MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar
Pendidikan Kewarganegaraan
Universitas Jember
Dosen Pembimbing:
Dr. Sumardi, M.Hum.
Oleh:
Golongan 25/Kelompok 1
Moch Rezky Maulana (201510501020)
Khoirul Anam (201510501028)
Andika Arif Kusuma (201510601064)
Arina Hikmatul Husna (201510901031)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1.PENDAHULUAN
Dengan adanya nilai nilai tersebut, dapat dijadikan sebagai cara untuk
mewujudkan cita cita bangsa Indonesia.Salah satu cita cita bagi bangsa Indonesia
adalah tertuang pada pncasila sila ke 3. Makna persatuan yang terdapat pada
pancasila sila ke 3 ini adalah bersayinya berbagai macam corak yang sangat kaya
dan beraneka ragam menjadi satu kesatuan. Jadi dapat diartikan bawasanya
persatuan suatu bangsa yang terletak pada suatu wiyah bersatu karena didorong
oleh rasa untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas di dalam suatu
Negara yang berdaulat. Kesatuan ini diperlukan mengingat struktur dan komposisi
masyarakat Indonesia yang sangat pluralis, baik dari segi agama, suku, etnis,
budaya, ekonomi, dan sebagainya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hal
yang mempersatukan bangsa Indonesia bukanlah kesamaan identitas sebagai suatu
kelompok, melainkan perasaan senasib yang pada akhirnya menumbuhkan tekad
bagi bangsa Indonesia untuk bersatu. Hal ini akan mudah terealisasikan jika kita
berpedoman terhadap nilai nilai pancasila.
2.1.4 Penjabaran Nilai-Nilai Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan adanya dasar ketuhanan maka bangsa Indonesia mengakui dan
percaya akan adanya tuhan. Semua kegiatan individu maupun kegiatan umum
yang sebagai penyelenggara harus mengamalkan nilai ketuhanan ini. Kita
diajarkan untuk sling menghormati, saling toleransi antar umat beragama,
berusaha untuk selalu bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa. Nilai ketuhanan ini
menjadi sangat penting untuk menjalankan kewajiban sesuai agama dan
keyakinan masing masing.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan tidak mengenal akan adanya
perbedaan antar sesama manusia. Manusia memiliki hak yang sama, oleh karena
itu tidak akan pernah dibenarkan jika manusia ingin menguasai manusia lain, atau
bangsa menguasai bangsa lain. Hakekatnya manusia harus memiliki sikap adil
terhadapa dirinya, adil terhadap oran lain, dan terhadap bangsa dan Negara.
Sebagai manusia kita juga harus sikap yang beradap, dimana kita harus
menjunjung tinggi hrkat dan martabat manusia, menjunjung tinggi hak asasi
mnusia, menyadari akan kesamaan hak tnpa menbedakan, ras, agama, suku ,dan
budaya, serta mengembangkan sikap saling cinta.
3. Persatuan Indonesia
Rasa nasionalisme dapat diwujudkan dengan cara memukuk persatuan dan
kesatuan yang erat antar sesame warga Negara, tanpa harus membeda bedakan
satu sama lain untuk mewujudkan satu cita cita yang sama. Persatuan akan
mewujudkan sikap persaudaran antar individu, umun, bangsa dan Negara. Negara
ini merupakan tempat berkumpulnya semua elemen masyarakata, perbedaan ini
beraneka ragam, akan tetapi membuat kita bersatu, mengingat adanya BHINEKA
TUNGGAL IKA. Negara membebsakan masing masing golongan untuk hidup
rukun dan saling berdampingan. Demi persatuan dan kesatuan setiap individu
harus mementingkan kepentingan Negara dibandingkan kepentingan pribadi.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Dasar paham akan musyawrah untuk mencapai mufakat menunjukan
suatu sikap yang demokratis. Dalam prakteknya pengamalan sila ke 4 dapat
ditunjukan dalam: adanya kebebasan tetapi harus disertai dengan rasa tanggung
jawab, memnjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan, menjamin dan
memperkokoh persatuan dn kesatuan, mengakui atas perbedaan pendapat,
mengakui akan adanya persamaan hak, menjunjung tinggi asas musawarah.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai yang harus diwujudkan kita semua adalah bawasanya Negara wajib
untuk memuhi keadilan untuk menjamin tingkat kesejahteraan bagi warga
negaranya. Kedilan harus terwujud untuk kehidupan bersama. Negara harus
mewujudkan tujuan Negara untuk kesejahteraan rakyatnya, melindungi seluruh
rakyatnya, serta mencerdaskan kehidupan bangsa
