Anda di halaman 1dari 35

PENGELOLAAN RESIDU HASIL

PENGOPERASIAN INSINERATOR
Nomor Dokumen No. Revisi Halaman
1 1 dari 2
Tanggal Terbit Ditetapkan Di SOLOK
5 agustus 2014 Direktur
Standar
Operasional
Prosedur
( Drg. ERNOVIANA MKes
Nip. 19601118 198701 2 001
Residu insinerator adalah hasil sisa pembakaran limbah padat B3
Pengertian
(bahan berbahaya dan beracun) yang dibakar dengan alat insinerasi.
Memastikan kegiatan pengelolaan residu hasil pembakaran limbah B3
Tujuan sesuai dengan dengan program kesehatan lingkungan yaitu tidak
membahayakan terhadap lingkungan dan manusia.
1.      Hasil pembakaran berupa residu dengan menggunakan incinerator
melaksanakan pengelolaan limbah residu sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di rumah sakit dan diawasi oleh petugas kesehatan
Kebijakan
lingkungan.
3.      Direktur rumah sakit melakukan kerjasama dengan pihak tranporter
dan pihak pemusanah LB3 yang telah memiliki izin.
Prosedur 1. Hasil pembakaran LB3 dengan menggunakan incinerator
(Residu) di simpan di TPSLB3 dalam wadah karung plastik.
2. Penyimpan Residu paling lama selama 90 hari
3. Pihak ketiga penyimpan dan pengangkut LB3 mengambil Residu
hasil pembakaran insinerator setiap 90 hari setelah pengambilan
sebelumnya atau sewaktu jika volume limbah melebihi kapasitas
TPSLB3
4. Serah terima Residu hasil pembakaran insinerator, dengan cara
menimbang berat limbah, yang disaksikan dan dicatat oleh
Penangung Jawab Lingkungan RS,
5. Penanggung jawab menerima Dokumen Limbah B3
(HAZARDOUS WASTE MANIFEST) salinan Lembar 2 dan
lembar 3
6. Setelah Residu LB3 yang diangkut dengan kemasan drum atau
dalam plastik yang ditata rapi dalam box/kardus, diterima oleh
pihak pemusnah dan pemanfaat yang dibuktikan pada lembar ke 7
dokumen Limbah B3.
7. Untuk memnatau progres proses pengelolaan akhir, pihak
pengumpul dan tranporter menyerahkan lembar ke 7 dokumen
Lb3 ke Penanggung Jawab lingkungan rumah sakit untuk dapat
diproses lebih lanjut pembayaran jasa.

c.      IPS non Medik


Unit terkait
2.     Bapedalda Prov Sumbar sebagai laporan
Dokumen terkait

PENGELOLAAN SAMPAH PADAT NON MEDIS


Nomor Dokumen No. Revisi Halaman
1 1 dari 2
Tanggal Terbit Ditetapkan Di SOLOK
5 agustus 2013 Direktur
Standar
Operasional
Prosedur
( Drg. ERNOVINA
Nip. 19601118 198701 2 001
Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan oleh
setiap unit kerja yang berasal dari ruang perawatan, dapur,
Pengertian
perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya.
Memastikan kegiatan pengelolaan limbah padat non medis dilakukan
Tujuan sesuai dengan program kesehatan lingkungan yaitu tidak
membahayakan terhadap lingkungan dan manusia.
1.      Unit penghasil limbah non medis sampai kerjasama dengan petugas
cleaning service dan kesehatan lingkungan memantau pelaksanaan
pengelolaan limbah non medis padat.
2.      Petugas cleaning service melaksanakan pengelolaan limbah non
Kebijakan medis padat sesuai dengan ketentuan yang berlaku di rumah sakit dan
diawasi oleh petugas kesehatan lingkungan.
3.      Direktur rumah sakit melakukan kerjasama dengan pihak dinas
kebersihan sebagai pengangkut limbah padat non medis untuk
dilakukan pembuangan ke TPA.
1.     Unit - unit penghasil limbah non medis padat melakukan pembuangan
limbah non medis padat di tempat yang telah disediakan yaitu sampah
non medis padat pada kontainer yang telah dilapisi plastik hitam.
2.      Petugas cleaning service melakukan pengambilan limbah non medis
Prosedur padat dari masing - masing unit penghasil limbah non medis padat
dengan cara kantong plastiknya diikat dengan kuat dan diangkut
dengan menggunakan troly/gerobak tertutup khusus limbah non
medis minimal 3 kali dalam sehari dan tempat sampahnya dilapisi
plastik baru.
c.      Semua unit di lingkungan rumah sakit
Unit terkait
2.      Dinas kebersihan
Dokumen terkait
PENGGUNAAN INCINERATOR
Nomor Dokumen No. Revisi Halaman
1 1 dari 2
Tanggal Terbit Ditetapkan Di SOLOK
5 agustus 2014 Direktur
Standar
Operasional
Prosedur
( Drg. ERNOVIANA MKes
Nip. 19601118 198701 2 001
Insinerator adalah alat yang digunakan untuk membakar limbah B3
Pengertian
pada suhu tertentu.
Memastikan kegiatan pengelolaan limbah padat medis dilakukan
Tujuan sesuai dengan program kesehatan lingkungan yaitu tidak
membahayakan terhadap lingkungan dan manusia.
1.     Unit penghasil limbah medis sampai kerjasama dengan petugas
cleaning service dan kesehatan lingkungan memantau pelaksanaan
pengelolaan limbah medis padat dengan pembakaran insinerator.
Kebijakan 2.      Petugas penanggung jawab melaksanakan pengelolaan limbah
medis padat sesuai dengan ketentuan yang berlaku di rumah sakit dan
diawasi oleh petugas kesehatan lingkungan.
3.     
Prosedur 1. 1. Aktifkan NCB pada posisi On
2. 2. Pindahkan Swicht ke posisi On
3. 3. Hidupkan Swicht on untuk Fan buker bawah
4. 4. Hidupkan Swicht on untuk Fan buker atas
5. 5. Hidupkan Valve minyak ke On Buker bawah
6. 6. Hidupkan Valve minyak ke on Buker atas
7. Panaskan incinerator, sampai suhu pada ruang bakar kedua
mencapai suhu paling rendah 400°c.
8. Masukan sampah medis sebayak 2/3 dari volume ruang bakar
pertama
9. Saat operasional ruang bakar pertama mencapai temperatur paling
rendah 800°C dan pada ruang bakar kedua mencapai temperatur
paling rendah 1000°c
10.Dinginkan, dan keluarkan abu insinerasi, tampung dalam karung
plastik dan simpan di TPSLB3
11.Abu insinerasi diserahkan kepada tranporter yang memiliki izin
untuk dimusnahkan oleh pemusnah yang memiliki izin.
12.Matikan pemantik jika sudah nyala dan selesai
7.

