Anda di halaman 1dari 9

GENERASI MUDA

TERHADAP
PANCASILA

20052010044
Lailatul Azijah Amandafira

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL, UPN ‘VETERAN’ JAWA


TIMUR SURABAYA, JAWA TIMUR, INDONESIA.
JANUARI , 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar serta landasan ideologi bagi bangsa Indonesia. Hal
itu berarti setiap nilai yang terkandung dalam Pancasila harus dijadikan dasar hidup
bernegara. Pancasila sendiri terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan
śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia termasuk para generasi muda
di Indonesia.
Generasi muda pada umumnya berumur belasan hingga 20-an awal. Pada
kisaran usia tersebut anak muda bangsa Indonesia pasti tahu apa itu pancasila dan
hafal setiap sila yang ada pada pancasila, tetapi apabila ditanyakan tentang artinya
ataupun sudah atau belum melaksanakan arti dalam isi sila-sila tersebut, mereka belum
terlalu serius mengartikan maupun melaksanakannya.
Jika melihat remaja-remaja Amerika, dengan kecenderungan gaya hidup
bebasnya, mereka tetap berpegang pada prinsip-prinsip negara mereka. Bagaimana
mereka selalu mengulang-ulang amandemen, mereka tahu. Akan tetapi di Indonesia,
tidak banyak melakukan itu. Implementasi Pancasila masih sebatas teori yang
diajarkan di sekolah. Anak- anak jaman sekarang saat ini lebih butuh panutan atau
seseorang yang benar-benar mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. apakah Pancasila masih dianggap sebagai nilai utama dalam berbangsa dan
bernegara di kalangan generasi muda?
2. Apa- apa saja peran dan fungsi pancasila & ketahanan jati diri bangsa
di era globalisasi ?
3. Bagaimana caranya mengajak para generasi muda untuk lebih aktif
mengamalkan Pancasila?

1.3 Manfaat Penelitian


1. Menciptakan Generasi muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi terhadap
bangsa Indonesia.
2. Menciptakan lingkungan yang tentram sesuai ideologi pancasila.
3. Agar mengetahui peran dan fungsi pancasila & ketahanan jati diri bangsa di
era globalisasi
4. Mengetahui anggapan anak muda jaman sekarang tentang nilai-nilai pancasila
dan tindakan yang mereka lakukan untuk mengamalkan nilai pancasila.

1|8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara dapat diperoleh dari alinea keempat
pembukaan UUD 1945 yang menjelaskan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa yang telah dimurnikan dan didapatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia
menjadi dasar negara Republik Indonesia. Kelima butir tersebut tercantum dalam
alinea ke -4 Pembukaan UUD 1945. Sebagaimana yang telah diketahui oleh hampir
semua warga Negara Indonesia bahwa fungsi pokok dari Pancasila adalah sebagai
dasar negara, meskipun sebenarnya masih banyak fungsi-fungsi lainnya yang tak
kalah penting dan bernilai sakral bagi bangsa Indonesia sendiri dalam membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Secara singkat sejarah Pancasila dimulai saat BPUPKI atau Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, mengadakan rapat untuk mencari dasar
negara, setelah berhari hari rapat berlangsung BPUPKI masih belum mendapatkan
titik terang untuk Dasar Negara. Sampai pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno
diberikan kesempatan untuk memberikan pidato tenteng gagasan mengenai dasar
Negara Indonesia dengan sebutan Pancasila, setelah mendengar pidato yang
disampaikan oleh Ir. Soekarno BPUPKI memutuskan untuk membentuk panitia kecil
yang dipimpin oleh Ir. Soekarno menyusun dasar negara dengan pedoman pidato
yang disampaikan oleh Ir. Soekarno, beranggotakan Mohammad Hatta, Abikoesno
Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Mr. AA
Maramis, Wahid Hasyim, dan Mohammad Yamin. Setelah itu Panitia 9 merumuskan
naskah Rancangan Pembukaan UUD dan menjadikannya teks untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia Pada 18 Agustus 1945 (sidang PPKI 1)
rumusan Pancasila tersebut dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia.
Dalam sejarah pembentukan pancasila, pancasila dibentuk berdasarkan
kehidupan masyarakat bangsa Indonesia dengan dimensi idealisme yang berfungsi
untuk memberikan masa depan yang lebih baik, serta dimensi fleksibilitas atau
dimensi yang memiliki keluwesan untuk memungkinkan pengembangan pemikiran.
Oleh sebab itu semua tindakan yang dilakukan rakyat Indonesia akan mencerminkan
kehidupan yang dimiliki bangsa Indonesia, hal itu tidak luput dari generasi muda
sekarang, sengatlah penting untuk mengetahui anggapan anak muda jaman sekarang
tentang nilai-nilai pancasila dan tindakan yang mereka lakukan untuk mengamalkan
nilai pancasila. Karena merekalah yang akan menentukan seperti apa bangsa Indonesia
ke depannya.

