Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Segala sesuatu sekarang yang ada sebenarnya adalah suatu stadium dari deretan
proses perubahan yang tidak pernah ada akhirnya. Keadaan keseimbangan yang tampak
hanyalah bersifat relatif karena keadaan itu segera akan berubah jika salah satu dari
komponennya mengalami perubahan. Perlahan-lahan suatu ekosistem seiring
bertambahnya waktu akan mengalami perubahan dari kondisi semula. Perubahan-
perubahan yang terjadi tersebut sangat mudah untuk diamati dan biasanya dalam
perubahan itu terdapat pergantian komunitas dalam ekosistem tersebut.
Vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar menunjukkan pergantian yang
kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat hubungan dengan habitatnya, akan
nampak jelas pergantiannya setelah mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada
pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep suksesi. Suksesi vegetasi menurut Odum
adalah urutan proses pergantian komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat,
sedangkan menurut Salisbury adalah kecenderungan kompetitif setiap individu dalam
setiap fase perkembangan sampai mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah proses
alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang
lebih kompleks. Adanya pergantian komunitas cenderung mengubah lingkungan fisik
sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai keseimbangan biotik dan abiotik
tercapai.
Suatu komunitas yang terdiri dari beberapa populasi bersifat dinamis dalam
interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa.
Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan disebut suksesi ekologi
atau suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau
ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari suksesi?
2. Apa jenis-jenis dari suksesi?
3. Apa macam dari suksesi?
4. Bagaimana proses suksesi?
5. Bagaimana contoh dari suksesi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian suksesi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari suksesi
3. Untuk mengetahui macam-macam dari suksesi
4. Untuk mengetahui proses dari suksesi
5. Untuk mengetahui contoh dari suksesi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Suksesi
Meskipun banyak kejadian yang melanda lingkungan, selalu diusahakan agar
upaya kelestarian lingkungan tetap terpelihara. Lestari berarti ”survive” atau bertahan
hidup dalam berbagai percobaan dan percobaan. Maksudnya ialah bahwa lingkungan
tidak menjadi hancur, sehingga semua tidak mengalami kerugian, terutama manusia.
Lingkungan yang lestari tidak berarti bahwa tidak boleh ada perubahan-perubahan yang
terjadi dalam ekosistem. Perubahan sistem boleh saja berlangsung asal tidak
menghancurkan, dan perubahan-perubahan atau pergantian-pergantian sistem
berlangsung dalam lingkungan, baik tanpa campur-tangan maupun dengan campur-tangan
manusia. Evolusi ekosistem ini disebut ”successi” ekologi. Menurut Anonim (2010:5)
suksesi dapat didefinisikan menurut tiga parameter sebagai berikut:
1. Suksesi adalah perkembangan komunitas yang teratur yang menyangkut perubahan
susunan spesies dan proses-proses komunitas.
2. Suksesi disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik akibat pengaruh pekerjaan
komunitas.
3. Suksesi mencapai puncak pada waktu terjadi ekosistem stabil dengan biomassa dan
fungsi simbiotik antar organisme maksimum. Adapun ekosistem terminal stabil yang
tidak akan terganti lagi disebut klimak, yang berarti punak. Klimak tersebut misalnya
ekosistem hutan hujan tropik, ekosistem hutan musim, ekosistem steppa, ekosistem
gurun kering, ekosistem tundra dan sebagainya.
Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam
interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Ewusie
(1980) dalam Elfis (2010), menyatakan bahwa ada tiga faktor yang memegang peranan
penting dalam terbentuknya suatu komunitas, yaitu:
1. Tersedia kesempatan berkoloni atau bahan-bahan serbuan (invading material)
misalnya benih, buah dan spora-spora. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting
dalam perkembangan suatu komunitas tumbuhan pada setiap waktu tertentu. Jadi
tergantung bahan yang terbawa ke lokasi tersebut.
2. Seleksi pada bahan-bahan yang tersedia secara alam di lingkungan tersebut. Setelah
beberapa benih berkoloni dan semai telah mulai hidup pada habitat tersebut, hanya
beberapa saja yang dapat toleran terhadap lingkungan dan dapat tumbuh dengan baik.
Lingkungan dapat tidak baik untuk perkecambahan beberapa benih dan juga dapat
menekan semai-semai tertentu sampai tidak dapat tumbuh. Tingkat ini adalah tingkat
yang kritis, karena secara umum selang toleransi semai lebih sempit daripada