Sebagai suatu pandangan hidup bangsa, maka sila-sila Pancasila
merupakan suatu system nilai, pada hakikatnya sila-sila pancasila merupakan
suatu kesatuan. Setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan
antara satu dengan yang lainnya namun kesemuanya merupakan suatu kesatuan
yang sistematis. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang adil dan Beradab, nilai persatuan
Indonesia nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusywaratan/perwakilan, dan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2.2 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara
2.2.1 Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata idea, yang memiliki arti gagasan, konsep,
pengertian dasar dan cita-cita. Kemudianlogos memiliki arti ilmu. Jadi secara
etimologis, ideology memiliki arti ilmu tentang ide-ide (the science of ideas), atau
ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan, 2013: 60-61). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi didefinisikan sebagai kumpulan konsep
bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup. Ideologi juga dapat diartikan sebuah cara berpikir dari suatu
individu atau suatu golongan. Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan tujuan
yang merupakan satu program sosial politik (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2008: 517).
Ideologi menurut The AdvenceLearner’s Dictionnary merupakan suatu
sistemdari ideatau hasil pemikiranyang telah dirumuskan dan diperuntukkan teori
politikatau ekonomi. Ideologi menurutTheWbster’s New Collegiate
Dictionaryadalah : 1. cara hidup (tingkah laku) atauhasilpemikiran yang
menunjukkan sifatsifattertentu dari pada seorang individuatau sesuatu kelas; 2.
Pola pikiranmengenai pengembangan pergerakan ataukebudayaan (Sukarna,
1981).Soejono Soemargono (1986) dalam Slamet Sutrisno (1986) secara umum
mengartikan ideologi adalah sekumpulan keyakinan-keyakinan, kepercayaan-
kepercayaan, gagasan-gagasan yang menyangkut serta mengatur tingkah laku
sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.
Menurut Koento Wibisono (1989) apabila diteliti dengan cermat ada
kesamaan unsur ideologi yaitu : keyakinan, mitos dan loyalitas. Keyakinan
memiliki makna bahwa tiap ideologi selalu memuat gagasan vital dan konsep
dasar yang menggambarkan keyakinan dan diorientasikan kepada perbuatan
manusia sebagai subyek pendukung untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Mitos, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu memitoskan sesuatu ajaran, dan
secara optimistik-deterministik mengajarkan, bagaimana suatu ideology pastidapat
dicapai. Loyalitas nenpunyai makna, setiap ideologi selalu menuntut loyalitas dan
juga keterlibatan dari para pendukungnya. Karena itulah agar suatu ideology
mampu menarik keterlibatan optimal para pendukungnya, yang berarti bahwa
ideologi tersebut mendapatkan ‘derajat penerimaan optimal’ dari para
pendukungnya, maka dalam ideologi tersebut juga harus terkandung unsurunsur :
rasionalitas (logos), penghayatannya (pathos), dan susilanya (ethos) sedemikian
rupa dengan unsur-unsur tersebut, suatu konsep ideologi akan dapat diharapkan
mengejewantah dalam perilaku konkrit. (Koento Wibisono, 1989)
Namun berbagai hal variasi definisi ideologi itu, yang jelas ideologi adalah
hasil dari suatu kegiatan pemikiran. Sebuah pemikiran yang dituntut untuk
menggunakan ratio. Immanuel Kant(1724-1804) seorang filosof Jerman
mengemukakan bahwa ratio manusia itu di dalam kegiatan pemikirannya terbagi
dua yaitu : Reinen Vernunft atau pure reason atau pikiran murni, dan ractische
Vernunft atau practical reason atau pikiran praktis. Pure reason sejatinya bersifat
metaphysis yang berarti keluar jagat raya sampai kepada Lex Devina atau Tuhan
yang menciptakan alam semesta dengan isinya juga. Sedangkan didalampractical
reason masih berkaitan denganexperience atau pengalaman. Dengan
menggunakan teori Immanuel Kant itu maka dalam ideology sebagai hasil
pemikiran manusia dalam bidang kehidupannnya, tidak akan dapat lepas terhadap
kepercayaan adanya yang Maha Ghaib, yaitu Tuhan yang Maha Esa dan terlepas
dari pengalaman-pengalamanyang telah dialami manusia pada masasilam dan
masa sekarang.
