TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Buangan padat atau sampah adalah segala sesuatu yang tidak diinginkan keberadaannya oleh
manusia pada waktu tertentu. Pada awalnya sampah tidaklah menjadi masalah bagi manusia
dan lingkungan karena sampah yang dibuang ke tanah masih dapat diolah sendiri oleh alam,
sebab jumlah manusia yang membuang sampah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dari
luas area tanah penerimanya. Selain itu sampah yang dihasilkan pun masih banyak yang
bersifat dapat membusuk (Tchobanoglous, 1993).
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan per kapita dan teknologi maka
bertambah pula jenis dan kualitas sampah sehingga masalah sampah dirasakan mulai
mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan dengan tercemarnya tanah, air dan udara.
Berdasarkan alasan tersebutlah maka masalah sampah mulai menjadi perhatian dan
diusahakan mencari solusi untuk pengelolaannya (Soemirat, 1994).
Pengelolaan persampahan dapat diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan pengelolaan
timbulan sampah yang dihasilkan mulai dari pewadahan, pengumpulan, transfer dan transpor
serta pembuangan sampah dengan memperhatikan faktor kesehatan masyarakat, ekonomi,
teknik, konservasi lingkungan, estetika dan pertimbangan lingkungan lainnya
(Tchobanoglous, 1993).
Elemen-elemen yang terdapat pada pengelolaan sampah dan hubungan antar elemen tersebut
dapat dilihat pada diagram berikut:
Tugas Besar Pengelolaan Buangan Padat(TLI 252)
Sumber Sampah
Pewadahan
Pengumpulan
Transfer dan
Pengolahan
Transport
Pembuangan
Kuantitas sampah adalah jumlah sampah yang dihasilkan oleh manusia pada suatu daerah.
Kuantitas sampah sangat diperlukan untuk merencanakan sistem pengelolaan dan mendesain
peralatan. Besarnya kuantitas sampah ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Reduksi pada sumber dan recycling yang dilakukan
Cara-cara yang bisa dilakukan antara lain: pengepakan tidak perlu berlebihan, produk
dengan masa pakai lebih lama dapat diperbaiki kembali, bahan baku diminimalisir.
Kuantitas sampah biasanya dinyatakan dalam volume dan berat. Pengukuran dengan volume
biasanya kurang akurat karena bisa saja sampah yang sudah dikompaksi dengan yang belum
memiliki volume yang sama. Tetapi apabila kuantitas sampah dinyatakan dalam volume,
maka harus ditentukan angka kompaksi dan berat jenis dari sampah tersebut.
Kuantitas sampah sebaiknya dinyatakan dalam ukuran berat, karena berat dapat diukur
dengan segera dan tidak dipengaruhi oleh angka kompaksi. Selain itu berat sampah sangat
diperlukan dalam transportasi sampah karena biasanya batasan pengangkutan sampah di jalan
raya dibatasi berdasarkan berat dan bukan volume. Tetapi volume dan berat sampah sama-
sama diperlukan dalam dalam penentuan kapasitas sampah.
Kuantitas sampah satu hari dinyatakan sebagai debit timbulan sampah (Q). Debit timbulan
sampah ini dapat dihitung dengan cara:
qe = (Ak / P) qk
qt = (qd + qe) lkh …………………………………………………………(2.1)
Pertambahan jumlah timbulan sampah dari tahun ke tahun bersifat kuadratis. Proyeksi
timbulan sampah dapat dihitung dengan persamaan berikut:
n
q
qn = qo 1 ………………………………………………………(2.2)
100
1 m i g
∆q = 1+ …………………………………………….(2.3)
3 1 p
Dalam penentuan jenis dan sistem pewadahan yang akan digunakan perlu diperhatikan faktor-
faktor berikut:
1. Pengaruh pewadahan terhadap komponen sampah yang disimpan didalamnya terdiri dari:
Dekomposisi biologi
Adsorbsi fluida
Kontaminasi komponen sampah.
2. Tipe wadah atau kontainer yang akan digunakan tergantung pada:
Karakteristik dan jenis sampah
Sistem pengumpulan yang digunakan
Frekuensi pengumpulan
Lahan yang tersedia untuk perletakan kontainer.
3. Lokasi kontainer
Penempatan kontainer tergantung pada tipe tempat tinggal, lahan yang tersedia dan akses
ke lokasi pengumpulan untuk daerah institusi, komersil dan industri, penempatan
tergantung pada lokasi yang tersedia dan kondisi jalan masuk.