tumbuhan yang sudah dewasa. tentunya perbedaan lingkungan menghasilkan
perbedaan pada tingkat seleksi. Sebagai kasus yang ekstrim misalnya pada permukaan
batuan telanjang atau bukit pasir, di sini hanya beberapa jenis saja yang dapat tumbuh.
3. Modifikasi lingkungan oleh tumbuhan. Dari saat yang akan berkoloni pertama tiba
pada habitat telanjang tersebut dan mulai tumbuh, komunitas tumbuhan mulai
memodifikasi lingkungan. Pengaruhnya dapat dilihat pada tahap akhir dari
perkembangan. Komunitas hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu
komunitas yang dinamis. Komunitas hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui
beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan
penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilisasi.
Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal
sebagai suksesi ekologis atau suksesi (Praweda, 2010). Dari pengertian-pengertian
tersebut, dapat disimpulkan pengertian suksesi adalah perubahan dalam komunitas yang
terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan, berlangsung lambat, teratur dan terarah
menuju kestabilan. Proses suksesi akan terus berlangsung sampai tercapai titik klimaks,
yaitu kondisi dimana komunitas mencapai titik keseimbangan. Seperti dijelaskan oleh
Riberu (2002, 125), apabila suatu komunitas telah mencapai klimaks, maka berarti
tercapai homeostatis (keseimbangan).
Pergantian spesies terjadi karena penghuni lingkungan biasanya mempunyai
kegiatan yang mengakibatkan perubahan-perubahan pada lingkungan fisik. Dan
lingkungan fisik yang telah berubah tersebut lebih cocok dengan organisma lain untuk
memperoleh keseimbangan antara komponen-komponen biotik dan abiotik. Dengan
demikian, organisme lain tersebut berkembang mengganti spesies yang mendahuluinya.
Misalnya lereng gunung berapi yang terkena letusan gunung. Lereng tersebut tertutup
sama sekali dengan bahan-bahan vulkanik hasil letusan. Tidak ada tumbuhan yang
tumbuh pada batuan yang masih baru tersebut karena mineral-mineral batuan yang
dibutuhkan untuk hidup tumbuhan belum terurai.Lama kelamaan mulai ada yang tumbuh,
karena batuan sudah mulai lapuk oleh cuaca. Yang mulai dapat mendiami hanyalah
tumbuhan yang dapat menyesuaikan dengan batuan vulkanik yang masih muda tersebut
seperti sebangsa ganggang, cendawan dan lumut. Inilah yang disebut organisme-
organisme pelopor atau pionir. Bersama-sama dengan unsur-unsur iklim dan cuaca
makhluk-makhluk tersebut menjalankan pelapukan dan perubahan-perubahan kepada
batuan dan unsur-unsur fisik lainnya, sehingga membentuk lingkungan fisik yang lebih
cocok bagi tumbuhan pelopor jenis lainnya. Dengan demikian jenis yang lain tersebut
menggantikan tumbuhan sebelumnya yang kurang cocok lagi dengan situasi yang baru.
Menurut konsep terkini seksesi merupakan pergantian jenis -jenis pioneer oleh jenis-jenis
yang lebih mantap yang sesuai dengan lingkungannya.
Proses suksesi berjalan terus dan akhirnya sampai pada klimak, yaitu komunitas
hutan. Dimana-mana ada hutan, sebelum manusia mengubahnya karena hutan merupakan
komunitas terminal untuk bagian-bagian tertentu di permukaan bumi. Sesudah spesies
manusia homosapien muncul dan ikut dalam kancah interaksi, banyak sistem yang telah
mencapai kestabilan terminal, mengalami perubahan lagi. Hutan berubah menjadi
lingkungan buatan, sistem bercocok tanam atau pertanian, kemudian berganti lagi
menjadi lingkungan tempat tinggal manusia atau sistem pedesaan, lalu menjadi sistem
kota, sistem metropolis, sistem megapolis, dan seterusnya.
Perubahan ekosistem pada dasarnya dapat di sebabkan berbagai penyebab
utama yaitu:
1. Akibat perubahan iklim
Perubahan atau fluktuasi iklim dalam skala dunia yang meliputi ribuan tahun telah
memberikan reaksi penyusuaian dari ekosistem di dunia ini.Bentuk perubahan ini
meliputi perubahan dalamperioda waktu yang lama dari penyebaran tumbuhan dan
juga hewan.yang akhirnya sampai pada bentuk-bentuk ekosistem sekarang.
2. Suksesi allogenik ( karena pengaruh dari luar)
Faktor luar seperti api atau polusi dapat menginduksi perubahan ekosistem baik untuk
sementara maupun waktu yang relative lama.
3. Suksesi autogenik (karena pengaruh dari dalam)
Ini merupakan suksesi ekologi,yang dapat di artikan sebagai perubahan dalam
ekosistem yang berkembang kearah pemasakan atau pematangan atau “ Steady state “.
Gambar : Proses suksesi
Suksesi tumbuhan merupakan proses penggantian suatu komunitas tumbuhan
oleh jenis tumbuhan yang lain. Hal tersebut pada umumnya terjadi pada tahap integrasi
yang sangat lambat. Dimana tempat tumbuh yang mula-mula sangat keras sehingga hanya
tumbuhan tertentu atau tumbuhan perintis yang dapat tumbuh pada lingkungan tersebut.
Namun lambat laun tempat tersebut dapat pula ditumbuhi oleh tanaman jenis baru.

