Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DINAMIKA KOMUNITAS TUMBUHAN


MATA KULIAH BIOGEOGRAFI
Dosen Pengampu : NURHADI, M.Si.

Disusun oleh :
1. Rina Eka Puspitasari (15405241004)
2. Nadya Arindra Tsabitha (15405241011)
3. Ikhsan Ilmawan (15405241024)
4. M. Luthfi Fitratama (15405241027)
5. Rizki Inayatun (15405241030)
6. Prayogo Putro Prayitno (15405244016)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulias panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Makalah ini, yang merupakan tugas bagi mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta dalam mengikuti perkuliahan Biogeografi.
Makalah ini menjelaskan tentang Teori Dinamika Komunitas Tumbuhan.
Dalam penulisan dan penyusunan laporan ini, penyusun menyadari banyak
kendala yang harus penulis hadapi. Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari peran banyak pihak, oleh karena itu saya ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada Nurhadi, M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah
biogeografi yang telah membimbing penyusun sekelompok, para orang tua
penyusun, serta teman-teman jurusan Pendidikan Geografi 2015.
Tak ada yang sempurna didalam dunia ini, begitu pula dengan penulisan
dan penyusunan makalah ini yang penyusun sekelompok sadari masih memiliki
banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran selalu kami perlukan demi
menyempurnakan tugas-tugas kami kedepannya nanti.Akhir kata, semoga tulisan
ini dapat berguna bagi para pembaca dan kami pribadi tentunya.

Yogyakarta, 2 Oktober 2017

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup senantiasa mengalami perubahan seiring dengan
berjalannya waktu.Perubahan tersebut terjadi pada makhluk
hiduptermasuk populasi tumbuh-tumbuhan atau vegetasi.Perubahan pada
populasi inilah yang selanjutnya berdampak pada perubahan ekosistem
atau komunitas.Ekosistem atau komunitas tumbuhan mengalami dinamika
proses berkembang dari waktu ke waktu dari tingkat pionir hingga klimaks
yang ditandai dengan tercapainya sebuah keseimbangan ekosistem. Hal
tersebut tidak lepas dari peran faktor-faktor pendukung dinamika dan
perkembangan suatu komunitas tumbuhan. Suatu ekosistem tumbuhan
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya sebelum mencapai
keseimbangan.
Suatu kelompok tumbuhan yang akan mendominasi suatu
ekosistem ketika sampai pada keseimbangan. keseimbangan atau klimaks
yang terjadi dapat berupa ekosistem homogen, seperti hutan pinus, dan
dapat pula berupa ekosistem heterogen, seperti hutan hujan tropis. Apabila
terdapat gangguan pada keseimbangan suatu ekosistem, maka akan terjadi
keseimbangan baru. Hal ini sangat dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi
baik di dalam maupun di luar ekosistem tersebut, baik alami, maupun
buatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dinamika?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika komunitas
tumbuhan?
3. Apa saja jenis-jenis dinamika komunitas tumbuhan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimeksud dengan dinamika komunitas
tumbuhan;
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
dinamika komunitas tumbuhan; dan
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dinamika komunitas tumbuhan.

D. Manfaat
1. Untuk memberi informasi tentang apa yang dimeksud dengan
dinamika komunitas tumbuhan;
2. Untuk memberi informasi tentang apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi dinamika komunitas tumbuhan; dan
3. Untuk memberi informasi tentangapa saja jenis-jenis dinamika
komunitas tumbuhan.
BAB II
ISI

1. Pengertian Dinamika Komunitas Tumbuhan


Dinamika di alam adalah suatu kenyataan yang tidak dapat
diingkari. Segala sesuatu yang sekarang ada sebenarnya hanyalah
merupakan suatu stadium dari deretan proses perubahan yang tidak pernah
ada akhirnya. Keadaan keseimbangan yang tampaknya begitu mantap,
hanyalah bersifat relatif karena keadaan itu segera akan berubah jika salah
satu dari komponennya mengalami perubahan. Seiring bertambahnya
waktu, perlahan-lahan suatu ekosistem akan mengalami perubahan dari
kondisi semula. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sangat mudah
untuk diamati dan biasanya dalam perubahan itu terdapat pergantian
komunitas dalam ekosistem tersebut.
Vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar menunjukkan
pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat
hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah
mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi
di alam menghasilkan konsep suksesi.
Suksesi vegetasi menurut Odum (1971) adalah urutan proses
pergantian komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan
menurut Salisbury adalah kecenderungan kompetitif setiap individu dalam
setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan menurut
Clements adalah proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian,
biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks. Odum (1971)
mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas cenderung mengubah
lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai
keseimbangan biotik dan abiotik tercapai.
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk
komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir
dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan
lingkungannya.Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya
homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu
mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan
berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.

