Nim : B200210438
Silahkan cari literasi dan referensi tentang hal yang terkait dengan bukti bahwa dalam setiap
terobosan pengembangan iptek di Indonesia berdasarkan Pancasila! tunjukan faktanya dan
kemudian analisislah bentuk peristiwa atau fakta mengenai bentuk pengembangan iptek yang
melanggar nilai Pancasila!
Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (Bahasa Brahmana India), Pancasila berasal dari
kata ‘Panca’ dan ‘Sila’. Panca artinya lima, sila atau syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila
bisa juga berasal dari kata susila, yang berarti tingkah laku yang baik. Jadi secara kebahasaan dapat
disimpulkan bahwa Pancasila dapat berarti lima batu sendi atau dasar. Atau dapat juga berarti lima
tingka laku yang baik. Secara terminologi, Pancasila digunakan oleh Bung Karno sejak sidang BPUPKI
pada 1 Juni 1945 untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara.1 Eksistensi Pancasila tidak
dapat dipisahkan dari situasi menjelang lahirnya negara Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.
Setelah mengalami pergulatan pemikiran, para pendiri bangsa ini akhirnya sepakat dengan lima
pasal yang kemudian dijadikan sebagai landasan hidup dalam berbangsa dan bernegara.
Pancasila adalah filsafat dan pandangan hidup yang digali melalui pemikiran sedalam-
dalamnya dari budaya, sifat dan cita-cita bangsa yang di yakini sebagai kenyataan norma-norma dan
nilai-nilai yang paling benar, paling adil, paling baik, dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan titik temu dari pluralitas bagi bangsa Indonesia NKRI yang menjadi perjanjian
luhur bangsa, dan pancasila menjadi payung kebinekaannya. Pancasila juga menjadi dasar
pengembangan iptek yang ada di Indonesia.
Dengan demikian, berdasarkan ketentuan dalam pasal 35 ayat (3) Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, ditegaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi itu wajib. diharapkan pendidikan Pancasila dapat lebih fokus dalam membina
pemahaman dan penghayatan mahasiswa mengenai ideology bangsa. Artinya, pendidikan Pancasila
diharapkan menjadi ruh dalam membentuk jati diri dalam pengembangan kepribadian dan
pengetahuan penerus bangsa. Selain itu, dengan mengacu kepada ketentuan pasal 2 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2012, sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila.
Implikasinya, sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus terus mengembangkan nilai-nilai Pancasila
dalam berbagai segi kebijakannya dan menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila secara
sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Selain itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2012, tentang pendidikan tinggi, memuat penegasan tentang pentingnya dan ketentuan
penyelenggaraan pendidikan Pancasila sebagaimana termaktub dalam pasal-pasal berikut:
Apabila iptek dibiarkan berkembang tanpa arah dan tujuan yang jelas, maka perkembangan
iptek akan menjadi pisau bermata dua. Disatu sisi bisa mempermudah manusia dalam beraktivitas
tetapi disisi lain dapat membahayakan manusia seperti tragedy bom Hiroshima dan Nagasaki. Yang
dampaknya sangat memberi pukulan besar terhadap masyarakat di sana. Bahkan dampaknya hingga
ke zaman sekarang dimana terjadi traumatic berkepanjangan pada generasi selanjutnya.
Pancasila sendiri dibutuhkan sebagai dasar pengembangan iptek agar iptek yang
berkembang tidak ke arah yang salah.
1. Sila pertama. Pengembangan Iptek haruslah berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan. Sehingga
manusia tidak melupakan kodrat-nya sebagai manusia yang telah diciptakan dan memiliki Tuhan.
Sehingga manusia menempatkan dirinya sebagai bagian dari alam semesta, bukan pusat alam
semesta.
2. Sila kedua. Memberi arah sehingga iptek dapat dikembalikan. Iptek dapat dikembangkan dengan
berorientasi pada kemanusiaan. Bukan malah membahayakan kemanusiaan.
3. Sila ketiga. Iptek haruslah mempersatukan dan memungkinkan komunikasi antar masyarakat.
Membangun penguasaan iptek melalui system pendidikan merupakan sarana memperkokoh
kesatuan dan membangun identitas nasional. Bukan malah menjadi alat pemecah belah bangsa
seperti penyebaran HOAX yang mana biasanya menjadikan masyarakat salah paham dan
terpecah belah.
4. Sila keempat. Prinsip demokrasi akan menuntut pengusaan iptek yang merata ke semua
kalangan masyarakat karna pendidikan adalah tuntutan seluruh masyaraka.
