Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini telah banyak pencemaran lingkungan yang terjadi khususnya

di Kota Makassar. Pencemaran lingkungan yang terjadi menimbulkan dampak

negative bagi perkembangan kota Makassar. Selain itu jika ditilik dari perspektif

keindahan infrastruktur, tata ruang, dan kota, pencemaran lingkungan yang

terjadi akan mengurangi nilai tambah kota Makassar sebagai kota dunia. Dalam

skala besarnya, permasalahan yang akan ditimbulkan oleh pencemaran

lingkungan juga akan berefek buruk pada semua bidang yang meliputi bidang

ekonomi, social, budaya, dan kesehatan. Salah satu masalah yang harus

dihadapi sekarang ini untuk mengatasi pencemaran lingkungan adalah tentang

bagaimana pengelolaan dalam persampahan dan daur ulang sampah dalam

kota Makassar. Penanganan yang cepat dalam menanggulangi permasalahan

persampahan di kota Makassar harus segera dilaksanakan. Yang menjadi fokus

utama adalah mengenai masalah TPA ( Tempat Pembuangan Sampah Akhir )

yang berlokasi di Tamangapa, Antang.

Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya Manusia membutuhkan

kondisi lingkungan yang baik agar dapat melaksanakan aktivitasnya, sebaliknya

kondisi lingkungan yang baik tergantung pada aktivitas manusia terhadap

lingkungan. Perkotaan sebagai pusat aktivitas telah berkembang dengan pesat

1
dan berperan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, kebudayaan,

pariwisata, transportasi maupun industri. Perkembangan industri dan

pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun,

meningkatkan sampah industri dan sampah domestik yang dihasilkan oleh

penduduk sehingga semakin membebani tanah, udara dan sungai yang mengalir

dalam wilayah perkotaan. Akibat pertambahan jumlah penduduk yang setiap

tahunnya mengalami peningkatan, jarang sekali dalam suatu wilayah kota di

temukan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk daerah pemukiman yang

layak. Ini disebabkan karena ruang terbuka tersebut berubah fungsi menjadi

tempat pembuangan berbagai macam sampah dari hasil aktivitas

manusia,berupa sampah dari kegiatan rumah tangga, perkantoran, lembaga

(instansi), pasar, terminal, restoran serta industri. Secara garis besar, sampah

perkotaan berasal dari pencemaran yang disebabkan oleh industri dan sektor

domestik yang menghasilkan limbah domestik (sampah domestik).

Sampah domestik ini terdiri dari sampah organik dan sampah non organik.

Sampah organik berasal dari mahluk hidup yang dapat terdegradasi sedangkan

sampah non organik yang tidak dapat terdegradasi misalnya: plastik, kaleng,

kaca, dan lain-lain. Selain sampah organik dan sampah non organik terdapat

juga yang disebut sampah berbahaya misalnya: baterai, jarum suntik, dan lain-

lain. Sementara sampah industri terdiri dari emisi dari proses pembakaran,

limbah cair (sampah cair), limbah padat (sampah padat). Volume sampah dan

jenis yang dihasilkan tergantung dari pola komsumsi suatu masyarakat dalam

suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat tersebut maka

2
semakin tinggi pula volume sampah yang dihasilkan dan semakin banyak jenis

sampah yang dihasilkan. Tetapi pada umumnya sebagian besar sampah yang di

hasilkan adalah jenis sampah organik (sampah basah), yaitu mencakup 60-70 %

dari total volume sampah (Kementerian Lingkungan Hidup, 2008).

Pengelolaan persampahan di perkotaan merupakan suatu sistem yang

saling berinteraksi membentuk kesatuan dan mempunyai tujuan. Pengolahan

sampah suatu kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah

domestik rumah tangga yang dihasilkannya secara tidak langsung memelihara

kesehatan masyarakat serta menciptakan suatu lingkungan yang baik, bersih

dan sehat. Sampah padat dari pemukiman merupakan bagian terbesar dari

sampah yang timbul di Indonesia. Untuk itu pengolahan sampah pada TPA harus

betul-betul sesuai dengan prosedur. Sehingga tidak menimbulkan dampak yang

berlebihan bagi lingkungan dan masyarakat yang tinggal di sekitar TPA tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pengelolaan sampah daur ulang ?

