TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Perancangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) membutuhkan dasar-
dasar yang menunjang perencanaan. Pengertian tentang sampah dan klasifikasi
kategori sampah menjadi hal penting dalam penanganan sampah. Sampah dengan
jenis kategori rumah tangga oleh sampah yang berasal dari permukiman, akan berbeda
dengan sampah sejcenis sampah rumah tangga pada umumnya penanggungjawa
sampah adalah hubungan di dacrah terkait, contoh sampah tersebut terkait dengan
sampah pejalan kaki dari trotoar jalan utama hingga sampah-sampah pertokoan.
Secara komposisi dan karakteristik tentu juga akan berbeda antara permukiman dan
sampah jalanan. Hal tersebut akan berkaitan dengan kriteria desain TPST yang akan
dibangun.
Sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
rumah tangga tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah
rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, danatauatau fasilitas lainnya.
Sementara sampah spesifik merupakan sampah yang mengandung bahan berbahaya,
sampah yang mengandung limbah berbahaya, sampah yang diakibatkan bencana, sisa
atau puing pembongkaran bangunan, sampah yang mengandung teknologi tidak dapat
diolah dan sampah timbul secara periodik.
1. Tingkat pengelolaan
2. Tingkat dan kualitas pelayanan
3. Daerah pelayanan
4. Jenis pelayanan.
1. Sumber sampah dari kegiatan kota yang dianggap khusus, seperti jalan
protokol, taman kota, instansi penting, pusat perdagangan, dan sejenisnya
dapat dilayani dengan sistem langsung (door to door), dimana sampah
langsung dikumpulkan dan diangkut oleh truk sampah ke tempat pemrosesan
akhir.
2. Prinsip pengolahan dan daur-ulang sampah adalah mengedepankan
pemanfaatan sampah sebagai sumber daya sehingga sampah yang harus
dibuang ke TPA menjadi lebih sedikit.
3. Keberhasilan upaya pengolahan dan daur-ulang sangat tergantung pada adanya
pemilahan sampah mulai dari sumber, pada wadah komunal, pada sarana
pengumpul dan pengangkut, sehingga sampah yang akan diangkut ke lokasi
pengolahan telah terpilah sesuai jenis atau komposisinya.
4. Walaupun terdapat kemungkinan mendapatkan nilai tambah dari hasil
penjualan produk pengolahan atau daur-ulang, namun dasar pemikiran
pengolahan dan daur-ulang sampah hendaknya didasarkan atas pendekatan
non-profit-center. Upaya tersebut bertujuan untuk mengurangi sampah yang
akan diurug di landfill.
5. Sarana di tingkat kawasan atau TPS dapat berfungsi untuk pengumpulan
sampah berkatagori B3 dari kegiatan rumah tangga, untuk ditangani lebih
lanjut.
6. Sampah yang telah terpisah di sarana tersebut siap untuk diangkut ke TPA oleh
institusi yang diberikan wewenang untuk pengangkutan sampah.
7. Konsep penanganan sampah di TPA hendaknya bertumpu pada beberapa
prinsip, yaitu penanganan sampah di sarana ini hendaknya terpadu. Bahan
yang masih bernilai ekonomis hendaknya diupayakan untuk didaur-ulang
sebelum dilakukan upaya terakhir dengan pengurugan sampah ke dalam
tanah. Pada lokasi ini dapat dioperasikan beberapa jenis pengolahan sampah,
seperti pengomposan, biogasifikasi, ataupun insinerasi bila memenuhi syarat.
Sarana ini berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan sementara bahan
berbahaya yang terkumpul dari kegiatan kota, untuk diangkut ke lokasi
pemrosesan yang sesuai Sarana ini dioperasikan secara bertanggung jawab,
sehingga tidak mendatangkan pencemaran lingkungan, dan tidak
mendatangkan permasalahan terhadap kesehatan dan estetika bagi masyarakat
sekitarnya.
2. Fasilitas pemilahan, bisa secara manual maupun mekanis. Secara manual akan
membutuhkan area dan tenaga kerja untuk melakukan pemilahan dengan
cepat, sedangkan secara mekanis akan mempermudah proses pemilahan dan
menghemat waktu, contoh alat pemilahan mekanis pada Gambar 2.2.
Peralatan mekanis yang digunakan antara lain:
a. Alat untuk memisahkan berdasarkan ukuran: reciprocating screen,
trommel screen, disc screen, conveyor, dan lain-lain.
b. Alat untuk memisahkan berdasarkan berat jenis: air classifier, pemisahan
inersi, dan flotation.
Keberadaan TPST juga memiliki faktor yang menentukan fungsi dari TPST
diantaranya adalah sebagai berikut:
b. Proses aerobik
Merupakan proses oksidasi parsial untuk mereduksi volume dan daya cemar
sampah dengan bantuan mikroorganisme aerobik dalam kondisi keberadaan
oksigen (Damanhuri,2010). Proses oksidasi parsial ini memiliki nilai oksidasi
yang lebih tinggi ketimbang proses anaerobik, meskipun masih akan
dihasilkan kompos padat dan kompos cair (tanpa produksi gas bio).
Rangkaian proses ini diawali dengan proses hidrolisis (konversi senyawa
polisakarida menjadi senyawa monosakarida) dan dilanjutkan dengan proses
konversi senyawa monosakarida menjadi gas karbon dioksida. Proses aerobik
ini akan mengubah sampah organik menjadi kompos padat, kompos cair, dan
gas karbon dioksida, dengan menggunakan oksigen sebagai oksidatornya,
serta waktu detensi 3-8 minggu. Reduksi volume yang dapat dihasilkan dalam
proses ini mencapai 40 hingga 60%. Proses dapat dilakukan dengan aerasi
alami (windrow composting) maupun aerasi dipaksakan (forced aeration).