Suksesi Tumbuhan

Suksesi tumbuhan dapat pula terjadi dalam proses yang sangat cepat. Proses
tersebut dapat terjadi bilamana komunitas tumbuhan yang ada dirusak suatu faktor seperti
banjir, api, atau serangan epidemic serangga sehingga akan cepat terganti oleh jenis
tumbuhan yang baru. Peristiwa ini biasanya terjadi dengan bersifat kontinyu dan
merupakan suatu rentetan peristiwa yang saling berkaitan dalam perkembangan suatu
komunitas yang mengarah pada keadaan yang mantab dan permanen atau bisa disebut
klimaks (Anneahira, 2010).
Pada fase awal terjadinya suksesi tumbuhan, pertumbuhan komposisi dan
populasi spesies yang ada berjalan sangat cepat, kemudian mulai menurun pada tahap
perkembangan berikutnya. Laju pertumbuhan yang cepat tersebut biasanya mulai
melambat atau berhenti karena adanya faktor dari lingkungan. Biasanya lingkungan
kurang cocok untuk bisa mendukung kelangsungan hidup dan perkembangan dari jenis
tertentu (Anneahira, 2010).
Proses selanjutnya dari suksesi adalah sebuah rangkaian rute perjalanan dimana
nantinya akan terbentuk komunitas vegetasi transisional atau menuju dalam
kesetimbangan atau biasanya dinamakan Sere atau Sereal (Anneahira, 2010). Seperti
dijelaskan Uniska, bahwa seluruh urutan komunitas yang saling mengganti disebut sere,
dan komunitasnya itu sendiri dinamakan tingkatan seral atau tingkatan perkembangan,
atau tingkatan pelopor. Sedangkan kondisi paling puncak dari keseimbangan vegetasi
biasanya disebut vegetasi klimaks.
Klimaks pada suksesi tumbuhan juga memiliki 2 jenis, yaitu paham poliklimaks
dan paham monoklimaks. Pada paham monoklimaks dikatakan atau dianggap bahwa pada
suatu daerah iklim hanya akan memiliki satu macam klimaks saja, yaitu vegetasi klimaks
iklim saja. Dalam hal ini, klimaks bisa dikatakan sangat tergantung dan dipengaruhi oleh
iklim yang berada pada daerah tersebut. paham poliklimaks memiliki pengertian bahwa
tidak hanya iklim saja yang memiliki pengaruh dominan pada terjadinya suksesi
tumbuhan di suatu tempat, melainkan ada faktor lain yang memiliki andil besar dalam
mempengaruhi proses tersebut, diantaranya suhu udara, kelembaban udara, serta sinar
matahari. Para penganut paham poliklimaks memiliki pendapat bahwa terjadinya klimaks
pada sebuah suksesi juga disebabkan oleh edafis dan biotis.faktor edafis adalah faktor
dimana klimaks dipengaruhi juga oleh pengaruh kondisi tanah, seperti komposisi yang
ada dalam tanah, suhu tanah, keadaan air tanah, dan kelembaban tanah tempat ekosistem
tersebut tumbuh. Sedangkan faktor biotis lebih mengacu pada pembentukan klimaks yang
dipengaruhi oleh tindakan manusia atau hewan.
Terjadinya sebuah suksesi atau pergantian tumbuhan dari tumbuhan lama
berganti menjadi tumbuhan baru pasti memiliki karakteristik. Karakteristik atau ciri-ciri
suksesi menurut Anneahira (2010) adalah sebagai berikut:
a. Keanekaragaman dari ekologi (Ecologycal Diversity)
Keragaman dari jenis tumbuhan umumnya akan meningkat selama terjadinya
proses suksesi tumbuhan. Suksesi biasanya didominasi oleh beberapa jenis organisme
tertentu yang memiliki kesempatan yang sangat tinggi untuk tumbuh dalam habitat
tersebut tanpa paerlu adanya kompetisi efektif dengan spesies lainnya, sehingga
memiliki kesempatan hidup yang lebih besar. Setiap proses suksesi memiliki
perbedaan waktu dalam proses klimaksnya, tergantung seberapa besarnya ekosistem
mengalami suksesi tersebut. puncak keanekaragaman jenis penyusun suatu komunitas
tumbuhan yang hdiup di hutan biasanya akan terjadi setelah ratusan tahun dari awal
terjadinya suksesi sekunder. setelah mencapai puncak dari tahapan suksesi maka
keanekaragaman akan kembali menurun. Hal tersebut biasanya disebabkan karena
adanya proses alam ataupun karena campur tangan manusia.
b. Produktifitas dan Struktur Ekosistem di Alam
Dalam terjadinya proses suksesi tumbuhan yang ada dalam suatu ekosistem,
maka jumlah biomasa akan cenderung terus meningkat searah dengan perubahan
struktur tanaman pioneer yang telah tergantikan oleh adanya vegetasi yang lebih
besar. Jumlah maupun keanekaragaman tanaman yang ada juga akan semakin
meningkat. Produktivitas dari tanaman yang ada juga akan meningkat terutama pada
fase-fase awal terjadinya suksesi, sehingga tanaman akan terus tumbuh dan
berkembang dengan cepat pada lingkungan tersebut.
c. Perubahan Karakteristik pada Tanah
Suksesi tumbuhan pada umumnya berlangsung secara progresif atau semakin
maju sepanjang waktu, maka perubahan yang ada dalam komunitas vegetasi juga akan
mempengaruhi terjadinya perubahan pada habitat dan lingkungan awal sebelum
terjadinya proses suksesi. Sehingga akan terjadi perbedaan antara karakteristik tanah
pada lingkungan tersebut mulai dari sebelum terjadinya suksesi hingga proses
terjadinya suksesi tumbuhan tersebut. perbedaan karakter tanah tersebut dapat kita
ketahui semisal pada ketebalan humus maupun kelembaban tanah.
d. Stabilitas dalam Ekosistem
Sejalan dengan adanya peningkatan formasi organisme yang ada sebagai
akibat adanya proses suksesi yang kemudian tumbuh berkembang dan mati, telah
menciptakan sebuah stabilitas yang harmonis dalam lingkungan ekosistem.
e. Rentangan atau Tingkatan Waktu
Rentangan waktu juga memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya
proses suksesi terutama pada kecepatan terjadinya perubahan pada tingkat vegetasi
transisional. Rentangan waktu yang diperlukan dalam proses tersebut mampu
memberikan diagnose terhadap indikator stabilitas pada ekosistem dan kerentanan
terhadap penyebab terjadinya perubahan waktu. Rentangan waktu juga memberikan
diagnosis terhadap indikator stabilitas pada kemampuan yang dibutuhkan oleh
ekosistem dalam memperbaiki dirinya jika mengalami kerusakan. Dalam sebuah
ekosistem yang cenderung besar, seperti sebuah hutan akan membutuhkan rentangan
waktu yang sangat panjang untuk dapat mencapai klimaks.
Proses perubahan komunitas tumbuhan atau vegetasi yang menggambarkan
bertambah kayanya suatu daerah oleh berbagai jenis tumbuhan yang hidup di atasnya
disebut suksesi progresesif. Perubahan vegetasi dapat pula mengarah pada penurunan
jumlah jenis tumbuhan, penurunan kompleksitas struktur komunitas tumbuhan. Hal ini
terjadi biasanya akibat penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi
habitat.Perubahan komunitas tumbuhan mengarah ke yang lebih sederhana ini di sebut
suksessi retrogresif atau suksesi regresif.

