Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak
kota di seluruh dunia. Semakin tingginya jumlah penduduk dan aktivitasnya,
membuat volume sampah terus meningkat. Akibatnya, untuk mengatasi sampah
diperlukan biaya yang tidak sedikit dan lahan yang semakin luas. Disamping itu,
tentu saja sampah membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak dikelola
dengan baik. (Dwiyatmo, 2007)
Sampah terdiri dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Kedua jenis
sampah tersebut, menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008, perlu adanya
pengelolaan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Sampah yang merupakan sisa aktivitas manusia
setiap hari sering kali menjadi penyebab kotornya lingkungan. Menurut
Dwiyatmo tahun 2007, bersih atau kotornya lingkungan sangat dipengaruhi oleh
manusia yang berada di lingkungan itu.
Manusia sebagai makhluk berakal mendapatkan tugas dari Tuhan untuk
memelihara lingkungan ini. Bukan berarti dengan manusia yang memiliki akal
bertugas memelihara lingkungan, lingkungan menjadi bersih dan aman. Berbagai
permasalahan lingkungan pun bermunculan. Permasalahan lingkungan yang
dimaksud di sini adalah menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah, air,
udara, dan suara. (Rahayu, 2010)
Pencemaran terjadi murni aktivitas manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhannya. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Perbedaan Kepedulian
Mahasiswa terhadap Lingkungan Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Daerah Asal,
ternyata 47% mahasiswa membuang sampah sembarangan, dan kebanyakan dari
mahasiswa tersebut belum mampu memisahkan sampah organik dan anorganik.
Padahal, sampah tersebut ada yang mampu diurai dan sulit terurai. Ini
membuktikan bahwa kesadaran untuk membuang dan memisahkan sampah
menurut jenisnya masih rendah. (Rahayu, 2010)
2

Jenis sampah yang dapat diurai, saat ini dapat diubah menjadi kompos
dengan cara sederhana. Keranjang takakura adalah keranjang sampah yang
mampu mengubah sampah organik menjadi kompos yang bermanfaat untuk
menyuburkan tanaman. Tetapi, upaya sederhana memisahkan sampah saja masih
kurang mendapat kepedulian dari masyarakat apalagi untuk mengolahnya menjadi
produk yang berguna. (Atyanto, 2011)
Pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak membahayakan
kesehatan manusia dan tidak mencemari lingkungan. Pengelolaan sampah juga
dilakukan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan bagi manusia. Hal ini
didasari oleh pandangan bahwa sampah adalah sumber daya yang masih bisa
dimanfaatkan dan bahkan memiliki nilai ekonomi. Pandangan tersebut muncul
seiring dengan semakin langkanya sumber daya alam dan semakin rusaknya
lingkungan. (Atyanto, 2011)


















3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sampah
2.1.1. Definisi
Sampah adalah sisa aktivitas dari manusia dan hewan yang berbentuk zat
padat dan dibuang, karena sudah tidak bernilai bagi pemiliknya. Sampah sendiri
memiliki banyak jenis, banyak sumber dan memiliki karakteristik yang khas, dari
beberapa arti sampah mempunyai ciri-ciri yaitu : (Pitoyo, 2011)
1. Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan
lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya.
2. Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada
harganya.
3. Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan
banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian
lingkungan.
4. Limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakn lingkungan dan melindungi investasi pembangunan

2.1.2. Penggolongan Sampah
Penggolongan sampah ini dapat didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu
didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat dan
jenisnya. Penggolongan sampah seperti itu penting sekali diketahui dan diadakan,
selain untuk mengetahui macam-macam sampah dan sifatnya juga sebagai dasar
penanganan dan pemanfaatan sampah. (Pitoyo, 2011)
1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya
Sampah dapat dijumpai disegala tempat dan hampir disemua kegiatan.
Berdasarkan asalnya, maka dapat digolongkan sampah-sampah sebagai
berikut :
4

a. Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini
adalah sampah dari asrama rumah sakit, hotel-hotel dan kantor.
b. Sampah dari hasil kegiatan industri atau pabrik.
c. Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian meliputi
perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sampah dari
kegiatan pertanian sering disebut limbah hasil-hasil pertanian.
d. Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar dan
sampah toko.
e. Sampah dari hasil kegiatan pembangunan.

2. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya
Pada suatu kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang
sama, sehingga komponen-komponen penyusunan juga akan sama.
Misalnya sampah yang hanya terdiri atas kertas, logam atau daun-daunan
saja. Setidak-tidaknya apabila tercampur dengan bahan-bahan lain, maka
sebagian besar komponennya adalah seragam. Karena itu berdasarkan
komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam : (Pitoyo, 2011)
a. Sampah yang seragam; sampah dari kegiatan industri pada umumnya
termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri
atas kertas, karton, kertas karbon, dan masih dapat digolongkan dalam
golongan sampah yang seragam.
b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang
berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

3. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya
Sampah dari rumah-rumah makan pada umumnya merupakan sisa-sisa
air pencuci, sisa-sisa makanan yang bentunya berupa cairan atau seperti
bubur. Sedangkan beberapa pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap
air, debu, atau sampah berbentuk padatan. Dengan demikian berdasarkan
bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu : (Pitoyo, 2011)
5

a. Sampah berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton,
kaleng, plastik.
b. Sampah berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air
pencuci, bahan cairan yang tumpah. Limbah industri banyak juga
yang berbentuk cair atau bubur, misalnya blotong (tetes) yaitu sampah
dari pabrik gula tebu.
c. Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, ammonia dan gas-
gas lainnya.

4. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya
Baik dikota atau diluar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuk-
tumpuk. Berdasarkan lokasi terpadatnya sampah, dapat dibedakan : (Pitoyo,
2011)
a. Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul dikota-kota besar.
b. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah diluar
perkotaan, misalnya didesa, di daerah permukaan, dipantai.

5. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya
a. Sampah organik, merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahan-
bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau
dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, atau yang lainnya
seperti contoh daun-daunan, kayu, kertas, karbon, tulang, sisa-sisa
makanan ternak, sayur, buah. Sampah organik adalah sampah yang
mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya tersusun
oleh unsur-unsur karbon, hydrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini
mudah didegradasi oleh mikrobia.
b. Sampah anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi dan logam
lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak dapat tersusun oleh
senyawa-senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh
mikrobia. Sampah non organik merupakan sampah yang memiliki ciri
tidak membusuk. Sampah jenis ini dibagi menjadi dua yaitu sampah
6

non organik yang mudah terbakar. Sampah non organik yang mudah
terbakar adalah sampah kertas, kardus, platik, textil, karet, kulit, kayu,
dan furniture. Sedangkan untuk sampah non organik yang tidak
mudah terbakar adalah gelas, tembikar, keramik dan kaleng.


2.1.3. Dampak Sampah terhadap Manusia dan Lingkungan
Sampah yang dibuang ke lingkungan menimbulkan dampak bagi manusia
dan lingkungan. Dampak terhadap manusia terutama menurunnya tingkat
kesehatan. Disamping itu, sampah juga mengurangi estetika, menimbulkan bau
tidak sedap. Sampah juga berdampak terhadap lingkungan, baik ekosisitem
perairan maupun ekosistem darat. (Atyanto, 2011)
1. Dampak sampah terhadap ekosistem perairan
Sampah yang dibuang dari berbagai sumber dapat dibedakan menjadi
sampah organik dan anorganik. Pada satu sisi sampah organik dapat menjadi
makanan bagi ikan dan makhluk hidup lainnya, tetapi pada sisi lain sampah
juga dapat mengurangi kadar oksigen dalam lingkungan perairan. Sampah
anorganik dapat mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam
lingkungan perairan. Akibatnya, proses esensial dalam ekosistem seperti
fotosintesis menjadi terganggu. (Atyanto, 2011)
Sampah organik maupun anorganik juga membuat air menjadi keruh.
Kondisi ini akan mengurangi organisme yang dapat hidup dalam kondisi
tersebut. Akibatnya populasi hewan maupun tumbuhan tertentu berkurang.
7


Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai
akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati
sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya
ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air
akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana.
Selain itu berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat
meledak. (Atyanto, 2011)
2. Dampak sampah terhadap ekosistem daratan
Sampah yang dibuang ke dalam ekosistem darat dapat mengundang
organisme tertentu untuk datang dan berkembangbiak. Organisme yang
biasanya memanfaatkan sampah, terutama sampah organik, adalah tikus,
lalat, kecoa dan lain-lain. Populasi hewan tersebut dapat meningkat tajam
karena musuh alami mereka sudah sangat jarang. (Atyanto, 2011)



8

3. Dampak sampah terhadap kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa
organisma dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang
dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan adalah sebagai berikut: (Atyanto, 2011)
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang penglolaan sampahnya kurang
memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyeber melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
d. Sampah beracun.
e. Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal
akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg).
Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.

