Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL

TANTANGAN PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

DISUSUN OLEH
NAMA : MARIA THEODORA ELVIS PEMO
NIM : 234111265/300079016

UNIVERSITAS TERBUKA
KUPANG, 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi dan era digital yang melanda dunia sekarang ini telah membawa
berbagai perubahan bagi masyarakat. kemudahan untuk mengakses berbagai informasi tanpa
batas dapat dilakukan dengan mudah, kejadian apapun di belahan bumi manapun dapat
diakses dan diketahui dalam sekejap tanpa ada yang membatasi.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu hal yang tak bisa dihindari dan dibendung, karena
teknologi berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.
Indonesia termasuk salah satu negara yang juga menikmati dan dipengaruhi kemajuan
teknologi dan digital tersebut. Kemajuan zaman dan teknologi memiliki pengaruh positif dan
negatif. Meskipun banyak anak bangsa yang memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang
berguna namun pengaruh negatifnya juga telah terlihat nyata. Saat ini dampak negatif yang
nyata terlihat adalah berkembangnya budaya asing atau budaya barat yang telah menjadi
biasa di Indonesia, telah menggeser budaya luhur bangsa sendiri. Budaya asing sudah
merajalela masuk dalam pola kehidupan sehari-hari menjadi hal yang lumrah dapat ditemui
dimana-mana, mulai dari kebiasaan berpakaian, berbicara, berprilaku dan sebagainya.
Kecanggihan teknologi dapat membantu setiap aktivitas manusia, namun pesatnya
perkembangan teknologi memerlukan filter untuk dapat menyaring hal-hal yang baik
bermanfaat dan hal-hal yang sia-sia atau bahkan informasi yang memberi pengaruh buruk,
ketidak hati-hatian dan kebebasan dalam menyikapi teknologi memungkinkan terjadi
penyimpangan dan kerugian, kemerosotan nilai-nilai moral dan mengancam eksistensi nilai-
nilai luhur bangsa.
Pandemi korona juga turut andil dalam semakin pesatnya perkembangan teknologi.
sebagian besar aktivitas dilakukan dengan teknologi seperti kegiatan belajar mengajar,
pegawai atau pekerja swasta bahkan berbelanja untuk keperluan sehari-hari.
Era globalisasi tak hanya memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat
Indonesia. Perkembangan zaman dan teknologi di era globalisasi juga menimbulkan berbagai
tantangan, khususnya terhadap nilai-nilai Pancasila.
Tantangan Pancasila di era globalisasi tentu perlu diantisipasi oleh setiap lapisan
masyarakat. Setiap orang perlu memahami cara menghadapi tantangan Pancasila di era
globalisasi.
Secara definitif, menurut Bapak Sosiologi Indonesia, Selo Soemardjan, globalisasi
adalah terbentuknya komunikasi dan organisasi antar-masyarakat yang berbeda di seluruh
dunia dengan tujuan sama.
Globalisasi membuat batas-batas antarnegara menjadi pudar. Hal ini membuat
pertukaran informasi antar-individu dan kelompok secara global menjadi lebih bebas, bahkan
tidak terbatas.
Kondisi semacam ini tentu menguntungkan dari banyak hal, khususnya dari
pendidikan, perkembangan teknologi, dan ekonomi. Jika tidak diwaspadai, globalisasi bisa
melunturkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu negara.
Tantangan Penerapan Pancasila pada Era globalisasi
Globalisasi dapat menimbulkan berbagai tantangan pada penerapan nilai-nilai
Pancasila. Menurut Machmudi dan Dahliyana dalam Pendidikan dan Pembinaan Ideologi
Pancasila (2022), terdapat tujuh tantangan Pancasila di era globalisasi. Tantangan tersebut
berkaitan dengan meningkatnya individualisme, kosmopolitanisme, hingga radikalisme.
1. Menguatnya individualisme
2. Maraknya kosmopolitanisme
3. Meningkatnya fundamentalisme pasar
4. Meningkatnya dominasi sistem hukum modern
5. Maraknya radikalisme dan ekstremis
6. Maraknya intoleransi
7. Mengabaikan Pancasila sebagai objek ilmu pengetahuan
8. Kemiskinan
9. Konflik sosial
10. Ujaran kebencian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pancasila yang merupakan dasar Negara yang mengandung Nilai-nilai luhur yang
harus melekat dan menjadi ciri bangsa Indonesia, harus mampu tercermin dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari.
Pengertian pancasila secara etimologis yaitu mengandung lima dasar, lima
sendi atau lima unsur. Pancasila sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, panca
artinya lima dan sila yaitu dasar,sendi atau unsur.