2. Pengertian tentang sampah dan Jenis sampah ?

3. Pengertian tentang Limbah padat ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari kunjungan ini yaitu untuk mengetahui cara pengelolaan

sampah daur ulang.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sampah

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat

an-organic yang dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah

perkotaan adalah sampah yang timbul di kota. (SNI 19-2454-2002). Sampah

adalah bahan sisa baik bahan-bahan yang tidak berguna lagi ( barang bekas)

maupun barang yang sudah tidak diambil bagian utamanya lagi. Dari segi

lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak

menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.

(Nur Aini Ulin Hikmah, 1999). Sedangkan menurut A. Tresna Sastrawijaya, 1991;

sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat terurai oleh mikroorganisme

pengurai sehingga dalam waktu lama akan mencemari tanah. Sampah ialah

bahan yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya

dengan pengolahan. Sampah yang merupakan hasil sampingan dari aktivitas

manusia telah menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks, antara lain

(Tchobanoglous, 1993).

B. Jenis-jenis Sampah

Menurut Suriawiria (2003) sampah berdasarkan sumbernya digolongkan

dalam dua kelompok besar yaitu:

4
1. Sampah domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan yang bersumber

dari aktivitas manusia secara langsung, baik dari rumah tangga, pasar,

sekolah, pusat keramaian, pemukiman, dan rumah sakit.

2. Sampah non-domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan yang

bersumber dari aktivitas manusia secara tidak langsung, baik dari pabrik,

industri, pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan transportasi.

Berdasarkan bentuknya, sampah digolongkan ke dalam tiga kelompok

besar yaitu:

a. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan,

kotoran ataupun benda-benda lainnya yang bentuknya padat.

b. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri,

pertanian, perikanan, peternakan atau pun manusia yang berbentuk cair,

misalnya air buangan dan air seni.

c. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan

bermotor, dan cerobong pabrik yang semuanya berbentuk gas atau asap.

Berdasarkan jenisnya, sampah dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

1. Sampah organik, yaitu jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh

senyawa organik (sisa tanaman, hewan atau kotoran)

2. Sampah anorganik, yaitu jenis sampah yang tersusun oleh senyawa

anorganik (plastik, botol, logam).

Berdasarkan jenisnya, sampah memiliki dua sifat yang berbeda, yaitu:

5
1. Sampah yang bersifat degradabel, yaitu sifat sampah yang secara alami

dapat/mudah diuraikan oleh jasad hidup (khususnya mikroorganisme),

contohnya sampah organik.

2. Sampah yang bersifat non-degradabel, yaitu sifat sampah yang secara

alami sukar atau sangat sukar untuk diuraikan oleh jasad hidup,

contohnya sampah anorganik.

C. Pengelolaan Sampah Terpadu

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam

menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.

Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi

pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport,

pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut:

1. Penimbulan Sampah (solid waste generated)

Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu

tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced).

Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat,

penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku

dan jenis dan kegiatannya. Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan

sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk

keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh

Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03

tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang.

6
Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-

3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.

2. Penanganan di tempat (on site handling)

Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan

terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat

pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang

sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai

ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya. Kegiatan

pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan

(shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan

utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan

sampah (reduce).

3. Pengumpulan (collecting)

Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke

lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan

rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.

4. Pengangkutan (transfer and transport)

Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi

pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.

7
5. Pengolahan (treatment)

Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah.

Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya

adalah :

a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan

pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah

penyimpanan dan pengangkutan.

b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang

dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat

berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi

bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena

teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.

c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik)

yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang

sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya

kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan

pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan

sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan

baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh

siapapun dan dimanapun.

d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi

panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di

Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan

8
kapasitas ± 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik

sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat

dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.

