Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FISIKA LINGKUNGAN

“HIDROSFER”

Dibuat Oleh:

Tangguh Sudira O. (3225141781) )

Siti Rizqy Allaya (3225143662)

Amalia Dini Silmina (3225145604)

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2016
LATAR BELAKANG

Ilmu Fisika adalah ibu dari segala ilmu pengetahuan alam. Di dalam fisika aspek-aspek yang
dibahas sangatlah luas. Salah satu pembahasannya yaitu Fisika Lingkungan.
Fisika Lingkungan tentu saja mebahas segala tentang lingkungan dari sudut pandang Fisika.
Cakupan lingkungan yang dibahas didalam Fisika Lingkungan tersebut tentu saja seluruh apa
yang ada di Bumi ini. Secara garis besar bumi bisa dibagi menjadi atmosfer, litosfer dan
Hidrosfer.
Di makalah ini kami membahas suatu bagian Bumi yang disebut Hidrosfer.
Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan. Sehingga
hidrosfer diartikan sebagai daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi bulat.

PEMBAHASAN
Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan. Sehingga hidrosfer
diartikan sebagai daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi bulat. Perairan lebih luas dari
daratan, perbandingannya, yaitu 71% berbanding 29%. Dari 71%perairan, 97,2%berupa lautan
dan sisanya 2,8% berupa perairan darat dalam bentuk sungai, danau, air tanah, dan es. Jumlah
seluruh air di bumi kurang lebih 1.386 juta km³.

Tabel Perkiraan Persediaan Air di Bumi:

Tempat Volume (km³) Persen (%)

Laut dan samudra 1.338.000.000 96,53

Air dalam tanah 23.416.500 1,69

Es dan gletser 24.364.100 1,78

Air permukaan

(danau, rawa, dan sungai) 189.990 0,014

Air biologis 1.120 0.0001

Air di atmosfer 12.900 0,001

Persediaan seluruhnya 1.385.984.610 100

Persediaan air tawar 35.029.210 2,53


Siklus Hidrologi
Air yang ada di bumi mempunyai jumlah yang relatif tetap dan selalu mengalami
sirkulasi yang disebut siklus air. Perubahan yang dialami air di Bumi hanya terjadi pada sifat,
bentuk, dan persebarannya. Air akan selalu mengalami perputaran dan perubahan bentuk selama
siklus hidrologi berlangsung. Air mengalami gerakan dan perubahan wujud secara berkelanjutan.
Perubahan ini meliputi wujud cair, gas, dan padat. Siklus air terjadi dengan bantuan penyinaran
matahari.
Siklus air dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Siklus air pendek
Radiasi matahari dan angin menyebabkan air laut mengalami penguapan. Kemudian terjadi
kondensasi dan membentuk titik-titik air yang disebut awan. Awan yang jenuh turun sebagai air
hujan di permukaan air laut. Siklus air seperti ini disebut siklus air pendek.
2) Siklus air sedang
Air laut mengalami penguapan, kemudian terjadi kondensasi dan membentuk awan. Awan
tertiup angin dan terbawa ke daratan kemudian terjadi hujan di daratan. Sebagian air hujan akan
meresap ke dalam tanah, mengalir ke permukaan, dan akhirnya menuju ke laut. Siklus air seperti
ini disebut siklus air sedang.
3) Siklus air panjang
Air laut mengalami penguapan, lalu terjadi kondensasi dan membentuk awan. Awan ini terbawa
ke daratan dan terjadi hujan berupa hujan salju dan es. Salju dan es kemudian mengendap di
permukaan tanah dan pada musim semi mulai mencair. Air tersebut kemudian sebagian akan
meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi akan mengalir ke permukaan tanah, dan akhirnya
menuju ke laut. Siklus air seperti ini disebut siklus air panjang.

Terjadinya siklus air tersebut disebabkan adanya proses-proses yang mengikuti gejala-gejala
meterologis dan klimatologis, seperti berikut:

a. Evaporasi, yaitu proses berubahnya air menjadi gas (uap air).


b. Transpirasi, yaitu air yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman dan diuapkan melalui
stomata.
c. Kondensasi, yaitu proses berubahnya wujud dari uap air menjadi titik-titik air.
d. Angin, yaitu udara yang bergerak dari tekanan maksimum ke tekanan minimum.
e. Presipitasi, yaitu jatuhnya hydrometeor ke permukaan bumi dapat berupa air, salju, maupun
es.
f. Infiltrasi, yaitu proses perembesan air ke dalam lapisan tanah melalui pori-pori tanah atau
batuan.
g. Overland flow, yaitu aliran pada permukaan tanah.
h. Run off, yaitu aliran air melalui suatu saluran.

Jenis dan Persebaran Perairan Darat di Inonesia serta Arti Pentingnya dalam Kehidupan
Jenis air yang termasuk perairan darat

1. Air Tanah
air yang terdapat atau tersimpan di dalam tanah. Hampir semua air tanah merupakan
bagian dari siklus hidrologi, namun ada sedikit air tanah yang tidak megikuti siklus
hidrologi, yaitu air connate (air fosil) dan air magma (air vulkanis). Asal usul air tanah
di kelompokkan menjadi:
a. Air Hujan
air meteorit atau air vados, yaitu tetes air hujan yang mencapai permukaan
bumi dan sebagian meresap ke dalam tanah disebut dengan
b. Air Magmatik (Air Vulkanis)
adalah air yang berasal dari magma dan dinamakan juga sebagai air juvenile
c. Air Connate
adalah air tanah yang tersekap atau terjebak dalam pori-pori batuan pada saat batuan
itu terbentuk, berasal dari air tawar atau air laut dan bermineral tinggi.
Tabel kecepatan Aliran Air Tanah

Karakteristik Tanah Diameter Butir Tanah Kecepatan Aliran

(m/hari)
(mm)

Silt, pasir halus 0,005 – 0,25 0,02 – 2,0

Pasir sedang 0,25 – 0,5 0,35 – 35,0

Pasir kasar / kerikil halus 0,5 - 2,0 1,92 – 192,0

Kerikil 2,0 – 10,0 9,09 – 909,0

Kerikil kasar 18,5 33,33 – 3.333,3

Distribusi Vertikal Air Tanah

Distribusi Vertikal Air Tanah

Air tanah di bawah permukaan tanah dibagi menjadi:

1) Zone Jenuh,

dalam zona ini semua rongga atau pori-pori tanah terisi oleh air

2) Zone Tidak Jenuh,

Dalam zona ini rongga-rongga tanah sebagian terisi air dan


sebagian lagi terisi udara.
Gambar sumur artesis

Permukaan freatik, yaitu permukaan air tanah yang sama dengan permuakaan air tanah

Air tanah dangkal / air tanah bebas, yaitu air tanah yang berada di antara muka bumi hingga
lapisan impermeable

Air tanah dalam, yaitu air tanah yang terletak diantara dua lapisan impermeabel

Akuifer, yaitu lapisan kulit bumi yang dapat menahan air dan terletak siantara dua lapisan
impermeable

Sumur artetis, yaitu sumur yang sumber airnya berasal dari akuifer

Aliran Air Dalam Tanah

Tinggi energi total (total Head) adalah tinggi energi elevasi atau Elevation Head(z)
ditambah tinggi energi tekanan atau pressure Head (h) yaitu Ketinggian kolom air h A atau hB

Didalam pipa diukur dalam millimeter atau meter diatas titiknya.

Tekanan hidrostatis bergantung pada kedalaman suatu titik dibawah muka air tanah.
Untuk mengetahui besar tekanan air pori, Teorema Bernaulli dapat diterapkan. Menurut
Bernaulli, tinggi energi total (total Head) pada suatu titik dapat dinyatakan oleh persamaan :

p v2
h=  z
 w 2g

Dengan :

h = tinggi energi total (total head)(m)


p/  w = tinggi energi tekanan (pressure head) (m)

p = tekanan air (t/m2,kN/m2)

v2/2g = tinggi energi kecepatan (velocity head) (m)

v = kecepatan air (m/det)

 w = berat volume air (t/m3,kN/m3)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

z = tinggi energi elavasi (m)

Karena kecepatan renbesan didalam tanah sangat kecil,maka tinggi energi kecepatan dalam
suku persamaan Bernoulli dapat diabaikan.Sehingga persamaan tinggi energi total menjadi :

p
h= z
w

Untuk menghitung debit rembesan lewat tanah pada kondisi tertentu, di tinjau kondisi
tanah.

Hukum Darcy

Darcy (1956), mengusulkan hubungan antara kecepatan dan gradient hidrolik sebagai
berikut :

v = ki

Dengan :

v = Kecepatan air (cm/det)

i = Gradien hidrolik

k = Koefisien permeabilitas (cm/det)


Kehilangan energi antara dua titik A dan B, dapat ditulis dengan persamaan di bawah ini :

 pA  p 
h  hA  hB    Z A    B  Z B 
 w   w 

Kehilangan energi Δh tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan tanpa dimensi
seperti di bawah ini :

h
i
L

Dengan :

L = Panjang aliran air dimana terjadinya kehilangan tekanan, dari titik A ke B

i = Gradien hidrolik

Debit rembesan (q)dinyatakan dalam persamaan :

q = kiA
Koefisien permeabilitas (k) mempunyai satuan yang sama dengan kecepatan cm/det atau
mm/det. Yaitu menunjukkan ukuran tahanan tanah terhadap air, bila pengaruh sifat-sifatya
dimasukkan, Maka :

k wg
k (cm/det) =

Dengan :

K = koefisien absolute (cm 2 ), tergantung dari sifat butiran tanah

 w = Rapat massa air (g/cm 3 )

 = koefisien kekentalan air (g/cm.det)

g = percepatan gravitasi ( cm/det 2 )

Hukum Herzberg

pH = po x (H + h)

H= po xh

p - po

Keterangan : po = kerapatan air tawar

P = kerapatan air asin


h = tinggi dari permukaan air asin ke permukaan laut

H = tebal lapisan air tawar

2.Sungai

Air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian besar akan menjadi aliran permukaan dan
sebagian lagi meresap ke dalam tanah menjadi air tanah. Aliran permukaan berkumpul dan
mengalir ke daerah-daerah yang lebih rendah kemudian menuju ke parit, selokan, anak sungai,
serta sungai. Sungai mengalir dengan kemiringan yang berbeda-beda. Di daerah hulu, sungai
lebih curam, sedangkan di daerah hilir sungai datar dan lebih berkelokkelok.

3.Danau

Cekungan-cekungan yang ada di permukaan Bumi, baik itu yang terjadi akibat proses tektonik,
vulkanik, atau proses lain lama-kelamaan akan terisi oleh air. Air tersebut dapat berasal dari air
hujan atau dari air sungai yang bermuara di cekungan tersebut. Inilah yang disebut danau.
Berdasarkan proses terjadinya, danau dibagi menjadi danau alami dan danau buatan. Danau
alami dibedakan menjadi danau tektonik, vulkanik, karst, erosi, tapal kuda, dan danau bendungan
alami.

4.Rawa

Rawa adalah tanah basah yang sering digenangi air karena letaknya yang relitf rendah. Rawa
biasanya ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang batangnya lunak atau rumput-rumputan. Ada
dua jenis rawa, yaitu rawa di daerah pedalaman yang berisi air tawar dan rawa yang disebabkan
oleh pasang naik dan pasang turun yang berisi air asin. Rawa-rawa banyak terdapat di Pantai
Sumatra bagian timur dan Pantai Kalimantan bagian selatan.

