Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA

TUGAS AHKIR PANCASILA

Disusun Oleh:

NAMA : NOFRIAGARA DAVIT HARNAWAN


NIM : 11.01.2923
KELOMPOK :B
PROGRAM STUDI DAN JURUSAN: D3 – TEKNIK INFORMATIKA
NAMA DOSEN : IRTON. SE., M.Si

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN


KOMPUTER
AMIKOM
YOGYAKARTA
2011
ABSTRAKSI

PANCASILA SEBAGAI JATI DIRI BANGSA

Dasar Negara Republik Indonesia adalah Pancasila yang terdapat pada


pembukaan undang-undang dasar 1945. Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara
Indonesia, Nama ini terdiri dari dua kata dari Sansekerta: panca berarti lima
dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Mendasarkan pada perspektif teori fungsionalisme structural,Sebuah Negara


bangsa yang majemuk seperti Indonesia membutuhkan nilai bersama yang dapat
dijadikan nilai perangkat intergrasi,titik temu,jati diri bangsa dan sekaligus nilaiyang
dianggap baik untuk diwujudkan. Nilai bersama ini tidak hanya diterima tetapi juga
dihayati.

LATRA BELAKANG

Pendidikan kewarganegaraan menduduki peran penting dalam kehidupan


suatu bangsa. Seturut dengan pandangan bahwa Pendidikan kewarganegaraan
mengajarkan tentang prinsip-prinsip politik umum seperti keadilan ,toleransi dan
civilitas, maka pendidikan kewarganegaraan juga menyajikan pondasi dan kesatuan
nasional.

Seperti halnya pancasila menjadikan pedoman atau landasan dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara dan merupakan sebuah tujuan atau cita cita dari
penyelengaraan pendidikan kewarganegaraan Indonesia, pada hakekatnya
merupakan bentuk pengimplementasian pancasila melaui jalur pendidikan
Namun dalam prakteknya menemui sejumlah persoalan, pasang surutnya
pendidikan pancasila dalam pendidikan kewarganegaraan sehingga ketika
diaplikasikan pada kehidupan menjadi tidak sesuai dengan nilai nilai pancasila itu
sendiri sehingga selalu bertolak belaka dikarenakan kurang pemahaman akan
pancasila itu sendiri. Merujuk dari pernyataan diatas maka pendidikan
kewarganegaraan merupakan suatu cermin atas nila - nilai kesepakatan bangsa
sekaligus menjadi cita – cita kehidupan. Untuk bangsa Indonesia pancasila diterima
sebagai kesepakatan bangsa, disamping undang undang 19945, Bhineka Tunggal Ika
dan Neragara Kesatuan Republik Indonesia Pancasila ditetapkan sebagai dasar
Negara.

Rakyat Indonesia membangun bangsa dan negara dengan kekuatan


kepribadian sendiri, perubahan sosial. Perubahan sosial yang terjadi dipandang
sebagai upaya bangsa untuk mengembangkan kepribadiannya melalui penyesuaian
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat modern. Bangsa dan negara Indonesia
berani menyongsong dan memandang pergaulan dunia. Kini, mau tak mau dan suka
tak suka, bangsa Indonesia harus hidup dan berada di antara pusaran arus globalisasi
dunia. Tetapi, harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan
jati diri, kendati hidup di tengah-tengah pergaulan dunia. Bangsa dan rakyat
Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau
nilai-nilai dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-
nilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur
bangsa yang telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat
saja sistem demokrasi yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah
kepada faham liberalisme.

Dalam kondisi seperti itu sekali lagi peran Pancasila sebagai pandangan hidup
dan dasar negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana
saja yang bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan
begitu, nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian
bangsa Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan
hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang
hendak dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam
memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan
tersebut.

