Disusun oleh :
1. Rina Eka Puspitasari (15405241004)
2. Nadya Arindra Tsabitha (15405241011)
3. Ikhsan Ilmawan (15405241024)
4. M. Luthfi Fitratama (15405241027)
5. Rizki Inayatun (15405241030)
6. Prayogo Putro Prayitno (15405244016)
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulias panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Makalah ini, yang merupakan tugas bagi mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta dalam mengikuti perkuliahan Biogeografi.
Makalah ini menjelaskan tentang Teori Dinamika Komunitas Tumbuhan.
Dalam penulisan dan penyusunan laporan ini, penyusun menyadari banyak
kendala yang harus penulis hadapi. Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari peran banyak pihak, oleh karena itu saya ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada Nurhadi, M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah
biogeografi yang telah membimbing penyusun sekelompok, para orang tua
penyusun, serta teman-teman jurusan Pendidikan Geografi 2015.
Tak ada yang sempurna didalam dunia ini, begitu pula dengan penulisan
dan penyusunan makalah ini yang penyusun sekelompok sadari masih memiliki
banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran selalu kami perlukan demi
menyempurnakan tugas-tugas kami kedepannya nanti.Akhir kata, semoga tulisan
ini dapat berguna bagi para pembaca dan kami pribadi tentunya.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup senantiasa mengalami perubahan seiring dengan
berjalannya waktu.Perubahan tersebut terjadi pada makhluk
hiduptermasuk populasi tumbuh-tumbuhan atau vegetasi.Perubahan pada
populasi inilah yang selanjutnya berdampak pada perubahan ekosistem
atau komunitas.Ekosistem atau komunitas tumbuhan mengalami dinamika
proses berkembang dari waktu ke waktu dari tingkat pionir hingga klimaks
yang ditandai dengan tercapainya sebuah keseimbangan ekosistem. Hal
tersebut tidak lepas dari peran faktor-faktor pendukung dinamika dan
perkembangan suatu komunitas tumbuhan. Suatu ekosistem tumbuhan
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sebelum mencapai
keseimbangan.
Suatu kelompok tumbuhan yang akan mendominasi suatu
ekosistem ketika sampai pada keseimbangan. keseimbangan atau klimaks
yang terjadi dapat berupa ekosistem homogen, seperti hutan pinus, dan
dapat pula berupa ekosistem heterogen, seperti hutan hujan tropis. Apabila
terdapat gangguan pada keseimbangan suatu ekosistem, maka akan terjadi
keseimbangan baru. Hal ini sangat dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi
baik di dalam maupun di luar ekosistem tersebut, baik alami, maupun
buatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dinamika?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika komunitas
tumbuhan?
3. Apa saja jenis-jenis dinamika komunitas tumbuhan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimeksud dengan dinamika komunitas
tumbuhan;
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
dinamika komunitas tumbuhan; dan
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dinamika komunitas tumbuhan.
D. Manfaat
1. Untuk memberi informasi tentang apa yang dimeksud dengan
dinamika komunitas tumbuhan;
2. Untuk memberi informasi tentang apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi dinamika komunitas tumbuhan; dan
3. Untuk memberi informasi tentangapa saja jenis-jenis dinamika
komunitas tumbuhan.
BAB II
ISI
a. Iklim
Curah hujan
Curah hujan menentukan ketersediaan air untuk pertumbuhan dan
proses-proses penting lainnya pada vegetasi (Polunin, 1990:353). Air
merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan tipe
vegetasi. Air dapat mengubah kadar garam tanah sehingga dapat
mempengaruhi vegetasi suatu daerah. Jumlah hujan yang turun
berlainan antara suatu daerah dengan daerah lainnya, tergantung dari
beberapa faktor yaitu topografi, letak daerah dan letak geografis.
Suhu
Suhu di daerah tropika tidak pernah turun sampai titik beku dan
kebanyakan berkisar antara 200C dan 280C. Suhu tropika yang tinggi
disebabkan oleh sudut jatuh pancaran surya yang hampir tegak.
Perubahan tahunan panjangnya hari yang hanya kecil, dan kapasitas
bahan dalam lautan dan tanah. Suhu yang tinggi pada daerah tropika
kebanyakan disebabkan oleh suhu minimum yang lebih tinggi dan tidak
dipengaruhi suhu maksimumnya yang dekat di khatulistiwa mencapai
kira-kira 300C.
Kelembaban
Kelembaban atmosfer yang merupakan fungsi dari banyaknya dan
lamanya curah hujan, terdapatnya air tergenang, dan suhu merupakan
faktor lingkungan yang penting yang dapat menentukan ada atau
tidaknya beberapa jenis tumbuhan dan hewan dalam habitat tertentu.
Ukuran yang paling berguna untuk penelitian ekologi adalah daya
penguapan udara, ukuran lain kelembaban atmosfer adalah persentase
kelembaban nisbi dan laju penguapan yang diukur dengan porimeter.
Kelembaban dapat menentukan ada atau tidaknya beberapa jenis
tumbuhan dalam suatu tempat.Sumber utama air dalam udara adalah
hasil penguapan dari sungai atau genangan air, laut, tanah, serta hasil
transpirasi dari tumbuhan.
Kelembaban udara dipengaruhi oleh temperatur, yaitu apabila suhu
turun menyebabkan kelembaban relatif bertambah, sedangkan jika suhu
naik maka kelembaban akan berkurang. Kelembaban dan suhu juga
mempengaruhi dalam menentukan daerah distribusi tumbuhan terutama
pepohonan.
Angin
Pengaruh angin terhadap vegetasi cukup penting.Angin memberikan
pengaruh terhadap konfigrasi, distribusi tumbuhan dan juga
mempengaruhi faktor ekologi lainnya seperti kandungan air dalam
udara, suhu di suatu tempat melalui pengaruhnya terhadap penguapan.
Angin juga mempengaruhi secara langsung vegetasi yaitu dengan
menumbangkan pohon-pohon atau mematahkan dahan-dahan atau
bagian-bagian lain (Polunin, 1990:358)
Sinar Matahari
b. Faktor Fisiografis
Faktor topografi berurusan dengan corak permukaan daratan dan
mencakup ketinggian, kemiringan tanah, lapis alas geologi yang
mempengaruhi pengirisan, pengikisan dan penutupan. Berbagai corak
permukaan tanah itu berpengaruh pada sifat dan sebaran komunitas
tumbuhan.
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi
tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin
(migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.Selanjutnya, erosi yang
melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga
menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi
menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut.
c. Faktor Edafik
Gambar 4. Tanah
Tanah membentuk lingkungan untuk sistem akar yang rumit pada
tumbuhan dan bagian bawah tanah lainnya seperti rhizoma, subang dan
umbi lapis maupun untuk sejumlah jasad tanah. Tanah juga secara terus
menerus menyediakan air dan garam mineral. Dapat berdiri tegaknya
tanaman di atas tanah merupakan masalah yang peka. Beberapa jenis
tanaman tidak dapat tumbuh pada pada tanah jenis tertentu kecuali jika
pohon itu telah tersesuaikan secara khusus.
d. Faktor Biotik
Meliputi pengaruh jasad kehidupan baik hewan maupun tumbuhan.
Pengaruh itu dapat langsung ataupun tidak langsung dan dapat
merugikan atau menguntungkan tumbuhan tersebut. Di dalam hutan
banyak terdapat tumbuhan, komunitas tersebut berinteraksi satu sama
lain dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
Serangga pemakan tumbuhan merupakan salah satu pengganggu di
lahan pertanian yang dapat mengakibatkan kerusakan dan penyakit pada
tanaman pertanian.Di hutan yang ditebang vegetasi akan tumbuh
kembali dari awal atau bila mengalami tingkat kerusakan yang berat
dapat berganti dengan vegetasi lain.
Luas komunitas awal yang rusak oleh adanya gangguan. Luas lahan
yang mengalami suksesi merupakan objek utama dalam suksesi
vegetasi. Semakin sempit luas lahan yang mengalami suksesi vegetasi
maka semakin cepat proses dinamika komunitas ini terjadi, hal berlaku
sebaliknya.
Spesies tumbuhan yang terdapat di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Spesies tumbuhan sekitar yang semakin beragam menyebabkan
semakin cepatnya proses suksesi vegetasi. Jenis tumbuhan yang
beragam menyebabkan bakal tumbuhan lebih variatif sehingga
mempunyai kesempatan yang cukup besar untuk tumbuh. Selain itu,
jenis tumbuhan sekitar biasanya lebih mudah tumbuh di lingkungan
tempat tumbuhan itu berada daripada tumbuhan eksotis.
Sifat-sifat spesies tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya
suksesi. Sifat-sifat spesies yang dimaksud dalam hal ini adalah
kecepatan tumbuh, periode musim berbunga dan berbuah, produktivitas
buah, dan mudah tidaknya benih berkecambah (sifat dormansi dan
viabilitas benih).
Kehadiran bakal kehidupan (biji, buah, spora, dan lain-lain). Bakal
kehidupan merupakan objek yang paling utama dalam hal suksesi
vegetasi karena apabila bakal kehidupan tidak ada maka tumbuhan
tidak mungkin tumbuh. Bakal kehidupan ini sangat ditentukan oleh
tingkat penyebarannya.
Jenis substrat baru yang terbentuk. Substrat baru ini berfungsi sebagai
tempat tumbuh bagi tumbuhan yang baru. Semakin baik kualitas
substrat maka kecepatan suksesi semakin baik pula.
Gambar 6. Substrat
Kondisi iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bakal
kehidupan, serta curah hujan. Kondisi iklim ini sangat penting karena
dalam setiap fase pertumbuhan tumbuhan pasti tidak terlepas dalam
kaitannya dengan iklim.
Faktor-faktor tersebut merupakan variabel yang memberikan efek
signifikan dalam suksesi vegetasi. Sebenarnya masih banyak faktor yang
mempengaruhi proses suksesi vegetasi, namun tidak terlalu memberikan
efek yang berarti. Faktor-faktor ini biasanya diatur sedemikian mungkin
agar proses suksesi berjalan dengan baik.
b. Suksesi Sekunder
Bila suatu komunitas alami terganggu, misal sebagai akibat kegiatan
manusia, gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme
sehingga dalam komunitas tersebut habitat lama masih ada, maka pada habitat
tersebut akan terjadi suksesi sekunder. Proses dan faktor yang berperan dalam
suksesi sekunder sama dengan yang berlaku pada suksesi primer, adapun
perbedaanya terletak pada kondisi habitat awal, pada suksesi primer habitat awal
terdiri atas aubstrat yang sama sekali baru sehingga tumbuhan yang tumbuh pada
awal berasal dari biji dan benih yang datang dari luar. Pada suksesi sekunder biji
dan benih bukan saja berasal dari luar tetapi dari dalam habitat itu sendiri
(Nurhadi, 2015: 73-74).
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) ditetapkan sebagai taman
nasional pada tahun 2004. Sehingga seharusnya tidak dilakukan penggarapan
lahan, tetpi kenyataannya penggarapan lahan semakin intensif dan mengabaikan
aturan yang sebelumnya disepakati.Dampaknya terjadi degradasi ekosistem hutan
di kawasan tersebut, menurunnya fungsi-fungsi ekosistem seperti fungsi sekologi,
hidrologi, dan social ekonomi.Bahkan pada beberapa lokasi tidak ditemukan
pohon karena dianggap menggangu tanaman pertanian.Dilihat dari kasus ini maka
termasuk kedalam kasus perusakan komunitas yang bisa direvegaetasi dalam
tahap suksesi sekunder. Hal tersebut diketahui dari adanya tumbuhan yang masih
tersisa di kawasan tersebut dan mampu untuk menggumbangkan bakal
tumbuhannya kedaerah yag tidak terdapat tanaman yang tersisa.
Pada pengamatan Hendra Gunawan di Gunung Ciremai Jawa Barat
menunjukkan adanya gangguan ekosistem yang disebabkan oleh
penggarapan.Pada pengamatan tersebut di temukan lebih dari 40 pohon terganggu
oleh penggarapan. Sebagian besar (68%) adalah pohon yang intoleran terhadap
naungan atau menyukai lahan terbuka sehingga menjadi perintis dalam proses
suksesi ekosistem yang terganggu. Kehadiran jenis-jenis pioneer atau perintis
diduga bermanfaat untuk menciptakan iklim mikro yang memungkinkan
tumbuhan jenis toleran (klimaks) untuk tumbuh pada tahap berikutnya.
c. Konvergensi Klimaks
Hutan klimaks biasanya dianggap sebagai asosiasi dari spesies pohon pada site
tertentu yang paling stabil.Komunitas yang klimaks ditandai dengan adanya
spesies yang berumur panjang, toleran terhadap sinar, dan resisten. Tetapi apabila
terjadi gangguan pada hutan klimaks seperi kebakaran hutan atau tebang habis ,
maka site itu biasanya akan didominasi oleh spesies pionir yang akan tumbuh baik
pada tanah mineral dan terbuka. Spesies pionir cenderung tidak menyukai
naungan. Spesies tahan naungan akan berkembang dibawah kanopi dan apabila
pohon pionir mati akan mendominasi kembali..Perubahan secara gradual menuju
komunitas klimaks yang stabil dikenal dengan suksesi ekologi (ecologial
succession) (Berryman, 1986 dalam Musyafa, 2008: 5).
Komunitas dengan stabilitas yang tinggi yang tampak seakan-akan tidak berubah
lagi hal ini disebut Klimaks.Telah dikemukakan tadi bahwa, dalam keadaan yang
serba menguntungkan klimaks itu lazimnya berupa hutan, kenyataannya walaupun
suksesi sudah berjalan berpuluh-puluh tahun, bahkan mungkin sudah beratus
tahun bentuk hutan tidak pernah tercapai.Hal itu disebabkan karena adanya
pembatasan terutama yang ditimbulkanoleh faktor-faktor lingkungan.Juga disini
berlaku hukum minimumnya Liebig.Oleh sebab itu disekitar daerah kutub hanya
kita dapati sebagai klimaksnya satu komunitas yang disebut Tundra (faktor
minimumnya suhu) dan ada yang berupa gurun (faktor minimumnya air) dan
sebagainya (Nurhadi 2015: 77-78).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto, Agus. 2002. Suksesi Vegetasi Jenis Pohon dan Tumbuhan Bawah Pasca
Letusan Gunung Galunggung.Skripsi. Jurusan Manajemen Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Gambar
1.https://www.google.co.id/search?biw=931&bih=449&tbm=isch&sa=1&q=HUT
AN+PINUS+KLIMAKS+HOMOGEN&oq=HUTAN+PINUS+KLIMAKS+HOM
OGEN&gs_l=psy-
ab.3...207712.214633.0.215242.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0.dummy_maps_web_fallback...
0...1.1.64.psy-ab..0.0.0....0.ChiS0ZCwqWo#imgrc=27Cj9QRHTcMwwM:
Gambar 2.
https://i2.wp.com/lembahilmu.com/wp-content/uploads/2016/10/Letak-Hutan-
Hujan-Tropis.jpg