Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
BAB l
PENDAHULUAN
Salah satu fasilitas umum tersebut adalah pasar tradisional, sebagai tempat penunjang
pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam pengertian sederhana, pasar tradisional,adalah tempat
terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli pada tempat dan waktu
tertentu.
Pasar tradisional pada umumnya tumbuh secara spontan berdasarkan kebutuhan dari
masyarakat di pemukiman sekitar dan menggunakan lokasi yang tidak semestinya
diperuntukkan sebagai pasar. Pasar tradisional merupakan salah satu penghasil sampah
terbanyak dibandingkan dengan pasar modern di Indonesia. (Putra , 2010).
Sampah adalah limbah padat yang dapat mencemari atau merusak lingkungan, baik
itu sungai, danau, laut, daratan, dan kualitas udara. Oleh karena itu, perlu adanya sistem
pengelolaan sampah yang baik dan benar. Berdasarkan pengamatan sementara yang
dilakukan penulis di pasar tradisional Lengkong terlihat masih banyak sampah yang berserakan
tidak pada tempatnya di sekitar kios dan toko di pasar tradisional Lengkong. Adapun sampah
yang dihasilkan seperti sampah sisa sayur-sayuran, buah-buahan, makanan, plastik, kertas,
dll.
Sampah yang paling banyak dihasilkan yaitu sampah sayuran dan buah-buahan
sehingga dapat merusak kualitas udara dan pemandangan para pengunjung pasar, karena hal
ini dapat mengganggu kesehatan dan panorama pasar. Penulis juga menemukan bahwa
tempat pembuangan sampah sementara para pedagang tidak memenuhi syarat karena tempat
sampah tidak kedap air dan tidak tertutup. Selain itu sampah tersebut dapat menjadi tempat
bersarangnya vector penyebab penyakit dan menganggu estetika keindahan pasar.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan informasi secara jelas tentang sistem pengelolaan sampah di pasar
c. Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam pengelolaan sampah.
1. Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam hal sistem pengelolaan
sampah di Pasar tradisional Lengkong, Kabupaten Nganjuk.
2. Pemerintah
Untuk memberikan masukan bagi pemerintah daerah setempat dan Instansi Dinas Kebersihan
tentang pengelolaan sampah di pasar tradisional kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk.
3. Pedagang
4. Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi universitas, untuk
lebih meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan.
BAB ll
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian Sampah dan Pasar
Sampah adalah buangan yang di hasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik. Sementara di dalam UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk
padat atau semi padat berupa zat organik maupun anorganik bersifat dapat terurai atau tidak
dapat terurai yang sudah dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Berdasarkan sumbernya, sampah dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
Sampah dari kedua jenis sumber ini (a dan b) di kenal sebagai sampah domestik. Sedangkan
sampah non-domestik sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga,
misalnya limbah dari industri.
1. Sumber-Sumber Sampah
2. Jenis-Jenis Sampah
Menurut Amos Noelaka (2008) sampah dibagi atas tiga bagian, yakni :
a. Sampah Organik
Sampah organik merupakan barang yang di anggap sudah tidak terpakai dan dibuang
oleh pemilik sebelumnya, tetapi masih bias dipakai, dikelola dan dimanfaatkan dengan
prosedur yang benar. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami.
Sampah organik merupakan sampah yang mudah membusuk seperti, sisa daging, sisa
sayuran, daun-daun, sampah kebun dan lainnya.
b. Tingkat aktifitas
Dengan sekian banyaknya kegiatan/aktifitas , maka akan berpengaruh pada jumlah sampah.
Banyak sedikitnya barang yang di konsumsi oleh manusia, juga akan berpengaruh pada
jumlah sampah.
d. Letak geografis
Daerah pegunungan, daerah pertaniaan, akan menentukan jumlah sampah.
e. Iklim
Pada daerah yang banyak turun hujan umumnya mempunyai tumbuhan yang beranekaragam,
dari daerah kering atau kemarau, sehingga sampah yang dihasilkan di daerah penghujan akan
cenderung lebih besar dari daerah kemarau .
f. Musim
Pada musim gugur, musim semi, musim buah-buahan juga mempengaruhi jumlah sampah.
g. Teknologi
h. Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi sangat mempengaruhi jumlah produksi sampah suatu daerah terutama
Sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah yang di pakai sangat mempengaruhi jumlah
Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk di pakai kembali, sehingga demikian
kembali, sehingga dengan demikian akan mengurangi jumlah sampah yang ada.
1. Sampah dapat di manfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan daratan
rendah.
2. Sampah dapat di manfaatkan untuk pupuk sangat baik untuk menyuburkan tanah dan
memperbaiki kondisi tanah.
3. Sampah dapat di berikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang
telah di tentukan lebih dahulu, untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap
ternak.
5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah.
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan rasa indah nyaman serta aman bagi
masyarakat.
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat
perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat dan tikus.
b. Insedensi penyakit demam berdarah akan meningkat karena vektor penyakit dapat hidup
dan berkembang biak dalam ban bekas, kaleng yang berisi air hujan.
c. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya bakar yang lebih
luas.
d. Pembuangan sampah kedalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air
terganggu dan saluran air menjadi dangkal.
e. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan
mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan dan sumur dangkal.
f. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan, dan
saluran air.
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menciptakan keadaan sosial budaya masyarakat
setempat.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menunjukkan minat wisatawan
untuk berkunjung ke daerah tersebut.
c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak
pengelola.
d. Angka kasus kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehingga produktivitas
masyarakat menurun.
e. Penurunan pemasukan daerah akibat penurunan jumlah wisatawan yang diikuti dengan
penurunan penghasilan masyarakat setempat.
f. Penurunan mutu dan sumberdaya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak
memiliki nilai ekonomis.