RUMUSAN MASALAH
Implementasi nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan nilai Pancasila lebih penting ketimbang
pembahasan-pembahasan secara teori.Saat ini yang diperlukan adalah bagaimana
melaksanakan Pancasila. Pembahasan memang diperlukan tapi orientasinya tetap
pada pelaksanaan. Sebab pembahasan tanpa pelaksanaan sama saja menjadikan
masyarakat Indonesia “Tuna Pancasila

Sila kelima ini juga menjadi sebuah pernyataan bahwa Pancasila memang
untuk semua. Bukan hanya bagi daerah, suku, dan kelompok tertentu tapi bagi
seluruh rakyat Indonesia,Dikatakannya, Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia.
Para pemimpin Negara ini telah menyatakan kembali bahwa Pancasila adalah faktor
pengikat untuk Bangsa Indonesia. Jadi sekarang tinggal bagaimana
melaksanakannya.Pelaksanaan Pancasila ini penting bukan hanya supaya kita tidak
menjadi “Tuna Pancasila” tapi juga supaya rakyat Indonesia merasakan manfaat dari
Pancasila. Makin dilaksanakan dengan benar maka manfaat Pancasila makin
dirasakan oleh rakyat

Tanpa disadari pula perubahan globalisasi juga memperngaruhi aspek apek


dari nilai pancasial itu sendiri, Sebagai Proses, globalisasi berlangsung melalui dua
dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin
dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada
skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain.
Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar
karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan,khususnya di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.Dengan terjadinya perkembangan berbagai
aspek kehidupan khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah
ke berbagai negara dengan lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang
ada dan yang terjadi di dunia.
Namun fenomena globalisasi ini tidak selalu memberi dampakpositif,
berbagai perubahan yang terjadi akibat dari globalisasi sudah sangat terasa,baik itu di
bidang politik,ekonomi,sosial,budaya,dan teknologi informasi.
Berbagai dampak negatif terjadi dikarenakan manusia kurang bisa memfilter
dampak dari globalisasi sehingga lebih banyak mengambil hal-hal negatif dari pada
hal-hal positif yang sebenarnya bisa lebih banyak kita dapatkan dari fenomena
globalisasi ini.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif
dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti
kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.

PENDEKATAN
a. Pendekatan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman
kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia
berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki
suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya
tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para
pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan secara sederhana namun
mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.

Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan
hidup yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat
internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada
sejarah bangsa.

Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila


sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif
historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilainilai
Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.

b. Pendekatan Sosiologis

Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada
bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptual seseorang saja
melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari
nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara.
Oleh karena itu generasi penerus terutama kalangan intelektual kampus sudah
seharusnya untuk mendalami serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk
melestarikan secara dinamis dalam arti mengembangkan sesuai dengan tuntutan
jaman.

c. Pendekatan Yuridis

Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan


Tinggi diatur dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal
39 menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib
memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.

Demikian juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentang


Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa, pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kelompok Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi, yang
terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi
mengeluarkan Surat Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Dalam pasal 3
dijelaskan bahwa kompetensi kelompok mata kuliah MPK bertujuan menguasai
kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai
manusia intelektual. Adapun rambu-rambu mata kuliah MPK Pancasila adalah terdiri
atas segi historis, filosofis, ketatanegaraan, kehidupan berbangsa danbernegara serta
etika politik. Pengembangan tersebut dengan harapan agar mahasiswa mampu
mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya, mengenali masalah hidup terutama
kehidupan rakyat, mengenali perubahan serta mampu memaknai peristiwa sejarah,
nilai-nilai budaya demi persatuan bangsa.

PEMBAHASAN

Dengan menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari - hari diharapkan untuk


menghasilkan Individu dengan sikap dan perilaku :

1. Beriman dan takwa kepada Tuhan YME

2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab

3. Mendukung persatuan bangsa

4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama


diatas kepentingan individu/golongan

5. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan social dalam masyarakat.