c.     
Unit terkait IPSRS
2.     
Dokumen terkait

PENGELOLAAN SAMPAH PADAT MEDIS


Nomor Dokumen No. Revisi Halaman
2 dari 2

Standar Tanggal Terbit Ditetapkan Di SOLOK


Operasional Direktur
Prosedur
( Drg. ERNOVINA
Nip. 19601118 198701 2 001
Limbah padat medis adalah limbah padat yang dihasilkan oleh setiap
unit kerja yang berasal dari ruang perawatan rawat inap, ruangan
Pengertian
rawat jalan ,dan Instalasi tindakan yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya.
Memastikan kegiatan pengelolaan limbah padat medis dilakukan
Tujuan sesuai dengan program kesehatan lingkungan yaitu tidak
membahayakan terhadap lingkungan dan manusia.
U Unit penghasil limbah medis kerjasama dengan petugas cleaning
service dan kesehatan lingkungan memantau pelaksanaan pengelolaan
limbah medis padat.
2.      Petugas cleaning service melaksanakan pengelolaan limbah medis
Kebijakan
padat sesuai dengan ketentuan yang berlaku di rumah sakit dan
diawasi oleh petugas kesehatan lingkungan.
Direktur rumah sakit melakukan kerjasama dengan pihak pengelola
swasta sebagai pengangkut limbah padat medis untuk dikelola sesuai
dengan standar.
3.      Petugas cleaning service mengumpulkan limbah medis padat di
dalam container khusus untuk limbah padat medis yang tertutup di
TPS limbah B3 rumah sakit.
4.      Petugas cleaning service dan petugas kesehatan lingkungan RS
melakukan serah terima limbah medis dan dibakar dalam Incenerator
Prosedur oleh petugas kesling.
5.      Petugas mengeluarkan residu sisa pembakaran dengan menampung
dan disimpan pada bangunan TPS limbah B3 untuk selanjutnya
diserahkan pada pihak pengumpul limbah B3 menggunakan
kendaraan khusus (tranporter) yang telah memiliki izin.
6.    Petugas kesling mengisi laporan pengangkutan limbah medis padat.
1
UNIT TERKAIT Sesemua unit di lingkungan rumah sakit
2.      Dinas kebersihan
DOKUMEN 1. Laporan pengangkutan limbah padat medis.
TERKAIT 2. Logbook/catatan keluar masuk limbah B3

 
JENIS SAMPAH YANG ADA DI TPSLB3
Nomor Dokumen No. Revisi Halaman
2 dari 2

Standar Tanggal Terbit Ditetapkan Di SOLOK


Operasional Plt.Direktur
Prosedur

( Drg. ERNOVIANA
Nip. 19601118 198701 2 001
Pengertian Limbah B3 adalah
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
UNIT TERKAIT
DOKUMEN 3. Laporan pengangkutan limbah padat medis.
TERKAIT 4. Logbook/catatan keluar masuk limbah B3

NO JENIS LIMBAH B3 SUMBER KARAKTER

1 Sampah Medis Pelayanan Medis Infeksius

2 Sampah MedisTajam Pelayanan Medis Infeksius

3 Botol Infus Pelayanan Medis Infeksius

4 Oli Bekas Maintenance Mudah Terba

5 Baterey Bekas Seluruh unit kerja Beracun

6 Accu Bekas Maintenance Beracun

7 Filter Bekas Maintenance Beracun

8 Lampu TL Maintenance Beracun

9 Obat Kadaluwarsa Inst. Farmasi Beracun

10 Sludge IPAL IPAL Beracun


11 Fixer Radiologi Beracun

12 Reagen Kadaluwarsa ILK Beracun, Irit

TINDAKAN PENCEGAHAN UNTUK


KELSELAMATAN PENGGUNA AC RUANGAN
Nomor Dokumen No. Revisi Halaman
2 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan Di SOLOK


Plt.Direktur
Standar
Operasional
Prosedur
( Drg. ERNOVINA
Nip. 19601118 198701 2 001
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur 1. Jangan mengaktifkan penyejuk udara (AC) dalam waktu yang
lama ketika kelembaban sangat tinggi, atau ketika pintu atau
jendela dalam kondisi terbuka.Apabila hal ini diabaikan akan
menyebabkan kerusakan AC
2. Pastikan kabel daya tidak tertarik atau rusak ketika penyejuk
udara (AC) beroperasi.Apabila hal ini diabaikan, dapat
menyebabkan kebakaran, kejutan listrik, atau kerusakan AC.
3. Jangan menempatkan benda apapun diatas kabel daya. Hal ini
dapat menyebabkan kejutan listrik atau kerusakan AC
4. Jangan mengaktifkan atau menonaktifkan penyejuh udara (AC)
dengan menghubungkan atau memutuskan hubungan konektor
daya. Hal ini dapat menimbulkan kebakaran atau kejutan listrik
5. Jangan menyentuh, mengoperasikan atau memperbaiki penyejuk
udara apbila tangan ada basah. Hal ini dapat menyebabkan
kejutan listrik atau kerusakan AC
6. Jangan menempatkan pemanas, atau peralatan pemanas lainnya
dekat kabel daya. Hal ini dapat menyebabkan kebakaran, kejutan
listrik atau kerusakan AC.
7. Jangan membiarkan penyejuk udara kena air, hal ini dapat
menyebabkan ledakan atau kebakaran.
8. Jangan menyimpan bahan yang mudah terbakar seperti bensin dan
tiner didekat penyejuk udara
UNIT TERKAIT
DOKUMEN 5. Laporan pengangkutan limbah padat medis.
TERKAIT 6. Logbook/catatan keluar masuk limbah B3

PENGGUNAAN AC
Nomor Dokumen No. Revisi Halaman
2 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan Di SOLOK


Plt.Direktur
Standar
Operasional
Prosedur
( Drg. ERNOVINA
Nip. 1960118 198701 2 001
Penggunaan AC adalah langkah yang dilakukan untuk menggunakan
Pengertian Ac (air Conditioner) diruangan pengguna.