2.2.2 Sejarah lahirnya Ideology Pancasila
Pancasila lahir dan dirumuskan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Sidang BPUPKI ini dilaksanakan 2
kali, yang pertama pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 dan sidang kedua pada
tanggal 10 Juli – 17 Juli 1945. Pada sidang pertama, tanggal 29 Mei 1945 Moh.
Yamin menyampaikan pidatonya, pada tanggal 31 Mei 1945 Mr. Soepomo
menyampaikan pidato, dan pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan
pidatonya. Soekarno beranggapan bahwa dasar negara sebagai philosofische
grondslag yang bermakna fondamen, filsafat, dan pikiran yang dalam dan
diatasnya akan didirikan bangunan negara Indonesia. Soekarno juga memaknai
dengan istilah Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila adalah lima
dasaratau lima asas. Selain Soekarno, anggota BPUPKI yang lain juga ikut
berpartisipasi dalam mengemukakan pendapat baik secara lisan maupun tertulis.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan dalam persidangan tersebut, kemudian
ditunjuk 9 orang yang kini dikenal dengan panitia sembilan yang terdiri dari : Ir.
Soekarno, Drs. M. Hatta, Mr. M. Yamin, Abdul Kahar Muzakkar, Ahmad
Soebardjo, Mr. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso,H. Agus Salim, dan K.H.
Wachid Hasjim. Panitia sembilan menghasilkan rumusan yang kemudian dikenal
dengan Piagam Jakarta dan diterima oleh BPUPKI pada tanggal 10 Juli
1945.Kemudian dilaksanakan sidang BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli
1945 di Jalan Pejambon Jakarta mengenai “Persiapan Rancangan Hukum dasar”.
Ir.Soekarno melaporkan bahwa pada tanggal 22 Juni 1945, panitia sembilan telah
merumuskan Pancasila sebagai bentuk persetujuan antara pihak islam dan pihak
kebangsaan. Rumusan Pancasila tersebut dikenal dengan piagam Jakarta (Djakarta
Charter). Sidang BPUPKI kedua menghasilkan rumusan dasar negara yang
berbunyi:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi
para pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakila
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dokumen inilah yang kemudian menjadi Pembukaan UUD 1945 dan
setelah mengalami diskusi dengan pencoretan tujuh kata. Meskipun pengaruh
Soekarno cukup besar dalam perumusan, namun tetap dianggap hasil perumusan
BPUPKI yang mana sebagai representasi berbagai pemikiran anggota BPUPKI.
Selain berisi lima dasar negara yang dikemukakan Soekarno, juga memuat
pokokpikiran yang lain. Jika dasar negara disebut Soekarno sebagai Philosofische
grondslag ataupun Weltanschauung, maka hasil dari sidang tersebut berupa
Piagam Jakarta disebut dengan Pembukaan UUD 1945, yang merupakan
Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai dan
prinsip Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar negara Indonesia yang mana
termasuk Pancasila.
Setelah rumusan dan sistematika Pancasila diterima oleh Badan Penyidik,
kemudian pada tanggal 9 Agustus 1945 dibentuklah Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang pada awal pembentukannya beranggotakan
21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1
orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang
dari golongan Tionghoa), dan pada akhirnya bertambah enam orang lagi.Dari sini,
PPKI mengadakan 2 kali sidang, yang mana sidang pertama dilaksanakan pada
tanggal 7 Agustus 1945 dan sidang kedua dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus
1945. Dari sidang pertama PPKI menghasilkan beberapa keputusan:
a. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan.
i. Menetapkan Pigam Jakarta dengan beberapa perubahan menjadi
pembukaan UUD Negara Republik Indonesia.
b. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagi Wakil
Presiden Republik Indonesia.
