadi sebuah tempat yang
unik, yang berbeda dengan tanah tumpah darah orang sekelompok orang-orang
lainnya. Sungai-sungainya, lapisan-lapisanya, danau-danaunya, gunung-
gunungnya dan kota-kotanya menjadi keramat (sacred) - tempat memuja dan
memuni bagi setiap orang yang mendiaminya. Semua orang yang mendiami
tempat tersebut tidak menjadi orang asing.

Mereka adalah pewaris dari tempat tersebut. Pada tanah orang orang-orang
mencukupi hidup mereka secara ekonomi. Selain tanah, identitias nasional juga
dikarakteristik sebagai sebuah komunitas hukum dengan kehendak politik yang
tunggal. Dalam konteks ini adalah pengaturan institusi-institusi yang sama yang
akan memberikan ekspresi sentimen-sentimen dan tujuan-tujuan politik yang
sama. Setiap anggota dari komunitas tersebut memiliki kesetaraan satu dengan
yang lainnya termasuk dalam hal ini hak-hak yang berkaitan dengan
kewarganegaraaan (citizenship) seperti hak-hak sipil, hak-hak legal, hak-hak dan
kewajiban-kewajiban politik dan hak- hak sosial ekonomi.

Menurut Kolakowski identitas nasional dikarakteristik oleh lima elemen-


elemen berikut; National spirit yang mengekspresikan bentuk-bentuk budaya dari
hidup dan perlaku-perilaku kolektif yang diekspresikan pada saat- saat krisis.
Historical memory yaitu memori kolektif dari semua warga komunitas bangsa
tentang sejarah mereka. Anticipation and future orientation yaitu berkaitan dengan
bagaimana mereka mengembangkan potensi-potensi yang ada di masa mendatang,
dan menghadapi tangangan-tantangan yang akan datang di masa yang akan
datang. National body yang mengurus berbagai keperluan yang adadalam sebuah
bangsa. Nameable beginnings yaitu para pendiri bangsa.

5. Identitas Sebagai Sebuah Konstruksi

Identias pada dasarnya merupakan sebuah konstruksi" sosial, politik dan


sejarah. Konstruksi ini terjadi baik melalui interaksi sosial maupun terjadi melalui
proses-proses yang bersifat institusional seperti pendidikan dan lain sebagainya.
Selain itu identitas nasional juga dikonstruksi sebagai bentuk resistensi terhadap
pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar komunitas. Identitas nasional juga dapat
konstruksi sebagai sebuah proyek politik seperti program-program penataran P4
yang terjadi pada era Orde Baru.

6. Dimensi-Dimensi Identitas Nasional

Dimensi-dimensi identitas nasional yang akan dibahas dalam bagian ini 11


mencakup dimensi psikologis, budaya, sejarah, teritori dan politik. Dimensi
psikologis muncul dari kesadaran pembentukan sebuah kelompok yang
didasarkan pada kedekatan yang meyatukan semua orang yang merasa memiliki
bangsa. Perasaan ini biasanya bersfiat laten yang muncul pada saat adanya
konfrontasi eksternal dan internal.

Dimensi budaya berkaitan dengan nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan, adat


istiadat, kesepakatan-kesepakatan, kebiasaan-kebiasaan, bahasa dan praktek-
praktek yang diteruskan kepada anggota-anggota baru yang menerima budaya dari
sebuah bangsa. Proses identifikasi dengan sebuah budaya yang spesifik
menghasilkan sebuah penanaman emosional yang kuat yang dapat menumbuhkan
ikatan solidaritas antara anggota komunitas yang mengakui satu sama lainnya
sebagai sesama warga bangsa. Dimensi historis berkaitan dengan kebanggaan
warga bangsa terhadap akar-akar sejarah dan pada umumnya mengiterpretasikan
akar-akar sejarah tersebut sebagai sebuah tanda ketahanan, kekuatan dan
superioritas bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya. Dimensi teritori
berkaitan dengan wilayah yang menjadi tanah tumpah darah bagi semua warga
bangsa. Dalam teritori ini semua anggota warga bangsa melakukan interaksi dan
kegiatan-kegiatan ekonomi.i Dimensi politik berkaitan dengan bagaaimana para
penyelenggara negara dipilih, lalu kemudian memerintah.

7. Peran Identitias Nasional

Identitas nasional memiliki peran-peran sebagai berikut :

• Identitas nasional menandasari ikatan-ikatan solidaritas antara anggota


komunitas yang disatukan oleh kenangan-kenangan yang sama, mitos- mitos yang
sama, dan tradisi-tradisi yang sama.
• Dari persepektif teritori, identitas nasional mendefinisikan sebuah ruang yang
pasti yang didalamnya semua anggota harus hidup, bekerja dan berdoa.

• Secara ekonomi, identitas nasional memiliki peran untuk mengontrol sumber


daya-sumber daya ekonomi, mengelaborasi pembagian kerja, dan mendorong
mobilitas barang-barang dan tenaga kerja.

• Secara politik identitas nasional memiliki peran memilih personal politik,


mengatur aturan-aturan politik dan memilih pemerintahan.

• Identitas nasional juga memiliki peran yang berkaitan dengan melegitimasi hak-
hak dan kewajiban-kewajiban warga negara.

• Identitas nasional memiliki peran untuk memenuhi tindakan-tindakan, interaksi-


interaksi yang lebih intim dari semua individu dalam komunitas.

• Identitas nasional juga menyediakan ikatan-ikatan sosial antara individu-


individu dan kelas-kelas dengan menyediakan berbagai macam hal dari nilai-nilai,
simbol-simbol dan tradisi-tradisi yang sama, seperti bendera, uang, lagu-lagu,
seragam, monument-monument dan seremoni-seremoni. Melalui acara-acara ini
anggota diingatkan warisan dan hubungan budaya bersama mereka dan diperkuat
dan dimuliakan oleh perasaan identitas dan rasa memiliki.

• Akhirnya identitas nasional menyediakan sebuah sarana yang kuat bagi setiap
anggota warga bangsa untuk menempatkan diri mereka di dunia melalui keunikan
mereka sebagai satu bangsa.