Perubahan yang Terjadi Selam Proses Suksesi


Whittaker (1970) dalam Elfis (2010) menyatakan bahwa perubahan-perubahan
yang terjadi selama proses suksesi berlangsung adalah sebagai berikut:
1. Adanya perkembangan dari sifat-sifat tanah, seperti meningkatnya kedalaman tanah,
meningkatnya kandungan bahan organik dan meningkatnya perbedaan lapisan horizon
tanah.
2. Terjadinya peningkatan dalam tinggi, kerimbunan dan perbedaan strata dari tumbuh-
tumbuhan.
3. Dengan meningkatnya sifat-sifat tanah dan struktur komunitas, maka produktivitas
dan pembentukan bahan organik meningkat.
4. Keanekaragaman jenis meningkat dari komunitas yang sederhana pada awal tingkat
suksesi ke komunitas yang kaya pada akhir suksesi.
5. Populasi meningkat, pergantian suatu populasi oleh populasi lainnya meningkat
sampai tingkat yang stabil juga jenis yang berumur pendek digantikan oleh jenis yang
berumur panjang.
6. Kestabilan relatif dari komunitas meningkat pada awal komunitas tidak stabil dimana
populasi secara cepat digantikan oleh populasi lain. Sedangkan pada komunitas akhir
biasanya stabil dan dikuasai oleh tumbuh-tumbuhan yang berumur panjang serta
komposisi dari komunitas tidak banyak berubah.
Suksesi tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya di
danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh
tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik.
Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas
klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai
berikut :
1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.
2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau
3. Xeroser yaitu suksesi yang terbentuk di daerah gurun.
B. Jenis Suksesi
Terdapat dua jenis suksesi yaitu yang dikenal dengan suksesi primer dan suksesi
sekunder, yang membedakan antara suksesi primter dan suksesi sekunder terletak pada
kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi, dibawah ini dijelaskan mengenai suksesi
primer dan suksesi sekunder :
a. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi ketika komunitas awal terganggu dan mengakibatkan
hilangnya komunitas awal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal
tersebut akan terbentuk substrat dan habitat baru.
- Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung
berapi, endapan lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai.
- Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah,
batubara, dan minyak bumi.
Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung
Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung
Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut
yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai
mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah
sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat
yang terbentuk karna aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan
membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang
datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan
kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan
tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur
tapi sebaliknya.
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus mengadakan
pelapukan lahan. Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan
tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh.Tumbuhan semak menaungi rumput
dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan
kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah
ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks,
yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem
itu. 
Skema 2.1.4 : Proses suksesi primer

Gambar. Suksesi tumbuhan dalam suatu rawa yang dimulai dengan batang
tumbuhan rawa, yang tumbuh keluar dari dalam air, maka terbentuk selapis vegetasi yang
makin lama makin tebal sesuai dengan tahun-tahun yang berlalu dan area perairan terbuka
makin menciut.

b. Suksesi Sekunder
Apabila dalam suatu ekosistem alami mengalami gangguan, baik secara alami
ataupun buatan (karena manusia), dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat
tumbuh organisme yang ada sehingga dalam ekosistem tersebut substrat lama dan
kehidupan lama masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut,
kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan
pembakaran padang rumput dengan sengaja. Contoh komunitas yang menimbulkan
suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas
ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.

Gambar : Suksesi sekunder karena penebangan hutan

Gambar : Suksesi sekunder karena kebakaran hutan

Kebakaran sering kali terjadi seiring dengan datangnya musim kering atau yang
dikenal juga dengan musim kemarau. Kebakaran dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor
baik yang disebabakan oleh kesalahan manusia maupun faktor kondisi alam, kebakaran
yang terjadi karena gejala alam sering terjadi di musim kemarau dengan suhu panas yang
tinggi memudahkan bahan organik kering mudah terbakar jika tersulut dengan api,
bencana kebakaran pun lebih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi
setelahnya dan bahkan menimbulkan kerugian material. Kebakaran tidak hanya terjadi di
pemukinaan masyarakat, kebakaran hutan juga sering kali terjadi di sebagian wilayah
Indonesia, bencana ini dapat melenyapkan ekosistem didalamnya. Tidak hanya hilangnya
vegetasi hutan, kerusakan habitat satwa dan sumber pakannnya juga mengakibatkan
mereka harus bergerak ke habitat lain.