2|8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Metode Penelitian


Metode Penelitian Kausal Kontributif di digunakan sebagai petunjuk arah
antara hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, juga seberapa besar kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data yang digunakan adalah pengumpulan data melalui
wawancara tidak langsung atau via Online serta observasi
3.3 Metode Analisis Data
Metode Analisis Data menggunakan Analisis wacana yang digunakan untuk
menganalisis interaksi dengan orang-orang. analisis ini berfokus pada konteks sosial
dimana terjadi komunikasi antara peneliti dan responden terjadi.

3|8
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai Utama Pancasila dalam Berbangsa dan Bernegara di
Kalangan Generasi Muda

Generasi bangsa merupakan generasi penerus pemegang estafet kepemimpinan.


Bangsa Indonesia harus menjaga dan mempraktikkan nilai-nilai pancasila bagi
kehidupan masyarakat (Asmaroini, 2017). Negara di masa depan harus terus
mempertahankan karakter bangsa. Pancasila sebagai ideologi negara menjadi acuan
dasar bagi semua warga negara Indonesia di berbagai sektor kehidupan. Namun
faktanya saat ini nilai-nilai luhur pancasila semakin terkikis akibat pengaruh pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang kurang terfilter dengan baik,
memudarnya kegiatan berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat dilihat dari meningkatnya
jumlah kasus yang melibatkan generasi bangsa yang mencerminkan lemahnya karakter
bangsa, seperti meningkatnya kriminalitas, korupsi, kolusi dan nepotisme, radikalisme,
kejahatan seksual, kehidupan yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif,
dan sebagainya. Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008
menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam,
yaitu 48,4% responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan silai-sila
Pancasila secara benar dan lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila Pancasila, lebih
parah lagi, 60% responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila
Pancasila.

Banyak sekali orang-orang Indonesia yang sudah mengenyam dunia


pendidikan, baik itu yang sudah tamat pendidikan dasar, menengah, ataupun tinggi.
Namun anehnya segala permasalahan moral yang terjadi diindonesia tidak bisa lepas
dari tingkah laku orang yang sudah pernah duduk dibangku sekolah dasar, menengah
maupun tinggi, dan lebih memprihatinkan lagi jika di dalam dunia pendidikan tercedera
oleh para akademisi itu sendiri. Fenomena dekadensi moral dapat terjadi karena suatu
bangsa kehilangan jati dirinya, dimanah mereka tidak dapat mempertahankan apa yang
menjadi identitasnya selama ini (Tulus, 2013). Mereka terlalu terlena dan kurang dapat
memfilter budaya yang masuk ke Indonesia. Pada dasarnya sesungguhnya, bangsa ini
memiliki pancasila, pancasila merupakan karakter bangsa yang kini di kalangan
generasi muda semangatnya mulai memudar akan kesadaran untuk menghayatinya.
Mulai dari sila pertama hingga ke lima, semuanya mencakup berbagai lini kehidupan
yang dijalani manusia, oleh sebab itu, sudah semestinya kita perlu meneguhkan kembali
jati diri bangsa ini, melalui pancasila.

