Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sulistio Tri Widodo

NIM : 222120068

Konsep Pancasila Secara Umum dan Penerapannya Sebagai Problem


Solving di Era Digital dan Globalisasi Saat Ini
Pancasila merupakan seperangkat rangkaian nilai filosofis yang
membentuk gagasan dasar berupa konsep dan prinsip dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diyakini sebagai pandangan
hidup. Konsep yang dimaksud di sini ialah gagasan dasar yang bersifat abstrak,
umum, dan universal yang merupakan hasil olah pikir manusia secara analitik,
logis, reflektif, radikal, dan integral berupa dalil untuk memberikan makna dan
acuan kritik terhadap fenomena yang dihadapinya.
Konsep Pancasila sebagai dasar negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam
pidatonya di hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang
isinya menjadikan Pancasila sebagai dasar falsafah negara bagi negara
Indonesia merdeka.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara menjadikan setiap tingkah laku
dan setiap pengambilan keputusan para penyelenggara negara dan pelaksana
pemerintahan harus selalu berpedoman pada Pancasila, dan tetap memelihara
budi pekerti kemanusiaan yang luhur serta memegang teguh cita-cita moral
bangsa. Pancasila sebagai sumber nilai menunjukkan identitas bangsa Indonesia
yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Hal ini menandakan bahwa
dengan Pancasila bangsa Indonesia menolak segala bentuk penindasan,
penjajahan dari satu bangsa terhadap bangsa yang lain. Bangsa Indonesia
menolak segala bentuk kekerasan dari manusia satu terhadap manusia lainnya,
dikarenakan Pancasila sebagai sumber nilai merupakan cita-cita moral luhur
yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari bangsa Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika kehidupan berbangsa
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Globalisasi merupakan salah satu fenomena sosial yang mulai muncul
sejak jaman reformasi. Fenomena ini membawa dampak baik maupun buruk
terhadap Indonesia serta diiringi dengan kemajuan teknologi, informasi, dan
komunikasi yang dahsyatnya dapat mengubah cara interaksi di realitas
masyarakat. Besarnya arus globalisasi semakin memperkecil ruangan interaksi
individu satu dengan lainnya dan kelompok satu dengan lainnya. Teknologi dan
informasi yang semakin canggih berimbas kepada bagaimana masyarakat
memperoleh informasi, jadi dapat dikatakan masyarakat semakin mudah
mendapatkan informasi dan perubahan sosial itu terjadi di sana. Ketika
masyarakat dengan gampang mendapatkan informasi atau pengetahuan maka
dengan gampang pula pengaruh informasi yang buruk atau tidak sesuai dengan
pengetahuan yang seharusnya didapatkan.
Pada era digital dan globalisasi, kemajuan teknologi yang melanda dunia
saat ini telah membawa berbagai perubahan bagi masyarakat. Kemudahan untuk
mengakses berbagai informasi tanpa batas dapat dilakukan dengan mudah,
kejadian apa saja yang terjadi di seluruh dunia dapat diakses dengan mudah dan
dapat diketahui dalam sekejap tanpa ada yang membatasi. Kemajuan teknologi
adalah sesuatu hal yang tak bisa dihindari dan dibendung, karena teknologi
berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Kemajuan zaman dan teknologi memiliki pengaruh positif dan negatif.
Meskipun banyak yang memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang berguna
namun pengaruh negatifnya juga telah terlihat nyata. Saat ini dampak negatif
yang nyata terlihat adalah berkembangnya budaya asing atau budaya barat yang
telah menjadi hal biasa di Indonesia, dan telah menggeser budaya luhur bangsa
sendiri. Budaya asing yang masuk ke Indonesia sudah merajalela dalam pola
kehidupan sehari-hari menjadi hal yang lumrah yang dapat ditemui di mana-
mana, mulai dari kebiasaan berpakaian, berbicara, berperilaku dan masih
banyak lagi.
Memasuki era digital dan globalisasi, Pancasila sebagai ideologi
berbangsa dan bernegara menghadapi banyak tantangan dalam penerapan di
kehidupan sehari-hari masyarakat. Masuknya ideologi alternatif melalui internet
ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat di Indonesia semakin tak
terbendung. Ditambah pula dengan terjadinya kemerosotan nilai-nilai moral
yang mengancam eksistensi nilai-nilai luhur bangsa dan terkikisnya rasa empati
dan peduli terhadap sesama. Sejatinya Pancasila merupakan ideologi terbuka
dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan
hidup bangsa. Pancasila bersifat aktual dan mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman. Yang dimaksud “menyesuaikan diri” di sini tidak berarti
bahwa Pancasila harus mengubah nilai yang dikandungnya, tetapi ia mampu
mengeksplisitkan wawasan secara konkret, sehingga mempertajam
kemampuannya untuk memecahkan masalah-masalah teraktual. Namun,
diperlukan kewaspadaan nasional terhadap ideologi-ideologi baru yang masuk
ke Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi untuk menguatkan rasa
nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang dapat dilakukan
melalui pendidikan formal, memberikan pendidikan karakter berdasarkan nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia, dan menguatkan rasa nasionalisme melalui
pendekatan budaya populer semisal musik, film dan olahraga.
Di era digital dan globalisasi ini kita tidak bisa mengelak akan budaya-
budaya yang masuk, tetapi hal yang terpenting adalah bagaimana masyarakat
Indonesia terkhususnya anak muda menyaring budaya asing akan hal baik atau
buruknya dan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Karena masyarakat yang
cinta akan bangsanya, ia akan menolak budaya yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Rasa nasionalisme dan patriotisme harus
diungkapkan dengan benar, nasionalisme dan patriotisme yang luas dan sesuai
dengan nilai Pancasila. Maksudnya adalah kita mencintai budaya dan rela
berkorban demi bangsa Indonesia, tetapi juga tetap menghargai budaya bangsa
asing dan tidak menerima secara begitu saja akan budaya asing.
Filterisasi di dalam menggapai informasi dan pengetahuan sangat
diperlukan di jaman pesatnya arus globalisasi ini. Ketika diterimanya budaya
asing di Indonesia hal tersebut merupakan budaya modern “up to date” bagi
kalangan yang sangat mengikuti perkembangan arus globalisasi. Selain itu,
hedonisme yang merupakan salah satu kebudayaan masyarakat konsumtif
budaya barat atau budaya di kalangan negara maju menjadi salah satu fenomena
perubahan sosial di Indonesia. Budaya hedonisme sangat mengancam Indonesia
di seluruh kalangan masyarakat terutama para remaja, dengan begitu maka
budaya Indonesia perlahan semakin memudar. Kebudayaan Indonesia yang
sopan, santun, arif, dan dapat dikatakan masuk ke arah budaya ketimuran mulai
hilang dengan masuknya budaya barat ini.