Melalui Pendidikan Pancasila warga negara Indonesia diharapkan mampu


memahami, menganalisa dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan
tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945.Pancasila termasuk Filsafat Pancasila
sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, menurut Ir.
Poedjowijatno dalam bukunya “Tahu dan Pengetahuan” mencatumkan syarat-syarat
ilmiah sebagai berikut :
-berobyek
-bermetode
-bersistem
-bersifat universal

1. Berobyek

Dalam filsafat, ilmu pengetahuan dibedakan antara obyek forma dan obyek
materia. Obyek materia Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam
pembahasan Pancasila. Pancasila dapat dilihat dari berbagai sudut pandang misalnya :
Moral (moral Pancasila), Ekonomi (ekonomi Pancasila), Pers (Pers Pancasila),
Filsafat (filsafat Pancasila), dsb. Obyek Materia Pancasila adalah suatu obyek yang
merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila baik yang bersifat empiris
maupun non empiris. Bangsa Indonesia sebagai kausa materia (asal mula nilai-nilai
Pancasila), maka obyek materia pembahasan Pancasila adalah bangsa Indonesia
dengan segala aspek budaya dalam bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Obyek
materia empiris berupa lembaran sejarah, bukti-bukti sejarah, benda-benda sejarah
dan budaya, Lembaran Negara, naskah-naskah kenegaraan, dsb. Obyek materia non
empiris, non empiris meliputi nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral, nilai-nilai religius
yang tercermin dalam kepribadian, sifat, karakter dan pola-pola budaya.

2. Bermetode

Metode adalah seperangkat cara/sistem pendekatan dalam rangka pembahasan


Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat obyektif. Metode dalam
pembahasan Pancasila sangat tergantung pada karakteristik obyek forma dan materia
Pancasila. Salah satu metode adalah “analitico syntetic” yaitu suatu perpaduan
metode analisis dan sintesa. Oleh karena obyek Pancasila banyak berkaitan dengan
hasil-hasil budaya dan obyek sejarah maka sering digunakan metode “hermeneutika”
yaitu suatu metode untuk menemukan makna dibalik obyek, demikian juga metode
“koherensi historis” serta metode “pemahaman penafsiran” dan interpretasi. Metode-
metode tersebut senantiasa didasarkan atas hukum-hukum logika dalam suatu
penarikan kesimpulan.
3. Bersistem

Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan sesuatu yang bulat dan utuh.
Bagian-bagian dari pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan antara
bagian-bagian saling berhubungan baik hubungan interelasi (saling hubungan
maupun interdependensi (saling ketergantungan). Pembahasan Pancasila secara
ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan (majemuk tunggal) yaitu ke
lima sila baik rumusan, inti dan isi dari sila-sila Pancasila merupakan kesatuan dan
kebulatan.

4. Universal

Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal artinya


kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, keadaan, situasi, kondisi maupun jumlah.
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau dengan kata lain intisari, esensi atau
makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakekatnya bersifat universal.

Tingkatan Pengetahuan Ilmiah, Tingkat pengetahuan ilmiah dalam masalah


ini bukan berarti tingkatan dalam hal kebenarannya namun lebih menekankan pada
karakteristik pengetahuan masing-masing. Tingkatan pengetahuan ilmiah sangat
ditentukan oleh macam pertanyaan ilmiah sbb :

Deskriptif suatu pertanyaan “bagaimana” Kausal suatu pertanyaan “mengapa”


Normatif suatu pertanyaan“ kemana”

KESIMPULAN DAN SARAN

Maka dari itu pengamalan pancasila seharusnya diterapkan sejak dini sehingga setiap
individu sudah mengerti dari maksud dan tujuan pancasila demi bersatunya bangsa
ini. Hampir generasi pemuda tidak tahu akan makna dari pancasila sehingga dalam
berkehidupan berbangsa dan bernegara tidak mengacu pada nilai-nilai pancasila,
Alangkah baiknya jika masyarakat benar benar mengimplementasikan pancasila
dalam kehidupan sehari - hari sehingga tercapainya cita-cita bangsa dari pancasila itu
sendiri. Sangatlah tidak heran jika generasi pemuda mulai meninggalkan pancasila
karena situasi dan kondisi saat ini berbeda jauh dengan pertama kalinya pancasila
lahir. Dari pernyataan tersebut seharusnya pendidikan kewarganegaraan tidak hanya
untuk jenjang sekolah maupun kuliah tetapi ketika kerja ataupun berorganisasi harus
mengacu pada pancasila sehingga pancasila benar benar sebagai dasar Negara.