Tahap-tahap Perkembangan Suksesi Sekunder


Seperti dijelaskan oleh Irwanto (2010), tahap suksesi sekunder meliputi:
1) Fase Permulaan
Setelah penggundulan hutan, dengan sendirinya hampir tidak ada biomasa yang
tersisa yang mampu beregenerasi. Tetapi, tumbuhan herba dan semak-semak muncul
dengan cepat dan menempati tanah yang gundul.
2) Fase Awal/Muda
Kurang dari satu tahun, tumbuhan herba dan semak-semak digantikan oleh
jenis-jenis pohon pionir awal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pertumbuhan
tinggi yang cepat, kerapatan kayu yang rendah, pertumbuhan cabang sedikit, daun-daun
berukuran besar yang sederhana, relatif muda/cepat mulai berbunga, memproduksi
banyak benih-benih dorman ukuran kecil yang disebarkan oleh burung-burung, tikus atau
angin, masa hidup yang pendek (7- 25 tahun), berkecambah pada intensitas cahaya tinggi,
dan daerah penyebaran yang luas. Kebutuhan cahaya yang tinggi menyebabkan bahwa
tingkat kematian pohon-pohon pionir awal pada fase ini sangat tinggi, dan pohon-pohon
tumbuh dengan umur yang kurang lebih sama. Walaupun tegakan yang tumbuh
didominasi oleh jenis-jenis pionir, namun pada tegakan tersebut juga dijumpai beberapa
jenis pohon dari fase yang berikutnya, yang akan tetapi segera digantikan/ditutupi oleh
pionir-pionir awal yang cepat tumbuh.
Siklus unsur hara berkembang dengan sangat cepat. Khususnya unsur-unsur
hara mineral diserap dengan cepat oleh tanaman-tanaman, sebaliknya nitrogen tanah,
fosfor dan belerang pada awalnya menumpuk di lapisan organik. Pertumbuhan tanaman
dan penyerapan unsur hara yang cepat mengakibatkan terjadinya penumpukan biomasa
yang sangat cepat. Dalam waktu kurang dari lima tahun, indeks permukaan daun dan
tingkat produksi primer bersih yang dimiliki hutan-hutan primer sudah dapat dicapai.
Biomasa daun, akar dan kayu terakumulasi secara berturut-turut. Begitu biomasa daun
dan akar berkembang penuh, maka akumulasi biomasa kayu akan meningkat secara
tajam. Hanya setelah 5-10 tahun biomasa daun dan akar halus akan meningkat mencapai
nilai seperti di hutan-hutan primer. Selama 20 tahun pertama, produksi primer bersih
mencapai 12-15 t biomasa/ha/tahun, yang demikian melebihi yang yang dicapai oleh
hutan primer yaitu 2-11 t/ha/tahun. Proses-proses biologi akan berjalan lebih lambat
setelah sekitar 20 tahun. Ciri-ciri ini adalah permulaan dari fase ketiga (fase dewasa).
3) Fase Dewasa
Setelah pohon-pohon pionir awal mencapai tinggi maksimumnya, mereka akan
mati satu per satu dan secara berangsur-angsur digantikan oleh pionir-pionir akhir yang
juga akan membentuk lapisan pohon yang homogen. Secara garis besar, karakteristik-
karakteristik pionir-pionir akhir yang relatif beragam dapat dirangkum sebagai berikut:
Walaupun sewaktu muda mereka sangat menyerupai pionir-pionir awal, pionir-pionir
akhir lebih tinggi, hidup lebih lama (50-100 tahun), dan sering mempunyai kayu yang
lebih padat.
Pionir-pionir akhir menggugurkan daun dan memiliki biji/benih yang disebarkan
oleh angin, yang seringkali dorman di tanah dalam periode waktu yang sangat lama.
Mereka bahkan dapat berkecambah pada tanah yang sangat miskin unsur hara bila
terdapat intensitas cahaya yang cukup tinggi. Jenis-jenis pionir akhir yang termasuk
kedalam genus yang sama biasanya dijumpai tersebar didalam sebuah daerah geografis
yang luas.
Dalam akhir fase, akumulasi biomasa berangsur-angsur mengecil secara
kontinyu. Dalam hutan-hutan yang lebih tua, biimasa yang diproduksi hanya 1- 4.5
t/ha/tahun. Setelah 50-80 tahun, produksi primer bersih mendekati nol. Sejalan dengan
akumulasi biomasa yang semakin lambat, efisiensi penggunaan unsur-unsur hara akan
meningkat, karena sebagian besar dari unsur-unsur hara tersebut sekarang diserap dan
digunakan kembali. Sebagai hasil dari keadaan tersebut dan karena adanya peningkatan
unsur hara-unsur hara yang non-fungsional pada lapisan organik dan horizon tanah bagian
atas, maka konsentrasi unsur-unsur hara pada biomasa menurun (Brown & Lugo 1990).
Perputaran kembali unsur hara pada daun-daunan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
fase sebelumnya.
4) Fase klimaks
Pionir-pionir akhir mati satu per satu setelah sekitar 100 tahun dan berangsur-
angsur digantikan oleh jenis-jenis tahan naungan yang telah tumbuh dibawah tajuk pionir-
pionir akhir. Jenis-jenis ini adalah jenis-jenis pohon klimaks dari hutan primer, yang
dapat menunjukkan ciri-ciri yang berbeda. Termasuk dalam jenis-jenis ini adalah jenis-
jenis kayu tropik komersil yang bernilai tinggi dan banyak jenis lainnya yang tidak
(belum) memiliki nilai komersil.
Perlahan-lahan suatu kondisi keseimbangan yang stabil (steady-state) mulai
terbentuk, dimana tanaman-tanaman yang mati secara terus menerus digantikan oleh
tanaman (permudaan) yang baru. Areal basal dan biomasa hutan primer semula dicapai
setelah 50-100 tahun atau 150-250 tahun. Setelah itu tidak ada biomasa tambahan yang
terakumulasi lagi. Namun, permudaan lubang/celah tajuk yang khas terjadi pada hutan-
hutan tropik basah biasanya memerlukan waktu selama 500 tahun.
Suksesi standar yang dijelaskan di atas adalah suatu contoh gambaran yang
sangat skematis dari proses-proses suksesi yang sangat kompleks dan beragam. Walaupun
kebanyakan suksesi mengikuti pola seperti yang dijelaskan di atas, pada kenyataannya di
alam beberapa tahap suksesi sering terlampaui, atau berbagai proses suksesi muncul
secara bersamaan dalam susunan seperti mosaik. Suatu situasi khusus terjadi, bila
permudaan dari jenis pohon klimaks tetap hidup atau terdapat di seluruh areal setelah atau
walaupun terjadi gangguan yang menyebabkan penggundulan hutan tersebut. Dalam hal
ini, seluruh fase suksesi akan dilalui oleh komunitas tumbuhan tersebut, dan sebagai
akibatnya yang terjadi hanyalah perubahan struktur hutan.
Proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak lintang,
iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur komunitas
klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka
proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput; jika berlangsung di
daerah beriklim dingin dan basah, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas
(hutan) conifer, serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka
kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropic.

