Anda di halaman 1dari 4

Esai Mewujudkan Pancasila sebagai identitas nasional di era digital

Nama : Harits Asaduddin Akmal


NIM : 1303619049
Kelas : Pendidikan Kimia B 2019

Menurut Astawa (2017) Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap
pihak yang dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain.
Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang berpendapat bahwa
kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Identitas nasional
adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang
membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya.
Identitas nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada kebudayaan, adat
istiadat, serta karakter khas suatu negara. Sedangkan identitas nasional dalam konteks negara
tercermin dalam simbol-simbol kenegaraan seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa
Nasional yaitu Bahasa Indonesia, Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar
Falsafah negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Pahlawan –
pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura, Hasanudin,
Pangeran Antasari dan lain – lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat
mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang
merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan
negara lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jatidiri serta kepribadiannya. Rasa
solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi
kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai
kejayaan bangsa dan negara di masa depan.
Lalu bagaimana dengan kabar identitas nasional hari ini? Tentu ada kabar positif dan
negatifnya, terlebih pada zaman keterbukaan saat ini, dimana informasi tidak dapat dibendung
dari berbagai arah, jika saja terjadi suatu kejadian di luar negri yang jaraknya ratusan kilometer
dari Indonesia, dalam hitungan detik kita dapat mengetahui kabarnya! Maka tentu dengan
kondisi zaman seperti ini pula bukan tidak mungkin kalau identitas nasional mengalami
kelunturan, mulai dari individu hingga tingkat negara. Contoh nyatanya adalah banyaknya
informasi budaya luar yang dengan mudah dapat diakses oleh siapapun, dengan adanya
informasi-informasi tersebut maka akan mempengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia yang
lama kelamaan akan berubah menjadi perilaku.
Tentu keterbukaan informasi tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan perkembangan
teknologi yang begitu pesat. Dikutip dari situs kompasiana, Teknologi merupakan bagian yang
tidak terpisah pada saat ini, Teknologi mempunyai dampak positif dan dampak negatif terhadap
identitas bangsa Indonesia. Dampak positifnya adalah sikap etos kerja yang tinggi dan disiplin
dari negara maju yang harus kita tiru demi kemajuan identitas bangsa Indonesia.
Melalui teknologi kita juga dapat mengakses ilmu pengetahuan yang dapat
meningkatkan pola pikir masyarakat yang kritis yang juga bisa menghindari dari ancaman dari
luar serta melalui teknologi tiap daerah dapat membagikan informasi mengenai perkembangan
di daerah tersebut yang membuat daerah tersebut dapat di kenal oleh masyarakat.
Di samping dampak positif, teknologi juga terdapat dampak negatif terhadap identitas
bangsa Indonesia yaitu, Nilai- nilai negara barat semakin menguasai bangsa Indonesia
contohnya, pada zaman sekarang ini masyarakat Indonesia cenderung berpikir secara
individualis, yaitu hanya berpikir pada dirinya sendiri dan cenderung mengikuti nilai-nilai dari
negara Barat lainnya seperti, pergaulan bebas, cara berbicara dan cara berpikir juga mengikuti
orang Barat alasannya adalah nilai-nilai barat yang cenderung bebas dan praktis yang membuat
masyarakat lebih mengikuti nilai-nilai barat.
Hal ini tentu saja membuat nilai-nilai moral bangsa Indonesia yang menjadi identitas
bangsa Indonesia juga hilang. Tak hanya mengenai nilai dan moral, cara berpakaiannya juga
lebih mengikuti style ala barat yang terbuka, hal ini tentu bertentangan dengan cara berpakaian
bangsa Indonesia yang sopan dan tertutup.
Demikian juga produk masyarakat Indonesia cenderung lebih memilih produk buatan
luar negeri alasannya adalah kualitasnya lebih bagus walau harganya juga tidak murah dan
demi gengsi semata. Padahal produk buatan Indonesia jika di luar negeri justru lebih di minati.
Teknologi juga dapat menghilangkan budaya Indonesia yang menjadi identitas bangsa
Indonesia seperti, tarian, musik, makanan dan lain-lainnya.
Kemudian apa yang harus kita lakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan
identitas nasional dengan mewujudkan pancasila? Sebelum membahas lebih jauh, tentu kita
harus mengetahui factor apa saja yang dapat mendukung usaha dan rencana kita dalam
memperbaiki dan mempertahankan identitas nasional.
Menurut Astawa (2017) Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas
nasional yaitu faktor primodial dan faktor kondisional. Faktor primodial atau faktor objektif
adalah faktor bawaan yang bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi,
ekologi dan demografi. Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai
wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi anta
rwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis,
ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia. Sedangkan faktor kondisional atau faktor
subyektif adalah keadaan yang mempengaruhi terbentuknya identitas nasional. Faktor
subyektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa
Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang terlibat di dalamnya.
Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut.
Selain itu terdapat factor lain yaitu faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang
dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan.
Agama dan ideologi merupakan faktor sacral yang dapat membentuk bangsa negara. Faktor
sakral ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh
kesamaan ideologi Pancasila. Tokoh kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan
dihormati oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara.
Pemimpin di beberapa negara dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat
dan simbol pemersatu bangsa yang bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson
Mandela di Afrika Selatan, Mahatma Gandhi di India, dan Tito di Yugoslavia.
Prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in deversity) juga
menjadi faktor pembentuk identitas nasional. Yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah
kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut 6 negara dan pemerintahnya
tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, agamanya. Sesungguhnya
warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setia pada identitas
primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintah dan negara, namun mereka
menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang terwujud dalam bangsa
negara di bawah satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup Bersama di bawah
satu bangsa meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga negara perlu
memiliki kesadaran akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas bersama yang
tujuannya adalah menegakkan Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in
deversity) suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).

