Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rizka Fadhlia Arini

NIM : 235030401111066

Fakultas : Ilmu Administrasi

Cluster : 26

Pentingnya Peran Pancasila Dalam Era Globalisasi

Pancasila adalah ideologi negara Indonesia yang menjadi dasar bagi


pembangunan bangsa. Terdiri dari lima prinsip, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, serta
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Prinsip-prinsip ini menjadi
landasan panduan untuk menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Pancasila menekankan pentingnya keseimbangan antara hubungan
manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, serta manusia dengan
lingkungan sosialnya. Selain Pancasila, kebangsaan juga memainkan peran
penting dalam memperkuat identitas dan persatuan bangsa. Kebangsaan
mencakup kecintaan terhadap tanah air, bangsa, budaya, serta semangat
persatuan dan kesatuan. Melalui kebangsaan, rasa persaudaraan dan solidaritas
antara masyarakat Indonesia dapat tumbuh dan berkembang.

Ir. Soekarno menyampaikan, bahwa pancasila merupakan jiwa bangsa


Indonesia secara turun temurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh
kebudayaan barat, dengan demikian pancasila tidak saja falsafah Negara, tetapi
lebih luas lagi yaitu falsafah bangsa Indonesia. Karena pancasila merupakan jiwa
bangsa Indonesia maka sudah wajib hukumnya bahwa nilai-nilai pancasila harus
tertanam dalam masyarakat Negara Indonesia terlebih kaum muda mudi, dan lebih
baik jika nilai-nilai pancasila tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
dengan demikian dapat tercipta kehidupan yang damai, dan sejahtera.

Globalisasi memiliki pengertian sebagai suatu proses mendunia dan suatu


proses yang membuat manusia saling terbuka dan bergantung satu sama lain
tanpa adanya batas waktu dan jarak. Pada era globalisasi ini terdapat banyak
sekali teknologi-teknologi yang mendukung perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Seperti halnya transportasi serta ilmu pengatahuan yang mudah di
dapat dan diakses seluruh pelosok negeri melalui smarphone. Dampak dari
adanya globalisasi bisa menguntungkan juga bisa merugikan, semua itu
tergantung dari masing-masing cara kita menyikapinya.

Seperti yang kita tahu bahwasannya pancasila merupakan ideologi yang


dianut oleh Negara Indonesia. Pancasila sendiri merupakan sumber hukum yang
ada di Indonesia, sejalan dengan hal tersebut peran pancasila sangatlah besar
bagi eksistensi kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran pancasila di era global
sekarang ini adalah untuk menjaga segala sesuatu dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh sebab itu masyarakat Indonesia diharapkan mampu berturut
serta dalam menjaga dan mencintai Negara Indonesia, sekaligus dapat dipakai
sebagai instrument untuk menyeleksi nilai-nilai kehidupan ang masuk kedalam
bangsa Indonesia. Globalisasi sudah banyak menggeser nilai-nilai pancasila serta
kebudayaan yang ada di Indonesia. Hal ini menimbulkan masalah di beberapa
bidang seperti: lunturnya/hilangnya kebudayaan kebudayaan alsi bangsa,
bergesernya nilai-nilai kebudayaan, menurunnya rasa nasionalisme dan
patriotisme, memudarnya sifat kekeluargaan dan gotong royong, timbulnya rasa
minder dan kurang percaya diri, gaya hidup yang mulai mengikuti gaya kebarat
baratan. Kita mungkin tidak bisa menolak secara langsung masuknya kebudayaan
luar ke dalam negeri karena kita juga mengikuti perkembangan jaman dan tren
yang ada, tetapi kita juga harus mampu membatasi diri kita agar kebudayaan dan
nilai-nilai pancasila yang telah tertanam dalam diri kita tidak luntur dan tetap lestari.