Aktualisasi nilai pancasila harus mulai disosialisasikan dari berbagai lingkungan


pendidikan. Baik itu di keluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai Lembaga
pendidikan formal, maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan non formal.
Di semua lingkungan pendidikan tersebut harus dibumikan dengan nilai- nilai Pancasila
terutama di era globalisasi ini

4|8
B. Peran dan Fungsi Pancasila & Ketahanan Jati Diri Bangsa di
Era Globalisasi

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan
yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya
sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi
bangsa-bangsa di seluruh dunia. Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi,
yaitu dimensi ruang dan waktu. Diera globalisasi sepeti sekarang ini, setiap negara
dituntut untuk lebih maju mengikuti setiap perkembangan demi perkembangan, yang
terkadang jauh dari sebuah keteraturan. Pihak yang diuntungkan dalam situasi tersebut,
tentunya adalah negara maju yang memiliki tingkat kemapanan dan kemampuan yang
jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang. Selain itu,
globalisasi mampu menciptakan peningkatan terkaitkan dan ketergantungan antarbangsa
dan antar manusia di seluruh manusia. Akibatnya, tidak jarang banyak pengaruh yang
masuk dari luar baik yang memiliki nilai positif maupun negatif. Perkembangan
globalisasi, mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai-nilai yang telah
berkembang dimasyarakat. Bahkan dalam konteks yang lebih luas, globalisasi mampu
menghancurkan nilai-nilai yang telah ada dimasyarakat, seperti nilai- nilai sosial
budaya, ideologi, agama, politik, dan ekonomi.

Walau berbagai upaya yang ingin dibangun dan diimplementasikan oleh


pemerintah untuk mendidik generasi bangsa ini melalui pendidikan karakter atau yang
sejenisnya telah dilakukan, akan tetapi jika efektivitasnya tidak diperhatikan dalam
mengemban amanah untuk mendidik putra-putri bangsa secara komprehensif dan
humanis maka tujuan untuk menjadikan para peserta didik yang tidak hanya cakap
secara intelektual tetapi anggun dalam moral pun sulit untuk di capainya.

Untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan akibat globalisasi tersebut, maka


Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara harus tetap menjadi pijakan dalam
bersikap karena Pancasila yang berperan sebagai dasar negara dan ideologi nasional
bangsa Indonesia, memiliki posisi yang abadi dalam jiwa bangsa Indonesia.

Aktualisasi nilai dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara


mengarahkan
adanya 3 nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila. Tiga nilai itu adalah:
1. Nilai Dasar
Nilai Dasar yaitu suatu nilai yang bersifat sangat abstrak dan permanen, yang
terlepas dari pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan yang telah
menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama
dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.
2. Nilai Instrumental
Nilai Instrumental merupakan penjabaran dari Nilai Dasar, yang merupakan
arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai
instrumental ini dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman.
Namun nilai instrumental haruslah mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya

5|8
Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah DPR,
MPR, dan Presiden
3. Nilai praksis
Nilai Praksis yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa
cara bagaimana rakyat mengaktualisasikan nilai Pancasila. Nilai praksis terdapat
pada demikian banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis
maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif,
oleh ekonomi, oleh pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara
perseorangan

C. Para Generasi Muda Harus Lebih Aktif Mengamalkan Pancasila

Aktualisasi nilai pancasila harus mulai disosialisasikan dari berbagai lingkungan


pendidikan. Baik itu di keluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal, maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan
non formal seperti halnya dibawah ini.
1. Tahap pendidikan yang pertama dan utama bagi anak ada di keluarga, Artinya
bagaimana karakter anak berkembang kedepan bergantung dari pola asuh yang
diterapkan di rumah. Apakah pola asuh yang memberi kebebasan pada anak,
pola asuh otoriter yang mewajibkan anak untuk selalu patuh, atau pola asuh
autoritatif yang artinya antara orangtua dan anak saling mengerti tanggung
jawab, hak dan kewajiban masing-masing.
2. Dalam lingkungan lembaga pendidikan Sekolah. Para tenaga pendidik yang
merupakan orangtua kedua peserta didik di sekolah, perlu senantiasa
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang sebenarnya. Mulai dari
kebiasaan untuk berdoa setiap kegiatan belajar mengajar, saling toleransi antar
teman, menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak membeda- bedakan
antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain.
3. Dalam lingkungan lembaga pendidikan Informal/ Masyarakat.
Mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di masyarakat tentu dimulai dari
sekitar lingkungan rumah. Keberagaman etnis yang ada di masyarakat
hendaknya menjadi suatu warna tersendiri bagi mereka, sebagaimana semboyan
yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu “ Bhinneka Tunggal Ika, walaupun negara
Indonesia terdiri dari beragam suku, namun kerukunan antar seluruh umat di
Indonesia tetap perlu dijunjung tinggi