C. Macam-macam Suksesi
Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai
berikut :
1.  Hidrosere
Hidrosere yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar. Tipe suksesi yang
berkembang di daerah (habitat) perairan yang biasanya disebut Hidrarch. Tipe suksesi
ini tidak memerlukan komunitas aquatik untuk menuju ke perkembangan komunitas
daratan. Jika air yang ada itu dalam jumlah cukup besar dan sangat dalam atau jika air
selalu bergerak kuat (berarus atau bergelombang) atau adanya kekuatan fisik lain,
suksesi menghasilkan suatu komunitas aquatik yang stabil dan sukar mengalami
pergantian. Jadi suksesi ini hanya terjadi jika kolonisasi komunitas tumbuhan
menempati kolam buatan yang kecil dan dangkal, serta diikuti terjadinya erosi tanah
di tepi danau, sehingga batas air akan semakin kecil dan hilang setelah waktu yang
lama. Sebagai pelopor adalah tumbuhan air yang terendam, kemudian dirusak
tumbuhan terapung seperti eceng gondok, kemudian rumput rawa, rumput daratan,
semak dan akhirnya pohon.
Pada kolam, eceng gondok berangsur-angsur akan menutup permukaan air,
kemudian akumulasi seresahnya baru menumpuk di dasar kolam dan lama kemudian
mengubah kolam menjadi rawa dengan jenis tumbuhan baru yang mematikan jenis
tumbuhan sebelumnya. Secara berangsur-angsur kemudian habitat yang lebih kering
dengan aerasi yang lebih baik yang akhirnya akan terjadi tanah yang cukup matang
dan tebal.

Keterangan gambar:
a. Suksesi yang berlangsung pada danau yang telah mengalami kerusakan diawali
dengan tumbuhnya spesies pionir seperti fitoplankton, Algae, dan beberapa
tumbuhan yang hidup di dasar perairan, misal Hydrilla sp., Cabomba sp.,
dan Elodea sp. Tumbuhan-tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan baik karena
akarnya yang berserabut mampu menembus tanah dan menyerap nutrien.
b. Tumbuhnya berbagai tumbuhan yang hidup melayang di permukaan air, misal
eceng gondok (Eichornia sp.).
c. Semakin banyak tumbuhan yang hidup melayang di permukaan air, mengakibatkan
tumbuhan yang hidup di dasar air mati karena cahaya matahari tidak dapat
menembus masuk dalam air sehingga tumbuhan dasar air tersebut tidak dapat
melakukan fotosintesis.
d. Semakin banyak tumbuhan yang hidup melayang di permukaan air mengakibatkan
danau semakin dangkal.
e. Tumbuhan air banyak yang mati karena danau telah kering. Tumbuhan yang mati
diuraikan oleh dekomposer. Dalam waktu bersamaan berlangsung proses erosi dan
sedimentasi yang mengakibatkan danau dipenuhi oleh tanah.
f. Setelah itu, danau menjadi rata dengan tanah dan dipenuhi oleh tumbuhan darat
yang lama-kelamaan terbentuklah komunitas klimaks

2.  Halosere
Halosere yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau. Suksesi ini dimulai
pada tanah bergaram atau air asin, biasanya dimulai dari jenis tumbuhan yang tahan
kadar garam tinggi, seperti Spindifec, Ipomea pescapre dll. Biasanya pada daerah
rawa yang habis terkikis oleh air.

3.  Xerosere
Suksesi vegetasi yang berkembang pada daerah xerik (kering), disebut Xerarch.
Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang tinggal batuan induknya saja. Dengan
demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu hanyalah tumbuhan yang tahan kering
dan mampu hidup di tanah miskin. Tumbuhan pioner adalah lumut ke-rak (Lichenes)
dalam bentuk lapisan kerak. Dalam proses respirasi Lichenes akan mengeluarkan CO 2
yang akan bereaksi dengan H2O membentuk H2CO3. Asam karbonat ini akan bereaksi
dengan bahan-bahan dari batuan induk sehingga melepaskan ikatan partikel batuan.
Partikel batuan yang lepas itu akan bereaksi dengan sisa-sisa Lichenes yang
mengalami pembusukan, mengikat N yang terbawa oleh air hujan. Kondisi seperti itu
tidak sesuai lagi bagi lumut kerak sehingga lumut kerak mati. Setelah itu akan muncul
vegetasi jenis lain yaitu Thallus (Thallophyta). Demikian seterusnya vegetasi pertama
akan memberikan pengaruh pada habitat yang tidak cocok untuk vegetasi kedua.Urut-
urutan terjadinya proses ini:Lumut kerak — lumut kerak berdaun — lumut —
rumput-rumputan (herbaceus) — semak (shrubs) — pohon-pohonan.Tidak semua
proses suksesi xerik seperti di atas. Kalau habitat permukaannya merupakan pasir
maka akan dimulai oleh rumput tahan ke-ring, baru kemudian semak dan pohon-
pohonan. Ada tiga macam xerosere, yaitu:
Psammosere : suksesi vegetasi yang dimulai pada daerah berpasir.
Lithosere,  : suksesi vegatasi yang dimulai pada batuan.
Serule  : suksesi untuk mikroorganisme (bakteri, fungsi) dalam sisa-sisa
produsen/konsumen.