4. Kesehatan masyarakat dan segi estetika.
Berdasarkan pelayanan, ada dua metode yang biasa dipakai dalam mengumpulkan sampah,
yaitu:
1. Pelayanan Individu
Pengumpulan menggunakan operasi pengumpul manual sampah untuk dibawa ke
transfer station.
Pengumpulan menggunakan truk, dari rumah ke rumah dibawa ke lokasi
pembuangan akhir.
2. Pelayanan Komunal
Sampah dibawa ke tempat khusus pengumpulan sampah oleh individu penanggung
jawab.
Sampah dibawa ke tempat pengumpulan bergerak oleh individu penanggung jawab,
mobil pengumpul berhenti di tempat yang telah ditentukan sebelumnya.
Untuk keefektifan sistem yang digunakan, ada beberapa analisa yang perlu diperhatikan:
Sistem HCS
waktu yang diperlukan per trip
Thcs = (Phcs + s + h)
Thcs = (Phcs + s + a + bx) ……………………………………………….(2.4)
Phcs = Pc + Uc + dbc
Sistem SCS
Nd = Vd/Vr …………………………………………………………….(2.7)
[(t1 t2 ) Nd (Tscs )]
H ………………………………………………
1 w
(2.8)
sistem manual
jumlah lokasi yang diambil per trip
Np = (60.Pscs.n) / tp
Tp = dbc + k1.Cn + k2 (PRH) …………………………………………..(2.9)
Sistem pengangkutan (transport) sampah yang dapat dilakukan adalah dengan cara-cara
sebagai berikut:
1. Non kontainer
Untuk pengumpulan sampah yang dilakukan dengan menggunakan TPS non kontainer,
sistem yang dapat diterapkan sebagai berikut:
a. Kendaraan pengangkut yang keluar dari pool lokasi kendaraan langsung menuju ke
TPS untuk mengangkut sampah menuju TPA.
b. Setelah sampah dibuang, kendaraan kembali menuju TPS yang sama atau yang lain
untuk kembali mengangkut sampah pada trip berikutnya.
TPS TPA
Pool Kendaraan
2. Sistem kontainer
Ada dua jenis sistem pengangkutan sampah dengan menggunakan kontainer yaitu HCS
(Hauled Container System) yaitu kontainer yang berfungsi sebagai pengumpul sampah
diangkut menuju LPA dan SCS (Stationary Container System) yaitu dengan
kondisikontainer tetap berada di tempatnya. Keduanya memiliki cara persamaan tersendiri
dalam menentukan jumlah sampah terangkut dan ritasi yang dapat diperoleh.
Pengolahan sampah ini biasanya terdapat pada suatu lokasi khusus yang dilengkapi oleh
fasilitas-fasilitas untuk memisahkan, mereduksi ukuran dan pemadatan serta transformasi
sampah. Tempat ini disebut dengan Material Recovery Facilities (MRFs). Prinsip dasar dalam
pengolahan sampah:
1. Pemanfaatan kembali (reuse/recovery/recycling)
Pengolahan ini didasarkan pada evaluasi ekonomi dan kondisi pasar. Material-material
yang dapat dimanfaatkan kembali pada sampah dipisahkan sehingga mudah untuk
dimanfaatkan kembali. Misalnya; plastik, kertas, kaleng soft drink. Untuk memudahkan
3. Sanitary Landfill
Pnd ( r.Pd )
Rd = …………………………………………………………….(2.11)
100
n
r = [ (1/100 . n) ] . [(60 / i) 20]
i
…………………………………………….(2.12)
r = (1/100) . (d + 21,25)
d = 60 – 1,25 n …………………………………………………………(2.13)
r = (1/100) . (d + 30)
d = 70 – 1,75 n …………………………………………………………...(2.14)
Dari rumus di atas dapat dicari luas lahan TPA sesuai dengan tahun desain yang diinginkan.
Aspek pengaturan merupakan komponen yang berguna untuk menjaga pola atau dinamika
sistem agar dapat mencapai sasaran secara efektif, yang pada dasarnya terbagi atas tiga
kelompok, yaitu:
Sebagai landasan pendirian instansi pengelolaan persampahan
Sebagai landasan pemberlakuan tarif
Sebagai landasan keterlibatan umum.
Ada beberapa cara yang ditempuh dari organisasi pengelolaan persampahan kota, yaitu:
1. Sebagai program dinas perkotaan