6. Pembuangan akhir

Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-

syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan

adalah dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di

tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi.

Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap

lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di

mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah

timbunan sampah.

D. Pengertian Limbah Padat

Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur

atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal

dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk

limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,

peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat:

kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri,

kulit telur, dll. Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi seperti pabrik

gula, pulpen, kertas, rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau

daging. Secara garis besar limbah padat terdiri dari:

9
1. Limbah padat yang mudah terbakar.

2. Limbah padat yang sukar terbakar.

3. Limbah padat yang mudah membusuk.

4. Limbah yang dapat di daur ulang.

5. Limbah radioaktif.

6. Bongkaran bangunan.

7. Lumpur.

E. Dampak Pencemaran Limbah Padat

Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak

ada pengolahan yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat didalam

lingkungan hidup maka dapat menimbulkan pencemaran seperti:

1. Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H 2S), amoniak (NH3), methan

(CH4), C02 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun

dan membusuk dikarena adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan

kemarau, terjadi proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur

dalam suasana aerob/anaerob.

2. Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang

ditumpuk, akan terjadi reaksi kimia seperti gas H 2S, NH3 dan methane yang

jika melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas H 2S

50 ppm dapat mengakibatkan mabuk dan pusing.

3. Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang

dalam perairan atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat

menyebabkan air menjadi keruh dan rasa dari air pun berubah.

10
4. Kerusakan permukaan tanah. Dari sebagian dampak-dampak limbah padat

diatas, ada beberapa dampak limbah yang lainnya yang ditinjau dari aspek

yang berbeda secara umum.

Dampak limbah secara umum di tinjau dari dampak terhadap

kesehatan dan terhadap

lingkungan adalah sebagai berikut :

a. Dampak Terhadap Kesehatan

Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau menimbulkan panyakit.

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

1) Penyakit diare dan tikus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasal

dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat.

2) Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap.

b. Dampak Terhadap Lingkungan

Cairan dari limbah-limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan

airnya sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat

mati sehingga mungkin lama kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia

juga mengkonsumsi atau menggunakan air untuk kegiatan sehari-hari,

sehingga menusia akan terkena dampak limbah baik secara langsung

maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga

menimbulkan banjir karena banyak orang-orang yang membuang limbah

rumah tanggake sungai, sehingga pintu air mampet dan pada waktu

musim hujan air tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi rumah-

rumah penduduk, sehingga dapat meresahkan para penduduk.

11
F. Pengolahan Limbah Padat

Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang

tentunya dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi

lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dapat

dibagi menjadi dua cara yaitu pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan

pengolahan limbah padat dengan pengolahan. Limbah padat tanpa pengolahan :

Limbah padat yang tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya

dapat langsung dibuang ke tempat tertentu sebagai TPA (Tempat Pembuangan

Akhir).

Limbah padat dengan pengolahan: Limbah padat yang mengandung

unsur kimia beracun dan berbahaya harus diolah terlebih dahulu sebelum

dibuang ke tempat-tempat tertentu. Pengolahan limbah juga dapat dilakukan

dengan cara-cara yang sedehana lainnya misalnya, dengan cara mendaur ulang,

Dijual kepasar loakatau tukang rongsokan yang biasa lewat di depan rumah –

rumah. Cara ini bisa menjadikan limbah atau sampah yang semula bukan apa-

apa sehingga bisa menjadi barang yang ekonomis dan bisa menghasilkan uang.

Dapat juga dijual kepada tetangga kita yang menjadi tukang loak ataupun

pemulung. Barang-barang yang dapat dijual antara lain kertas-kertas bekas,

koran bekas, majalah bekas, botol bekas, ban bekas, radio tua, TV tua dan

sepeda yang usang. Dapat juga dengan cara pembakaran. Cara ini adalah cara

yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras.

Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya

kertas-kertas dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya.