Salah satu cara untuk menjalankan langkah-langkah kenegaraan yang sesuai


dengan nilai Pancasila, yakni secepat mungkin membuat perubahan untuk memenuhi
kebutuhan rakyat seperti diamanatkan dalam pembukaan dan batang tubuh UUD
1945. saat ini perubahan yang dilakukan oleh pemerintah tidak terlalu berjalan
dengan optimal. Sehingga dalam kenyataannya, pelajaran berharga di masa lalu
tersebut tidak dijadikan cambuk untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Kita lihat saja kejadian-kejadian yang masih mengental dalam keseharian kita.
Misalnya, masih saja terjadi konflik yang bernuansa agama, tawuran anak sekolah,
kekerasan, korupsi, kemiskinan. Dari masalah-masalah ini ada kesan yang dirasakan,
tetapi tidak terucap oleh rakyat banyak pada tingkat akar rumput. Bahwa mereka
memang tidak merasakan adanya pancasila.

Nilai Pancasila juga harus menjadi landasan kokoh dalam pembentukan karakter
bangsa. Ia menuturkan, di tengah kehidupan masyarakat yang pruralistik, baik dari
segi agama, kebudayaan, adat istiadat, dan etnis, peranan Pancasila mempunyai nilai-
nilai kultural yang mampu mempersatukan kemajemukan tersebut.

"Pancasila dalam keseluruhan konteks pembukaan UUD 1945, harus menjadi rujukan
bagi seluruh peraturan perundang-undangan serta kebijakan eksekutif yang akan
diputuskan oleh negara ini. Dalam artian, seluruh peraturan-peraturan tersebut telah
menyimpang dari pembukaan UUD 1945, maka peraturan itu bersifat batal demi
hukum atau dapat dibatalkan.

Selain itu,perlu juga dibentuk lembaga-lembaga kajian Pancasila yang bertugas


mendalami serta menjabarkan visi Pancasila yang mengikuti perkembangan zaman,
serta untuk memecahkan berbagai problem bangsa saat ini. lembaga tersebut dapat
diciptakan sebuah model yang tepat untuk mengajarkan Pancasila sesuai dengan
tingkatan dan kelompok masyarakat.

Jadi, Pancasila adalah harga mati yang harus dilaksanakan oleh seluruh bangsa
Indonesia. Dengan bentuk sosialisasi yang benar, maka dasar pancasila akan
terimplementasi dengan sempurna, sehingga di masa depan nanti mampu tercipta
bangsa yang berkarakter, berintegritas, bermatabat dan mandiri yang terbentuk dari
peradaban yang sehat.
REFERENSI

----Pancasila sebagai pradigma – Pipin Hanapiah, Drs.


http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/pancasila_sbg_paradigma.pdf
----Implementasi pancasila melalui pendidikan kewarganegaraan – Winarno
Narmoatmojo. http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/10/Implementasi-
Pancasila.pdf
----Pancasila dalam kehidupan Bangsa Indonesia .
http://www.walibarokah.org/pancasila-dalam-kehidupan-bermasyarakat-berbangsa-
dan-bernegara/
----Masyarakat mulai tuna pancasila .
http://news.okezone.com/read/2011/06/15/337/468675/masyarakat-indonesia-mulai-
tuna-pancasila
---- pancasila sebagai dasar Negara Bab 1.
http://gatot_sby.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/17755/BAB+I.pdf
Ahmad Muchji, Drs,H.MM.dkk,Gunadarma,Jakarta,Pendidikan Pancasila,2006.
Darmiyati, Tri. “pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme “.
wikimutoday.com (diakses pada tanggal 5 April 2011)
Ghanni, Abdul.” makalah peran pancasila di era globalisasi ”.
abdulghanni.blogspot.com(diakses pada tanggal 5 April 2011)
Harwis, Apriani “Pengaruh Pancasila Terhadap Nilai Sosial Budaya Bangsa di Era
Globalisasi”. aprianiharwis.blogspot.com (diakses pada tanggal 5 April 2011)
Jamli, Edison dkk.Kewarganegaraan.2005.Jakarta: Bumi Akasara Krsna.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara
Berkembang.2005.internet:Public Jurnal

Anda mungkin juga menyukai