2.5. Proses Berbangsa dan Bernegara


Bangsa adalah sekelompok besar manusia yang memiliki persamaan nasib
dalam proses sejarahnya, sehingga memiliki persamaan watak dan karakter yang
kuat untuk tinggal bersama disuatu wilayah tertentu untuk membentuk suatu
kesatuan nasional. Sedangkan Negara merupakan suatu wilayah dimana terdapat
sekelompok manusia yang melakukan kegiatan pemerintahan.
a. Pengertian bangsa menurut para ahli :
1. Otto Bauer
Bangsa adalah suatu persatuan perangai yang timbul dari persamaan
nasib
2. Rawink
Bangsa adalah sekumpulan manusia yang bersatu pada satu wilayah
dan mempunyai keterikatan dengan wilayah tersebut dengan batas
territorial tertentu dan terletak dalam geografis tertentu.
3. Hans Khon
Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah
4. Ernest Renan
Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hdup bersama
(sejarah & cita-cita)
b. Pengertian Negara menurut para ahli :
1. Benedictus de Spinoza
Negara adalah susunan masyarakat yang integral (kesatuan) antara
semua golongan dan bagian dari seluruh anggota masyarakat
(persatuan masyarakat organis)
2. Prof. Mr. Kranenburg
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang disebut bangsa.
3. Prof. Mr. Soenarko
Negara adalah organisasi masyarakat tertentu dengan kekuasaan yang
berlaku sepenuhnya sebagai kedaulatan.
c. Unsur-unsur Negara meliputi :
1. Unsur Konstitutif atau Unsur Pembentuk
 Rakyat Yaitu orang-orang yang bertempat tinggal diwilayah itu,
tunduk pada kekuasaan negara dan mendukung negara yang
bersangkutan.
 WilayahYaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta
menjadi tempat tinggal bagi rakyat negara. Wilayah juga menjadi
sumber kehidupan rakyat negara . Wilayah negara mencakup
wilayah darat, laut dan udara
 Pemerintah yang berdaulat Yaitu penyelenggaraan negara yang
memiliki kekuasaan menyelenggarakan pemerintahan di negara
tersebut. Pemerintahan tersebut memiliki kedaulatan baik kedalam
maupun keluar. Kedaulatan kedalam berarti negara memiliki
kekuasaan untuk ditaati oleh masyarakatnya. Kedaulatan keluar
artinya negara mempunyai kemampuan mempertahankan diri dari
serangan negara yang lain
1. Unsur Deklaratif, yaitu pengakuan dari negara lain. Unsur
deklaratif adalah unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur
yang mutlak.
2.5.1 Teori Terjadinya Negara
Proses terjadinya Negara secara teoritis. Apa yang dimaksud dengan
teoritis? Terbentuknya negara secara teoritis adalah anggapan para ahli pada
wilayah hokum dan tata negara tentang terbentuknya negara. Bukan murni
berdasarkan keadaan factual yang terjadi di lapangan akan tetapi hasil pemikiran
tentang bagaimana asal mula terbentuknya negara.
1. Teori Hukum Alam
Teori awal tentang terbentuknya suatu negara. Teori ini menurut
sejarah ada pada zaman Plato dan Aristoteles. Menurut teori ini, terjadinya
negara adalah hal yang natural atau alami. Segala sesuatu terjadi sesuai
dengan hukum alam, begitupun dengan negara. Filsufgaul(2012)
menuliskan teori hokum alam yakni negara terjadi karena kehendak alam
yang merupakan lembaga alamiah yang diperlukan manusia untuk
menyelenggarakan kepentingan umum. Teori pembentukan negara ini juga
didasari atas kecenderungan manusia untuk selalu bersosial, berkumpul
dan saling berhubunganuntuk mencapai kebutuhan hidupnya.
2. Teori Ketuhanan
Teori ketuhanan adalah teori yang ada saat agama-agama besar telah
tersebar ke dunia ini contohnya Islam dan Kristen. Teori ini sesuai
namanya, tentu saja dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan berdasarkan
itulah, teori ketuhanan terbentuknya negara didasari anggapan bahwa
segala sesuatu berawal dari Tuhan dan berjalan sesuai kehendakNya.
Paham ini sesuai dengan ketentuannya, dimana Tuhan menciptakan negara
sehingga dapat dianggap penjelmaan kekuasaan Tuhan.
3. Teori Perjanjian
Manusia menghadapi kondisi alam dan menimbulkan manusia akan
musnaj bila tidak mengubah hidupnya. Akhirnya mereka bersatu untuk
mengatasi tantangan dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal
untuk kebutuhan bersama.
4. Teori kedaulatan Hukum
Teori kedaulatan hokum (Rechts souvereiniteit) (Mienu,2010)
menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hokum. Pelopor
teori ini adlaah H. Krabbe dalam buku Die Modeme Staats Idee.

2.5.2 Proses Pembentukan Bangsa dan Negara


Ada dua proses pembentukan bangsa dan negara yaitu model ortodoks dan
model mutakhir. Pertama, model ortodoks bermula dari adanya suatu bangsa
terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri.
Kedua, model mutakhir yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang
terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara merupakan
sekumpulan suku bangsa dan  ras.
Kedua model ini berbeda dalam empat hal. Pertama, ada tidaknya
perubahan unsur dalam masyarakat. Kedua, lamanya waktu yang diperlukan
dalam proses pembentukan bangsa-bangsa. Ketiga, Kesadaran politik masyarakat
pada model ortodoks muncul setelah terbentuknya bangsa-negara, sedangkan
dalam model mutakhir, kesadaran politik warga muncul mendahului bahkan
menjadi kondisi awal terbentuknya bangsa-negara. Keempat, derajat partisipasi
politik dan rezim politik.
 Terjadinya bangsa Indonesia adalah kehendak seluruh bangsa Indonesia.
Disamping itu adalah kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini
membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui adanya
motivasi spiritual. (alinea III pembukaan UUD 1945)

 Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang


meliputi tujuan negara, bentuk negara, system pemerintahan negara, UUD negara
dan dasar negara. Dengan demikian semakin sempurna proses terjadinya negara
Indonesia. (alinea IV pembukaan UUD 1945).

Proses terjadinya sebuah negara berdasarkan teoritis perkembangan


negara Indonesia sendiri ialah :
1. Kemunculan negara tidak hanya dimulai dari proklamasi, tetapi orang-
orang menyadari bahwa setiap negara memiliki haknya untuk bebas.
2. Adanya perjuangan bangsa Indonesua dengan penjajah
3. Keberadaan negara Indonesia adalah keinginan bersama seluruh bangsa
sebagai cita-cita luhur bersama, bangsa Indonesia
4. Indonesia perlu menata integritas nasional, termasuk tujuan negaranya,
bentuk negaranya, dan sistem pemerintahan, konstitusi negara, dan
yayasan negara.
Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat kaitannya dengan
hakikat pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati
diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata
negara, menumbuhkan kepercayaan dan jati diri bangsa serta moral bangsa,maka
takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia
dalam proses berbangsa dan bernegara.
Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat kaitannya dengan
hakikat pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati
diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
membela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.
Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata
negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa,
maka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia
dalam proses berbangsa dan bernegara.