Di dalam perubahan sosial ini peranan Pancasila sangat diperlukan, agar


jati diri bangsa Indonesia terutama para remaja dan anak muda yang akan
melanjutkan nanti tetap menjadi pribadi bangsa Indonesia tanpa campur tangan
negara lain. Perubahan sosial yang terjadi disebabkan karena memudarnya
semangat nasionalisme dan patriotisme yang terdapat di dalam sila-sila
Pancasila. Kaum muda lebih memilih untuk bergaul dan mengekor kebudayaan
barat dibandingkan dengan kebudayaan sendiri, dapat dilihat dari cara
berbicara, bersikap, berpakaian, dan pola hidup yang lebih meniru gaya asing
dibandingkan budaya Indonesia sendiri. Maka dari itu, peranan Pancasila sangat
penting sebagai dasar negara di dalam menghadapi arus globalisasi yang masuk
ke dalam Indonesia. Pancasila sangat berperan dalam menumbuhkan rasa
nasionalisme dan patriotisme di kalangan anak muda dengan didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila. Di mana nilai-nilai Pancasila satu dengan lainnya sangat
menjiwai dan dijiwai untuk mewujudkan satu kesatuan yang utuh dan menjadi
landasan dalam berperilaku dan bertindak.
Peranan Pancasila dalam menghadapi era digital serta pengaruh
globalisasi terhadap masyarakat Indonesia dapat diaktualisasikan dan dijabarkan
dari masing-masing kelima sila:
1) “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang memiliki arti percaya terhadap Tuhan
dan menjalankan kewajiban-Nya serta tidak memaksakannya terhadap orang
lain. Ketika masyarakat sudah percaya akan Tuhan dan tetap menjalankan
kewajiban-Nya tidak akan cepat terpengaruh dan tetap bisa menjaga dari
pengaruh global. Meskipun memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-
beda namun nilai kerukunan hidup beragama, berdampingan dengan
menjaga sikap toleransi, saling menghargai kebebasan beragama serta saling
menjaga keamanan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-
masing, dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. sikap toleran
telah melahirkan akhlak yang mulia dan rasa ini telah menumbuhkan dan
memupuk rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air yang selalu hidup
berdampingan dengan damai. Keyakinan kepada Tuhan yang maha esa ini
juga memiliki nilai luhur yang dapat menjadi benteng diri agar selalu
melakukan hal-hal yang baik serta dengan taat dan takwa pada ajarannya dan
hal ini tentunya juga akan menjauhkan diri dari perbuatan tercela.

2) “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” artinya mengakui persamaan hak,


harkat, martabat, derajat bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan tanpa membedakan suku, agama, ras/keturunan, jenis
kelamin, kedudukan sosial sesama manusia dalam hal hak dan kewajiban.
Tidak hanya mengakuinya di dalam negara saja, tetapi antar negara lain juga
saling menghormati.