Petunjuk bagi pengguna dalam menggunakan AC diruangan


Tujuan
pengguna.
Semua petugas RS mengetahui prosedur penggunaan AC
Kebijakan Petugas dapat memberi petujuk kepada pasien/keluarga ttg
penggunaan AC di ruangan pengguna
Prosedur 1. Hidupkan power On/of yang ada pada remote
UNIT TERKAIT
DOKUMEN 7. Laporan pengangkutan limbah padat medis.
TERKAIT 8. Logbook/catatan keluar masuk limbah B3

TANGGAP DARURAT RESIKO KECELAKAAN/BENCANA


LIMBAH
Nomor Dokumen No. Revisi Halaman
1 dari 4

Tanggal Terbit Ditetapkan Di SOLOK


Direktur RSUD Solok
Standar
Operasional
Prosedur
( Drg. ERNOVIANA MKes
Nip. 1960118 198701 2 001
Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan
Pengertian
kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar.

Untuk memastikan semua personil RSUD Solok bertindak dalam


kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu
Tujuan
keadaan darurat.

Kebijakan Untuk pedoman bagi Tim LK3 (tim lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja) dalam menangani keadaan darurat

Prosedur Pe
. P1. Pemeriksaan Kesiapan Terhadap Keadaan Darurat
Tiap 1 (satu) bulan sekali Tim LK3 yang ditunjuk oleh Direktur
melakukan pemeriksaan kesiapan terhadap keadaan darurat dengan
D menggunakan formulir Daftar Periksa Keadaan Darurat, yang
meliputi:
a. APAR
b. Isi kotak obat
c. Petunjuk Evakuasi / Rambu Evakuasi
d. Fasilitas Sarana dan Prasarana (Rawan Bahaya)
e. Personil LK3
Hasil dari pemeriksaan tersebut oleh Tim LK3 dilaporkan ke
Ketua Tim tanggap darurat untuk ditentukan tindak lanjut jika
ditemukan adanya ketidak sesuaian.
2. Kesiagaan dan Tanggap Darurat
Ketua Tim Tanggap Darurat yang telah ditunjuk oleh Direktur
bertanggung jawab untuk menyusun rencana kesiagaan dan
tanggap darurat yang berisi informasi yang diperlukan untuk
mengatasi suatu keadaan darurat, sebagai berikut :
a. Pengenalan keadaan darurat : jenis dan prakiraan dampaknya
b. Pengkajian akibat / dampak dan menyiapkan pencegahannya
c. Prosedur penanggulangan keadaan darurat
d. Sistem komunikasi dalam keadaan darurat
e. Personil yang bertanggung jawab
f. Tata cara pemberitahuan keadaan darurat
g. Petunjuk komunikasi : Nama, Instansi, Alamat, Nomor telpon
Pejabat terkait
h.Peta situasi dalam keadaan darurat.
i. Program evakuasi dalam keadaan darurat.
j. Peta daerah aman untuk evakuasi.
k. Peta tempat / titik berkumpul (Assembly point).
l. Pengakhiran keadaan darurat dan tindak lanjut.
m. Program pelatihan keadaan darurat.
3. Rencana kesiagaan dan tanggap darurat oleh Ketua Tim Tanggap
Darurat didistribusikan ke semua petugas terkait.
4. Ketua Tim Tanggap Darurat bertanggung jawab memberikan
pelatihan kesiagaan dan tanggap darurat terutama pada keadaan
darurat yang paling memungkinkan terjadi di RSUD Solok atau
lokasi pekerjaan / kepada anggota tim dan karyawan.
5. Ketua Tim Tanggap Darurat mengantisipasi kejadian-kejadian
yang dapat diklasifikasikan sebagai keadaan tindak darurat, yang
paling mungkin terjadi, antara lain sebagai berikut :
a. Kebakaran atau ledakan
b. Gempa bumi
c. Huru-hara / demonstrasi
d. Banjir
e. Sabotase atau ancaman Bom
f. Cedera parah
g. Tumpahan minyak (B3)
6. Ketua Tim Tanggap Darurat bertanggung jawab membuat
gambar / denah umum yang memperlihatkan tata letak (layout)
semua peralatan kedaruratan, jalur evakuasi, daerah aman dan
tempat untuk berkumpul (Assembly point).
9. Ketua Tim Tanggap Darurat juga bertanggung jawab untuk
menyusun petunjuk penggunaan peralatan yang berkaitan dengan
keaadaan darurat.
10. Ketua Tim Tanggap Darurat bertanggung jawab menjelaskan
tata cara evakuasi dalam keadaan darurat kepada anggota tim.
11. Ketua Tim Tanggap Darurat bertanggung jawab menetapkan
kewenangan dan tanggungjawab petugas yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab dalam keadaan darurat sebelum pejabat yang
berkompeten tiba di lokasi mengambil alih tanggung jawab.
Semua pegawai termasuk pengunjung harus mengikuti komando
yang diberikan oleh petugas tersebut. Apabila ada perubahan
petugas maka daftar petugas harus direvisi dan disampaikan ke
P2K3 atau Unit K3.
12.Ketua Tim Tanggap Darurat bertanggung jawab untuk
memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam menghadapi kondisi darurat akibat kebakaran,
serta penjelasan pencegahan bahaya kebakaran sesuai Instruksi
Kerja Pencegahan Bahaya Kebakaran serta cara penggunaan
APAR sesuai dengan Instruksi Kerja APAR.
13.Ketua Tim Tanggap Darurat bertanggung jawab untuk menyusun
prosedur tindak darurat untuk keadaan kebakaran.
Pegawai atau orang yang pertama kali yang mengetahui / melihat
kebakaran segera mengambil APAR yang terdekat dan berusaha
memadamkan api sambil berteriak memberitahukan kepada
karyawan lainnya untuk segera melaporkan adanya kebakaran
kepada Unit LK3 atau petugas yang ditunjuk.
12.Anggota tim yang ditunjuk bertanggung jawab untuk
membunyikan alarm (jika ada) atau tanda bahaya secara terus
menerus dengan jeda disertai dengan pemberitahuan adanya
kebakaran melalui pengeras suara.
13. Anggota tim yang ditunjuk memberitahukan kepada petugas
pemeliharaan / teknisi untuk memadamkan aliran listrik yang tidak
dibutuhkan.
14. Anggota tim yang ditunjuk memberitahukan kepada semua
pegawai termasuk tamu atau pengunjung untuk menuju kedaerah
yang aman dengan cara memberikan komando :
a. Tidak boleh Panik
b. Berkumpul bersama-sama membentuk kelompok-kelompok
kecil
c. Tinggalkan tempat kerja sesuai arah peta daerah aman untuk
evakuasi
d. Jangan terburu-buru sewaktu menuju daerah aman dan sewaktu
menuruni tangga darurat.
15. Anggota tim yang ditunjuk menghubungi Dinas Pemadam
Kebakaran.
16.Anggota tim yang ditunjuk menghubungi pejabat RSUD Solok
yang berkompeten, untuk segera datang ke lokasi kejadian dan
mengambil alih kendali.
17.Anggota tim yang ditunjuk mengupayakan penyelamatan antara
lain :
a. Mencari sumber penyebab bahaya dan melakukan tindakan
pengamanan
b. Melokalisir lokasi bahaya
c. Memberikan pertolongan pertama.
18.Anggota tim yang ditunjuk menghubungi pihak kepolisian dan
Lembaga / Instansi yang terkait sehubungan dengan kebakaran
yang terja
4.. Matriks Tindakan Darurat Kebakaran :
Tingkat Tanda Instruksi Tindakan
Bahaya Bahaya Dari
Bahaya 1 Teriak kebakaran
Kebakaran a. Orang pertama yang
masih melihat api.
terkendali b. Melapor kepada
(mudah koordinator.
dipadamkan) c. Koordinator area
melapor kepada
PM/SM.