Pengertian pancasila secara


etimologis yaitu
mengandung lima dasar,
lima
sendi atau lima unsur.
Pancasila sendiri berasal
dari bahasa Sanskerta,
panca
artinya lima dan sila yaitu
dasar,sendi atau unsur.
Pancasila merupakan pondasi, azas dan pandangan serta pedoman hidup bangsa
Indonesia. Pancasila memuat nilai-nilai luhur yang yang mengatur tatanan kehidupan dan
menjadi ciri bangsa yang dimiliki oleh rakyat Indonesia.
Sejenak mari kita kembali mengenang nilai-nilai luhur dari sila-sila pancasila secara
garis besar yang harus selalu terpatri dan menjadi pedoman hidup setiap rakyat Indonesia
terutama generasi penerus yang akan melanjutkan kehidupan mengisi kelangsungan
pembangunan dan kedamaian negeri tercinta ini agar ciri khas akhlak dan budi pekertinya
selalu berada dalam koridor nilai luhur pancasila
Nilai-nilai luhur dari sila-sila Pancasila tersebut adalah :
1. Ketuhanan yang Maha Esa
Sila pertama ini mengandung arti bahwa setiap warga negara Indonesia harus
mempercayai meyakini dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena adanya
keyakinan akan Tuhan Yang Maha Esa tersebut maka seluruh warga Negara Indonesia
wajib memiliki agama atau kepercayaan. Di Indonesia terdapat beberapa agama dan
kepercayaan yang dianut oleh Bangsa Indonesia, setiap warga negara bebas
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianutnya dengan rasa
aman.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Nilai yang terkandung dalam sila kedua ini adalah adanya persamaan hak, harkat,
martabat, derajat bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai makhluk ciptaan Tuhan tanpa
membedakan suku, agama, ras/keturunan, jenis kelamain, kedudukan sosial dan semua
telah terpatri dalam satu semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Nilai lain adalah menumbuhkan rasa saling mencintai, memiliki perilaku tenggang rasa,
toleransi, selalu memupuk rasa persaudaraan saling menghormati hak dan kewajiban.
3. Persatuan Indonesia
Nilai luhur pada Sila Persatuan Indonesia ini adalah merupakan nilai inti dalam bernegara
dan berbangsa yakni adanya satu arah dan satu tekat untuk menjaga kedaulatan bangsa
dan negara. Semua warga negara harus memiliki satu tujuan yakni menjaga persatuan dan
negara yang kokoh berdaulat aman dan menumbuhkan spirit cinta tanah air.
Warga negara harus siap membela negara dari berbagai ancaman persatuan Indonesia
baik ancaman dari dalam negeri sendiri maupun dari luar negeri Indonesia.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan.
Sila ini memiliki nilai luhur yang mencerminkan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa
memiliki hak dan kewajiban yang sama, Dalam mengambil keputusan harus dilaksanakan
dengan musyawarah dan tidak memaksakan kehendak, namun mendahulukan azas
musyawarah untuk mufakat dengan menjunjung tinggi dan menghargai setiap keputusan
yang diambil secara bermusyawarah.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai luhur dalam sila ini adalah adanya sikap kekeluargaan, gotong royong, demokrasi
yang mengatur keseimbangan hak dan kewajiban sesama warga negara menghargai hak
orang lain dan mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Pengertian globalisasi yaitu adanya perubahan sosial yang dapat diamatimelalui
bertambahnya keterkaitan manusia dan faktor yang merupakan akibat daritranskulturasi dan
teknologi modern yang berkembang.