5. Sila kelima. Kesenjangan perkembangan iptek harus dipersempit sehingga timbul pemerataan
sebagai konsekuensi keadilan sosial. Pengembangan iptek bukan hanya tuntutan beberapa
kalangan tertentu, melainkan tuntutan semua kalangan.
Contoh penerapan pancasila sebagai dasar perkembangan iptek antara lain, hormat pada
hayat, persetujuan terhadap eksperimen dengan penerangan cukup dan benar tentang tujuan dan
akibatnya, pelestarian lingkungan, dan lain sebagainya. Lantas apa yang akan terjadi apabila
pengembangan iptek tidak didasari pada Pancasila? Hal ini akan menimbulkan banyak
permasalahan. Banyaknya permasalahan yang dialami Indonesia, memperlihatkan bahwa nilai- nilai
pancasila mulai tergerus. Permasalahan-permasalahan tersebut seperti:
1. Masalah lingkungan yang dibabat habis demi kepentingan individu tertentu. Kerusakan alam
semakin meningkat dengan meningkatkan iptek yang ada. Sungguh ironi yang mana iptek
seharusnya menjadi modal untuk memperbaiki alam, justru malam menjadikan alam semakin
rusak.
2. Tergerusnya nilai-nilai luhur yang diyakini dapat menciptakan kepribadian manusia yang memiliki
sifat sosial, humanis, religious. Kini, sifat itu berganti menjadi individualis, dehumanis, pragmatis.
3. Terkikisnya kesatuan dan persatuan bangsa. Banyaknya pemahaman-pemahaman yang perlahan-
lahan melunturkan nilai pancasila. Paham-paham tersebut mengikis moralitas dan nilai yang
dipegang masyarakat, khususnya generasi penerus bangsa.
4. Lunturnya moralitas dan budaya sopan masyarakat Indonesia. Arus informasi yang semakin cepat
tanpa adanya filterisasi, juga mengakibatkan hilangnya nilai yang telah lama ada di Indonesia.
Masyarakat Indonesia lebih cenderung meniru budaya asing dan meninggalkan budaya nya
sendiri. Bahkan tak jarang ada yang lupa pada budayanya sendiri.
Salah satu perkembangan iptek yang terjadi di Indonesia adalah semakin berkembangnya
teknologi seperti media sosial yang memudahkan segala golongan untuk mengakses internet, entah
itu berita, hiburan, hingga game. Berita yang disajikan melalu media sosial memberikan kemudahan
dalam menggunakannya, menjadikan media ini menjadi tempat penyebaran berita informasi yang
sangat berpengaruh bagi masyarakat. Akan tetapi, media sosial tidak hanya mengubah cara
penyampaian informasi, namun juga juga mengubah cara masyarakat mengolah data informasi
tersebut.
Dengan adanya media sosial seperti sekarang, menjadikan tidak hanya badan berita yang
dikenal masyarakat saja yang memberikan informasi melainkan siapapun bisa memberikan
unggahan tentang apapun, termasuk berita informasi. Hal ini menjadikan banyaknya informasi yang
dikatakan kurang kredibel karna siapapun bisa menyampaikan berita informasi. Banyak berita
informasi yang disebarkan secara individu atau berkelompok lebih banyak yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya atau teindikasi hoax. Hoax merupakan informasi atau berita
yang berisi hal-hal yang belum pasti atau yang benar-benar bukan merupakan fakta yang terjadi.
Survey Mastel (2017) mengungkapkan bahwa dari 1.146 responden, 44,3% diantaranya
menerima berita hoax setiap hari dan 17,2% menerima lebih dari satu kali dalam sehari. Bahkan
media informasi utama yang diandalkan sebagai media yang dapat dipercaya terkadang ikut terkena
penyebaran hoax. Media arus utama juga menjadi saluran penyebaran informasi/berita hoax,
masing-masing sebesar 1,20% (radio), 5% (media cetak) dan 8,70% (televisi). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mastel (2017) menyebutkan bahwa saluran yang banyak digunakan dalam
penyebaran hoax adalah situs web, sebesar 34,90%, aplikasi chatting (Whatsapp, Line, Telegram)
sebesar 62,80%, dan melalui media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Path) yang merupakan
media terbanyak digunakan yaitu mencapai 92,40%.
Pendidikan Pancasila Buku Ajar Mata Kuliah Umum Pendidikan Pancasila. 2016. Direktorat
Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan. Kementerian Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia.
Panduan Riset Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK). 2015. Direktorat
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi
Christiany Juditha. 2018. Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya Hoax
Communication Interactivity in Social Media and Anticipation. Kementerian Komunikasi dan
Informatika RI. Jakarta