Bahaya 2 Api Teriak Koordinator


berkobar susah kebakaran area / Petugas a. Orang pertama yang
dipadamkan, dan lonceng yang telah melihat api segera
tapi masih area ditunjuk memadamkannya.
dapat dibunyikan. b. Melapor keadaan
dikendalikan. kebakaran kepada
PM/SM & security.
c. Mengkoordinir
anggota P2K setempat
pemadaman
d. Security memulai
mengadakan
pengamanan area.
e. Minta bantuan
anggota P2K terdekat
untuk ikut
menanggulangi.
f. Bila api padam,
kembali keurutan b,c
bahaya 1, bila tidak
padam, masuk bahaya
3

Bahaya 3 Api Sirene Pimpinan


berkobar tidak dibunyikan Keselamatan a. Instruksi evakuasi.
terkendali dan (Full) b. Mengkoordinir
tidak dapat pemadaman dengan
dipadamkan hydrant.
oleh APAR. c. Panggil Dinas
Kebakaran.

ad
UNIT TERKAIT
DOKUMEN 14. Laporan pengangkutan limbah padat medis.
TERKAIT 15. Logbook/catatan keluar masuk limbah B3
RSUD
PROSEDUR
PENGGUNAAN AUTOCLAVE SAMPAH MEDIS
SOLOK
No Dokumen No Revisi Halaman
08/P.Non Medik-RS/2013

Prosedur tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


1 Desember 2013 Plt Direktur RSUD Solok

Drg.Ernoviana MKes
Nip: 19601118 198701 2 001

Pengertian STERILIZATION is inactivating all microbes regardless


of a relation detrimentally or harmless.
It differs from the DISINFECTION which sterilizes
only a detrimental microbe.

Tujuan Untuk memastikan bahwa limbah padat yang disterilkan sudah aman
bagi lingkungan dan kesehatan
Kebijakan 1. Unit penghasil limbah medis, petugas cleaning service
dan petugas kesehatan lingkungan memantau
pemilahan limbah medis padat.
2. Dilakukan untuk jenis limbah Plabot (plastik dan botol)

Prosedur
1. Pastikan stop kontak sudah terhubung dengan benar.
2. Pastikan keran pembuangan sudah tertutup dengan
sempurna.
3. Pastikan volume air pada EXHAUST BOTTLE sudah cukup
( antara LOW dan HIGH level ) dan terpasang dengan benar
pada tempatnya.
4. Nyalakan alat dengan menaikan SWITCH POWER yang
berada di samping kanan.
5. Buka CHAMBER LID dengan menginjak pedal pembuka.
6. Keluarkan BASKET dan CHAMBER BOTTOM PLATE dari
dalam CHAMBER ,tuangkan air suling sebanyak ± 3 liter
( minimal sensor WATER LEVEL terendam sempurna )
7. Susun kembaliCHAMBER BOTTOM PLATE dan BASKET
kemudian masukan SAMPLE atau alat – alat yang akan di
sterilisasi,tutup CHAMBER LID.
8. Pastikan lampu LED tanda READY sudah menyala.
9. Pilih mode sterilisasi yang di inginkan,
STERILIZE/LIQUID,STERILIZE/NORMAL STERILIZE -
WARM ,WARM - HEAT.
10. Atur waktu dan suhu dengan menekan tombol panah naik
dan turun.
11. Tekan tombol START untuk memulai pengoperasian,tunggu
sampai lampu LED tanda COMPLETE menyala dan alarm
peringatan berbunyi.
12. Tunggu temperature turun, untuk keamanan sebaiknya suhu
di dalam CHAMBER 60° C atau lebih dingin.Dan tekanan
pada CHAMBER nol ( 0 ), Untuk mempercepat pendinginan
CHAMBER bisa menggunakan tombol COOLING FAN dan
mengatur EXHAUST FAN SPEED.
13. Jika temperature dan tekanan aman sudah tercapai , buka
CHAMBER LID dan keluarkan sample atau alat dari dalam
BASKET.
14. Untuk membuang air yang sudah tidak digunakan lagi, lepas
EXHAUST BOTTLE dan buka keran pembuangan setelah
menyiapkan wadah untuk menampung air pembuangan.
Buka keran pembuangan.
15. Tutup keran pembuangan dan susun kembali EXHAUST
BOTTLE.
16. Tutup CHAMBER LID dan matikan daya. Untuk keamanan ,
jika dalam jangka lama tidak dipergunakan,lepas kabel power
dari stop kontak.

Unit terkait IPSRS,


RSUD PROSEDUR PENGGUNAAN SUMUR ARTHESIS
DI RSUD SOLOK

SOLOK
No Dokumen No Revisi Halaman
07/P. N.Medik-RS/2012

Prosedur tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


20 Januari 2012 Direktur RSUD Solok

Dr. Hj. Yusnelli


Nip: 140 154 815

Pengertian Sumur Arthesis adalah : sumur yang memerlukan tekanan untuk


produksi sejumlah air yang digunakan untuk kebutuhan klien dan
tindakan medis di rumah sakit umum daerah solok

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas sumur arthesis IPSRS Rumah Sakit
Umum Solok pada waktu mengaktifkan pompa sumur arthesis
Rumah Sakit Umum Solok.

Kebijakan Berlaku bagi semua petugas sumur arhesis Rumah Sakit Umum
Solok

Prosedur
A. Persiapan
1. Pastikan listrik rumah sakit hidup
2. Tombol power on/of baik

B. Pelaksanaan
1. Petugas penaggung jawab sumur arthesis, melihat
persediaan air di resevoar untuk menghidupkan power
sumur arthesis sesuai jadwal.
2. Jika sediaan air reservoir kurang dari setengah, maka
petugas menghidupkan power listrik arthesis.
3. Jika lampu listrik RS mati, petugas segera mematikan
power listrik sumur arthesis (maintedence pompa sumur
Bor)
4. Jika listrik sudah hidup dan arusnya sudah stabil, maka
power on/of dpat dihidupkan kembali.
5. Jika sediaan air (reservoar) sudah penuh maka power
sumur arthesis dapat dimatikan kembali.
6. Jika ada kendala pada sumur arthesis, maka petugas
membuat laporan pada buku laporan ruangan untuk
ditindak lanjut oleh kepala IPSRS.

Unit Terkait Kabid keuangan dan Program, Kasi aset dan perlengkapan, Kabid
penunjang, kasi penunjang non medik, ULP RSUD Solok

RSUD PROSEDUR PENGGUNAAN MESIN CUCI ELECTROLUX


W4330N DI RSUD SOLOK

SOLOK
No Dokumen No Revisi Halaman
05/P. N.Medik-RS/2012

Prosedur tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


20 Januari 2012 Direktur RSUD Solok

Dr. Hj. Yusnelli


Nip: 140 154 815

Pengertian Mesin cuci adalah alat yang digunakan untuk membersihkan alat
tenun rumah sakit umum daerah solok

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas washray Rumah Sakit Umum Solok
pada waktu pencucian alat tenun di Rumah Sakit Umum Solok.

Kebijakan Berlaku bagi semua petugas washray Rumah Sakit Umum Solok

Prosedur
1. Persiapan
a. Periksa keadaan mesin apakah sudah siap pakai
b. Pastikan arus listrik aman
c. Pastikan jumlah alat tenun sudah sesuai dengan
kapasitas mesin
2. Pelaksanaan
 Menggunakan tombol 1 2

a. Buka pintu, masukan cucian sesuai kapasitas


dan tutup pintu
b. Masukan detergent pada box detergent
- Box 1 untuk detergent bubuk/cair (prewash)
- Box 2 untuk detergent (mainwash)
- Box 3 untuk detergent cair (mainwash)
- Box4 untuk softener
c.Pilih program 1 untuk suhu 40°c atau 2 untuk
suhu 60°c
d.Mesin akan berjalan secara otomatis
e.Mesin akann berhenti secara otomatis
f. Buka pintu untuk mengambil hasil cucian

 Menggunakan compas ©

a. Buka pintu, masukan cucian dan tutup pintu


b. Masukan detergent pada box detergent
c. Putar tombol kompas untuk memilih program
d. Tekan untuk konfirmasi program yang dipilih
e. Tekan 1 kali lagi untuk menjalankan mesin
f. Mesin akan berjalan secara otomatis
g. Mesin akan berhenti secara otomatis
h. Buka pintu untuk mengambil hasil cucian

 Untuk mempercepat proses


Saat proses mesin sedang berlangsung, putar
compas dan pilih fase yang diinginkan. Tekan
tombol compas untuk konfirmasi fase yang
diinginkan. Proses akan berlangsung sesuai dengan
fase yang dipilih.

Unit Terkait Kabid keuangan dan Program, Kasi aset dan perlengkapan, ULP
RSUD Solok

RSUD PROSEDUR PENGGUNAAN MESIN PENGERING ELEKTROLUK


DI RSUD SOLOK

SOLOK
No Dokumen No Revisi Halaman
06/P. N.Medik-RS/2012

Prosedur tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


20 Januari 2012 Direktur RSUD Solok

Dr. Hj. Yusnelli


Nip: 140 154 815

Pengertian Mesin pengering elektrulux adalah alat yang digunakan untuk


mengeringkan alat tenun yang telah dicuci di rumah sakit umum
daerah solok

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas washray Rumah Sakit Umum Solok
pada waktu pengeringkan alat tenun di Rumah Sakit Umum Solok.

Kebijakan Berlaku bagi semua petugas washray Rumah Sakit Umum Solok
Prosedur
3. Persiapan
a) Periksa keadaan mesin apakah sudah siap pakai
b) Pastikan arus listrik aman
c) Pastikan jumlah alat tenun sudah sesuai dengan
kapasitas mesin
4. Pelaksanaan
a) Menarik engkol panel box pengering untuk
menghidupkan mesin
b) Buka pintu mesin pengering, masukan alat tenun
yang dicuci sesuai kapasitas (jangan terlalu padat)
c) pilih program pengeringkan dengan ukuran waktu 20
menit (standar Normal) atau sesuai dengan
kebutuhan dan jenis kain.
d) Biarkan mesin bekerja secara otomatis, petugas
menunggu sampai mesin berhenti sendiri (tanda:
sensor berbunyi tut tut...
e) Keluarkan kain dan siap untuk distrika
f) Mesin pengering ditutup kembali, dan turunkan
kembali engkol panel box ke posisi off (mati).

Unit Terkait Kabid keuangan dan Program, Kasi aset dan perlengkapan, ULP
RSUD Solok

RSUD PROSEDUR PENGGUNAAN MESIN STRIKA/IRONER


ELEKTROLUK DI RSUD SOLOK

SOLOK
No Dokumen No Revisi Halaman
06/P. N.Medik-RS/2012

Prosedur tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


20 Januari 2012 Direktur RSUD Solok
Dr. Hj. Yusnelli
Nip: 140 154 815

Pengertian Mesin strika/ironer elektrulux adalah alat yang digunakan untuk


merapikan alat tenun yang telah dikeringkan di rumah sakit umum
daerah solok

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas washray Rumah Sakit Umum Solok
pada waktu pengeringkan alat tenun di Rumah Sakit Umum Solok.

Kebijakan Berlaku bagi semua petugas washray Rumah Sakit Umum Solok

Prosedur
5. Persiapan
a) Periksa keadaan mesin apakah sudah siap pakai
b) Pastikan arus listrik aman
c) Pastikan jumlah alat tenun sudah sesuai dengan
kapasitas mesin
6. Pelaksanaan
a) Menarik engkol panel box strika/Ironer untuk
menghidupkan mesin
b) Tekan tombol berwarna hijau pada bagian kiri alat
c) Atur suhu panas (normal 110 pada jarun alat)
d) tekan tombol hitam untuk menaikan suhu pada ironer
e) Tunggu mesin panas (15 Menit) baru digunakan
f) baru digunakan untuk merapikan alat tenun
g) Jika telah selesai matikan tombol bewarna hitam,
pada kiri alat , biarkan selama 15 menit
h) Turunkan kemali engkol panel box.