9

4. Dampak sampah terhadap sosial ekonomi
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang
tidak sedap dan pemandangan yang buruk. Hal ini dapat berpengaruh
antara lain terhadap dunia pariwisata dan investasi (IPH, 2013)


2.2. Proses Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai semua kegiatan yang bersangkut
paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer, dan
transportasi, pengolahan, dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan
mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi,
estetika, dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respon
masyarakat.

(Nadiasa, 2009)

Menurut UU No. 18 Tahun 2008, pengelolaan sampah didefinisikan sebagai
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi : (Nadiasa,
2009)
1. Pembatasan timbulan sampah
2. Pendauran ulang sampah
3. Pemanfaatan kembali sampah
Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah
antara lain:
1. Dalam pengelolaan sampah harus memperhatikan sifat sampahnya
kemudian dipilih tindakan atau langkah apa yang paling tepat untuk
menangani sampah

(Nadiasa, 2009)
2. Tersediannya sarana pembuangan/penampungan sampah yang memenuhi
syarat kesehatan sehingga tidak menjadi sumber pengotoran/penularan
penyakit. Prinsip-prinsip pengelolaan pembuangan sampah sebagai berikut:
1). Adanya tempat sampah yang kedap air dan dilengkapi dengan tutup; 2).
Memisahkan sampah berdasarkan sifatnya (misalnya sampah kering dan
sampah basah) agar mudah memusnahkannya ;3). Menghindari mengisi
10

tempat sampah yang melampaui kapasitasnya;4). Kondisi kebersihan
lingkungan tempat sampah harus baik sehingga tidak ada kepadatan
serangga/lalat penular penyakit lainnya yang merugikan kesehatan; 5).
Sampah tidak boleh ditampung di tempat sampah melebihi 2 hari

(Nadiasa,
2009)

Penanganan limbah yang baik akan menjamin kenyamanan bagi semua
orang. Dipandang dari sudut sanitasi, penanganan limbah yang baik akan
(Rindang, 2008) :
1. Menjamin tempat tinggal / tempat kerja yang bersih
2. Mencegah timbulnya pencemaran lingkungan
3. Mencegah berkembangbiaknya hama penyakit dan vektor penyakit
Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dari
dampak sampah meliputi dua cara pokok, yaitu :
1. Pengendalian non teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundang-undangan yang
dapat merencanakan, mengatur, mengawasi segala bentuk kegiatan industri
dan bersifat mengikat sehingga dapat memberi sanksi hukum pagi
pelanggarnya.
2. Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dengan cara-cara yang berkaitan dengan proses produksi seperti
perlu tidaknya mengganti proses, mengganti sumber energi/bahan bakar,
instalasi pengolah limbah atau menambah alat yang lebih modern /canggih.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah :
a. Mengutamakan keselamatan manusia
b. Teknologinya harus sudah dikuasai dengan baik
c. Secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.



11



Ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam pencegahan dari dampak
sampah yang tidak disanitasi berdasarkan bentuknya.
1. Penanganan Limbah Padat
Limbah padat dapat dihasilkan dari industri, rumah tangga, rumah
sakit, hotel, pusat perdagangan/restoran maupun pertanian/peternakan.
Penanganan limbah padat melalui beberapa tahapan, yaitu :
a. Penampungan dalam bak sampah
b. Pengumpulan sampah
c. Pengangkutan
d. Pembuangan di TPA.
Sampah yang sudah berada di TPA akan mengalami berbagai macam
perlakuan, seperti menjadi bahan makanan bagi sapi / ternak yang
digembala di TPA, di sortir oleh pemulung, atau diolah menjadi pupuk
kompos.
Limbah Organik Padat
Berikut ini beberapa metode penanganan limbah organik padat :
a. Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang
bisa dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan
12

baku untuk membuat kompos adalah sampah kering maupun hijau
dari sisa tanaman, sisa makanan, kotoran hewan, sisa bahan makanan
dll. Dalam proses pembuatan kompos ini bahan baku akan mengalami
dekomposisi / penguraian oleh mikroorganisme.
Proses sederhana pengomposan berlangsung secara anaerob yang
sering menimbulkan gas. Sedangkan proses pengomposan secara
aerob membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak menghasilkan gas.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pengomposan
yaitu :
Ukuran bahan, semakin kecil ukuran bahan semakin cepat
proses pengomposan
Kandungan air, tumpukan bahan yang kurang mengandung air
akan berjamur sehingga proses penguraiannya lambat dan tidak
sempurna. Tetapi jika kelebihan air berubah menjadi anaerob
dan tidak menguntungkan bagi organisme pengurai.
Aerasi, aerasi yang baik akan mempercepat proses
pengomposan sehingga perlu pembalikan atau pengadukan
kompos.
pH (derajat keasaman), supaya proses pengomposan
berlangsung cepat, pH kompos jangan terlalu asam maka perlu
penambahan kapur atau abu dapur
suhu, suhu optimal pengomposan berlangsung pada 30-45
0
C
perbandingan C dan N, proses pengomposan dapat dihentikan
bila komposisi C/N mendekati perbandingan C/N tanah yaitu
10-12
kandungan bahan sampah seperti lignin, wax (malam) damar,
selulosa yang tinggi akan memperlambat proses pengomposan.
Cara pembuatan kompos, melalui cara :
menggunakan komposter
tumpukan terbuka (open windrow)
cacing (menggunakan cacing)
13




Di dalam kompos terdapat unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, sehingga digunakan sebagai pupuk tanaman dan disebut
pupuk organik. Dalam proses pengomposan, bahan baku kompos
mengalami perubahan kimiawi oleh mikroorganisme / bakteri yang
membutuhkan nitrogen untuk hidupnya. Tetapi tidak selalu bahan
baku kompos mengandung nitrogen yang cukup untuk kebutuhan
bakteri pengurai tersebut sehingga diperlukan pemberian tambahan
nitrogen, salah satunya adalah EM 4 (effective microorganism 4) yang
berfungsi sebagai aktivator. Hal ini akan membantu bakteri hidup
berkembang dengan baik sehingga proses penguraian bahan baku
kompos menjadi lebih cepat dan proses pengomposan berlangsung
lebih cepat pula. Jika aerasi kurang, maka yang terjadi adalah proses
pembusukan dan akan mengasilkan bau busuk akibat terbentuknya
amoniak (NH
3
) dan asam sulfida (H
2
S).
Manfaat kompos dapat dirasakan oleh berbagai aspek, yaitu

(Hasim dan Hedianto, 2010)
Aspek Lingkungan:
- Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah.
14

- Mengurangi kebutuhan lahan untuk menimbun.
- Memperpanjang umur TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Aspek Pertanian:
- Meningkatkan kesuburan tanah.
- Memperbaiki struktur dan karakristik tanah.
- Meningkatkan kapasitas serap air.
- Meningkatkan aktivitas mikroba dan cacing dalamtanah.
- Meningkatkan kwalitas hasil panen (rasa, nilai gizi,dan
jumlah panen).
- Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
- Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman.
- Meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.
- Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.
Aspek ekonomi:
- Menghemat biaya transportasi / penimbunan limbah.
- Mengurang volume / ukuran limbah.
- Memiliki nilai jual lebih tinggi daripada bahan asalnya.
- Membuka lapangan pekerjaan bila dikelola secara
profesional.
b. Gas Bio, yaitu pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja
manusia maupun kotoran hewan menjadi gas yang dapat berfungsi
sebagai bahan bakar alternatif. Kandungan gas bio antara lain metana
(CH
4
) dalam komposisi yang terbanyak, karbondioksida (CO
2
),
Nitrogen (N
2
), Karbonmonoksida (CO), Oksigen (O
2
), dan hidrogen
sulfida (H
2
S). Gas metana murni adalah gas tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini harus
pada tingkat kelembaban yang sesuai, suhu tetap dan pH netral.
c. Makanan ternak (Hog Feeding), adalah pengolahan sampah organik
menjadi makanan ternak. Agar sampah organik dapat dimanfaatkan
untuk pakan ternak harus dipilih dan dibersihkan terlebih dulu agar
15

tidak tercampur dengan sampah yang mengandung logam berat atau
bahan-bahan yang membahayakan kesehatan ternak.

Limbah Anorganik Padat
Berikut ini beberapa metode penanganan limbah anorganik padat (Isroi,
2009):
a. Empat R ( 4 R = replace, reduce, recycle dan reuse )
Replace yaitu usaha mengurangi pencemaran dengan
menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan.
Contohnya memanfaatkan daun daripada plastik sebagai
pembungkus, menggunakan MTBE daripada TEL untuk anti
knocking pada mesin, tidak menggunakan CFC sebagai
pendingin dan lain-lain.
Reduce yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan
meminimalkan produksi sampah. Contohnya membawa tas
belanja sendiri yang besar dari pada banyak kantong plastik,
membeli kemasan isi ulang rinso, pelembut pakaian, minyak
goreng dan lain-lain daripada membeli botol setiap kali habis,
membeli bahan-bahan makanan atau keperluan lain dalam
kemasan besar daripada yang kecil-kecil.
Recycle yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan
dengan mendaur ulang sampah melalui penanganan dan
teknologi khusus. Proses daur ulang biasanya dilakukan oleh
pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain yang bisa
dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus
mendapatkan keuntungan karena dengan memilah sampah yang
bisa didaur ulang bisa mendapat penghasilan.Misalnya plastik-
plastik bekas bisa didaur ulang menjadi ember, gantungan baju,
pot tanaman dll.
Reuse yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan
cara menggunakan dan memanfaatkan kembali barang-barang
16

yang seharusnya sudah dibuang. Misalnya memanfaatkan
botol/kaleng bekas sebagai wadah, memanfaatkan kain perca
menjadi keset, memanfaatkan kemasan plastik menjadi kantong
belanja/tas dll.
b. Insenerator
Insenerator merupakan alat yang digunakan untuk membakar
sampah secara terkendali pada suhu tinggi. Insenerator efisien karena
sanggup mengurangi volume sampah hingga 80 %. Residunya berupa
abu sekitar 5 10 % dari total volume sampah yang dibakar dan dapat
digunakan sebagai penimbun tanah. Kekurangan alat ini adalah mahal
dan tidak bisa memusnahkan sampah logam.
c. Sanitary Landfill,
Sanitary Landfill adalah metode penanganan limbah padat
dengan cara membuangnya pada area tertentu. Ada tiga metode
sanitary landfill, yaitu: (Dharma, 2009)
Metode galian parit (trenc method), sampah dibuang ke dalam
galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan
untuk menutup parit. Sampah yang ditimbun dipadatkan dan
diratakan. Setelah parit penuh, dibuatlah parit baru di sebelah
parit yang telah penuh tersebut.
Metode area, sampah dibuang di atas tanah yang rendah, rawa,
atau lereng kemudian ditutupi dengan tanah yang diperoleh
ditempat itu.
Metode ramp, merupakan gabungan dari metode galian parit dan
metode area. Pada area yang rendah, tanah digali lalu sampah
ditimbun tanah setiap hari dengan ketebalan 15 cm, setelah
stabil lokasi tesebut diratakan dan digunakan sebagai jalur hijau
(pertamanan), lapangan olah raga, tempat rekreasi dll.
d. Penghancuran sampah (pulverisation),
Merupakan proses pengolahan sampah anorganik padat dengan
cara menghancurkannya di dalam mobil sampah yang dilengkapi
17

dengan alat pelumat sampah sehingga sampah hancur menjadi
potongan-potongan kecil yang dapat dimanfaatkan untuk menimbun
tanah yang cekung atau letaknya rendah. (Dharma, 2009)
e. Pengepresan sampah ( reduction mode),
Merupakan proses pengolahan sampah dengan cara mengepres
sampah tersebut menjadi padat dan ringkas sehingga tidak memakan
banyak tempat. (Dharma, 2009)

2. Penanganan Limbah Cair
Sekitar 80% air yang digunakan manusia untuk aktivitasnya akan
dibuang lagi dalam bentuk air yang sudah tercemar, baik itu limbah industri
maupun limbah rumah tangga. Untuk itu diperlukan penanganan limbah
dengan baik agar air buangan ini tidak menjadi polutan. Tujuan pengaturan
pengolahan limbah cair ini adalah (Isroi, 2009) :
a. Untuk mencegah pengotoran air permukaan (sungai, waduk, danau,
rawa dll)
b. Untuk melindungi biota dalam tanah dan perairan
c. Untuk mencegah berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor
penyakit seperti nyamuk, kecoa, lalat dll.
d. Untuk menghindari pemandangan dan bau yang tidak sedap
Pengolahan limbah cair dapat dilakukan dengan cara-cara :
a. Cara Fisika, yaitu pengolahan limbah cair dengan beberapa tahap
proses kegiatan yaitu:
Proses Penyaringan (screening), yaitu menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar dan mudah mengendap.
Proses Flotasi, yaitu menyisishkan bahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses
berikutnya.
Proses Filtrasi, yaitu menyisihkan sebanyak mungkin partikel
tersuspensi dari dalam airatau menyumbat membran yang akan
digunakan dalam proses osmosis.
18

Proses adsorbsi, yaitu menyisihkan senyawa anorganik dan
senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk
menggunakan kembali air buangan tersebut, biasanya
menggunakan karbon aktif.
Proses reverse osmosis (teknologi membran), yaitu proses yang
dilakukan untuk memanfaatkan kembali air limbah yang telah
diolah sebelumnya dengan beberapa tahap proses kegiatan.
Biasanya teknologi ini diaplikasikan untuk unit pengolahan kecil
dan teknologi ini termasuk mahal.
b. Cara kimia, yaitu pengolahan air buangan yang dilakukan untuk
menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap
(koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor dan zat organik beracun
dengan menambahkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Metode
kimia dibedakan atas metode nondegradatif misalnya koagulasi dan
metode degradatif misalnya oksidasi polutan organik dengan pereaksi
lemon, degradasi polutan organik dengan sinar ultraviolet dll.
c. Cara biologi, yaitu pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
mikroorganisme alami untuk menghilangkan polutan baik secara
aerobik maupun anaerobik. Pengolahan ini dianggap sebagai cara
yang murah dan efisien.

Metode pengolahan limbah cair, meliputi beberapa cara :
a. Sumur resapan, yaitu sumur yang digunakan untuk tempat
penampungan air limbah yang telah mengalami pengolahan dari
sistem lain. Air tinggal mengalami peresapan ke dalam tanah, dan
sumur dibuat pada tanah porous, diameter 1 2,5 m dan kedalaman
2,5 m. Sumur ini bisa dimanfaatkan 6 10 tahun.
b. Septic tank, merupakan metode terbaik untuk mengelola air limbah
walaupun biayanya mahal, rumit dan memerlukan tanah yang luas.
Septic tank memiliki 4 bagian ruang untuk tahap-tahap pengolahan,
yaitu :
19

Ruang pembusukan, air kotor akan bertahan 1-3 hari dan akan
mengalami proses pembusukan sehingga menghasilkan gas,
cairan dan lumpur (sludge)
Ruang lumpur, merupakan ruang empat penampungan hasil
proses pembusukan yang berupa lumpur. Bila penuh lumpur
dapat dipompa keluar
Dosing chamber, didalamnya terdapat siphon McDonald yang
berfungsi sebagai pengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke
bidang resapan agar merata
Bidang resapan, bidang yang menyerap cairan keluar dari dosing
chamber serta menyaring bakteri patogen maupun
mikroorganisme yang lain. Panjang minimal resapan ini adalah
10 m dibuat pada tanah porous.
c. Riol (parit), menampung semua air kotor dari rumah, perusahaan
maupun lingkungan. Apabila riol inidigunakan juga untuk
menampung air hujan disebut combined system. Sedang bila
penampung hujannya dipisahkan maka disebut separated system. Air
kotor pada riol mengalami proses pengolahan sebagai berikut :
Penyaringan (screening), menyaring benda-benda yan
mengapung di air
Pengendapan (sedimentation), air limbah dialirkan ke dalam bak
besar secara perlahan supaya lumpur dan pasir mengendap.
Proses biologi (biologycal proccess), menggunakan
mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik
Saringan pasir (sand filter)
Desinfeksi (desinfection), menggunakan kaporit untuk
membunuh kuman
Dillution (pengenceran), mengurangi konsentrasi polutan
dengan membuangnya di sungai / laut.


20

Dampak Pengolahan Limbah Terhadap Lingkungan
Pengolahan limbah yang baik dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan
lingkungan, akan tetapi bila tidak dikelola dengan baik dapat memberi dampak
negatif bagi lingkungan.