BAB III
PEMBAHASAN
Kemajuan pengetahuan dan teknologi tersebut kiranya dapat menjadi sarana untuk
memudahkan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya yakni mewujudkan masyarakat yang
sejahtera mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut menjaga ketertiban dunia sebagaimana
yang tercantum pada alinea ke 4 pembukaan UUD 1945.
Bangsa Indonesia terutama generasi muda harus memahami, mempelajari dan
menanamkan serta mempedomani nilai-nilai luhur pancasila sebagai pondasi moral dalam
kehidupan sehari-hari serta harus terus menjaga jati diri bangsa yang berbeda dengan bangsa-
bangsa yang lain.
Tantangan Penerapan Pancasila pada Era globalisasi
1. Menguatnya individualisme
Pada era globalisasi paham-paham terkait individualisme semakin meningkat. Hal ini
seiring dengan meningkatnya kemudahan pemenuhan kebutuhan yang tak lagi harus
dilakukan secara fisik. Sebagai contoh, dewasa ini bekerja, berbelanja, bahkan bersekolah
sudah marak dilakukan secara virtual tanpa interaksi manusia secara fisik. Kondisi
semacam ini semakin memperkuat paham individualisme. Paham individualisme sendiri
bisa jadi melunturkan nilai-nilai Pancasila menganut keyakinan bahwa manusia adalah
makhluk sosial. Hal ini tertuang dalam sila kedua tentang kemanusiaan dan sila ketiga
tentang kebangsaan. Jika dibiarkan terus berlanjut, nilai-nilai sosial dalam Pancasila itu
akan luntur seiring dengan meningkatnya individualisme akibat globalisasi.
2. Maraknya kosmopolitanisme
kosmopolitanisme yang kuat juga bisa melemahkan identitas dan solidaritas kebangsaan.
Padahal sikap solidaritas dan rasa kebersamaan sebagai satu bangsa Indonesia adalah
salah satu nilai yang dijunjung tinggi dalam Pancasila. Bahkan pada kasus ekstrem,
kosmopolitanisme menyebabkan masyarakat ingin identitas mereka sebagai warga negara
atau bangsa dihilangkan. Hal ini tentu berisiko menimbulkan masalah keamanan dan
masalah sosial lainnya.
3. Meningkatnya fundamentalisme pasar
fundamentalisme pasar dapat meningkatkan kemajuan ekonomi individu atau kelompok.
Sayangnya, fundamentalisme pasar juga membuat masyarakat terus menerus mengejar
keuntungan. Demi mengejar keuntungan tersebut, penganut fundamentalisme pasar akan
melakukan apapun, termasuk merebut hak orang lain. Dengan kata lain, orang menjadi
tak peduli dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam Pancasila. Ini termasuk nilai
ketuhanan, kemanusiaan, demokrasi dan keadilan sosial yang dijunjung pada Pancasila.
4. Meningkatnya dominasi sistem hukum modern
Sistem hukum modern yang dimaksud termasuk sistem hukum bangsa Barat yang erat
kaitannya dengan kebebasan individu. Di satu sisi, hal ini bisa membuka banyak potensi
di berbagai bidang, termasuk ekonomi dan teknologi. Namun, pada banyak kasus sistem
hukum modern cenderung mendukung fundamental pasar dan individualisme. Jika terus
menerus dirujuk sebagai landasan, maka sistem hukum modern bisa-bisa menggeser
sistem hukum kerakyatan yang ada di Indonesia. Jika terus menerus dibiarkan, maka
kesenjangan ekonomi dan sosial dapat semakin tinggi.
5. Maraknya radikalisme dan ekstremis
Keduanya membuat individu atau kelompok menjadi condong terhadap paham tertentu
sehingga memaksa orang lain untuk setuju dengan mereka. Ini tentu bertentagan dengan
sila kedua tentang kemanusiaaan dan sila ketiga tentang keadilan sosial.
6. Maraknya intoleransi
Intoleransi dapat dipicu oleh ketidaksiapan masyarakat dalam menerima perubahan atau
perbedaan. Pada era globalisasi, berbagai informasi tentang budaya, ideologi, nilai-nilai,
dan agama, dapat terekspos ke seluruh dunia. Sayangnya, tidak semua orang bisa
menerima perbedaan tersebut. Akibatnya, orang yang intoleran cenderung melakukan
tindakan diskriminatif terhadap perbedaan baik secara sadar maupun tidak. Perilaku
diskriminatif sendiri bertentangan dengan sila kedua Pancasila terkait kemanusiaan yang
adil dan beradab.
7. Mengabaikan Pancasila sebagai objek ilmu pengetahuan
Era globalisasi ada banyak objek ilmu pengetahuan lain yang dinilai lebih penting untuk
dipelajari dari pada Pancasila. Akibatnya, banyak institusi pendidikan yang cenderung
mengabaikan Pancasila sebagai objek ilmu pengetahuan. Padahal, nilai-nilai Pancasila
penting untuk dipelajari sebagai pedoman menjadi bangsa Indonesia yang baik. Jika hal
ini terus terjadi, nilai-nilai Pancasila akan semakin terkikis di kalangan para pelajar.
8. Kemiskinan
Di era globalisasi, terlebih di iklim pasar bebas, orang dengan bebas memperkaya diri
sesuai kemampuan mereka. Orang-orang yang punya privilese punya peluang besar
dalam upaya menyejahterakan dirinya. Namun, kalangan menengah ke bawah yang tidak
punya privilese akan semakin sulit menjangkau kesejahteraan ekonomi. Selain faktor
pendidikan yang tidak merata, kebijakan yang tidak adil juga memengaruhi kemiskinan