D. Proses Suksesi
Proses suksesi dapat terjadi melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Kolonisasi
Tahap awal dari suksesi adalah kolonisasi, selama tahap tersebut habitat yang kosong
dipenuhi oleh oragisme – organisme. Kolonisasi ini memerlukan :
a. Organisme tersebut sampai dilokasi
b. Organisme tersebut menjadi mantap disana. Kemampuan organisme untuk sampai
pada suatu tempat tergantung pada kemampuan dispersal individu tersebut dan
isolasi yang ada pada daerah tersebut.
2. Modifikasi Tempat
Dari tahap kolonisasi, organisme – organisme yang berdiam di daerah itu akan
mengubah sifat – sifat tempat tersebut. Koloni awal dari suksesi primer pada daerah
terestial biasanya adalah mikroorganisme – mikroorganisme tanah seperti misalnya
lichenes (lumut kerak) yang memperbanyak koloni permulaan dari bebatuan vulkanik.
Organisme ini akan mempengaruhi sifat – sifat batuan yang didiami.
3.  Variabilitas Ruang
Tahap berikutnya yaitu modifikasi ruang merupakan peningkatan variablitas ruang
(spasial) habitat. Contohnya adalah Dryas drummndiiadalah tanaman pembentuk
hutan yang terpenting pada suksesi awal di Alaska. Tumbuhan ini menghasilkan
gradien sifat tanah. Bahan organik tanah bervariasi pada bagian tengah hutan dan pada
bagian tepi hutan. Penutupan vegetasi umumnya berpengaruh pada perbaikan
temperatur, cahaya dan evaporasi. Oleh karena itu,  transpirasi hutan akan cenderung
menciptakan kelembapan internal yang tinggi, kehilangan air dari organisme yang ada
dihutan mungkin akan berkurang. Temperatur udara akan lebih rendah dalam tegakan
suksesi yang lebih tua.
Tumbuhan mempunyai tahap-tahap dalam suksesi. Terjadinya sebuah suksesi
memiliki tahap atau fase perubahan yang menuju ke arah keseimbangan. Tahap-tahap
suksesi tumbuhan menurut Anneahira (2010) adalah sebagai berikut:
a. Fase Nudasi (terbukanya lahan, bersih dari vegetasi), fase ini adalah fase awal dari
proses suksesi yaitu terjadi pertumbuhan pada lahan yang masih kosong atau lahan
yang baru saja mengalami perubahan/gangguan baik alami maupun hasil buatan
manusia.
b. Fase Migrasi (tersebarnya biji), yaitu fase hadirnya biji-bijian dari tumbuhan, spora,
maupun cikal bakal lainnya yang akan menjadi tumbuhan baru pada tempat tersebut.
c. Fase Ecesis (proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi), yaitu proses
kemantapan dari biji-bijian atau spora yang tumbuh di tempat terjadinya suksesi.
d. Fase Reaksi (perubahan habitat karena aktivitas spesies), yaitu proses terjadinya
kompetisi atau persaingan antara berbagai macam tumbuhan yang ada dan tumbuh di
lingkungan tersebut, sehingga fase ini sangat berpengaruh pada keadaan habitat
setempat.
e. Fase Stabilisasi (klimaks), fase dimana populasi tumbuhan yang mendiami tempat
tersebut telah mencapai puncak dari kondisi keseimbangan, dengan kondisi habitat
lokal maupun regional.

Faktor yang Memengaruhi Proses Suksesi


Beberapa faktor yang mempengaruhi proses suksesi antara lain (Anneahira, 2010):
a. Luasnya habitat asal yang mengalami kerusakan.
b. Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu.
c. Kecepatan pemencaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut.
d. Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora. dan benih lain
serta curah hujan yang sangat berpengaruh dalam proses perkecambahan.
e. Jenis substrat baru yang terbentuk.
f. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam
dan benih serta curah hujan.
g. Sifat – sifat jenis tumbuhan

E. Contoh Suksesi
a. Suksesi primer
- Letusan gunung Krakatau
Contoh klasik untuk menggambarkan peristiwa suksesi adalah kejadian di
Gunung Krakatau, Banten.
Gambar : Suksesi primer pada Pulau Anak Krakatau

Seperti dijelaskan pada web Smakita (2014), pada tahun 1883 Gunung
Krakatau meletus, semua kehidupan di gunung tersebut musnah. Seratus tahun
kemudian ternyata di Gunung Krakatau tersebut sudah terbentuk hutan kembali.

Gambar. Proses suksesi primer gunung Krakatau


Mula-mula yang berkoloni adalah sejenis lumut kerak (lichen) dan beberapa
jenis lumut tertentu. Asam-asam yang dieksresi oleh Lichen itu menghancurkan
substrat batuan dan menyediakan sedikit tanah. Partikel tanah tambahan terbentuk
karena penghancuran oleh iklim dan terbawa angin. Penghancuran dan pembusukan
terhadap lichen dapat menambahkan sedikit humus sehingga lumut lain menetap.
Setiap musim terdapat pertumbuhan baru, yang lama membusuk (menyediakan
humus). Tidak lama kemudian tersedia cukup tanah untuk paku-pakuan dan kemudian
tumbuh rerumputan, kemudian semak (perdu). Keadaan ini menyediakan kondisi
pertumbuhan yang amat baik untuk biji-biji tumbuhan tinggi (pohon).