Gambar 1. Klimaks komunitas tumbuhan homogeny

Gambar 2. Klimaks komunitas tumbuhan heterogen

2. Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Komunitas Tumbuhan


Proses terjadinya suksesi dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
yang baik secara terpisah-pisah maupun dalam kombinasi dapat
mempengaruhi ketidakhadiran atau kehadiran, keberhasilan atau kegagalan
berbagai komunitas tumbuhan melalui vegetasi penyusunnya (Polunin,
1990:348).
Berikut ini adalah faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi suksesi :

a. Iklim
 Curah hujan
Curah hujan menentukan ketersediaan air untuk pertumbuhan dan
proses-proses penting lainnya pada vegetasi (Polunin, 1990:353). Air
merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan tipe
vegetasi. Air dapat mengubah kadar garam tanah sehingga dapat
mempengaruhi vegetasi suatu daerah. Jumlah hujan yang turun
berlainan antara suatu daerah dengan daerah lainnya, tergantung dari
beberapa faktor yaitu topografi, letak daerah dan letak geografis.
 Suhu
Suhu di daerah tropika tidak pernah turun sampai titik beku dan
kebanyakan berkisar antara 200C dan 280C. Suhu tropika yang tinggi
disebabkan oleh sudut jatuh pancaran surya yang hampir tegak.
Perubahan tahunan panjangnya hari yang hanya kecil, dan kapasitas
bahan dalam lautan dan tanah. Suhu yang tinggi pada daerah tropika
kebanyakan disebabkan oleh suhu minimum yang lebih tinggi dan tidak
dipengaruhi suhu maksimumnya yang dekat di khatulistiwa mencapai
kira-kira 300C.
 Kelembaban
Kelembaban atmosfer yang merupakan fungsi dari banyaknya dan
lamanya curah hujan, terdapatnya air tergenang, dan suhu merupakan
faktor lingkungan yang penting yang dapat menentukan ada atau
tidaknya beberapa jenis tumbuhan dan hewan dalam habitat tertentu.
Ukuran yang paling berguna untuk penelitian ekologi adalah daya
penguapan udara, ukuran lain kelembaban atmosfer adalah persentase
kelembaban nisbi dan laju penguapan yang diukur dengan porimeter.
Kelembaban dapat menentukan ada atau tidaknya beberapa jenis
tumbuhan dalam suatu tempat.Sumber utama air dalam udara adalah
hasil penguapan dari sungai atau genangan air, laut, tanah, serta hasil
transpirasi dari tumbuhan.
Kelembaban udara dipengaruhi oleh temperatur, yaitu apabila suhu
turun menyebabkan kelembaban relatif bertambah, sedangkan jika suhu
naik maka kelembaban akan berkurang. Kelembaban dan suhu juga
mempengaruhi dalam menentukan daerah distribusi tumbuhan terutama
pepohonan.
 Angin
Pengaruh angin terhadap vegetasi cukup penting.Angin memberikan
pengaruh terhadap konfigrasi, distribusi tumbuhan dan juga
mempengaruhi faktor ekologi lainnya seperti kandungan air dalam
udara, suhu di suatu tempat melalui pengaruhnya terhadap penguapan.
Angin juga mempengaruhi secara langsung vegetasi yaitu dengan
menumbangkan pohon-pohon atau mematahkan dahan-dahan atau
bagian-bagian lain (Polunin, 1990:358)
 Sinar Matahari