Lalu bagaimana dengan peran pancasilan? Tentu perannya sangat penting karena
menjadi ideologi bangsa ini, Pancasila menjadi dasar dari negara ini. Setiap butir Pancasila
lahir dari identitas asli bangsa ini, maka penting untuk tetap menjaga substansi dan nilai
Pancasila. Dengan era keterbukaan saat ini tentu dapat diadakan berbagai sosialisasi kepada
masyarakat terkait Pancasila dengan menggunakan teknologi. Dengan hadirnya teknologi
tersebut, nilai-nilai Pancasila dapat lebih mudah disosialisasikan tanpa batas waktu dan ruang.
Tentu ini akan menjadi peluang besar jika kita menyikapinya dengan positif. Contoh nyata
yang dapat dilakukan salah satunya adalah mengulas kembali tayangan-tayangan televisi yang
saat ini mulai ditayangkan budaya-budaya luar negri, memang secara tontonan tidak
melanggar, namun secara perlahan akan mengikis budaya bangsa ini secara perlahan. Maka
alangkah baiknya bagi stasiun televisi baik negri maupun swasta bisa kembali menyadari
betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa. Contoh lainnya tidak
hanya di TV, namun diberbagai media social lainnya, harus ada Lembaga terkait yang sadar
untuk bisa update terhadap kebiasaan masyarakat sekarang dalam bersosial media, agar
Lembaga terkait dapat melakukan sosialisasi menggunakan metode yang sesuai dengan
perkembangan zaman tanpa mengurangi substansi dan nilainya sedikit pun secara tepat.
Pancasila akan selalu hadir sebagai sebuah profil dan lambang dari identitas bangsa ini,
dengan hadirnya teknologi yang membuka bebas informasi lintas ruang dan waktu, maka
alangkah baiknya kita sebagai bangsa berkarakter untuk bisa selalu mengambil nilai-nilai
positif dari apa yang kita dapat, agar identitas bangsa kita tidak luntur dan hilang. Pun dengan
bebasnya akses pada media social merupakan tantangan sekaligus peluang tersendiri dalam
mewujudkan Pancasila sebagai identitas nasional pada era digital ini, maka lakukan pendekatan
yang sesuai dengan zaman, agar nilai-nilai Pancasila dapat selalu terjaga.

Sumber :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/20bb958d430cc7d21ef6c2b58d14da
41.pdf
https://kumparan.com/amanda-rayta/pengaruh-teknologi-terhadapa-identitas-bangsa-
indonesia/full

Anda mungkin juga menyukai