kalangan bawah. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi nilai-nilai Pancasila, terutama
sila ke-5, yang menyebutkan, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
9. Konflik social
Konflik sosial di era globalisasi juga menjadi tantangan berat bagi Pancasila. Konflik
tersebut bisa terjadi karena banyak hal seperti protes masyarakat terkait kebijakan,
ketidakadilan dari pemerintah terhadap rakyatnya, dan lain sebagainya. Konflik tersebut
semakin banyak terjadi, apalagi berkaitan dengan hajat hidup masyarakat kecil. Pancasila
ditantang menyelesaikan masalah tersebut, khususnya yang berkaitan dengan persatuan
dan keadilan. Terlebih, dalam sila ke-2 disebutkan, "Kemanusiaan yang adil dan
beradab."
10. Ujaran kebencian
Di era globalisasi yang sarat akan perkembangan teknologi, ujaran kebencian marak
ditemukan, terutama di media sosial. Kebebasan berpendapat, yang seharusnya mengarah
ke debat logis, berubah menjadi lontaran ejekan yang berdasarkan subjektivitas. Ujaran
kebencian tersebut berisiko menimbulkan perpecahan antarmasyarakat. Itu menjadi
tantangan berat bagi Pancasila untuk tetap bersatu, selaras dengan sila ke-3, "Persatuan
Indonesia."
Cara Menghadapi Tantangan Pancasila di Era globalisasi
Cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi tantangan Pancasila di era globalisasi adalah
mempertahankan dan memperkuat penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Menurut Paristiyanti Nurwardani, dkk., dalam Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi
(2016), upaya mempertahankan Pancasila di era globalisasi salah satunya tertuang dalam
Pasal 32 Undang-undang Dasar 1945.
Berdasarkan pasal tersebut, disebutkan bahwa pemerintah harus memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa.
Perlu diketahui, bahwa upaya menghadapi tantangan Pancasila ini berlaku untuk semua
lapisan masyarakat. Artinya, baik pemerintah, masyarakat, maupun organisasi sosial lainnya
harus berkolaborasi untuk menghadapi tantangan.
Berikut beberapa cara menghadapi tantangan Pancasila di era globalisasi yang bisa
dilakukan bersama:
1. Menanamkan nilai-nilai Pancasila di setiap aspek pendidikan di berbagai jenjang.
2. Menetapkan regulasi yang mendukung nilai Pancasila, misalnya kebijakan menghapus
monopoli pasar.
3. Mempromosikan sikap cinta tanah air dan bangsa dengan menunjukkan kekayaan dalam
negeri, baik dari budaya, teknologi, dan sumber daya alam.
4. Mengidentifikasi kebenaran informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya.
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan dan menjunjung tinggi
demokrasi.
6. Berinvestasi di sektor pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan lingkungan untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era
globalisasi.
7. Mengutamakan keberlanjutan lingkungan dan memastikan kegiatan ekonomi tidak
merusak lingkungan.
8. Menyusun regulasi yang adil dan tidak menyengsarakan rakyat, sesuai sila ke-5,
"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
9. Membekali anak-anak dengan nilai-nilai Pancasila sehingga bisa menjadikannya bekal di
era globalisasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945 merupakan karya yang digali dari nilai-
nilai luhur yang hidup dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia dan sampai
sekarang masih eksis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
2. Manusia meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mempermudah
kehidupan manusia, namun harus diwaspadai bahwa kemajuan teknologi canggih
seperti sekarang ini dapat berdampak negatif dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
B. Saran
1. Agar kita selalu memperdalam dan menggali makna dan arti Pancasila dalam teori
dan praktik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Agar kita generasi “old” tetap memberikan sosialisasi dan keteladanan kepada
generasi “milenium” tentang nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara
3. Memanfaatkan kemajuan iptek dalam mengamalkan dan mengimplementasikan nilai-
nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz, A. dan M. Rana. 2020. Pudarnya Nilai-Nilai Pancasila. Cetakan 1.Cirebon:CV. Elsi
Pro.
2. Budiwibowo, S. 2016. Revitalisasi Pancasila dan Bela Negara Dalam
MenghadapiTantangan Global Melalui Pelajaran Berbasis Multikultural. Jurnal Pancasila
dan Kewarganegaraan. 4(2):565-585
3. Fauzan, A., E. Kurniawansyah, dan M. Salam. 2020. Pengembangan Buku Revitalisasi
dan Reaktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa danBernegara Menghadapi
Tantangan Globalisasi. Jurnal Civic Education.4(2):43-51
4. Sulaiman, A. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung: CV. Arvino
Raya.
5. Universitas Negeri Semarang. 2018. Pertarungan Ideologi Pancasila di Tengah Kepungan
Ideologi-Ideologi Dominan. Cetakan 1. Semarang: UNNES PRESS
6. Modul MKWU 4110

Anda mungkin juga menyukai