Meskipun globalisasi ini membawa beberapa dampak negative bagi


kehidupan masyarakat Indonesia, tetapi perlu diketahui juga bahwa globalisasi ini
juga memiliki dampak positif bagi pemerintah dan masyarakat, seperti terjalinnya
hubungan dagang dengan Negara asing yang mengakibatkan adanya kegiatan
ekspor impor, dengan adanya kegiatan ekspor impor juga menimbulkan kerjasama
di bidanng politik pemeritahan, berkembangnya kegiatan pariwisata dan turisme,
dengan adanya turis yang datang ke Indonesia akan meningkatkan pendapatan
nasional Indonesia. Selain meningkatkan pendapatan nasional Indonesia era
globalisasi ini juga dapat membantu meningkatkan kualitas teknologi di Indonesia,
dengan begitu Indonesia juga akan menjadi Negara yang lebih berkembang.
Seperti yang kita tahu kemajuan teknologi yang telah dialami Indonesia seperti
adanya layanan pesan antar saat ini menjadikan masyarakat lebih konsumtif,
malas keluar rumah/ mager, dan individualis. Tetapi di sisi lain kegiatan ini juga
dapat mengurangi populasi pengagguran di Indonesia, mengingat banyaknya
masyarakat yang konsumtif maka banyak juga pekerja untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.

“Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era
globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap
sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh
anak bangsa,” kata Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni,
M.P. membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Mencari Bentuk
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi bertempat di Ruang
Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020.

Reni menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka,


yakni ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat
bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan
adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak
cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus ideologi luar tersebut,
sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni Pancasila malah
terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-
hari.

Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E.,


menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan pertama
adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah
dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme,
konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan
intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik
pembelajaran Pancasila.

Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait


derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan
politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA.
Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi
tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi
muda di tengah arus globalisasi.

Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi


implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan
masyarakat.

Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui


pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di
semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di
satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN).

Menanggapi pernyataan Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah


Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Kemendikbud RI) Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A., menjelaskan bahwa Pancasila
saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pengaruh perkembangan global juga berdampak pada anak-
anak.

Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan


otoritas negara dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar
warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat
merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta
meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa.

“Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang


adalah Pancasila ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila
ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Prof.
Dr. Hamdi Moeloek.

Representasi sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah kerangka


acuan nilai bernegara dan berbangsa yang menjadi identitas Bangsa Indonesia.
Hamdi menjelaskan bahwa jika Pancasila menjadi acuan, maka implementasi nilai-
nilai Pancasila akan lebih mudah terlihat dalam praktik bernegara, misalnya saat
pengambilan kebijakan-kebijakan politik. Selanjutnya Hamdi menjelaskan bahwa
terlihat Pancasila bisa memberikan solusi di tengah adanya beragam ideologi
seperti sosialis dan liberal serta di tengah usaha politik identitas oleh agama, etnik,
dan kepentingan.

Menyadari akan tantangan perubahan, baik lokal, nasional, maupun global


semakin berat, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu menumbuhkan
sikap mental cerdas, penuh tanggung jawab dari mahasiswa untuk mampu
memahami, menganalisis, serta menjawab berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat, bangsa dan negara secara tepat, rasional, konsisten, berkelanjutan
serta menjadi warga negara yang tahu hak dan kewajibannya menguasai iptek
serta dapat menemukan jati dirinya, dan dapat mewujudkan kehidupan yang
demokratis, berkeadilan, dan berkemanusiaan.

Dengan kata lain secara konseptual, Pendidikan Kewarganegaraan


hendaknya mengembangkan warga negara yang memiliki lima ciri utama, yaitu jati
diri, kebebasan untuk menikmati hak tertentu, pemenuhan kewajiban-kewajiban
terkait, tingkat minat dan keterlibatan dalam urusan publik, dan pemilikan nilai-nilai
dasar kemasyarakatan. Karakteristik tersebut menuntut adanya upaya
pengembangan kurikulum dan pembelajaran.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan


sangat membantu dalam mengembangkan kompetensi kewarganegaraan di era
global, baik dalam kajian disiplin ilmu, kurikulum, dan pembelajaran. Pendidikan
kewarganegaraan akan dapat memberikan kekuatan dan berfungsi untuk
memecahkan berbagai masalah dalam mempertahankan kedaulatan bangsa.
Selain itu, kita sebagai masyarakat yang cinta akan bangsa dan negara Indonesia
harus mampu mempertahankan nilai dan prinsip dengan menjaga identitas
nasional bangsa yang semakin terkikis oleh arus globalisasi.