a. Dimensi idealis, yaitu nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang
bersifat sistematis dan rasional. Yang mana bentuk pengimplementasian dari
hakikat nilai yang terkandung dalam lima sila: ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan. Dimensi idealis Pancasila bersumber dari
nilai filsafat Pancasila. Oleh karena itu dalam setiap ideology bersumber dari
pandangan hidup nilai-nilai filosofis (Poespowardoyo dalam Kaelan, 2016, 116);
b. Dimensi normative. Dimensi ini merupakan nilai yang terkandung dalam
Pancasila dijabarkan dalam bentuk sistem norma, sebagaimana terkandung dalam
Pembukaan UUD NKRI 1945 yang memiliki kedudukan tertinggi dalam tertib
hukum Indonesia. Dalam pengertian ini maka Pembukaan yang di dalamnya
memuat Pancasila dalam alinea IV, berkedudukan sebagai ‘staat sfundamental
norm’, agar ideologi mampu dijabarkan ke dalam langkah operasioanal perlu
memiliki norma yang jelas (Poespowardoyo dalam Kaelan, 2016, 117).
c. Dimensi realistis. Dimensi ini merupakan suatu ideologi yang dituntut agar
mampu mencermnkan realita yang berkembang dalam masyarakat. Selain
Pancasila memiliki dimensi nilai-nilai ideal normatif, Pancasila juga harus
dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian Pancasila sebagai
ideologi terbuka tidak bersifat ‘utopis’ yang hanya berisi ideide yang mengawang,
namun bersifat realistis artinya mampu dijabarkan dalam kehidupan yang nyata
dalam berbagai bidang (Kaelan, 2016, 117).
Tiga dimensi tersebut tidak dapat terpisah, yang mana sejatinya satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Disini Pancasila bermakna bahwa Pancasila
tidak hanya sebuah ide-ide yang jauh dari kehidupan nyata, doktrin yang bersifat
normative atau pragmatis yang menekankan segi praktis dan realistis tanpa
idealisme yang rasional. Namun, Pancasila merupakan sebuah ideologi yang
bersifat terbuka dan pada dasarnya berisikan nilai-nilai dasar sila-sila Pancasila
yang bersifat tetap dan dijabarkan serta dilaksanakan secara dinamis, terbuka dan
mengikuti perkembangan jaman. Pancasila juga senantiasa terbuka terhadap
pengaruh budaya asing, akan tetapi nilai-nilai dasar yang ada di dalamnya bersifat
tetap. Dengan kata lain bahwa Pancasila bisa menerima pengaruh budaya asing
dengan prinsip substansi Pancasila yakni, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta keadilan sosial bersifat tetap.Indonesia sebagai sebuah bangsa
sudah semestinya membutuhkan ideologi nasional. Dalam ideologi nasional
tersebut tercantum nilai yang dirasa baik dan cocok bagi masyarakat Indonesia.
Nilai - nilai tersebut kemudian diterima dan diakui bangsa Indonesia sebagai suatu
tujuan yang mulia. Bangsa Indonesia sudah sepakat bahwa nilai - nilai tersebut
terkandung dalam Pancasila. Ideologi nasional bermakna sebuah ideologi yang
memuat tujuan dan cita-cita dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila
merupakan ideologi yang terbuka, bukan ideologi tertutup. Pancasila dapat
memenuhi sebagai ideologi terbuka karena nilai-nilai pancasila tersebut berasal
dari bangsa Indonesia sendiri dan nilai - nilai dari Pancasila tidak bersifat
operasional dan langsung dapat diterapkan dikehidupan masyarat berbangsa dan
bernegara.