Unit Terkait Kabid keuangan dan Program, Kasi aset dan perlengkapan, Kabid
penunjang, kasi penunjang non medik, ULP RSUD Solok
RSUD PROSEDUR PENYERAHAN KAIN BERSIH (SETELAH
PENCUCIAN) DI RSUD SOLOK

SOLOK
No Dokumen No Revisi Halaman
06/P. N.Medik-RS/2012

Prosedur tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


20 Januari 2012 Direktur RSUD Solok

Dr. Hj. Yusnelli


Nip: 140 154 815

Pengertian Kain bersih adalah : kain/Alat tenun yang telah dilakukan pencucian
di Wasray rumah sakit umum daerah solok

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas washray Rumah Sakit Umum Solok
pada waktu pengeringkan alat tenun di Rumah Sakit Umum Solok.

Kebijakan Berlaku bagi semua petugas washray Rumah Sakit Umum Solok

Prosedur
A.Persiapan
1. Buku Catatan
2. Pena

B. Pelaksanaan
1. Alat tenun yang sudah bersih dan distrika dipisahkan
pisahkan menurut Ruangan.
2. Alat tenun yang sudah dipisah dicocokn kembali dengan
yang diterima petugas wasray
3. Kain bersih diantar kembali keruangan dengan
menggunakan troli kain bersih
4. Kain bersih diserahkan keruangan/Instalasi dicocokan
dengan catatan buku penerimaan dan ditandatangani oleh
petugas ruangan/perawat.
5. Jika ada kain yang diterima kurang, perawat ruangan
membuat catatan pada buku terima untuk ditindak lanjuti
oleh kepala ruangan wasray

Unit Terkait Kabid keuangan dan Program, Kasi aset dan perlengkapan, Kabid
penunjang, kasi penunjang non medik, ULP RSUD Solok
RSUD PROSEDUR PENGAMBILAN KAIN KOTOR (LOGISTIK)
DI RSUD SOLOK

SOLOK
No Dokumen No Revisi Halaman
07/P. N.Medik-RS/2012

Prosedur tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


20 Januari 2012 Direktur RSUD Solok

Dr. Hj. Yusnelli


Nip: 140 154 815

Pengertian Kain kotor adalah : alat tenuan RS yang telah digunakan untuk
kebutuhan klien dan tindakan medis di rumah sakit umum daerah
solok

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas washray Rumah Sakit Umum Solok
pada waktu pengambilan kain kotor di Instalasi Rumah Sakit Umum
Solok.

Kebijakan Berlaku bagi semua petugas washray Rumah Sakit Umum Solok

Prosedur
A. Persiapan
1. Buku serah terima alat tenun menurut ruangan yg akan
dituju
2. Pena

B. Pelaksanaan
1. Petugas wasray mengambil kain kotor pada tempatnya
tiap hari di semua Instalasi Rawat Inap.
2. Menimbang dan mencatat berat kain kotor dari masing
rawat inap dan instalasi
3. Petugas wasray menghitung jumlah kain kotor/alat tenun
sesuai dengan jenis disaksikan oleh perawat ruangan
4. Petugas wasray mencatat jumlah kain kotor yang dierima
pada buku serah terima kain kotor dan diketahui oleh
perawat ruangan (tanda tangan petugas ruangan)
5. Petugas membawa kain kotor ke wasray dan dilakukan
pemisahan kain kotor antara Kain yang kena
darah/muntah dll (infeksi) dg kain Non Infeksi
6. Kain non infkesi dimasukan langsung kemesin cuci untuk
dilakukan pembersihan.
7. Kain Kotor yang infeksi direndam dengan menggunakan
Hypoclorin (by clin) 1% dan merendam selama ± 30
Menit
8. Kemudian kain kotor dibersihkan dengan menggunakan
sabun batang dan dibilas.
9. Kain kotor yang telah dibilas dimasukan ke mesin cuci.
10. Setelah dicuci dikeringkan
11. Setelah kering baru disterika dan dipilah menurut ruangan
Instalasi
12. Kain yang telah bersih dikembalikan ke masing Instalasi
13. Kain bersih yang diterima Instalasi dibukukan dalam
pencatatan yang disaksikan petugas/perawat.
Unit Terkait Kabid keuangan dan Program, Kasi aset dan perlengkapan, Kabid
penunjang, kasi penunjang non medik, ULP RSUD Solok

RSUD PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL AIR LIMBAH RS


DI RSUD SOLOK

SOLOK
No Dokumen No Revisi Halaman
08/P. N.Medik-RS/2013

Prosedur tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


20 Maret 2013 Direktur RSUD Solok

Dr. Hj. Yusnelli


Nip: 195

Pengertian Air limbah adalah : air yang didapat dari bak pengumpul awal (inlet)
dan air yang didapat setelah dari IPAL akhir (outlet) yang ada pada
IPAL RS

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas sanitasi lingkungan/petugas yang


ditugaskan Rumah Sakit Umum Solok pada waktu pengambilan
sampel limbah di Instalasi IPAL Rumah Sakit Umum Solok.

Kebijakan Berlaku bagi semua petugas sanitasi/yang ditugaskan Rumah Sakit


Umum Solok
Prosedur
A. Persiapan
1. Drigen 2 lt bersih sebanyak 2 bh
2. Pena/spidol untuk membedakan limbah outlet dan
inlet

B. Pelaksanaan
1. Petugas mengambil air limbah secara rutin tiap bulan,
pada inlet dan outlet ipal sebanyak lebih kurang 2lt.
2. Petugas memberi tanda inlet (drigen I) dan outlet
pada (drigen 2).
3. Sampel yang diambil segera diperiksa pada labor
kesehatan yang telah terakreditasi.
4. Hasil Pemeriksaan didokumentasikan oleh petugas
sanitasi untuk dianalisa dan bukti fisik pemeriksaan
Unit Terkait Kabid keuangan dan Program, Kasi aset dan perlengkapan, Kabid
penunjang, kasi penunjang non medik, RSUD Solok

RSUD PROSEDUR PENGGUNAAN SUMUR ARTHESIS


DI RSUD SOLOK

SOLOK
No Dokumen No Revisi Halaman
07/P. N.Medik-RS/2012

Prosedur tetap Tanggal Terbit Ditetapkan oleh


20 Januari 2012 Direktur RSUD Solok
Dr. Hj. Yusnelli
Nip: 140 154 815

Pengertian Sumur Arthesis adalah : sumur yang memerlukan tekanan untuk


produksi sejumlah air yang digunakan untuk kebutuhan klien dan
tindakan medis di rumah sakit umum daerah solok

Tujuan Sebagai acuan bagi petugas sumur arthesis IPSRS Rumah Sakit
Umum Solok pada waktu mengaktifkan pompa sumur arthesis
Rumah Sakit Umum Solok.