2.5.3. Cita- Cita, Tujuan dan Visi Bangsa dan Negara Indonesia

Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat,


adil dan makmur. Dengan rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita
mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD
1945 yaitu negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.

Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV Pembukaan


UUD 1945. Secara rinci sbagai berikut :

• Melindungi seganap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

• Memajukan kesejahteraan umum

• Mencerdaskan Kehidupan bangsa

• Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan ,


perdamaian abadi, dan keadilan sosial

Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia


yang damai , demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia
Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cita tanah
air, berkesadaran hukum dan lingkungan, mengausai ilmu pengetahuandan
teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.

Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan penciptaan


identitas bersama. Identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat di lihat
pada:
- Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
- Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
- Slogan/Semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika
- Sarana komunikasi/bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia
- Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
- Pahlawan-pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti
Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain-lain.

Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara


Indonesia dapat mengingat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai
bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan Internasional akan
dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga
dapat mununjukan jatidiri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial,
kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan.
Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai
kejayaan bangsa dan negara di masa depan.

Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang dan negara yang


akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat,
membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas
yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat tercipta
rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki.

2.6 Macam Identitas Nasional


Identitas Nasional Indonesia merupakan ciri yang membedakan Indonesia
dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia diciptakan dan disepakati oleh
para pendiri negara Indonesia. Konstitusi Indonesia (Pasal 35-36C UUD 1945)
mengatur tentang identitas nasional Indonesia. Identitas nasional yang
menunjukkan jati diri Indonesia. Identitas nasional yang menunjukkan jati diri
Indonesia antara lain :
1)      Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa


dipahami sebagai system perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-
unsur ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar
manusia. Dan di Indonesia, Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa nasional.
Karena di Indonesia ada berbagai macam bahasa daerah dan memiliki ragam
bahasa yang unik sebagai bagian dari khas daerah masing-masing. Maka dari itu
kita, bangsa indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti
walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

2)      Bendera negara yaitu Sang Merah Putih

Bendera adalah sebagai salah satu identitas nasional, karena bendera


merupakan simbol atau identitas suatu negara agar berbeda dengan negara lain.
Seperti yang sudah tertera dalam UUD 1945 pasal 35 yang menyebutkan bahwa
“Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih”. Dimana warna merah pada
bendera melambangkan keberanian, dan warna putih pada bendera melambangkan
kesucian. Seperti yang kita ketahui bahwa bendera merah putih pertama kali
dijahit oleh Ibu Fatmawati

3)      Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya

Lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924) pertama kali dimainkan


pada kongres pemuda (Sumpah pemuda) tanggal 28 Oktober 1928. Setelah
proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang
dikarang oleh Wage Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan. Ketika
mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, wage Rudolf Soepratman dengan
jelas menuliskan “lagu kebangsaan” di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu
Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh surat kabar Sin Po. Setelah
dikumandangkan tahun 1928, pemerintah colonial Hindia Belanda segera
melarang penyebutkan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya.
Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ganti lagu itu
dengan mengucapkan “Mulai, Mulai !, bukan “Merdeka, Merdeka!” pada refrain.
Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan.
Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai
politik. Setelah indeonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu kebangsaan
perlambang persatuan bangsa.

Lirik Indonesia Raya merupakan saloka atau pantun berangkai, merupakan


cara empu Walmiki ketika menulis epic Ramayana. Dengan kekuatan liriknya
itulah Indonesia Raya segera menjadi saloka sakti pemersatu bangsa, dan dengan
semakin dilarang oleh belanda, semakin kuatlah ia menjadi penyemangat dan
perekat bangsa Indonesia.

Secara musical, lagu ini telah dimuliakan-justru-oleh orang Belanda (atau


Belgia) bernama jos Cleber yang tutup usia tahun 1999. Setelah menerima
permintaan kepada studio RRI Jakarta Jusuf Rono dipuro pada tahun 1950, Jos
Cleber pun menyusun arasemen baru, yang menyempurnakannya ia lakukan
setelah juga menerima masukan dari presiden Soekarno. Indonesia Raya menjadi
lagu kebangsaan yang agung, namun gagah berani (maestoso can bravura).

4)      Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila

Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 36A
bahwa lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. Garuda Pancasila
disini yang dimaksud adalah burung garuda yang melambangkan kekuatan bangsa
Indonesia. Burung garuda sebagai lambang negara Indonesia memiliki warna
emas yang melambangkan kejayaan Indonesia. sedangkan perisai di tengah
melambangkan pertahanan bangsa Indonesia. Simbol di dalam perisai masing-
masing melambangkan sila-sila dalam pancasila,yaitu:

1. Bintang melambangkan sila ketuhanan Yang Maha Esa (sila ke-1)


2. Rantai melmbangkan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (sila ke-2)
3. Pohon Beringin melambangkan Sila Persatuan Indonesia (Sila ke-3)
4. Kepala Banteng melambangkan Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan (Sila ke-4)
5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia (sila ke-5)

Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia.


Merah berarti berani dan Putih berarti suci. Garis hitam tebal yang melintang di
dalam perisai melambangkan wilayah Indonesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa.
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus
1945), antara lain:

1. Jumlah Bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17


2. Jumlah Bulu pada ekor berjumlah 8
3. Jumlah Bulu pada di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
4. Jumlah bulu di leher berjumlah 45

Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan Negara


Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda, tetapi tetap satu
jua”.

5)      Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika

Bhineka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam


kehidupan yang terikat dalam suatu kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme, suatu
paham yang membiarkan keanekaragaman seperti apa adanya. Dengan paham
pluralisme tidak perlu adanya konsep yang mensubtitusi keanekaragaman
demikian pula halnya dengan faham multikulturalisme.

Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif, hal ini
bermakna bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan
merasa dirinya yang paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan
martabat pihak lain. Pandangan sektarian dan eksklusif ini akan memicu
terbentuknya kekakuan yang berlebihan dengan tidak atau kurang memperhatikan
pihak lain, memupuk kecurigaan, kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat.
Bhineka Tunggal Ika bersifat inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup
berbangsa dan bernegara tidak memaksakan kehendaknya pada golongan
minoritas.