6|8
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
Anak muda jaman sekarang lebih tertarik dengan dunia maya tempat
mereka mengekspresikan diri sendiri ditambah lagi dunia maya sering
dianggap lebih menyenangkan dibandingkan dengan belajar pancasila. Hal ini
dapat mempengaruhi sikap hidup serta kualitas generasi bangsa Indonesia di
masa mendatang terutama jika banyak anak muda yang lupa jasa para
pahlawan yang telah berjuang pada waktu itu membuat pancasila yang sama
sekali tidak mudah dan membutuhkan proses yang lama, bahkan dunia
pendidikan saat ini terasa seakan menyepelekan pendidikan pancasila untuk
generasi bangsa dengan mengurangi jam belajar pendidikan pancasila dan
menganggap bahwa belajar Pancasila lebih mudah daripada belajar tentang
bahasa asing. Bahkan orang tua jaman sekarang juga menganggap bahwa
anak-anak tidak perlu belajar pancasila, karena hal tersebut mudah untuk
dihafalkan hal itu menyebabkan pola pikir anak menganggap bahwa pancasila
hanya untuk dihafalkan saja, tanpa tahu apa yang harus diamalkan dalam
nilai-nilai pancasila Tidak heran jika anak muda jaman sekarang lebih
menyukai tradisi bangsa luar daripada bangsa sendiri. Dan dengan
perkembangan jaman yang semakin cepat dan kemajuan teknologi informasi
yang tidak terbendung membuat Anak muda jaman sekarang juga sering
dianggap telah terpengaruh oleh budaya luar dan dianggap sudah melupakan
budaya bangsa sendiri oleh orang yang lebih tua, meskipun sebenarnya para
anak muda masih belum tahu cara mengamalkan nilai pancasila karena
kurangnya pemahaman tentang Pancasila.

Dengan cara kembali melakukan aktualisasi nilai - nilai pancasila di


berbagai aspek moral bangsa Indonesia sehingga dapat kembali menuju jati
dirinya, Hal demikian sangat penting untuk diingat karena dapat menjadi
parameter atau tolak ukur sampai seberapa jauh tingkat perubahan tingkah
laku seseorang, dan untuk mengetahui tingkat ketercapaian dalam menempuh
proses pendidikan. Sehingga pada akhirnya dapat benar-benar menghasilkan
output yang cerdas, unggul, berdaya saing, bermoral dan berkarakter

7|8
DAFTAR PUSTAKA

• Rujukan Artikel Web

Tim Warta Wantimpres. November 14, 2016. Penguatan Pancasila di Kalangan


Generasi Muda
https://wantimpres.go.id/id/penguatan-pancasila-di-kalangan-generasi-muda/
A. Fiorentina. Kompasiana. Mei 21, 2019. Hubungan Pancasila dengan Generasi Anak
Muda
https://www.kompasiana.com/fiorentinaagustin2663/5ce3f6606b07c528ae5e41
68/hubungan-pancasila-dengangenerasi-anak-muda
W. Ari. Kompas. Maret 11,2020. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/11/170000469/pancasila-sebagai-
ideologi-terbuka?page=all

• Rujukan Berbentuk Buku

Asmaroini, A. P. (2017). Menjaga Eksistensi Pancasila Dan Penerapanya Bagi


Masyarakatdi Era Globalisasi. JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol 1,
No 2, 50-64.

Tulus, M. (2013). Konfigurasi Pendidikan Karakter Berparadigma Kebangsaan; Usaha


Meneguhkan Identitas Diri Bangsa dari Kungkungan Arus Globalisasi. el-hikmah,
Vol 2, No 2.

8|8

Anda mungkin juga menyukai