2.2.5 Perbedaan Pancasila Dengan Ideologi Dunia
Suatu ideologi pada suatu bangsa pada hakekatnyamemiliki karakteristik
masing-masing sesuaidengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri. Namun
ideologi pada suatu bangsa pada dasarnya bisa datang dariluar ataupaksaan dari
bangsa lain,sehingga tidak dapat mencerminkan kepribadian dan karakteristik
suatu bangsa tersebut. Ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa danNegara,
dapat berkembang setelahmelewati proses yang panjang. Pada awalnya secara
kualitas bersumber dari nilai-nilai yangdimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai
pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila berasal dari nilai-
nilaipandangan hidup bangsa telah di yakini kebenarannya kemudian diangkat
oleh bangsa Indonesia sebagai dasar filsafatNegara dan kemudian menjadi
ideologi bangsa dan Negara. Oleh karena itu ideologi pancasila, ada pada
kehidupan bangsa danterkait pada kehidupan bangsa dalam rangka
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.Adapun macam-macam ideology dari
berbagai Negara yaitu:
a. Marxisme-Leninisme merupakan suatu paham yang meletakkan ideologi dalam
perspektif evolusi sejarah dan berdasar pada dua prinsip yaitu penentu akhir dari
perubahan sosial atau perubahan dari cara produksi dan proses perubahan sosial
yang sifatnya dialektis.
b. Liberalisme merupakan paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif
kebebasan individual.
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dapat dijadikan sebagai cara
untuk mewujudkan cita cita bangsa Indonesia.Salah satu cita cita bagi bangsa
Indonesia adalah tertuang pada pncasila sila ke 3. Makna persatuan yang terdapat
pada pancasila sila ke 3 ini adalah bersayinya berbagai macam corak yang sangat
kaya dan beraneka ragam menjadi satu kesatuan. Jadi dapat diartikan bawasanya
persatuan suatu bangsa yang terletak pada suatu wiyah bersatu karena didorong
oleh rasa untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas di dalam suatu
Negara yang berdaulat.
Ideologi Pancasila sejatinya dipandang cocok bagi bangsa Indonesia,
sehingga perlu dipertahankan melalui pengamalan diberbagai bidang kehidupan.
Indonesia dengan berideologikan pancasila memiliki suatu ciri yang mana
hubungan antara warga Negara dengan Negara ialah seimbang. Kemudian
hubungan antara agama dengan Negara seimbang. Terkait dengan hubungan
warga Negara dengan Negara ini diimplementasikan pada bidang pendidikan,
yang mana negara membentuk WNI bertanggung jawab, memiliki akhlak mulia,
dan takwa kepada Tuhan YME. Kemudian dari segi hubungan agama dengan
Negara dikatakan seimbang ialah karena Agama erat hubungannya dengan
Negara, Negara memperhatikan kehidupan beragama, Negara menjamin
kebebasan untuk memilih salah satu agama yang diakui oleh pemerintah, dan
tidak adanya atheis.
Pancasila sebagai dasar negara berarti perilaku para penyelenggara negara
dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah negara, harus sesuai denga n
perundang - undangan yang mencerminkan nilai - nilai Pancasila. Apabila nilai -
nilai Pancasila diamalkan secara konsisten, baik oleh penyelenggara negara
maupun seluruh warga negara, maka akan terwujud tata kelola pemerintahan
yang baik. Pada gilirannya, cita - cita dan tujuan negara dapat diwujudkan secara
bertahap dan berkesinambungan.
Pancasila yang dijadikan sistem falsafah, merupakan pedoman berperilaku
bagi bangsa Indonesia yang sesuai dengan kultur kita bangsa Indonesia yang
memiliki keserupaan dengan adat ketimuran. Salah satu cara untuk menerapkan
pendidikan karakter adalah dengan melaksanakan nilai-nilai Pancasila. Berikut
adalah beberapa poin yang harus dilakukan oleh pendidik dalam melaksanakan
nilai-nilai Pancasila harus memahami nilai-nilai Pancasila tersebut menjadikan
Pancasila sebagai aturan hukum dalam kehidupan memberikan contoh
pelaksanaan nilai-nilai pendidikan kepada peserta didik dengan baik.
Daftar Pustaka
Asatawa, I., & Ari, P. (2017). Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai Bidang
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Dewi, S. F., Khoiri, M., Tiara, M., Bin, Z., Rahman, A., & Ilham, F. A. (2017).
Perbandingan Ideologi: Pancasila dan Ideologi-Ideologi di Dunia.
Muslimin, Husein. (2016). Tantangan Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Dan
Dasar Negara Pasca Reformasi. Jurnal Cakrawala Hukum. 7 (1), 30-38.
Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009 - 2014.(2013).
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: Sekretariat
Jenderal MPR RI.