Kebijakan Berlaku bagi semua petugas sumur arhesis Rumah Sakit Umum
Solok

Prosedur
C. Persiapan
3. Pastikan listrik rumah sakit hidup
4. Tombol power on/of baik

D. Pelaksanaan
7. Petugas penaggung jawab sumur arthesis, melihat
persediaan air di resevoar untuk menghidupkan power
sumur arthesis sesuai jadwal.
8. Jika sediaan air reservoir kurang dari setengah, maka
petugas menghidupkan power listrik arthesis.
9. Jika lampu listrik RS mati, petugas segera mematikan
power listrik sumur arthesis (maintedence pompa sumur
Bor)
10. Jika listrik sudah hidup dan arusnya sudah stabil, maka
power on/of dpat dihidupkan kembali.
11. Jika sediaan air (reservoar) sudah penuh maka power
sumur arthesis dapat dimatikan kembali.
12. Jika ada kendala pada sumur arthesis, maka petugas
membuat laporan pada buku laporan ruangan untuk
ditindak lanjut oleh kepala IPSRS.

Unit Terkait Kabid keuangan dan Program, Kasi aset dan perlengkapan, Kabid
penunjang, kasi penunjang non medik, ULP RSUD Solok
Pengelolaan limbah plastik-botol infus bekas
Nomor Dokumen No. Revisi Halaman
1 dari 2

Tanggal Terbit Ditetapkan Di SOLOK


Direktur
Standar
Operasional
Prosedur
( Drg. ERNOVINA
Nip. 19601118 198701 2 001
Botol Infus bekas adalah Botol/wadah tempat cairan obat yang telah
Pengertian
digunakan perawat kepada pasien di Rumah Sakit
Agar pengelolaan limbah plastik- botol infus terlaksana dan
Tujuan mencegah terjadinya infeksi nosokomial dan terlaksana penyehatan
lingkungan dengan baik
1. Permenkes 1204 tahun 2014 ttg penyehatan lingkungan
Rumah Sakit.
Kebijakan 2. UU No 32 tahun 2009 ttg pengelolaan limbah B3

Prosedur 1. Petugas yang memberikan pelayanan yang menghasilkan


limbah plastik (Botol infus) wajib menghabiskan isi kemasan
sebelum dibuang ke wadah yang tersedia.
2. Petugas OB Mengabil limbah plastik dan membawa ke TPS
non incinerasi
3. Petugas yang bertanggung jawab menimbang jumlah dan
mencatat dalam log book limbah
4. Sebagaian limbah Botol dan palastik dikelola dg autoklave
5. Sebagian dari limbah dilakukan DTT (Desinfeksi Tingkat
Tinggi) dengan menggunakan serbuk caporit dan membuat
larutan klorin encer 0,5% dengan cara:
= 0,5%/35% X 1000 =14,2 gram/liter
Artinya, tambahkan 14 gram (pembulatan) kaporit dalam 1 lt
air
(Sumber Modul APN th 20100)
6. Lakukan perendaman selama 20 menit.
7. Kemudian potong-potong untuk membedakan plabot yang
sudah steril dgn non steril/
8. Kemas dalam karung dan srahkan ke Pihak Ke III
UNIT TERKAIT Inst RI/RJ , IPSRS
DOKUMEN 16. Laporan pengangkutan limbah padat medis.
TERKAIT 17. Logbook/catatan keluar masuk limbah B3

A. Dasar Hukum dan Peraturan PLB3


  UU No.32/2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan LH;
  PP No 18/1999 tentang PLB3 Jo. PP No 85/1999 tentang Perubahan PP18/1999 ttg PLB3;
  PP 38/2007 tentang Pembagian  Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemda
Provinsi & Pemda Kab/Kota;
  Permen LH 30/2009 tentang Tata laksana Perizinan & Pengawasan PLB3 serta Pengawasan
Pemulihan Akibat pencemaran LB3 oleh Pemda
  PermenLH No. 18/2009 tentang Tata Cara Prizinan PLB3;
  Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara & Persyaratan Teknis Penyimpanan &
Pengumpulan LB3;
  Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen LB3;
  Kepdal 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis PLB3;
  Kepdal 05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol & Label;
  Kepdal 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata cara & persyaratan penyimpanan &
pengumpulan minyak pelumas bekas.
B.   PLB3 dalam UU No. 32/2009
                Pasal 1
•       PLB3 : kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan &/ penimbunan;
•       LB3 : sisa suatu usaha &/ kegiatan yang mengandung zat, energi, &/ komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi &/ jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemarkn &/ merusak LH, &/ membahayakan LH, kesehatan serta kelangsungan hidup
manusia & makhluk hidup lain;

BAB VII Bag Kedua PLB3, Pasal 59


•       Setiap orang yang menghasilkan LB3 wajib melakukan Pengelolaan LB3 yang dihasilkannya;
•       B3 yg kadaluarsa, pengelolaannya mengikuti ketentuan PLB3;
•       Dlm hal setiap orang, tidak mampu melakukan sendiri PLB3, pengelolaannya diserahkan
kepada pihak lain;
•       PLB3 wajib mendapat izin dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya;
•       Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan LH yang harus
dipenuhi & kewajiban harus dipatuhi pengelola LB3 dalam izin;
•       Keputusan pemberian izin wajib diumumkan
•       Ketentuan lebih lanjut mengenai PLB3 diatur dalam PP

BAB VII Bag Ketiga Dumping, Pasal 60


•       Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah &/ bahan ke media LH tanpa izin

Pasal. 61
•       Dumping hanya dapat dilakukan dengan izin menteri, gubernur atau bupati/wlkota sesuai
dengan kewenangannya;
•       Dumping hanya dapat dilakukan dilokasi yang telah ditentukan;
•       Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara & persyaratan dumping limbah/ bahan diatur dalam
PP.