Defenisi pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan pembeli barang dan jasa.
Di pasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan
dalam jual beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual belikan, ada
pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada pelaksanaan dari pihak
manapun.
1. Pasar Nyata
Pasar nyata adalah pasar dimana barang-barang diperjual belikan akan langsung di
terima oleh pembeli. Contoh: Pasar tradisional dan pasar swalayan.
2. Pasar Abstrak
Pasar abstrak adalah dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang
akan di jual dan pembeli tidak membeli secara langsung tapi hanya menggunakan syarat
pedagangnya saja. Contoh: Pasar online, Pasar saham, Pasar modal dan Pasar Valuta asing.
Menurut cara transaksinya, jenis pasar di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan
pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Barang- barang yang di perjual
belikan berupa barang kebutuhan pokok.
2. Pasar Modern
a. Penyimpanan sampah
b. Pengumpulan sampah
Sistem Pengelolaan Sampah c. Pengangkutan sampah
Di Pasar d. Pembuangan sampah
sementara
.
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Populasi
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang
dianggap mewakili semua keseluruhan populasi (Notoatmojo , 2005). Maka sampel
penelitian ini adalah seluruh dari populasi sehingga sampel diambil 102 pedagang.
a. Data Primer
Data primer yang di peroleh berasal dari wawancara dengan pedagang dan
petugas kebersihan pasar. Selain itu, data diperoleh melalui observasi atau kunjungan
langsung ke lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder di peroleh dari data yang sudah ada yang bersumber dari instansi
yang bersangkutan dalam hal ini yaitu unit pengelolaan Pasar tradisional Lengkong.
Data di peroleh diolah secara manual dan di data dengan melakukan analisa
secara deskriptif tanpa pengujian statistik, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan.
BAB lV
Air bersih yang digunakan di pasar buah berastagi adalah air PAM dan air sumur
b. Listrik
Sarana penerangan yang dipakai di pasar tradisional Lengkong berasal dari PLN. Apabila
sumber penerangan rusak ataupun padam pedagang menggunakan penerangan seadanya.
c. Tempat Parkir
e. Pengelolaan sampah
a. Lokasi Pasar
Lokasi pasar tradisional Lengkong berada di samping jalan raya yang merupakan
jalur umum yang berada di Lengkong, dimana jalur umum pasar tradisional Lengkong berdiri
tepat di titik pusat jalur perdagangan yang ada di Lengkong.
Keadaan fisik bangunannya masih ada yang belum baik, karena masih ada bangunan yang
dalam keadaan rusak dan penataannya kurang baik.
a. Pengumpulan Sampah
b. Penampungan Sampah
Dari semua tempat sampah yang ada hanya beberapa yang mepunyai tutup tempat
sampah dan sebagian besar tidak memiliki tutup, sehingga sampah dapat berserakan di sekitar
tempat sampah apabila telah penuh. Dalam peletakannya tidak menggunakan tumpuan /
penyangga di bawahnya, tetapi diletakkan langsung diatas lantai pasar sehingga dapat
menyebabkan alas sampah cepat rusak. Tempat sampah yang ada jarang kali dibersihkan ,
sehingga dari observasi yang dilakukan penulis terhadap tempat sampah masih terlihat kotor
terutama pada bagian dalam akibat bekas-bekas sampah tertinggal atau menempel pada
dinding dan dasar tempat sampah.
c. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah di pasar tradisional Lengkong dilakukan oleh petugas
kebersihan, tetapi dalam pelaksanaannya petugas masih tidak memakai seperti pakaiaan,
sarung tangan , sepatu boat dan masker saat pengangkutan sampah, sehingga dalam hal ini
penularan penyakit sangat lah mungkin terjadi karena perlengkapan yang kurang tersebut
dapat menularkan penyakit.
D. Pembuangan Sementara
3. Keadaan Petugas
Petugas yang bertugas di Pasar Tradisional Lengkong berjumlah 3 orang dengan tingkat
pendidikannya hanya tamatan SD dan berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan pengamatan
penulis, alat pelindung diri yang petugas gunakan tidak lengkap, dapat dilihat dikarenakan
tingkat pengetahuan petugas rendah, ketidak nyamanan saat menggunakan alat pelindung diri
saat bekerja.
a. Sarana yang digunakan di pasar tradisional Lengkong yaitu motor tosa dengan kondisi
yang lumayan baik. Jika di presentasikan mungkin sekitar 50% keadaanya.
b. Peralatan yang digunakan sebagai berikut : Plengki, sapu lidi, garpu dan keranjang bambu.
BAB V
3.4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Sistem Pengelolaan Sampah di Pasar Tradisional Lengkong pada tahun 2022 dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1. Tahap penyimpanan sampah, keranjang bambu (52%) sedangkan Tong / ember dengan
jumlah 80 (45%).
4. Sarana dan prasarana yang ada di pasar tradisional Lengkong yang di gunakan yaitu 1
motor tosa dengan keadaan yang lumayan baik (50%)
5. Jumlah sampah di pasar tradisional Lengkong yang dihasilkan perharinya sebanyak 6m3
3.5. Saran
1. Sebaiknya disekitar tempat pembuangan sampah sementara diberi tanda-tanda (plat) agar
membuang sampah pada tempatnya, dan di sekitar tempat pembuangan sampah sementara
tidak terdapat sampah yang berserakan.
Devi S, L.V.R. 2012. Revitalisasi Pasar Tradisional Pada Masyarakat Modern. Diskusi
Bulanan Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Sebelas Maret.
Ratih, S.Y. 2011.Evaluasi Metode Pengelolaan Sampah untuk Umur Layan di TPA
Putri Cempo. Penelitian Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Surakarta.