Perairan di Laut

Tidak hanya perairan darat saja, perairan laut juga termasuk ke dalam pembahasan hidrosfer.
Menurut proses terjadinya, laut bisa di klasifikasi menjadi tiga yaitu:

• Laut Regresi, yaitu laut yang menyempit pada waktu zaman es, terjadi penurunan
permukaan air laut. Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul pada zaman glasial
merupakan daratan. Dangkalan Sunda merupakan bagian dari Benua Asia, sedangkan
dangkalan Sahul merupakan bagian dari Benua Australia. Pada waktu air surut ada
bagian dari laut yang masih merupakan laut karena dalamnya, laut inilah yang dinamakan
laut regresi. Contohnya Laut Banda dan Selat Makassar.

• Laut Transgresi adalah laut yang terjadi karena genangan air laut terhadap daratan akibat
kenaikan tinggi permukaan air laut yang mencapai kurang lebih 70 m pada zaman es.
Inilah yang menyebabkan dataran rendah di Indonesia Timur atau Barat tergenang air laut
dan sekarang menjadi laut dangkal. Contoh: Laut Jawa, Selat Sunda, Selat Karimata, Laut
Cina Selatan, dan Laut Arafuru.

• Laut Ingresi adalah laut yang terjadi karena dasar laut mengalami gerak menurun, dapat
berupa palung laut atau lubuk laut. Contoh: Laut Banda, Laut Flores, Laut Sulawesi, dan
Laut Maluku.

Sedangkan menurut letaknya, laut di bedakan menjadi tiga, yaitu:

• Laut Tepi (sub/ocean), adalah laut yang letaknya di tepi benua dan terpisah dengan lautan
oleh adanya deretan pulau. Contohnya, Laut Jepang dan Laut Cina Selatan.

• Laut Pertengahan (middle sea) adalah laut yang terletak di antara benua, contohnya Laut
Tengah.

• Laut Pedalaman (inland sea) adalah laut yang terletak di tengah-tengah benua (daratan).
Contohnya, Laut Hitam dan Laut Kaspia.

Dasar laut ternyata tidak rata kedalamannya. Pada umumnya, laut di pinggir benua lebih
dangkal daripada di tengah lautan. Tingkat kedalaman dasar laut adalah sebagai berikut.

1. Zona Litoral (pesisir), yaitu daerah pantai yang terletak di antara garis pasang naik dan
pasang surut.

2. Zona Neritik (laut dangkal), dengan ketentuan sebagai berikut.

• Bagian dasar laut sampai kedalaman 200 m.

• Sinar matahari masih tembus ke dasar laut.


• Pada zona ini banyak binatang dan tumbuhan laut sehingga zona ini penting artinya bagi
kehidupan manusia.

• Zona ini meliputi Landas Kontinen Sunda, seperti Laut Jawa, Laut Natuna, Selat
Karimata, Selat Malaka, dan Landas Kontinen Sahul yaitu Laut Arafuru.

3. Zona Batial (wilayah laut dalam), dengan ketentuan sebagai berikut.

• Kedalamannya antara 200–2000 m.

• Sinar matahari sudah tidak tembus sampai ke dasar laut, karena itu tumbuh-tumbuhan
laut jumlahnya terbatas demikian juga binatang-binatang lautnya.

4. Zona Abissal (wilayah laut sangat dalam), dengan ketentuan sebagai berikut.

• Kedalamannya antara 2000–5000 m.

• Tekanan airnya sangat besar.

• Suhu sangat rendah.

• Tidak terdapat tumbuhan laut.

• Binatang laut sangat terbatas.

5. Zona Hadal (wilayah laut yang paling dalam), kedalamannya lebih dari 5000 m, termasuk
palung laut dan lubuk laut.
DAFTAR PUSTAKA

Holtz & WD Kovacs, An Introduction to Geotechnical Engineering.


J.F. Gabriel, 2001, Fisika Lingkungan, Hipokrates, Jakarta
Sears & Zemanski ,1996, Fisika untuk Universitas, Penerbit Airlangga

Anda mungkin juga menyukai