Bhineka Tunggal Ika tidak bersifat normalitas yang hanya menunjukkan


perilaku semu. Bhineka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling percaya
mempercayai, saling  hormat menghormati, saling cinta mencintai dan rukun.
Hanya dengan cara demikian maka keanekaragaman ini dapat dipersatukan. Dan
Bhineka Tunggal Ika bersifat konvergen  tidak divergen, yang bermakna
pebedaan yang terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi
dicari titik temu, dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan terwujud
apabila dilandasi oleh sikap toleran, non sektarian, inklusif, dan rukun.

Dalam menerapkan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus
dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati,
dengki harus dibuang dari kamus  Bhineka Tunggal Ika.

6)      Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila

Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang meliputi sila-sila


Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, alenia IV
yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian
Pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian, yakni Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia dan Pancasila sebagai dasar Negara Republik
Indonesia.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia sering disebut juga


dengan way of life, welstanshauung, wereldbershouwing, wereld en levens
beschouwing ( pandangangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, petunjuk
hidup). Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai pancaran dari sila Pancasila
karena Pancasila sebagai weltanschauung merupakan kesatuan, tidak bisa dipisah-
pisahkan, keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis.
Pancasila sebagai norma fundamental sehingga berfungsi sebagai cita-cita atau
ide. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa Pancasila sebagai pegangan hidup
yang merupakan pandangan hidup bangsa, dalam pelaksanaan hidup sehari-hari
tidak boleh bertentangan denagn norma-norma agama, norma-norma sopan
santun, dan tidak bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku.

Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia, dalam hal ini


Pancasila mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup kenegaraan dan hukum
bangsa Indonesia. fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara, sesuai
dengan pembukaan UUD 1945,, sebagai sumber dari segala sumber hukum atau
sumber dari tertib hukum, sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No.XX/-
MPRS/1966 (Darji, 1991:16)

Pancasila merupakan dasar negara yang dibentuk oleh para pendiri bangsa
Indonesia. sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang sejatinya
sudah ada dalam bangsa Indonesia sendiri. Sehingga Pancasila mampu menjadi
wadah bagi masyarakat Indonesia yang beragam. Dengan adanaya nilai-nilai
dalam Pancasila tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai yang ada di Indonesia
berbeda dengan nilai-nilai yang ada di negara lain. Dengan kata lain, Pancasila
menunjukkan identitas nasional Indonesia.

7)      Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945

Undang-Undang Dasar adalah peraturan perundang-undangan yang


tetinggi dalam negara dan merupakan hukum dasar tertulis yang mengikat berisi
aturan yang harus ditaati. Hukum dasar negara meliputi keseluruhan sistem
ketatanegaraan yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk negara dan
mengatur pemerintahannya. UUD merupakan dasar tertulis. Oleh karena itu, UUD
menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan karangan dan
tugas-tugas pokok cara kerja badan tersebut, UUD menentukan cara-cara
bagaimana pusat kekuasaan itu bekerja sama dan menyesuaikan diri satu sama
lainnya. UUD merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara.
Undang-Undang Dasar nmerupakan suatu hal yang sangat penting dan
vital dalam suatu pemerintahan yang telah merdeka. Dengan adanya konstitusi
dalam suatu negara yang merdeka menandakan bahwa negara ini sebagai negara
konstitusional yang menjamin kebebasan rakyat Indonesia untuk memerintah diri
sendiri. Sebagai bangsa Indonesia Indonesia yang merdeka dan berdaulat untuk
membentuk pemerintah sendiri ynag sah serta usahamenjamin hak-haknya disertai
menentang penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini hanya dapat dilakukan dalam
kerangka negara konstitusional, pembentukan negara konstitusional merupakan
bagian dari upaya mencapai kemerdekaan, karena hanya dalam kerangka
kelembagaan ini dapat dibangun masyarakat yang demokratis.

8)      Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

Bentuk negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan


rakyat. Bentuk negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah
republic. Sistem politik yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan
rakyat). Saat ini identitas negara kesatuan disepakati untuk tidak dilakukan
perubahan.
 
9)      Konsepsi Wawasan Nusantara

Wawasan artinya pandanagan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi.


Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui arti pengaruh-pengaruhnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, wawasan juga mempunyai pengertian
menggambarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau cara tangggap
indrawi. Kata nasional menunjukkan kata sifat atau ruang lingkup. Bentuk kata
yang berasal dari istilah nation itu berarti bangsa yang telah mengidentifikasikan
diri ke dalam kehidupan berneegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai
bangsa yang telah menegara. Nusantara perairan dan gugusan pulau-pulau yang
terletak di antara Samudra Pasifik dan Samudra Indonesia, serta di antara Benua
Asia dan Benua Australia.
Wawasan nasional merupakan “cara pandang” suatu bangsa tentang diri
dan lingkungannya. Wawasan merupakan penjabaran dari filsafat bangsa
Indonesia sesuai dengan keadaan geografis suatu bangsa, serta sejarah yang
pernah dialaminya. Esensinya, ialah bagaimana bangsa itu memanfaatkan kondisi
geografis, sejarahnya, serta kondisi sosial budayanya dalam mencapai cita-cita
dan tujuan nasionalnya.

Dengan demikian wawasan nusantara dapat diartikan sebagai cara


pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide
nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi
bangsa yang merdeka, berdaulat, berrmartabat, serta menjiwai tata  hidup dan
tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara
adalah cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bersikap, cara
bersikap, cara berpikir, cara bertingkah laku bangsa Indonesia sebagai interaksi
proses psikologis, sosiokultural, dengan aspek astagatra (kondisi geografis,
kekayaan alam, dan kemampuan alam serta ipoleksosbud hankam)

10)  Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional

Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang


isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara
kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman
untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai
dengan lingkungan yang dihadapi.

Kebudayaan dapat dimaknai sebagai suatu budi dan daya manusia yang
tidak ternilai harganya dan mempunyai manfaat bagi kehidupan umat manusia,
baik pada masa lampau, masa kini, maupun pada masa yang akan datang.
Kebudayaan dapat pula berbentuk kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional.
Kebudayaan daerah yaitu suatu budaya asli setiap suku atau daerah yang diwarisi
dari nenek moyang secara turun-temurun. Kebudayaan daerah kita pelihara dan
kita kembangkan menjadi kebudayaan nasional yang dinikmati oleh seluruh
bangsa. Jadi, kebudayaan nasional yaitu suatu perpaduan dan pengembangan
berbagai macam kebudayaan daerah yang terus menerus dibina dan dilestarikan
keberadaannya, sehingga menjadi milik bersama.

2.7 Dinamika dan Tantangan Identitas Nasional

Secara sederhana, jati diri bangsa Indonesia meliputi ruh kebangsaan


Indonesia, bangsa-bangsa Indonesia, pembentukan Pancasila, bahasa nasional,
bahasa Indonesia, lagu kebangsaan Indonesia Raya, lambing Burung Garuda,
semboyan negara "Bhinneka Tunggal Ika", bendera sang Saka Merah Putih,
konstitusi negara UUD 1945, bentuk negara, konsep wawasan nusantara, serta
tradisi dan budaya daerah. (Dwi Sulisworo, dkk, 2012). Setelah mengalami
banyak cobaan dan proses yang panjang, budaya daerah telah diterima secara luas
sebagai bagian dari budaya nasional. Proses ini berarti proses mewujudkan
impian, imajinasi dan cita-cita bangsa Indonesia di dalam, di luar, keadilan,
kemakmuran, harkat dan martabat di dunia internasional.

Karena kedudukan yang sangat penting ini, setiap negara pasti memiliki
identitas nasional. Karena tanpa adanya identitas nasional, suatu negara akan
terguncang. Namun jika kita melihat apa yang terjadi di masyarakat saat ini,
seolah-olah identitas negara kita tergerus oleh pengaruh pihak luar. Budaya barat
yang masuk ke negara kita terserap dengan baik oleh masyarakat. Orang lebih
mudah menerima budaya Barat yang tidak sejalan dengan gaya Timur. Yang
mana pada dasarnya tetap mengedepankan nilai moral dan etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Namun dalam kenyataannya, hal tersebut seringkali
terabaikan. Melihat fakta ini, terlihat jelas bahwa dengan munculnya budaya Barat
yang tidak sejalan dengan budaya Indonesia, menyebabkan identitas bangsa mulai
terkikis.

Dengan adanya arus globalisasi ini, membuka portal segala aspek


kehidupan dunia dengan cepatnya penyebaran informasi yang disebabkan oleh
kecanggihan teknologi yang semakin pesat. Hal ini mengakibatkan perbatasan
antar negara hampir tidak ada artinya, dimana perbatasan tidak lagi menjadi
penghalang. Dalam hubungan yang semakin erat antar negara, maka akan terjadi
proses adaptasi timbal balik, saling meniru dan saling mempengaruhi antar
budaya masing-masing. Yang perlu kita cermati dari proses adaptasi budaya
tersebut adalah apakah dapat menghilangkan nilai-nilai jati diri bangsa Indonesia.
Pudarnya nilai tersebut biasanya diindikasikan oleh dua faktor, yaitu:
a. Sikap individualisme semakin menonjol, yaitu kepentingan pribadi lebih
diutamakan daripada kepentingan umum yang bertentangan dengan
prinsip gotong royong.
b. Sikap materialisme semakin dominan, artinya martabat manusia hanya
bisa diukur dari hasil atau kesuksesan kekayaan seseorang. Hal ini dapat
menyebabkan tidak dihiraukan lagi bagaimana cara mendapatkan
kesuksesan tersebut. Jika ini terjadi, berarti etika dan moralitas telah
dikesampingkan.
Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat
terhadap nilai-nilai asing yang negatif semakin besar. Jika proses ini tidak segera
dihentikan, maka akan menyebabkan masyarakat menjadi tidak bangga dengan
negaranya sendiri. Efek negatif dari proses tersebut dapat merusak nilai-nilai yang
sudah ada di masyarakat kita. Jika semua itu tidak bisa dihentikan, maka akan
menghancurkan ketahanan semua aspek bahkan mengarah pada kredibilitas
ideologi.

Perkembangan situasi global memengaruhi perjalanan bangsa Indonesia.


Dengan segala kemampuan Indonesia dituntut siap untuk mematangkan ideologi
ini sebagai pedoman utama dalam perkembangan demokrasi global. Memang
tidak dapat dipungkiri adanya demokrasi global ini membawa dampak postif
untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Namun, pengaruh negatif
dapat mempengaruhi, jika bangsa Indonesia tidak siap beradaptasi dan mampu
memanfaatkan teknologi dalam kehidupan kenegaraan. Dampak dari perubahan
global dapat dilihat dari permasalahan pertahanan negara yang menyangkut
perbatasan wilayah dengan negara tetangga. Selain itu, juga menyebabkan
disintegrasi bangsa, seperti menurunnya semangat persatuan dan rasa
nasionalisme pada saat ini.

Bung Karno mengatakan, nasionalisme kita adalah nasionalise yang


menuju pada kekeluargaan bangsa-bangsa, menuju persaudaraan dunia. Lebih
jauh juga Soekarno mengatakan yang dimaksud bangsa Indonesia adalah seluruh
manusia yang menurut wilayahnya tinggal bersama di wilayah nusantara dari
ujung barat (Sabang) sampai ujung timur (Merauke). (Hassan Suryono, 2008). Hal
ini menunjukkan bahwa nasionalisme merupakan wujud kualitas dan kesadaran
nasional warga negara dalam tatanan hidup berbangsa. Dimana kesadaran
nasional merupakan integritas manusia sebagai subjek bangsa, budaya, dan
sekaligus subjek moral yang menunjukkan martabat manusia dan martabat
bangsa. Martabat tersebut tercermin dalam setiap butir nilai Pancasila yang
meliputi, nilai ketuhanan, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Dalam Pancasila mengandung Bhineka Tunggal Ika yang mencerminkan
keberagaman yang bersatu padu menjadi kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Namun, Pancasila juga memiliki tantangan dan masalah yang dihadapi


dalam tatanan kenegaraan bangsa Indonesia. Menurut Azyumardi Azra (Tilaar,
2007), saat ini Pancasila sulit dan dimarginalkan di dalam semua kehidupan
masyarakat Indonesia karena:

a. Pancasila dijadikan sebagai kendaraan politik;


b. Adanya liberalisme politik; dan
c. Lahirnya desentralisasi atau otonomi daerah.
Menurut Tilaar (2007), Pancasila telah terlanjur tercemar dalam era Orde
Baru yang telah menjadikan Pancasila sebagai kendaraan politik untuk
mempertahankan kekuasaan yang ada. Liberalisme politik terjadi pada saat awal
reformasi yakni pada pasca pemerintahan Orde Baru. Pada saat itu, ada kebijakan
pemerintahan Presiden Habibie yang menghapuskan ketentuan tentang Pancasila
sebagai satu-satunya asas untuk organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi
partai politik. Sedangkan, lahirnya peraturan perundangan tentang desentralisasi
dan otonomi daerah seperti lahirnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang
diperbaharui menjadi Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
telah berdampak positif dan negatif. Dampak negatifnya antara lain munculnya
nilai-nilai primordialisme kedaerahan sehingga tidak jarang munculnya rasa
kedaerahan yang sempit.

Perlu disadari bahwa permasalahan diatas disebabkan karena rendahnya


pemahaman dan kesadaran warga negara dalam bersikap dan bertingkah laku
dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Sudah sepatutnya bahwa nilai Pancasila dijadikan
sebagai pegangan bersama untuk mempertahankan rasa nasionalisme agar tidak
terombang-ambing oleh pengaruh budaya luar.

Bangsa Indonesia yang modern perlu digagas lagi dalam kerangka bahwa
Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa,
ras, dan agama serta kepercayaan yang beragam. Dalam hal ini masyarakat harus
bersepakat membentuk Indonesia sebagai suatu negara dan bangsa. Kenyataan ini
harus diingat dan disikapi secara dewasa dan bijak. Konsep wawasan nusantara
perlu diterapkan dalam membangun bangsa Indonesia yang majemuk ini.
Wawasan nusantara merupakan suatu nilai luhur bangsa yang dapat
mempersatukan masyarakat Indonesia. Revitalisasi wawasan nusantara dapat
menjadi visi dan misi yang dapat diterima oleh semua golongan dan kepentingan
bangsa dan negara.
Dengan integritas kenegaraan, Pancasila dapat mengalami revitalisasi
secara politik, sosial, ekonomi, maupun budaya. Seluruh warga negara Indonesia
diharapkan mampu melakukan obsrvasi secara kritis terhadap Pancasila.
Penyesuain terhadap perkembangan zaman perlu dilakukan dengan syarat tidak
keluar dari nilai-nilai dasar yang tertuang dalam Pancasila.

Seperti mulai memudarnya nilai-nilai kekeluargaan, semangat gotong


royong, tenggang rasa, norma susila, kesopanan, dan adat istiadat bangsa.
Munculnya sikap primordialisme yang berarti berwawasan sempit dan isolatif
serta hanya mengutamakan kepentingan golongan tertentu saja. Tentunya hal
tersebut sangat bertentangan dengan Pancasila yang dapat menyebabkan
berkurangnya ketangguhan bangsa dalam membangun masyarakat yang
nasionalisme dalam upaya mempertahankan identitas nasional.

Tantangan dalam menghadapi identitas nasional sesungguhnya juga dapat


berasal dari bangsa Indonesia sendiri. Kecenderungan bangsa Indonesia yang
menatap persoalan sebelah mata saja dan berdasarkan pemikiran yang bersifat
kedaerahan merupakan kendala dalam terwujudnya Pancasila sebagai identitas
nasional dan pemersatu bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya
penumbuhan kesadaran akan nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mengetahui
dan memahami nilai-nilai Pancasila sejak awal kehidupan sekolah sangat
membantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai-nilai Pancasila.
Perlu kita pahami betul bahwa Pancasila adalah pedoman hidup berbangsa,
sehingga kita memiliki kewajiban untuk mewujudkannya.

2.8 Upaya Mempertahankan Identitas Nasional


Tantangan terkait berkurangnya kesadaran nasionalisme dan patriotisme
perlu mendapat perhatian. Bangsa Indonesia perlu mencari strategi untuk
mengalihkan kecintannya kepada budaya luar negeri menjadi mencintai produk
dalam negeri. Untuk itu diperlukan upaya generasi baru untuk mendorong bangsa
Indonesia meraih prestasi yang tidak dapat dicapai oleh negara lain.

Bangsa Indonesia perlu melakukan upaya untuk mengembangkan strategi


transfer hal-hal yang dicintainya kepada negaranya sendiri. Begitu pula jika
masyarakat Indonesia menghargai prestasi negara lain, tetapi tidak bangga dengan
prestasi negaranya sendiri, sebenarnya hal yang aneh. Hal ini menuntut generasi
baru bangsa Indonesia untuk melakukan upaya mendorong bangsa Indonesia
meraih prestasi yang tidak bisa diraih di luar negeri. Begitu pula, jika orang
Indonesia lebih bangga menggunakan produk luar negeri daripada produknya
sendiri, maka negara Indonesia harus bisa mendorong jiwa bersaing
masyarakatnya. Intinya, perlu menginspirasi bangsa Indonesia untuk menjadi
negara dengan etika profesional yang tinggi, kerja keras, ulet, tidak malas, dan
menjunjung tinggi nilai kejujuran. Semua nilai tersebut telah tercantum dalam
Pancasila, sehingga jika bangsa Indonesia memiliki kemampuan dan komitmen
untuk mengamalkan Pancasila, maka semua masalah pada akhirnya akan
terselesaikan. Untuk itu, maka perlu diambil keputusan dalam melangkah menuju
kehidupan yang nasionalisme. Yang pertama yaitu menggunakan Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya terdapat Pancasila untuk menata
kembali kerangka kehidupan bernegara. Kedua, menentukan sikap perilaku bagi
penyelenggara negara yang berjiwa patriotisme dan kenegaraan. Ketiga,
menegakkan konstitusi, undang-undang, dan peraturan lain yang sudah
ditetapkan.

Upaya pemberdayaan identitas nasional perlu ditempuh melalui revitalisasi


nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, yang mengandung dimensi
seperti di bawah ini:
a. Realitas, dalam arti nilai-nilai yang dikandung Pancasila bersifat objektif
yang dapat tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.
b. Idealitas, dalam arti idealisme yang dikandung Pancasila bukan sekedar
utopis tanpa makna tetapi sebuah kata kerja untuk membangkitkan gairah
dan optimism dalam menjalani masa depan.
c. Fleksibilitas, artinya Pancasila terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan sehingga Pancasila tetap actual,
relevan serta fungsional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia yang berbhineka tunggal ika.
Revitalisasi Pancasila dapat dimulai dengan menjadikan sebagai wacana
publik sekaligus penilaian kembali atas pemaknaan Pancasila selama ini. Dengan
membuat Pancasila sebagai wacana publik, dapat ditinjau kembali pengertian
Pancasila seperti apa. Kemudian menghasilkan ide dan makna baru. Oleh karena
itu, Pancasila sebagai wacana publik dapat menjadi tahap awal kunci dalam
merekonstruksi Pancasila sebagai ideologi terbuka, yang bisa dijelaskan terus
menerus agar tetap relevan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Melalui revitalisasi Pancasila sebagai wujud pemberdayaan identitas nasional


inilah, maka identitas nasional dapat dikaji sebagai referensi kritik sosial terhadap
berbagai penyimpangan yang melanda masyarakat Indonesia. Dalam membentuk
jati diri maka nilai-nilai yang ada harus digali terlebih dahulu, misalnya seperti
nilai keagamaan, gotong royong, kemanusiaan, persatuan kesatuan, saling
menghargai, saling berbagi, dan masih banyak lagi. Nilai-nilai tersebut sangat
berarti dalam memperkuat rasa nasionalisme bangsa. Dengan saling mengerti
antara satu dengan yang lainnya, maka secara otomatis akan memperlihatkan jati
diri bangsa kita sehingga akan mewujudkan identitas nasional bangsa Indonesia.

Sementara itu, untuk mengembangkan jati diri bangsa dapat dilakukan


dengan cara meningkatkan nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, berani mengambil
risiko, bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan, serta adanya
kesepakatan dan berbagi terhadap sesama. Dengan demikian, perlu perjuangan
dan ketentuan untuk menyatukan nilai, cipta, rasa, dan karsa itu. (Soemarno,
Soedarsono).

Selain itu, pendidikan dan kebudayaan nasional juga memiliki peran penting
dalam mempertahankan identitas nasional. Apabila dikaitakan dengan
meningkatkan nilai-nilai integritas dan identitas nasional jelas bahwa pendidikan
mempunyai peran utama. Dalam hal ini peran pendidikan harus dipandang baik
dari sudut pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan
nonformal. Hal ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya :

a. Perlunya paradigma baru pendidikan


Dalam pendidikan perlu ditekankan konsep belajar untuk mengetahui
(learning to know), belajar untuk dilakukan atau diterapkan (learning to
do), belajar untuk apa (learning to be), belajar untuk kehidupan bersama
(learning to live). Dengan begitu selain menguasai informasi dan ilmu
pengetahuan, juga memiliki tanggung jawab (sense of responbility) dan
kepedulian sosial yang tinggi. (Soyomukti, 2008).
b. Perlu pendidikan berperspektif global
Kompetisi global menuntut kita untuk menyetarakan kemampuan sumber
daya manusia (SDM) dengan bangsa luar. Rendahnya kualitas SDM
bangsa Indonesia menjadikan daya saing kita sebagai bangsa terlihat
rendah di mata bangsa asing. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan yang
berkualitas agar dapat dipandang sebagai bangsa yang berintegritas
internasional oleh negara lain.
c. Perlu pendidikan berperspektif lingkungan
Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia sudah seharusnya
menunjukkan jati diri sebagai bangsa yang mencintai lingkungan. Identitas
kita sebagai bangsa seharusnya tidak tergerus oleh perilaku tamak dengan
melakukan pembalakan liar dan illegal loging.
d. Pentingnya Pendidikan Moral dan Budi Pekerti
Pendidikan moral dan budi pekerti ini sangat penting dalam membentuk
generasi berkarakter yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Masyarakat
yang bermoral menunjukkan martabat dan jati diri bangsa Indonesia.
e. Pentingnya pendidikan multikultural
Bangsa Indonesia yang memiliki masyarakat yang beragam diperlukan
pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural menjadi sangat strategis untuk
dapat mengelola kemajemukan secara kreatif sehingga konflik yang muncul
sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola secara
cerdas dan menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan. (Masa
Asy’arie, dalam Suwandi, 2010)

Integrasi pendidikan dan budaya bangsa akan memperkuat identitas


nasional, yang dapat menumbuhkan rasa bangga, sikap nasionalisme dan sikap
patriotisme terhadap bangsa dan negara. Hal ini tentunya akan memperkuat
persatuan dan kesatuan dalam kerangka satu negara, satu negara, dan satu bahasa.
Oleh karena itu, keterpaduan pendidikan multikultural dan pendidikan berbasis
kearifan lokal memiliki kontribusi yang penting, karena kearifan lokal merupakan
pilar kebudayaan bangsa dan termasuk dalam nilai luhur Pancasila.

Mengenai persoalan moral dan kemerosotan nilai-nilai kebangsaan,


merupakan prasyarat penting untuk merefleksikan urgensi pendidikan
multikultural yang berbasis kearifan lokal. Menyimpangnya nilai Pancasila dalam
tren globalisasi yang ditandai dengan berbagai fenomena sosial membuat
masyarakat khawatir akan masa depan Indonesia. Oleh karena itu, penguatan
identitas nasional melalui perwujudan nilai-nilai kearifan lokal dalam pendidikan
multikultural diharapkan dapat membawa optimisme baru bagi generasi Indonesia
untuk masa depan yang lebih baik. Seperti yang dikatakan Amirin (2012: 5),
penyelenggaraan pendidikan multikultural di Indonesia harus berpijak pada
realitas dan kearifan lokal bangsa Indonesia. (local wisdom), memperhatikan ciri-
ciri bangsa dan budaya Indonesia.

Dalam memperkuat identitas nasional melalui pendidikan multikultural


berbasis kearifan lokal, bertujuan untuk mewujudkan warga negara yang
berwarganegaraan multikultural, yaitu yang memahami jati diri bangsa,
kesetaraan harkat dan martabat manusia, serta menghargai keragaman dan
kebhinekaan dengan tetap mengakui, melindungi dan memelihara nilai-nilai
kearifan lokal dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
berbangsa.

2.9 Esensi dan Urgensi Identitas Nasional


Identitas nasional penting bagi bangsa, sebagaimana telah dijelaskan
bahwa sebuah negara dapat diibaratkan sebagai seorang individu manusia. Sesuai
kodratnya manusia sebagai makhluk sosial, dimana setiap manusia membutuhkan
pertolongan orang lain. Dari hal tersebut, secara tidak langsung manusia akan
saling mengenal dalam kehidupan sosialnya untuk berinteraksi dengan orang lain.
Agar manusia dapat mengenal atau dikenali oleh manusia lain, maka setiap
individu perlu memiliki ciri atau identitas diri.

Kenyataan bahwa setiap manusia memiliki identitas diri ini, dapat kita
analogikan seperti identitas nasional suatu bangsa. Identitas nasional itu penting
bagi sebuah negara agar dapat dikenal oleh negara lain. Jika kita dipahami oleh
negara lain, kita bisa terus bertahan untuk eksis sebagai bangsa sesuai dengan
fitrahnya. Identitas nasional suatu bangsa sangat penting bagi kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Tidak mungkin suatu negara dapat bertahan hidup
sendiri. Setiap negara memiliki keterbatasannya masing-masing, sehingga
dibutuhkan bantuan dari negara atau kawasan lain. Begitu pula kita harus
memiliki identitas yang diakui oleh Indonesia agar negara lain dapat saling
memenuhi kebutuhan satu sama lain. Oleh karena itu, jati diri bangsa sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan nasional bangsa dan negara
Indonesia.

Negara Indonesia berhasil menyingkirkan kekuasaan asing dan kemudian


memproklamasikan kemerdekaan. Para pendiri negara segera memberangkatkan
atau berdakwah ke negara dan daerah lain untuk mendedikasikan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah mendirikan negara yang berdaulat,
bersatu, dan berdaulat, serta telah membuat komitmen yang teguh untuk negara
yang adil dan makmur. Sejak saat itu, negara lain lebih dulu mengakui
kewarganegaraan Indonesia. Wilayah NKRI terbentang dari Sabang sampai
Merauke, dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote. NKRI memiliki jumlah
penduduk yang besar, dengan lebih dari 700 suku bangsa dan lebih dari 200
bahasa daerah, namun memiliki ciri khas suku bangsa di Indonesia. Pemerintahan
NKRI dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (Soekarno-
Hatta saat pertama). Setelah Indonesia merdeka, Mesir menjadi negara pertama
yang mengakui keberadaan Republik Indonesia.

Guna memperkuat jati diri bangsa dalam konteks hubungan internasional,


setiap negara memiliki bendera nasional, lambang negara, bahasa nasional, dan
lagu kebangsaan. Dalam kapasitas tersebut, Negara Kesatuan Republik Indonesia
akan menjadi lebih kuat dan diakui oleh negara dan dunia internasional. Tentu kita
tidak ingin lagi orang asing tidak mengenal Indonesia.
Identitas nasional sangat penting bagi wibawa negara dan bangsa
Indonesia. Dengan memahami identitas satu sama lain, saling menghormati, dan
saling pengertian, tidak akan ada stratifikasi antar negara. Dalam hubungan antar
negara terjalin hubungan yang setara karena setiap negara mengakui bahwa tidak
ada negara berdaulat yang dapat melebihi kedaulatan negara lain. Istilah ini dalam
hukum internasional dikenal dengan asas “Par imparem non habet imperium”.
Artinya negara berdaulat tidak dapat melaksanakan yurisdiksi terhadap negara
berdaulat lainnya.

Kesimpulan

Dinamika dan tantangan identitas nasional meliputi melunturnya nilai-nilai


luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara karena dampak dari arus
globalisasi. Selain itu, nilai-nilai Pancasila belum menjadi acuan sikap dan
perilaku sehari-hari. Rasa nasionalisme dan patriotisme juga dianggap telah
memudar pada saat ini. Untuk itu, diperlukan upaya dalam mempertahankan
identitas nasional, yaitu dengan cara merevitalisasi nilai-nilai Pancasila,
meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Indonesia, dan meningkatkan rasa
nasionalisme serta patriotisme dalam sendi kehidupan berbangsa. Upaya-upaya
tersebut perlu segera diterapkan karena mengingat bahwa identitas nasional
penting bagi bangsa Indonesia. Urgensi identitas nasional Indonesia ini
disebabkan karena bangsa Indonesia dapat dibedakan dan dikenal oleh bangsa
lain, identitas nasional sangat penting dalam mempersatukan bangsa dan
menunjukkan kewibawaan sebagai ciri khas negara Indonesia.
Daftar Pustaka
Alfaqi, M. Z. (2006). Melihat Sejarah Nasionalisme Indoneesia Untuk Memupuk
Sikap Kebangsaan Generasi Muda. Jurnal Civis , 13(2): 209-216.

Alpin, Arif, A., & dkk. (n.d.). Makalah Pendidikan Kewarganegaraan (Identitas
Nasional).

Arif, B., & dkk. (2012). Identitas Nasional. . Bahan Ajar.

Astawa, P.A. . (2017). Identitas Nasional. Materi Kuliah Kewarganegaraan. .


Universitas Udayana. Bali.

Devi, R., & Daulay, F. S. (n.d.). IDENTITAS NASIONAL BANGSA


INDONESIA.

Dwi, S., Triwahyuningsih, T., & Dikdik Baehaqi Arif, D. B. A. (2012). Identitas
Nasional.

Iramdhan. (2017). Paham Nasionalisme Dan Pergerakan Kebangsaan Di


Indonesia Dari Tahun 1990 Sampai Dengan Tahun 1942. . Iramdhan.
2017. Paham Nasionalisme Dan PergerakJurnal Ilmiah Pendidikan dan
Ekonomi., 1(1): 75-85.

Ismail, I., & Sri Hartati. . (2020). Pendidikan Kewarganegaraan (Konsep Dasar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia). Qiara Media.

Lubis.,Maulana, A. . (2019). Pembelajaran PPKN di SD/MI Kelas Rendah.


Manggu Makmur Tanjung Lestari. Bandung.

Nurwardani, P. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan


TinggiDirektorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ristekdikti.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ristekdikti.
Jakarta.
Parji, P. (2011). PENGEMBANGAN NILAI-NILAI INTEGRITAS DAN
IDENTITAS NASIONAL DARI PERSPEKTIF PENDIDIKAN.
SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA, 1(2).

Setiarsih, A. (2016). Penguatan Identitas Nasional Melalui Pendidikan


Multikultural Berbasis Kearifan Lokal.

Sulisworo, T.D., Wahyuningsih, D., Arif, B. (2012). (2012). Identitas Nasional.


Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Ahmad Dahlan.
Yogyakarta.

Winarno. (2013). PARADIGMA BARU PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN PANDUAN. Jakarta, PT Bumi Aksara .

Anda mungkin juga menyukai