12
Kelebihan cara membakar ini adalah mudah dan tidak membutuhkan usaha

keras, membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil dan dapat digunakan

sebagai sumber energi baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan

pencairan logam.

G. Daur Ulang Persampahan

Sampai saat ini, paradigma pengelolaan sampah yang digunakan adalah :

KUMPUL – ANGKUT, dan BUANG. Penyelesaian masalah sampah seperti ini

tentu saja tidak bisa diandalkan begitu saja. Akibatnya semua sampah yang

telah diangkut kini tertumpuk begitu saja dalam sebuah Tempat Pembuangan

Sampah Akhir seperti di TPA Tamangapa, Antang. Pengelola kota cenderung

kurang memberikan perhatian yang serius pada TPA tersebut sehingga

muncullah kasus-kasus kegagalan dan berimbas kepada Dinas Kebersihan Kota

dan tentu saja menyeret Dinas Pekerjaan Umum. Hal seperti ini tentu saja tak

bisa dibiarkan. Perhatian yang proporsional dari semua pihak harus dioptimalkan

agar semua persoalan sampah dapat diselesaikan dengan memanfaatkan

semua sarana yang telah disediakan oleh pemerintahan.

H. Daur Ulang Sampah

Daur ulang (Recycle) sampah plastik adalah proses untuk menjadikan

suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah

adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna,

mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan

energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika

dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah

satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan,
13
pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material

bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan

bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse,Reduce,dan Recycle).

Sampai saat ini sampah plastic merupakan sampah yang belum diketahui cara

penanggulangannya. Namun saat ini cara yang paling tepat adalah dengan

mendaur ulang sampah-sampah tersebut menjadi suatu produk yang bernilai

tinggi

Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume

sampah atau merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat. Sampah yang telah

terkumpul dapat diolah lebih lanjut, baik di lokasi sumber sampah mapun setelah

sampai di TPA. Tujuannya agar sampah dapat dimanfaatkan kembali, sehingga

dapat mengurangi tumpukan sampah serta memperoleh nilai ekonomi dari

sampah. Beberapa pengolahan sampah yang biasanya dilakukan adalah:

1. Pengolahan Sampah Organik

Sampah organik dapat dimanfaatkan secara langsung, tanpa melalui

proses tertentu, untuk pakan ternak, khususnya sapi. Sampah organik juga

dapat diproses untuk berbagai keperluan diantaranya adalah pakan ternak dan

kompos.

a. Sampah organik untuk pakan ternak

Sampah organik, khususnya sisa makanan, dapat diolah lebih lanjut

menjadi pakan ternak. Sampah yang telah dipilah, kemudian dijadikan pakan

ternak sapi. Dari sampah organik yang kebanyakan merupakan sisa

makanan merupakan pakan ternak sapi.

14
b. Kompos

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi

berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap,

dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sementara

itu, pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami

penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba- mikroba yang

memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Jadi, pada prinsipnya

semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah

organik rumah tangga, sampah-sampah organik, pasar/kota, kertas,

kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah

agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa

sawit, dll.

2. Pengolahan Sampah Anorganik

Sampah an-organik biasanya berupa botol, kertas, plastik, kaleng,

sampah bekas alat-alat elektronik dan lain-lain. Sampah ini sering kita jumpai di

beberapa tempat seperti sungai, halaman rumah, lahan pertanian dan di jalan-

jalan. Sifatnya sukar diurai oleh mikroorganisma, sehingga akan bertahan lama

menjadi sampah. Sampah plastik bisa bertahan sampai ratusan tahun, sehingga

dampaknya akan sangat lama. Untuk mengatasi masalah sampah anorganik,

dapat dilakukan cara-cara berikut ini.