3) “Persatuan Indonesia” artinya patriotisme-persatuan, di mana mengutamakan


kepentingan bangsa dibandingkan kepentingan individu.
Warga negara harus siap membela negara dari berbagai ancaman persatuan
Indonesia baik ancaman dari dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri
Indonesia. Setiap warga negara harus menempatkan kepentingan persatuan
dan kesatuan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi, atau
golongan, selalu mempertahankan rasa nasionalisme, mengobarkan
semangat untuk membela tanah air, memiliki kebanggaan pada tanah air,
mencintai perdamaian bersatu untuk persatuan Indonesia. Dalam fenomena
globalisasi ketika budaya-budaya barat masuk ke Indonesia, ketika
masyarakat sudah cinta terhadap budaya sendiri maka budaya barat akan
sulit diterima di Indonesia.
4) “Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan” artinya demokrasi dan seluruh pengambilan
keputusan akan selalu berdasarkan hasil musyawarah dan kepentingannya
untuk bangsa dan negara. Sila ini mencerminkan kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa memiliki hak dan kewajiban yang sama, dalam mengambil
keputusan harus dilaksanakan dengan musyawarah dan tidak memaksakan
kehendak, namun mendahulukan asas musyawarah untuk mufakat dengan
menjunjung tinggi dan menghargai setiap keputusan yang diambil secara
bermusyawarah . Jadi dapat dikatakan sila keempat akan menyaring budaya
barat ketika hasil keputusan dari masyarakat Indonesia terhadap masuknya
budaya barat tidak disetujui.

5) “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” artinya menjaga


keseimbangan antara hak dan kewajiban untuk memajukan kehidupan sosial.
Sila kelima ini juga memiliki nilai luhur yaitu adanya sikap kekeluargaan,
gotong royong, demokrasi yang mengatur keseimbangan hak dan kewajiban
sesama warga negara menghargai hak orang lain dan mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial. Jadi keadilan sangat diutamakan di
dalam sila kelima ini, ketika fenomena globalisasi dan pengaruh budaya
barat tidak menjadi suatu keadilan bagi masyarakat Indonesia maka tidak
bisa dikatakan bahwa hal tersebut bisa masuk ke Indonesia.
Simpulan
Globalisasi sangat erat kaitannya dengan perubahan sosial yang terjadi di
era saat ini. Globalisasi yang didorong oleh kemajuan IPTEK dan seluruh aspek
yang lebih maju di suatu negara serta dapat menghilangkan batas negara satu
dengan lainnya. Maka dari itu setiap negara diperlukan suatu dasar negara agar
terdapat batasan di antara negara tersebut.

Pancasila sebagai dasar negara sangat luas peranannya di dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara. Seiring perkembangan jaman Pancasila
tidak hanya menjadi dasar negara yang hanya bertitik tolak di negara Indonesia,
tetapi juga beradaptasi dengan fenomena globalisasi di seluruh aspek
kehidupan. Transformasi budaya yang masuk ke Indonesia bisa saja menjadi
pemecah belah kesatuan Indonesia yang dibangun sejak dahulu, tetapi ketika
peranan Pancasila masih dipegang teguh oleh seluruh masyarakat Indonesia hal
tersebut bisa terhindar.
Bangsa Indonesia perlu meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme.
Karena rasa nasionalisme dan cinta tanah air dalam menghadapi pengaruh
globalisasi sangat diperlukan. Untuk tumbuh menjadi bangsa yang besar harus
ditanamkan sikap nasionalisme dan cinta tanah air sejak dini, agar semakin tua
bangsa ini semakin kuat juga untuk bertahan dalam menghadapi permasalahan-
permasalahan yang ada.
Dengan demikian, di era yang sangat berkembang ini dengan adanya
pengaruh globalisasi. Pancasila yang berfungsi sebagai dasar negara sangat
penting peranannya sebagai pembatas agar masyarakat dapat menyaring budaya
yang baik dan buruk serta sesuai dengan nilai dari Pancasila. Semua itu juga
perlu dukungan dari kesadaran masyarakatnya sendiri akan bahayanya pengaruh
buruk globalisasi terhadap bangsa ini. Hal lain yang diharuskan dalam
menghadapi globalisasi yaitu mengaktualisasikan Pancasila dalam bermoral
atau bertingkah laku. Dalam mewujudkan aktualisasi Pancasila, pada setiap
nilai yang terkandung di dalamnya dijabarkan dalam bentuk norma-norma atau
peraturan-peraturan yang ada keterkaitannya dengan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Daftar Pustaka
Al Khanif ; Manunggal Kusuma Wardaya ; Mirza Satria Buana (Ed). (2017).
Pancasila Dalam Pusaran Globalisasi. Yogyakarta: LKiS.
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Pendidikan
Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Ronto. 2012. Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta: Balai
Pustaka.
Soeprapto. 1995. “Aktualisasi Nilai-Nilai Filsafat Pancasila Notonagoro”. Hlm.
30, diakses dari: https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/view/31577/1911

Anda mungkin juga menyukai