Gambar 3. Sinar matahari


Cahaya juga memainkan peranan penting dalam penyebaran,
orientasi dan pembungaan tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya
merupakan faktor pembatas, dan jumlah cahaya yang menembus
melalui sudut hutan akan tampak menentukan lapisan atau tingkatan
yang terbentuk oleh pepohonan.
Baik tumbuhan maupun hewan tersinari dari segala arah dengan
sinaran matahari, yaitu oleh sinar matahari langsung maupun cahaya
yang dipantulkan dari tanah, dari benda lain di sekelilingnya dan dari
awan. Sinaran matahari penting bagi tumbuhan karena meupakan satu-
satunya sumber energi untuk fotosintesis. Secara tidak langsung sinar
itu juga menyediakan energi untuk segala proses kehidupan dalam
biosfer.

b. Faktor Fisiografis
Faktor topografi berurusan dengan corak permukaan daratan dan
mencakup ketinggian, kemiringan tanah, lapis alas geologi yang
mempengaruhi pengirisan, pengikisan dan penutupan. Berbagai corak
permukaan tanah itu berpengaruh pada sifat dan sebaran komunitas
tumbuhan.
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi
tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin
(migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.Selanjutnya, erosi yang
melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga
menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi
menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut.

c. Faktor Edafik

Gambar 4. Tanah
Tanah membentuk lingkungan untuk sistem akar yang rumit pada
tumbuhan dan bagian bawah tanah lainnya seperti rhizoma, subang dan
umbi lapis maupun untuk sejumlah jasad tanah. Tanah juga secara terus
menerus menyediakan air dan garam mineral. Dapat berdiri tegaknya
tanaman di atas tanah merupakan masalah yang peka. Beberapa jenis
tanaman tidak dapat tumbuh pada pada tanah jenis tertentu kecuali jika
pohon itu telah tersesuaikan secara khusus.

d. Faktor Biotik
Meliputi pengaruh jasad kehidupan baik hewan maupun tumbuhan.
Pengaruh itu dapat langsung ataupun tidak langsung dan dapat
merugikan atau menguntungkan tumbuhan tersebut. Di dalam hutan
banyak terdapat tumbuhan, komunitas tersebut berinteraksi satu sama
lain dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
Serangga pemakan tumbuhan merupakan salah satu pengganggu di
lahan pertanian yang dapat mengakibatkan kerusakan dan penyakit pada
tanaman pertanian.Di hutan yang ditebang vegetasi akan tumbuh
kembali dari awal atau bila mengalami tingkat kerusakan yang berat
dapat berganti dengan vegetasi lain.

Selain faktor diatas, dalam melakukan suksesi vegetasi, suatu


komunitas atau ekosistem dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya yang
menyebabkan cepat lambatnya proses suksesi. Menurut Resosoedarmo
(1986), kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu:

 Luas komunitas awal yang rusak oleh adanya gangguan. Luas lahan
yang mengalami suksesi merupakan objek utama dalam suksesi
vegetasi. Semakin sempit luas lahan yang mengalami suksesi vegetasi
maka semakin cepat proses dinamika komunitas ini terjadi, hal berlaku
sebaliknya.
 Spesies tumbuhan yang terdapat di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Spesies tumbuhan sekitar yang semakin beragam menyebabkan
semakin cepatnya proses suksesi vegetasi. Jenis tumbuhan yang
beragam menyebabkan bakal tumbuhan lebih variatif sehingga
mempunyai kesempatan yang cukup besar untuk tumbuh. Selain itu,
jenis tumbuhan sekitar biasanya lebih mudah tumbuh di lingkungan
tempat tumbuhan itu berada daripada tumbuhan eksotis.
 Sifat-sifat spesies tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya
suksesi. Sifat-sifat spesies yang dimaksud dalam hal ini adalah
kecepatan tumbuh, periode musim berbunga dan berbuah, produktivitas
buah, dan mudah tidaknya benih berkecambah (sifat dormansi dan
viabilitas benih).
 Kehadiran bakal kehidupan (biji, buah, spora, dan lain-lain). Bakal
kehidupan merupakan objek yang paling utama dalam hal suksesi
vegetasi karena apabila bakal kehidupan tidak ada maka tumbuhan
tidak mungkin tumbuh. Bakal kehidupan ini sangat ditentukan oleh
tingkat penyebarannya.