b. Suksesi sekunder
Kebakaran pada tahun 2006 yang terjadi kawasan Taman Nasional Tanjung
Puting menghabiskan hampir 1/5 kawasan SPTN III, Resort Tanjung Harapan daerah
Beguruh yang sebagian besar vegetasinya hutan rawa gambut. Selain didaerah Beguruh
kebakaran sering terjadi di SPTN I, Resort Pondok Ambung yang berbatasan dengan
perkebunan sawit. Kebakaran yang terjadi dibelakang Stasiun Penelitian Pondok Ambung
satu tahun yang lalu, tepatnya tanggal 20 Februari 2008 menyebabkan hilangnya vegetasi
yang ada di sana, bencana yang menyebabkan hilangnya vegetasi seluas 6,6 ha yang
terjadi akibat dari kelalaian manusia yang didukung dengan kondisi cuaca.
Kebakaran yang terjadi dapat dikendalikan dan api berhasil dipadamkan dengan
kerjasama oleh berbagai pihak yang terkait dalam kurun waktu 5 jam, dalam proses
pemadaman kendala yang dihadapi terkait dengan peralatan yang digunakan untuk
pemadaman api. Dengan berjalannya waktu, hutan yang telah habis terbakar tersebut
secara perlahan akan terjadi proses suksesi sekunder dimana jenis-jenis vegetasi pioneer
akan tumbuh menggantikan vegetasi sebelumnya yang telah musnah, seiring dengan
tumbuhnya vegetasi pioner ini menggundang satwaliar seperti rusa untuk datang dan
memakan daun muda dan rumput yang terdapat disana. Proses suksesi akan terjadi
bertahun-tahun untuk mengembalikankondisi hutan dengan tumbuh jenis-jenis yang
toleran terhadap cahaya.
Staf Pondok Ambung melakukan kegiatan analisis dan identifikasi jenis-jenis
tumbuhan yang dapat tumbuh kembali di hutan yang telah terbakar, dengan tujuan untuk
mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi yang tumbuh dalam proses suksesi, struktrur
dan komposisi jenis sehingga dapat menggambarkan kondisi hutan. Tidak hanya untuk
jenis tumbuhan tingkat tinggi, data yang diambil meliputi jenis paku-pakuan, semak dan
jenis rumput-rumputan.Dari hasil kegiatan yang dilakukan didapatkan data keragaman
jenis di lahan terbakar, jenis yang dapat tumbuh diantaranya beberapa jenis pohon, paku-
pakuan, tumbuhan semak, rumput-rumputan dan kantung semar.Kantung semar yang
tumbuh dilahan terbakar adalah jenis Nepenthes rafflesiana yang memiliki ciri bentuk
kantong bawah oval dengan warna merah marun dan memiliki dua sayap yang cukup
lebar.Jenis paku-pakuan yang mendominasi tumbuh pada lahan terbakar ialah jenis
Gleichenia linearis dan Lycopodium cernuum.Pada tingkat vegetasi semak jenis yang
dapat tumbuh adalah Melastoma malabathricum, Ochthocharis bornensis,Achasma
coccineum Val. Blumea balsamifera dan Sesaraian.Dari suku rumput-rumputan dapat
ditemukan dua koloni suku poaceae dan Cyperaceae. Darisuku poaceae ditemukan tiga
jenis yaitu Digitaria ischaemum, Sorghum halepensedan Pennistrum purpureum,
sedangkan dari suku Cyperaceae ditemukan 4 jenis yaitu Eleocharis parvula, Cyperus
kyllingia, Cyperus distans dan Cyperus paniceus.

Gambar 2.1.4C : Tanaman Lycopodium cernuum

Untuk vegetasi pohon, jenis-jenis yang dapat tumbuh adalah jenis Schima
wallichii korth, Garcinia sp, Rhodamina cinerea, Eugenia sp dan jenis lainnya.Dari
beberapa jenis pohon yang tumbuh, jenis Schima wallichii korth lebih mendominasi
tumbuh.Saat melakukan kegiatan analisis dan identifikasi di hutan bekas kebakaran sering
ditemukan jejak, kotoran dan tumbuhan yang telah dimakan rusa, daun muda dari jenis
sesaraian menjadi sumber pakan rusa.Walaupun sumber pakannnya terdapat di lahan
terbakar tetapi intensitas bertemu dengan rusanya sangat jarang.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Suksesi adalah perubahan dalam komunitas yang terjadi sebagai akibat dari
modifikasi lingkungan, berlangsung lambat, teratur dan terarah menuju kestabilan.
Proses suksesi akan terus berlangsung sampai tercapai titik klimaks, yaitu kondisi
dimana komunitas mencapai titik keseimbangan.
2. Jenis suksesi ada 2, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer terjadi
karena ekosistem mengalami gangguan yang sangat berat sehingga komunitas yang
ada hilang atau rusak total. Misalnya peristiwa tsunami, letusan gunung berapi,
aktivitas pertambangan, dan lain-lain. Sedangkan suksesi sekunder terjadi pada
ekosistem yang mengalami kerusakan tetapi tidak total, masih ada yang tersisa.
Misalnya kerusakan akibat banjir, kebakaran, tanah longsor, pembukaan lahan
perkebunan dan lain sebagainya.
3. Macam suksesi ada 3 yaitu hidrosere, halosere, dan xerosere.
4. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses suksesi antara lain luasnya habitat asal
yang mengalami kerusakan, jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu,
kecepatan pemencaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut, iklim, jenis substrat
baru yang terbentuk, sifat – sifat jenis tumbuhan
5. Proses suksesi secara ringkas adalah nudasi, migrasi, eksesis, reaksi, klimaks.
6. Contoh suksesi primer yang terkenal di Indonesia adalah suksesi setelah meletusnya
gunung Krakatau, sedangkan contoh suksesi sekunder adalah suksesi setelah
kebakaran pada tahun 2006 yang terjadi kawasan Taman Nasional Tanjung Puting.
DAFTAR PUSTAKA

Anneahira. 2010. Suksesi Tumbuhan. (online) http://www.anneahira.com/suksesi-


tumbuhan.htm diakses pada 6 Maret 2014.

Anonym. 2010. Ekologi. (online)


http://publikasi.uniska-kediri.ac.id/data/Buku/ekologi-abu/3.Ekologi%201-16.pdf
diakses pada 6 Maret 2014.

Anonim. 2011. Pengertian dan Jenis Suksesi. http://smakita.net/pengertian-dan-jenis-jenis-


suksesi/ diakses pada 6 Maret 2014.

Elfis. 2010. Suksesi Vegetasi Hutan Rawa Gambut. (online)


http://elfisuir/data.com/2010/06/suksesi-vegetasi-hutan-rawa-gambut.html diakses
pada 6 Maret 2014.

Irwanto. 2010. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi. (online)


http://irwantoshut.blogspot.com/2010/03/tahap-tahap-perkembangan-suksesi.html
diakses pada 6 Maret 2014.

Irwanto. 2010 . Tegakan (Online) (http://www.freewebs.com/irwantoshut/tegakan.ppt), di


akses 16 Februari 2014

Lederrer, Roger R. 1984. Ecology and Field Biology. California: Cummings Publishing


Company, Inc.

Odum, Eugene.P.1971. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

Ramli, dzaki. 1986. Ekologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dikti.

Syamsurizal. 1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: UNP Press.

Weaver, John E. 1980. Plant Ecology. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company, Ltd

Anda mungkin juga menyukai