Dampak positif pengolahan limbah
Pengolahan limbah yang benar akan memberikan dampak positif, yaitu :
1. Limbah dapat digunakan untuk menimbun lahan / dataran rendah
2. Limbah dapat digunakan untuk pupuk
3. Limbah dapat digunakan sebagai pakan ternak , baik langsung maupun
mengalami proses pengolahan lebih dulu
4. Mengurangi tempat perkembangbiakan penyakit / vektor penyakit
5. Mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit menular
6. Menghemat biaya pemeliharaan kesehatan karena masyarakat yang sehat

Dampak negatif bila limbah tidak dikelola dengan baik
Pengolahan limbah yang kurang baik akan memberikan dampak negatif,
seperti :
1. Menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit / vektor penyakit
2. Menyebabkan gangguan kesehatan seperti sesak nafas, insomnia maupun
stress
3. Lingkungan menjadi kotor, bau, saluran air tersumbat, banjir
4. Lingkungan menjadi tidak indah dipandang
5. Menurunkan minat orang datang ketempat tersebut
6. Menaikkan angka kesakitan bagi masyarakat
7. Membutuhkan dana besar untuk membersihkan lingkungan
8. Menurunkan pemasukan pendapatan daerah karena kurangnya wisatawan
yang berkunjung.



21

















BAB III
KESIMPULAN

Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak
kota di seluruh dunia. Sampah yang dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan
dampak bagi manusia dan lingkungan. Dampak terhadap manusia terutama
menurunnya tingkat kesehatan. Disamping itu, sampah juga mengurangi estetika,
menimbulkan bau tidak sedap. Sampah juga berdampak terhadap lingkungan, baik
ekosisitem perairan maupun ekosistem darat. Oleh sebab itu, diperlukan
pengolahan sampah yang baik dan benar. Prinsip dari pengolahan sampah adalah
4R, yaitu reduce: Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita
pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan. Reuse: Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Disposable: Hindari pemakaian barang-barang yang sekali
pakai. Recycle: Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur
22

ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak
industri tidak resmi industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi
barang lain dan Replace.
Penanganan limbah yang baik akan menjamin kenyamanan bagi semua
orang. Dipandang dari sudut sanitasi, penanganan limbah yang baik akan
menjamin tempat tinggal/tempat kerja yang bersih, mencegah timbulnya
pencemaran lingkungan, dan mencegah berkembangbiaknya hama penyakit dan
vektor penyakit.























23

DAFTAR PUSTAKA

Atyanto, ON. 2011. Modul Pengelolaan Sampah dan Limbah Cair Rumah
Tangga: Bab VI Pengolahan Sampah. Yogyakarta: UPKM/CD RS
Bethesda.
Dharma, B, 2009. Pengelolaan Sampah Terpadu 3R(Reduce-Reuse-Recycle),
Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik. Semarang: Universitas
Diponegoro, Program Studi Diploma III Teknik Sipil.
Dwiyatmo, K. 2007. Pencemaran Lingkungan dan Penangananya. Yogyakarta:
PT. Citra Aji Parama.
Hasim, F dan Hedianto, YE. 2010. Gerakan 3R, Pembentukan masyarakat peduli
daur ulang. Bandung: Indonesian Education Promoting Foundation
Indonesian Public Health. 2013. Standar sanitasi Pengelolaan Sampah. Diakses
dari http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/checklist-inspeksi-
sanitasi-tpa-sampah.html, 5 Juli 2014
Isroi. 2009. Pengomposan Limbah Padat Organik. [terhubung berkala].
www.google.com/search/royan.pdf. [04 November 2014].
Nadiasa, Mayun, dkk. 2009. Manajemen Pengangkutan Sampah di Kota
Amlapura. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 13 No.2
Pitoyo, Cahyadi. 2011. Studi komposisi Sampah Perkotaan Pada Tingkat Rumah
Tangga di Kota Depok, Skripsi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
Rahayu, T. Puji. 2010. Enskilopedia Seri Desa-Kota. Semarang: Aneka Ilmu.
Rindang, A., 2008. Identifikasi Sistem Pengolahan Sampah Organik dan
Anorganik Studi Kasus Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
[Skripsi]. Medan : Universitas Sumatera Utara, Program Studi Teknik
Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai