PENDAHULUAN
1
dengan warga masyarakat yang lokasinya menjadi tempat pembuangan akhir
(TPA). Salah satu tempat pembuangan sampah akhir di Kabupaten Bekasi, Jawa
Barat yaitu TPA Burangkeng menampung sampah-sampah yang berasal dari
seluruh kabupaten Bekasi, baik limbah domestik, limbah pasar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan/konstruksi,
renovasi perumahan, dan perbaikan bangunan komersil. Sampah yang
dihasilkan berupa batu bara, beton, plester, dan lain-lain. Sampah
kontruksi adalah sampah yang berasal dari reruntuhan bangunan, jalan
retak, trotoar, dan jembatan. Jenis sampah yang dihasilkan adalah kaca,
plastik, baja, dan juga sama dengan sampah konstruksi.
e) Sampah Pelayanan Kota
Sampah pelayanan kota terdiri atau sampah penyapuan jalan, sampah
taman, pantai, dan sampah sarana rekreasi. Lumpur instalasi pengolahan
dan sisa-sisa lain yang termasuk ke dalam jenis ini berasal dari pengolahan
air minum, pengolahan air buangan, dan pengolahan limbah indusri.
f) Sampah Industri
Macam dan jenis sampah yang dihasilkan tergantung kepada jenis industri.
g) Sampah Pertanian
Sampah jenis ini berasal dari aktifitas pertanian seperti kegiatan
penanaman, panen, peternakan, dan pemupukan. Pada umumnya sampah
jenis ini bukan merupakan tanggung jawab dari pihak persampahan kota.
4
Sampah tidak mudah terbakar (non combustible) seperti logam,
kaca, keramik, dan lain-lain.
Abu (Dust/Ash) Abu adalah sampah yang mengandung unsur
organik dan anorganik yang berasal dari proses atau kegiatan
pembakaran.
a) Perencanaan
Proses perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah rumah,
klas dan tipe bangunan jumlah sampah yang akan dikelola
berdasarkan jumlah penduduk, jumlah dan luas bangunan/fasilitas
umum, besaran timbulan sampah berdasarkan sumbernya.
b) Teknik operasional
Teknik ini ditentukan berdasarkan kondisi topografi dan lingkungan
pelayanan, kondisi social ekonomi, partisipasi masyrakat, jumlah dan jenis
5
timbulan sampah, pola operasional dilakukan melaui pewadahan,
pengumpulan, pemindahan di transfer depo, pengangkutan ke TPA.
c) Pembiayaan
Seluruh biaya pengelolaan untuk operasi, pemeliharaan serta penggantian
alat. Cara pengerjaan dilakukan dengan menganalisa penyebaran rumah,
luas daerah yang dikelola, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan,
jumlah rumah berdasarkan tipe,timbulan sampah per hari, jumlah
bangunan fasilitas umum, kondisi jalan, topografi dan lingkungan
untuk menentukan alternative system termasuk jenis peralatan.
6
administrasi, kepemilikan lahan, tata guna lahan dan iklim, data primer
berdasarkan criteria, pembuatan peta skala 1 : 25.000 atau 1 : 50.000
dan identifikasi lokasi potersial.
A. Bahan – bahan :
7
Sortiran bahan sayuran (daun kol, daun ubi, sawi, ketimun, wortel,
dan sisa sayuran yang tidak terpakai)
2. Bio aktifator
Em 4
Kapur dolomit / kapur pertanian
Mulases / bisa dibuat dari campuran gula aren, susu
Orgadec
Air secukupnya
B. Alat – alat :
Mesin pencacah
Parang
Kayu
Plastik /terpal
Bak fermentasi dari kayu atau dibuat dari batu permanen atau dari
Drum
Termometer
Cangkul / garu
Gembor
Ember
Polongan udara
C. Cara pembuatannya :
8
Siram dengan air yang telah dicampur dengan em 4 dengan ukuran 0,5
liter ; 100 liter air ; 0,1 liter mulasis
Tutuplah dengan plastik fermentasi yag tidak tembus sinar
matahari dengan rapat dan setiap 1 hari 1 x diukur suhunya dengan suhu
berkisar 40 - 50 ºc, dan apabila suhunya melebihi maka fermentasi tersebut
dibuka sementara hingga suhunya turun baru ditutup kembali
Lakukan pembalikan 3 hari 1 x dan air lindi yang mengalir di tampung
untuk disiramkan kembali
Setelah 21 s/d 30 hari telah matang kemudian dilakukan penjemuran /
diangin - anginkan, tidak boleh kena matahari langsung
Lakukan pengayakan pupuk siap dipakai
Lakukan pengepakan dan di simpan maka pupuk kompos telah
siap dipakai
9
BAB III
10
3.1.3 Kondisi Fisik Wilayah
A. Klimatologi
Suhu udara yang terjadi di Kabupaten Bekasi berkisar antara 280-320C.
Curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari
B. Kondisi Air Tanah
Sekitar 15,5 % wilayah Kabupaten Bekasi memiliki air tanah yang
terintrusi air laut terutama di Kecamatan Muaragembong dan Tarumajaya,
20,1 % memiliki air tanah dalam dan 64,4 % memiliki air tanah dangkal.
Kondisi air tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi sebagian besar
merupakan air tanah dangkal yang berada pada kedalaman 5 – 25 meter
dari permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam pada umumnya didapat
pada kedalaman antara 90 – 200 meter. Kondisi air tanah di 5 kecamatan
yaitu Cikarang Pusat, Cikarang Utara, Cikarang Selatan, Cikarang Barat,
dan Cikarang Timur memiliki debit sumur umumnya 5 lt/dtk. Kedalaman
akuifer dangkal dapat mencapai lebih dari 25 m. Kedalamannya bervariasi
antara 5-8 m di daerah pegunungan dan 2-4 m di daerah dataran di bawah
permukaan tanah setempat. Lapisan akuifer dalam berada pada kedalaman
40 – 140 m di bawah muka tanah setempat. Untuk Kecamatan Setu,
Serang Baru, Cikarang Selatan, Karang Bahagia, dan Pebayuran
mempunyai potensi air tanah sedang. Kecamatan Cibarusah dan
Bojongmangu umumnya potensi air tanahnya kecil, setempat dan langka.
C. Kondisi Air Permukaan
Kabupaten Bekasi merupakan SWS Citarum sepanjang 2.068 km2.
Sungai yang berada di Kabupaten Bekasi adalah Kali Cikarang, Kali
Ciherang, Kali Blencong, Kali Jambe, Kali Sadang, Kali Cikedokan, Kali
Ulu, Kali Cilemahabang, Kali Cibeet, Kali Cipamingkis, Kali Siluman,
kali Srengseng, kali Sepak, Kali Jaeran, dan Kali Bekasi. Berdasarkan
Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 68 Tahun 1997 tentang
Peruntukan Air dan Baku Mutu Air, sungai-sungai di Kabupaten Bekasi
yang dimanfaatkan untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan
11
pertanian adalah Sungai Citarum, Sungai Cibeet, Sungai Bekasi, dan
Sungai Cikarang.
12
Tabel 2.2
Luas Wilayah dan Jumlah Desa
Kabupaten Bekasi /
Bekasi Regency 187 127.388 100,00
13
BAB IV
Bak
Sampah
PEMUKIMAN TPS
Bak
SPA
PASAR Sampah
Tong
Sampah
JALAN/
FASILITAS UMUM
14
sistem pemindahan di transfer depo Tipe I dan II, pola
pengangkutannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
a a b b c c
10
Pool Ke
4 7
56
2 3 8 9
TPA
15
pertama.
Sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu, misal :
pengambilan pada jam tertentu atau mengurangi
kemacetan lalu lintas.
isi
Pool
Kontain
3 4
2 5 6 Ke
TPA lokasi
7
16
isi Kosong
Kontain
1
3 4
Pool
2 5 6
Ke
TPA
17
isi Kosong
KontainerR
Waktu-waktu padat.
18
a. Truk terbuka
19
BAB V
20
keterbatasan dana operasi dan pemeliharaannya.
c. Pemindahan dan
Pengangkutan Sampah.
Fasilitas transfer dan transport
yang digunakan oleh kota-
kota yang disurvai bervariasi,
yaitu Typer truk, Mobil Pick-
up, Compactor truck, Dump
21
truck dan Arm roll truck.
22
f. Sistem Pembiayaan. Sistem pembiayaan pengelolaan persampahan
meliputi:
23
Tabel 8 Permasalahan Pengelolaan Sampah Yang Ada pada
Setiap Pelaku Utama
24
Kendala yang ditemukan untuk pengoperasian secara sanitary
landfill adalah:
25
sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang telah
rusak.
c. Ketidak mampuan melakukan pengadaan sarana dan
prasarana pengelolaan sampah yang baru untuk
mencapai target pelayanan yang baik.
d. Ketidakmampuan melakukan pengelolaan persampahan
sesuai dengan standar operasional yang seharusnya
(missal: rencana TPA = Sanitary landfill, namun yang
dilaksanakan hanya open dumping atau maksimal
control dumping).
Adanya ketentuan pembayaran iuran dan retribusi, masyarakat
merasa bahwa untuk pengelolaan persampahan mereka harus membayar
dua kali yaitu kepada pengurus RT/RW dan DINAS. Hal ini terjadi
karena masyarakat tidak mengetahui secara pasti bagaimana aliran
sampah setelah tidak mereka butuhkan sehingga mereka tidak memiliki
informasi atau pengetahuan besarnya beaya yang diperlukan untuk
menyingkirkan sampah dan lingkungan dirinya. Yang mereka inginkan
adalah setelah membayar iuran dan retribusi kebersihan, sampah sudah
menjadi tanggung jawab DINAS/PD Kebersihan.
Dalam upaya mengurangi jumlah sampah baik pemerintah
maupun masyarakat melakukan kegiatan pem,buatan kompos, Namun
untuk memanfaatkan sampah sebagai industri kompos mereka
menemukan kendala dan tantangan, yaitu:
a. Kendala Kualitas
b. Kendala Pemasaran
d. Kendala pendanaan
26
dihadapi oleh pemerintah daerah juga cukup berat. Sedangkan
permasalahan yang dihadapi oleh Pelaku usaha bersifat nasional (lintas
batas administrasi kota/propinsi). Oleh karena itu, untuk mengatasi
permasalahan tersebut sudah saatnya disusun suatu peraturan perundang-
undangan Pengelolaan Sampah menjadi dasar hokum peraturan-
peraturan teknis di bidang pengelolaan sampah serta menjadi dasar
tindak pengelolaan sampah yang mengikat masyarakat, baik orang
perorang maupun komunitas, pemerintah, dan Pelaku Usaha.
27
Pada tahap pengembangan
SDM terbatas
Permasalahan Pembiayaan
28
Pola pengelolaan padat karya dan bukan padat modal
29
Pendidikan dan pemahaman masyarakat masih terbatas;
30
BAB VI
31
lingkungan, sehingga harus direncanakan dan disiapkan dengan
baik, dioperasikan dan dikelola secara aman dan sehat Kondisi
pengelolaan yang diharapkan tersebut di atas direncanakan akan
dicapai secara bertahap sesuai kemampuan dan ketersediaan
sumber daya yang ada. Sasaran peningkatan secara umum dapat
dibedakanpadasarana. peningkatan yang bersifat kuantitatif
misalnya tingkat pelayanan terhadap penduduk; tetapi juga
peningkatan kualitatif pelayanan misalnya peningkatan metode
pembuangan akhir dari control landfill menjadi sanitary landfill.
Peningkatan keduanya dalam sistem pelayanan persampahan
bersifat lebih komprehensif untuk melihat kondisi peningkatan
yang sebenarnya dan merupakan peningkatan kinerja dari
pelayanan persampahan.
32
metropolitan dan kota besar, serta Control Landfill untuk kota
lainnya dengan penutupan sampah paling lambat setiap bulan
sekali.
5. Status Pengelola dipertahankan berupa PD/Dinas atau minimal
Sub Dinas untuk kota metropolitan dan Kota Besar, sementara
kota Sedang minimal berupa Seksi dan Kota Kecil minimal Sub
Seksi.
6. Fungsi pengawasan dijalankan disamping fungsi pelaksanaan.
33
2. Peningkatan efisiensi pengoperasian arm roll truck minimal 5 trip
per hari.
3. Kapasitas pengolahan ditingkatkan hingga mencapai 25% timbulan
34
5. Alokasi anggaran mencapai 8% terhadap total APBD
35
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
37