Gambar 5. Petumbuhan biji

 Jenis substrat baru yang terbentuk. Substrat baru ini berfungsi sebagai
tempat tumbuh bagi tumbuhan yang baru. Semakin baik kualitas
substrat maka kecepatan suksesi semakin baik pula.
Gambar 6. Substrat
 Kondisi iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bakal
kehidupan, serta curah hujan. Kondisi iklim ini sangat penting karena
dalam setiap fase pertumbuhan tumbuhan pasti tidak terlepas dalam
kaitannya dengan iklim.
Faktor-faktor tersebut merupakan variabel yang memberikan efek
signifikan dalam suksesi vegetasi. Sebenarnya masih banyak faktor yang
mempengaruhi proses suksesi vegetasi, namun tidak terlalu memberikan
efek yang berarti. Faktor-faktor ini biasanya diatur sedemikian mungkin
agar proses suksesi berjalan dengan baik.

3. Jenis Dinamika Komunitas Tumbuhan


Pada lahan yang terdegradasi, Chorlett dalam Sutanto (2002)
membagi suksesi ke dalam empat tahap, yaitu:
1. Tahap 1, tampat yang ditinggalkan diserbu oleh jenis-jenis pioneer dan
jenis herba seta tutupan tajuk masih belum lengkap.
2. Tahap 2, jenis pionir membentuk penutupan tajuk yang pada akhirnya
menyisihkan jenis-jenis herba dan semak-semak yang pertumbuhannya
lebih rendah.
3. Tahap 3, merupakan periode transisi (peralihan), jenis-jenis pionir
digantikan oleh sekelompok jenis yang berbeda dan lebih tinggi.
4. Tahap 4, terbentukknya hutan sekunder.
Soerianegara dan Indrawan (1988) dalam Sutanto (2002: 5-6)
membedakan pula suksesi atas dua bagian, yaitu suksesi primer dan
suksesi sekunder.Suksesi primer merupakan perkemabangan vegetasi
mulai dari habitat yang tidak bervegetasi hingga mencapai masyarakat
yang stabil atau klimaks, sedangkan suksesi sekunder terjadi apabila
klimaks atau suksesi yang normal tergenggu atau dirusak. Jika gangguan
atau kerusakan itu tidak hebat, maka suksesi sekunder ini dapat mencapai
klimaks semula, tetapi apabila kerusakan yang terjadi berat sekali,
sehingga kondisi klimaks tidak mungkin lagi dicapai, maka terbentuklah
apa yang disebut disklimaks.
a. Suksesi Primer
Suksesi primer ini terjadi bila komunitas asal terganggu, yang
mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat
komunitas asal tersebut terbentuk habitat baru. Pada habitat baru ini tidak ada lagi
organisme yang berbentuk komunitas asal yang tertinggal, hal ini dapat terjadi
secara alami seperti bencana alam, tanah longsor, letusan gunung, endapan
lumpur, dan lain-lain. Habitat baru ini akan berkembang suatu komunitas yang
baru pula, hal ini karena spora dan benih dalam bentuk lain yang datang.
Ketempat tersebut baik dengan perantara faktor non biotik maupun biotik
(Nurhadi, 2015: 71-72).
Perubahan yang terjadi selama proses suksesi adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan sifat-sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya
pertambahan kandunagn bahan organik sejalan dengan perkembangan
komunitas.
b. Pertambahan kepadatan yaitu semakin kompleksnya struktur komunitas
sehingga membentuk stratifikasi.
c. Penigkatan produktivitas sejalan dengan perkembangan komunitas dan
perkembangan tanah.
d. Peningkatan jumlah jenis sampai dengan tingkat/tahap tertentu dari suksesi.
e. Peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan penigkatan
jumlah jenis.
f. Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis bentuk
hidup tumbuhan dan struktur komunitas.
g. Komunitas berkembang menjadi lebih komplek.
Pada saat pembentukan suksesi primer kondisi tanah lahan yang ada
bersifat ekstrim.Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh
Prayudyaningsih. Pada penelitiannya Prayudyaningsih melihat adanya tumbuhan
yang muncul pada lahan yang berupa batuan keras dan tidak memiliki lapisan
tanah yang kaya akan humus dan zat hara pada tanahnya. Tumbuhan yang dapat
tumbuh pada daerah suksesi primer adalah tumbuhan pioneer atau tumbuhan
perintis.
Sedikitnya jenis tumbuhan alami dari semua tipe habitus yang ditemukan
pada lahan bekas penambangan batu kapur (areal tanpa pertanaman) menunjukkan
bahwa kolonisasi spontan jenis alami pada suksesi primer terjadi sangat lambat.
Sampai dengan 15 tahun setelah selesainya kegiatan penambangan, lahan bekas
tambang kapur tersebut masih didominasi oleh 4 jenis rumput, 12 jenis herba,
sedangkan jenis-jenis semak dan pohon masing-masing hanya berjumlah 2 dan 3
jenis saja. Ketersediaan sumber benih alami di sekitar areal penambangan bukan
merupakan hambatan, karena vegetasi alami (hutan alam yang belum ditambang)
yang ada hanya berjarak kurang dari 1 km dari areal bekas tambang yang
diteliti.Kondisi tapak lahan bekas tambang kapur yang sangat tidak mendukung
pertumbuhan tanaman merupakan faktor pembatas perkembangan suksesi awal
(Prayudyaningsih, 2015: 314).
Pada penelitian Mukhtar revegetasi bekas tambang di Kalimantan Timur
menunjukkan jika tumbuhan yang muncul secara alami pada jangka waktu 6 tahun
dari dimulainya revegetasi adalah tumbuhan pioneer. Tumbuhan pioneer yang
muncul pada jangka waktu ini antara lain: mahang (Macaranga trioba), malotus
(Mallotus paniculatus), dan kaliandra (Caliandra sp).

b. Suksesi Sekunder
Bila suatu komunitas alami terganggu, misal sebagai akibat kegiatan
manusia, gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme
sehingga dalam komunitas tersebut habitat lama masih ada, maka pada habitat
tersebut akan terjadi suksesi sekunder. Proses dan faktor yang berperan dalam
suksesi sekunder sama dengan yang berlaku pada suksesi primer, adapun
perbedaanya terletak pada kondisi habitat awal, pada suksesi primer habitat awal
terdiri atas aubstrat yang sama sekali baru sehingga tumbuhan yang tumbuh pada
awal berasal dari biji dan benih yang datang dari luar. Pada suksesi sekunder biji
dan benih bukan saja berasal dari luar tetapi dari dalam habitat itu sendiri
(Nurhadi, 2015: 73-74).
Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) ditetapkan sebagai taman
nasional pada tahun 2004. Sehingga seharusnya tidak dilakukan penggarapan
lahan, tetpi kenyataannya penggarapan lahan semakin intensif dan mengabaikan
aturan yang sebelumnya disepakati.Dampaknya terjadi degradasi ekosistem hutan
di kawasan tersebut, menurunnya fungsi-fungsi ekosistem seperti fungsi sekologi,
hidrologi, dan social ekonomi.Bahkan pada beberapa lokasi tidak ditemukan
pohon karena dianggap menggangu tanaman pertanian.Dilihat dari kasus ini maka
termasuk kedalam kasus perusakan komunitas yang bisa direvegaetasi dalam
tahap suksesi sekunder. Hal tersebut diketahui dari adanya tumbuhan yang masih
tersisa di kawasan tersebut dan mampu untuk menggumbangkan bakal
tumbuhannya kedaerah yag tidak terdapat tanaman yang tersisa.
Pada pengamatan Hendra Gunawan di Gunung Ciremai Jawa Barat
menunjukkan adanya gangguan ekosistem yang disebabkan oleh
penggarapan.Pada pengamatan tersebut di temukan lebih dari 40 pohon terganggu
oleh penggarapan. Sebagian besar (68%) adalah pohon yang intoleran terhadap
naungan atau menyukai lahan terbuka sehingga menjadi perintis dalam proses
suksesi ekosistem yang terganggu. Kehadiran jenis-jenis pioneer atau perintis
diduga bermanfaat untuk menciptakan iklim mikro yang memungkinkan
tumbuhan jenis toleran (klimaks) untuk tumbuh pada tahap berikutnya.

c. Konvergensi Klimaks
Hutan klimaks biasanya dianggap sebagai asosiasi dari spesies pohon pada site
tertentu yang paling stabil.Komunitas yang klimaks ditandai dengan adanya
spesies yang berumur panjang, toleran terhadap sinar, dan resisten. Tetapi apabila
terjadi gangguan pada hutan klimaks seperi kebakaran hutan atau tebang habis ,
maka site itu biasanya akan didominasi oleh spesies pionir yang akan tumbuh baik
pada tanah mineral dan terbuka. Spesies pionir cenderung tidak menyukai
naungan. Spesies tahan naungan akan berkembang dibawah kanopi dan apabila
pohon pionir mati akan mendominasi kembali..Perubahan secara gradual menuju
komunitas klimaks yang stabil dikenal dengan suksesi ekologi (ecologial
succession) (Berryman, 1986 dalam Musyafa, 2008: 5).
Komunitas dengan stabilitas yang tinggi yang tampak seakan-akan tidak berubah
lagi hal ini disebut Klimaks.Telah dikemukakan tadi bahwa, dalam keadaan yang
serba menguntungkan klimaks itu lazimnya berupa hutan, kenyataannya walaupun
suksesi sudah berjalan berpuluh-puluh tahun, bahkan mungkin sudah beratus
tahun bentuk hutan tidak pernah tercapai.Hal itu disebabkan karena adanya
pembatasan terutama yang ditimbulkanoleh faktor-faktor lingkungan.Juga disini
berlaku hukum minimumnya Liebig.Oleh sebab itu disekitar daerah kutub hanya
kita dapati sebagai klimaksnya satu komunitas yang disebut Tundra (faktor
minimumnya suhu) dan ada yang berupa gurun (faktor minimumnya air) dan
sebagainya (Nurhadi 2015: 77-78).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan Hendra. 2015. Suksesi Hutan Terganggu Bekad Perambahan di Taman


Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon
volume 1, Momor 7 Hal 1591-1599.
Muktahar, Abdullah Syarief dan N.M. Heriyanto. 2012. Keadaan Suksesi
Tumbuhan Pada Kawasan Bekas Tambang Batubara di Kalimantan Timur.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.Vol 9. No. 4: 341-350.
Musyafa dkk.2008. Laporan Penelitian Peranan Serangga Herbivora dalam
Proses Suksesi di Hutan Pendidikan Wanagama. Yogyakarta: Lab.
Perlindungan dan Kesehatan Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah
Mada.
Nurhadi. 2015. Diktat Pengantar Geografi Tumbuhan. Yogyakarta: Universtas
Negeri Yogyakarta.
Odum, H. T., 1992. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Yogyakarta : UGM Press.

Polunin, M., 1960.Pengantar Geografi dan Beberapa Ilmu Serumpun.Yogyakarta


: UGM Press.

Prayudyaningsinh, Retno dkk. 2015. Dampak Fasilitatif Tumbuhan Legume


Penutup Tanah dan Tanaman Bermikoriza Pada Sukssi Primer Di Lahan
Bekas Tambang Kapur. Jurnal Manusia dan lingkungan Volume 22, nomor 3:
310-318.
Resosoedarmo, Kartawinata, Soegiarto A. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung:
Remadja Rosda Karya.

Sutanto, Agus. 2002. Suksesi Vegetasi Jenis Pohon dan Tumbuhan Bawah Pasca
Letusan Gunung Galunggung.Skripsi. Jurusan Manajemen Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR

Gambar
1.https://www.google.co.id/search?biw=931&bih=449&tbm=isch&sa=1&q=HUT
AN+PINUS+KLIMAKS+HOMOGEN&oq=HUTAN+PINUS+KLIMAKS+HOM
OGEN&gs_l=psy-
ab.3...207712.214633.0.215242.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0.dummy_maps_web_fallback...
0...1.1.64.psy-ab..0.0.0....0.ChiS0ZCwqWo#imgrc=27Cj9QRHTcMwwM:

Gambar 2.

https://i2.wp.com/lembahilmu.com/wp-content/uploads/2016/10/Letak-Hutan-
Hujan-Tropis.jpg

Anda mungkin juga menyukai