15
a. Reduce: upaya mengurangi terbentuknya limbah, termasuk penghematan

atau pemilihan bahan yang dapat mengurangi kuantitas limbah serta sifat

bahaya dari limbah

b. Recovery: upaya untuk memberikan nilai kembali limbah yang terbuang,

sehingga bisa dimanfaatkan kembali dalam berbagai bentuk, melalui upaya

pengumpulan dan pemisahan yang baik.

c. Reuse: upaya yang dilakukan bila limbah tersebut dimanfaatkan kembali

tanpa mengalami proses atau tanpa transformasi baru, misalnya botol

minuman kembali menjadi botol minuman.

d. Recycle: misalnya botol minuman dilebur namun tetap dijadikan produk yang

berbasis pada gelas. Bisa saja terjadi bahwa kualitas produk yang baru

sudah mengalami penurunan dibanding produk asalnya. Kosa kata inilah

yang paling sering digunakan. Mungkin dalam bahasa Indonesia kosa kata

yang sepadan adalah daur-ulang.

e. Reclamation: Bila limbah tersebut dikembalikan menjadi bahan baku baru,

seolah-olah sumber daya alam yang baru. Limbah tersebut diproses terlebih

dahulu,sehingga dapat menjadi input baru dari suatu kegiatan produksi, dan

dihasilkan produk yang mungkin berbeda dibanding produk asalnya.

3. Pengomposan (Composting)

Pengomposan merupakan teknik pengolahan sampah organik yang

biodegradable, sampah tersebut dapat diurai oleh mikroorganisme atau cacing

(vermicomposting) sehingga terjadi proses pembusukan, kompos yang

dihasilkan sangat baik untuk memperbaiki struktur tanah karena kandungan

16
unsur hara dan kemampuannya menahan air (Damanhuri 2003). Pengomposan

bertujuan untuk:

a. Mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang bersifat

stabil sehingga dapat mengurangi volume massanya.

b. Bila proses secara aerob, maka akan dapat membunuh bakteri patogen, telur

serangga dan mikroorganisme lain yang tidak tahan pada temperatur tinggi.

c. Memanfaatkan nutrient dalam sampah secara maksimal seperti nitrogen,

phospor, potasium.

d. Menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat tanah.

4. Pembuatan Kompos (Composting)

Pembuatan kompos dapat dikatakan juga dengan "daur ulang", akan

tetapi penggunaannya sudah berubah dari kebutuhan sebelumnya menjadi

pupuk untuk tanaman. Kelebihan dan kekurangan pengelolaan sampah dengan

cara pembuatan kompos adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Penggunaan lahan yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan 2 metode

diatas;

2) Setelah selesai dikelola, hasilnya dapat digunakan untuk memupuki

tanaman;

3) Cara yang relatif murah untuk jumlah sampah yang besar akan tetapi

dengan fluktuasi sampah yang kecil

17
b. Kekurangan

1) Memerlukan biaya investasi awal yang jauh lebih besar dibandingkan

dengan 2 metode sebelumnya;

2) Memerlukan biaya operasional yang relatif tinggi, dan juga dapat menjadi

lebih tinggi lagi apabila sampah yang diolah kapasitasnya lebih kecil dari

kapasitas instalasi pembuatan kompos;

3) Bahan yang tidak dapat diolah menjadi pupuk kompos, terpaksa harus

menjadi sampah lagi;

4) Dari poin ke-3 dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis sampah dapat

dikelola;

5) Untuk kebutuhan jangka panjang, cara ini sangat tidak efektif karena pada

masa yang akan datang, jumlah sampah yang tidak dapat diolah menjadi

pupuk kompos menjadi lebih besar

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa sampah dapat merugikan

dapat juga menguntungkan. Yang merugikan, jika kita membuang sampah

sembarangan, jika kita membakar sampah plastik asapnya akan

mempengaruhi efek rumah kaca atau Global Warming. Dan yang

menguntungkan, jika sampah di daur ulang menjadi pupuk kompos

B. Saran

Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita bisa menambah wawasan

pengetahuan kita tentang bagaiaman cara untuk mendaur ulang sampah

menjadi pupuk kompos.

19

Anda mungkin juga menyukai