C.  PLB3 Dalam PP 18/1999 Jo PP 85/1999


•       PLB3 bertujuan untuk mencegah & menanggulangi pencemaran &/ kerusakan LH yang
diakibatkan LB3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar
sehingga dapat pulih sesuai dengan fungsinya kembali (Pasal. 2);
•       Setiap orang yang melakukan usaha &/ kegiatan yang menghasilkan LB3 dilarang membuang
LB3 secara langsung ke media LH tanpa pengolahan lebih dahulu (Pasal. 3);
•       Kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan & penimbunan LB3
dilarang melakukan  pengenceran untuk maksud menurunkan konsentrasi zat racun & bahaya
LB3 (Pasal. 4)

D. Penyimpanan LB3
1.       Persyaratan Pengemasan LB3
             LB3 mempunyai karakteristik yang beragam, untuk meningkatkan pengamanannya,
sebelum disimpan LB3 dikemas lebih dahulu.
a.         Persyaratan pra pengemasan
•       Karakteristik bahaya LB3 harus dengan pasti diketahui;
•       Bila LB3 yang dhasilkan sama, pengujian karakteristik LB3 dapat dilakukan min 1X;
•       Bentuk & bhn kemasan berdasarkan kecocokan terhadap jenis dan karakteristik limbah yang
dikemas.
b.         Persyaratan umum kemasan
•       Kemasan harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas karat & kebocoran;
•       Bentuk, ukuran & bahan kemasan sesuai dengan karakteristik LB3 yang dengan
mempertimbangkan segi keamanan, kemudahan penanganannya;
•       Kemasan dapat dari bahan plastik ( HDPE, PP, PVC) & logam (teflon, baja karbon, SS304
dll)
c.               Prinsip pengemasan limbah B3
•       LB3 dengan bahan yang tidak saling cocok tidak boleh disimpan dalam 1 kemasan;
•       Jumlah pengisian LB3 dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan pengemb vol
LB3, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan;
•       Jika kemasan yang berisi LB3 dalam kondisi tidak layak/ bocor LB3 harus dipindahkan ke
kemasan lain yang memenuhi syarat;
•       Kemasan yang telah berisi limbah B3 harus diberi penandaan (simbol & label) sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
•       Wajib dilakukan pemeriksaan terhadap kemasan LB3 untuk memastikan tidak terjadi
kerusakan/kebocoran;
•       Wajib melaporkan kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan LB3 sebagai bagian
PLB3.

2.       Tata Cara Pengemasan/ Pewadahan LB3


a.         Persyaratan pengemasan LB3
•       Kemasan (drum, tong /bak kontainer) dlm kondisi baik, tidak bocor, berkarat /rusak, dari
bahan yang cocok dengan kar LB3, aman & mempunyai penutup untuk mencegah tumpahan;
•       Pemeriksaan kemasan dilakukan minimal seminggu sekali;
•       Kemasan bekas LB3 dapat digunakan kembali untuk limbah yang sama / saling cocok;
•       Bekas kemasan LB3 yang akan digunakan kembali harus dsimpan ditempat penyimpanan
LB3 & dipasang ”label kosong”
•       Kemasan yang telah rusak & tidak dpergunakan kembali harus dilakukan sebagai LB3.

b.         Persyaratan pewadahan LB3 dalam tanki


–      Pemilik/operator harus mengajukan permohonan rekomendasi ke KLH dengan melampirkan
rancangan bangunan sistim tanki
–      Tanki & sistim penunjangnya dirancang memenuhi sistim keamanan lingkungan;
–      Tanki & sistim harus saling cocok dengan kar & jenis LB3 yang disimpan & tidak digunakan
untuk mnyimpan limbah mudah menyala atau reaktif;
–      Untuk mencegah lepasnya LB3 ke lingkungan, tanki wajib dlengkapi penampungan
sekunder;
–      Pemilik /operator wajib melakukan pemeriksaan minimal 1X/hari;
–      Pemilik /operator wajib melakukan pemeriksaan perlindungan katodik (jika ada) & peralatan
tersebut bekerja sempurna;
–      Jika sistim tanki mengalami kebocoran, pemilik/ operator wajib melakukan : penghentian
operasi & mencegah aliran limbah, memindahkan LB3, mewadahi tumpahan,  mengangkat
limbah yang terlanjur lepas dilingkungan, membuat catatan dan lap mengenai kecelakaan &
penanggulangan yang telah dilakukan.

3.      Tata Cara Penyimpanan LB3


a.               Penyimpanan kemasan LB3
–      Penyimpanan harus dbuat sistim blok & setiap blok terdiri atas 2X2 kemasan;
–      Lebar gang antar blok untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm;
–      Tumpukan drum logam 200 liter maksimal 3 lapisan, setiap lapisan dialasi palet, setiap palet
untuk 4 drum.Tumpukan Lebih dari 3 lap /kemasan dari plastik harus menggunakan rak;
–      Jarak tumpukan tertinggi dengan atap & dinding minimal 1 m;
–      Kemasan berisi LB3 yang tidak saling cocok disimpan terpisah, tidak dalam satu blok.

b.         Penempatan tanki


–      Disekitar tanki dbuat tanggul dlengkapi saluran pembuangan yang menuju bak penampung;
–      Bak penampung kedap air dan mampu menampung minimal 110 % kapasitas maks vol tanki;
–      Tanki diatur sehingga bila terguling akan terjadi didaerah tanggul & tidak menimpa tanki
lain;
–      Tanki harus terlindung dari penyinaran matahari & masuknya air hujan secara langsung.

4. Persyaratan  bangunan penyimpanan kemasan LB3

-       Rancang bangunan & luas  penyimpanan sesuai jenis, karakteristik & jumlah
LB3;
–      Terlindung dari masuknya air hujan secara langsung;
–      Tanpa plafond & mempunyai sistim ventilasi udara, memasang kasa/bahan lain mencegah
msuknya burung/ binatang kecil;
–      Mempunyai penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai, dilengkapi dengan sistim
penangkal petir;
–      Pada bagian luar dberi penandaan (simbol);
–      Lantai kedap air, tidak bgelombang, kuat & tidak retak, landai minimal 1%. Pada bagian luar
bangunan, air hujan dapat mengalir menjauhi bangunan penyimpanan;
–      Tempat penyimpanan lebih dari 1 karakteristik limbah, dbuat tanggul pemisah, tiap bagian
penyimpanan  mempunyai bak penampung tumpahan;
–      Sarana lain yang harus tersedia : peralatan & sistem  pemadam kebakaran, pagar
pengamanan, pembangkit listrik cadangan, Fasilitas P3K, Peralatan komunikasi, Gudang
tempat penyimpanan peralatan & perlengkapan, Pintu darurat & alarm.

5.            Persyaratan Lokasi Tempat Penyimpanan Limbah B3


–      Merupakan daerah bebas banjir;
–      Jarak min dgn fasilitas umum 50 m.

6.            Persyaratan Penyimpan dan Penyimpanan LB3


–      Penyimpan harus merupakan suatu badan usaha
–      Mempunyai ijin penyimpanan LB3
–      Memiliki catatan penyimpanan LB3
–      Menyimpan LB3 maks 90 hari;
–      Melaporkan kegiatan penyimpanan LB3;
–      Hanya melakukn penyimpanan sementara di lokasi kegiatan sebab diserahkan ke pengumpul
&/ pengolah &/  pemanfaat &/ penimbun LB3.

Anda mungkin juga menyukai