Mengingat pengaruh globalisasi sangat kuat di zaman ini, maka kita sebagai
bangsa yang mempunyai jati diri dan kepribadian yang berbeda dengan bangsa
lain harus tetap memelihara dan jati diri dan identitas nasional yang merupakan
kepribadian bangsa. Identitas nasional memiliki beberapa unsur, yaitu: Pancasila,
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), konstitusi UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, nilai budaya, bendera, bahasa nasional, lagu kebangsaan, lambang
negara, dan lagu-lagu wajib.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif


globalisasi ini adalah melalui efektivitas pembinaan kebangsaan melalui
pembentukan sikap nasionalisme. Sikap nasionalisme sebagai sikap mental dan
menempatkan kesetiaan tertinggi pada negara, menjaga nilai-nilai luhur, dan
memelihara unsur-unsur identitas nasional. Oleh karena itu, pendidikan
kewarganegaraan sebagai sarana pembinaan semangat nasionalisme harus dapat
diefektifkan, sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 Undang-Undang Republik
Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu “untuk
membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat”. Dengan ini, sikap
nasionalisme akan dapat dijadikan sebagai pembentukan sikap dan mental bangsa
dalam mempertahankan jati diri bangsa di tengah arus globalisasi.

Menyadari akan tantangan perubahan, baik lokal, nasional, maupun global


semakin berat, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu menumbuhkan
sikap mental cerdas, penuh tanggung jawab dari mahasiswa untuk mampu
memahami, menganalisis, serta menjawab berbagai masalah yang dihadapi
masyarakat, bangsa dan negara secara tepat, rasional, konsisten, berkelanjutan
serta menjadi warga negara yang tahu hak dan kewajibannya menguasai iptek
serta dapat menemukan jati dirinya, dan dapat mewujudkan kehidupan yang
demokratis, berkeadilan, dan berkemanusiaan.

Dengan kata lain secara konseptual, Pendidikan Kewarganegaraan


hendaknya mengembangkan warga negara yang memiliki lima ciri utama, yaitu jati
diri, kebebasan untuk menikmati hak tertentu, pemenuhan kewajiban-kewajiban
terkait, tingkat minat dan keterlibatan dalam urusan publik, dan pemilikan nilai-nilai
dasar kemasyarakatan. Karakteristik tersebut menuntut adanya upaya
pengembangan kurikulum dan pembelajaran.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan


sangat membantu dalam mengembangkan kompetensi kewarganegaraan di era
global, baik dalam kajian disiplin ilmu, kurikulum, dan pembelajaran. Pendidikan
kewarganegaraan akan dapat memberikan kekuatan dan berfungsi untuk
memecahkan berbagai masalah dalam mempertahankan kedaulatan bangsa.
Selain itu, kita sebagai masyarakat yang cinta akan bangsa dan negara Indonesia
harus mampu mempertahankan nilai dan prinsip dengan menjaga identitas
nasional bangsa yang semakin terkikis oleh arus globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Febrianto, B. (2021). Peranan pancasila di era globalisasi. Diakses pada tanggal
13 Agustus 2023, dari
https://radarbojonegoro.jawapos.com/bojonegoro/711316034/peranan-pancasila-
di-era-globalisasi.

Widjojo, A. (2020). Pancasila di tengah era globalisasi. Diakses pada tanggal 13


Agustus 2023, dari
https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-
tengah-era-globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai