Anda di halaman 1dari 18

MIKROHABITAT

Habitat-habitat di alam ini umumnya bersifat heterogen, dengan area-area


tertentu dalam habitat itu yang berbeda vegetasinya. Populasi-populasi hewan
yang mendiami habitat itu akan terkonsentrasi ditempat-tempat dengan kondisi
yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan hidupnya masing-masing. Bagian
dari habitat yang merupakan lingkungan yang kondisinya paling cocok dan
paling akrab berhubungan dengan hewan dinamakan mikrohabitat. Sehubungan
dengan bagaimana kisaran-kisaran toleransinya terhadap berbagai faktor
lingkungannya, maka berbagaispesies hewan yang berkonsentrasi dalam habitat
yang sama (= berkohabitasi) akan menempati mikrohabitatnya masing-masing.
Antara makrohabitat dan mikrohabitat harus ditentukan untuk masing-
masing studi yang berkenaan dengan spesies spesifik. Secara umum, makrohabitat
merujuk pada ciri khas dengan skala yang luas seperti zona asosiasi vegetasi
(Block and Brennan, 1993) yang biasanya disamakan dengan level pertama
seleksi habitat menurut Johnson. Mikrohabitat biasanya menunjukkan kondisi
habitat yang sesuai, yang merupakan faktor penting pada level 2-4 dalam
hierarkhi Johnson. Oleh sebab itu merupakan hal yang tepat untuk menggunakan
istilah mikrohabitat dan makrohabitat dalam sebuah pandangan relatif, dan pada
skala penerapan yang ditetapkan secara eksplisit. Contoh makrohabitat dan
mikrohabitat : Organisme penghancur (pembusuk) daun hanya hidup pada
lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis, sedangkan spesies organisme
penghancur lainnya hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar daun yang sama
hingga mereka hidup bebas tidak saling mengganggu. Lingkungan sel-sel dalam
selembar daun di atas disebut mikrohabitat sedangkan keseluruhan daun dalam
lingkungan makro disebut makrohabitat.
Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan makhluk hidup yang
menghuninya. Batas bawah persyaratan hidup itu disebut titik minimum dan batas
atas disebut titik maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum. Ketiga
titik itu yaitu titik minimum, titik maksimum dan titik optimum disebut titik
cardinal. Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum atau
maksimum, makhluk hidup itu akan mati atau harus pindah ke tempat lain.
Misalnya jika terjadi arus terus-menerus di pantai habitat bakau, dapat dipastikan
bakau tersebut tidak akan bertahan hidup . Apabila perubahannya lambat,
misalnya terjadi selama beberapa generasi, makhluk hidup umumnya dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas semula.Melalui proses
adaptasi itu sebenarnya telah terbentuk makhluk hidup yang mempunyai sifat lain
yang disebut varietas baru atau ras baru bahkan dapat terbentuk jenis baru.
Batas antara mikrohabitat yang satu dengan yang lainnya acapkali tidak
nyata/jelas. Namun demikian mikrohabitat memegang peranan penting dalam
menentukan keanekaragaman spesies yang menempati habitat itu. Tiap spesies
akan berkonsentrasi pada mikrohabitat yang paling sesuai baginya. Sebagai
contoh, dalam suatu habitat perairan tawar yang mengalir (sungai) secara umum
dapat dibedakan menjadi bagian riam dan lubuk. Riam berarus deras dan dasarnya
berbatu-batu sedang lubuk hampir tidak berarus, relatif dalam dan dasarnya
berupa lumpur dan serasah. Ada beberapa populasi hewan air yang lebih
menyukai tinggal atau bermikrohabitat di riam dan ada beberapa populasi yang
lebih menyukai tinggal atau bermikrohabitat di lubuk. Pemilihan atas dasar
mikrohabitat utama ini dapat dipilah-pilah lagi lebih lanjut, seperti bagian
permukaan batu, di sel-sela batu, di bawah lapisan serasah dan sebagainya.
Pemilihan atas dasar mikrohabitat-mikrohabitat yang berbeda itu terkait dengan
masalah perbedaan status fungsional atau relung ekologi dari berbagai spesies
hewan yang manempati habitat perairan tersebut.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinamika di alam adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari. Segala
sesuatu yang sekarang ada sebenarnya hanyalah merupakan suatu stadium dari
deretan proses perubahan yang tidak pernah ada akhirnya. Keadaan keseimbangan
yang tampaknya begitu mantap, hanyalah bersifat relatif karena keadaan itu segera
akan berubah jika salah satu dari komponennya mengalami perubahan.
Seiring bertambahnya waktu, perlahan-lahan suatu ekosistem akan
mengalami perubahan dari kondisi semula. Perubahan-perubahan yang terjadi
tersebut sangat mudah untuk diamati dan biasanya dalam perubahan itu terdapat
pergantian komunitas dalam ekosistem tersebut.
Lucy E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yang
dinamik, sebentar menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak
tenang, dan bila dilihat hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas
pergantiannya setelah mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada
pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep suksesi.
Suksesi vegetasi menurut Odum adalah urutan proses pergantian
komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury
adalah kecenderungan kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan
sampai mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah proses alami dengan
terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih
kompleks.
Odum (1971) mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas cenderung
mengubah lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai
keseimbangan biotik dan abiotik tercapai.
Komunitas yang terdiri dari beberapa populasi bersifat dinamis dalam
interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang
masa.Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan disebut
suksesi ekologi atau suksesi.Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan
sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang
(homeostatis).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembahasan yaitu mengenai suksesi ekologi, maka dapat saya
rumuskan beberapa permasalahan, diantaranya :
1. Mendefinisikan suksesi.
2. Menjelaskan faktor penyebab suksesi.
3. Memaparkan proses/tahapan suksesi.
4. Menjelaskan macam-macam suksesi.
5. Memaparkan konsep klimaks pada proses suksesi
6. Menjelaskan definisi sere dan macam-macamnya.

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini antara lain untuk :
1. Mengetahui definisi suksesi.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab suksesi.
3. Memahami proses/tahapan suksesi.
4. Mengetahui macam-macam suksesi.
5. Memahami konsep klimaks pada proses suksesi.
6. Mengetahui pengertian sere dan macam-macamnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suksesi


Istilah suksesi digunakan pertama kali oleh Hult pada tahun 1885 dalam
studi tentang perubahan pada komunitas. Dasar studi suksesi sendiri dicetuskan
oleh Cowles pada tahun 1899, sedangkan prinsip-prinsip dan teori suksesi
dikemukakan secara mendalam dan seksama oleh Clement pada masa setelah
Clowes, yaitu tahun 1907.(Gopal dan Bharwaj, 1979).
Beberapa pengertian tentang istilah suksesi dikemukakan sebagai berikut :
1. Suksesi yaitu perubahan langsung secara keseluruhan pada selang waktu lama,
bersifat kumulatif, dari dalam komunitas tertentu, dan terjadi pada tempat yang
sama (Gopal dan Bharwaj, 1979).
2. Suksesi yaitu proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke
satu arah, berlangsung lambat, secara teratur, pasti, dan dapat diramalkan
(Irwan,1992).
3. Suksesi yaitu perubahan dalam komunitas yang berlangsung secara teratur dan
menuju ke satu arah (Resosoedarmo dkk,1986)
4. Suksesi yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam komunitas atau
ekosistem yang timbulnya menyebabkan timbulnya penggantian dari satu
komunitas atau ekosistem oleh komunitas atau ekosistem yang
lain(Kendeigh,1980).
Suksesi ekologis adalah komunitas yang terdiri dari berbagai populasi
bersifat dinamis dalam interaksinya, dan dalam ekosistemnya mengalami
perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem tersebut menuju
kedewasaan dan keseimbangan. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas
klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak
berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas
klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu
komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat
bertahan dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya
selalu mengalami kemajuan, sehingga membawa pengertian kepada dua hal, yaitu
:
1. Pergantian progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu
dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
2. Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup
hilangnya jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas
struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin
saja terjadi misalnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti
itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang
mengalami kemunduran).

2.2 Faktor Penyebab Suksesi


1. Iklim
Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam
waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat
rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat
yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan
mengubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali
membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi.
2. Topografi
Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain :

a. Erosi
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi
kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses
suksesi dimulai.
b. Pengendapan (denudasi)
Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga
menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi
menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat tersebut.
3. Biotik
Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan
pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang
penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh
kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.

2.3 Proses Suksesi


Proses suksesi dapat terjadi melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Kolonisasi
Tahap awal dari suksesi adalah kolonisasi, selama tahap tersebut habitat
yang kosong dipenuhi oleh oragisme – organisme. Kolonisasi ini memerlukan :
a. Organisme tersebut sampai dilokasi
b. Organisme tersebut menjadi mantap disana. Kemampuan organisme untuk sampai
pada suatu tempat tergantung pada kemampuan dispersal individu tersebut dan
isolasi yang ada pada daerah tersebut.
2. Modifikasi Tempat
Dari tahap kolonisasi, organisme – organisme yang berdiam di daerah itu
akan mengubah sifat – sifat tempat tersebut. Koloni awal dari suksesi primer pada
daerah terestial biasanya adalah mikroorganisme – mikroorganisme tanah seperti
misalnya lichenes (lumut kerak) yang memperbanyak koloni permulaan dari
bebatuan vulkanik. Organisme ini akan mempengaruhi sifat – sifat batuan yang
didiami.
3. Variabilitas Ruang
Tahap berikutnya yaitu modifikasi ruang merupakan peningkatan variablitas
ruang (spasial) habitat. Contohnya adalah Dryas drummndii adalah tanaman
pembentuk hutan yang terpenting pada suksesi awal di Alaska. Tumbuhan ini
menghasilkan gradien sifat tanah. Bahan organik tanah bervariasi pada bagian
tengah hutan dan pada bagian tepi hutan. Penutupan vegetasi umumnya
berpengaruh pada perbaikan temperatur, cahaya dan evaporasi. Oleh karena itu,
transpirasi hutan akan cenderung menciptakan kelembapan internal yang tinggi,
kehilangan air dari organisme yang ada dihutan mungkin akan berkurang.
Temperatur udara akan lebih rendah dalam tegakan suksesi yang lebih tua.
Selain itu, Clements (1974) membedakan 6 sub komponen dalam proses
suksesi yaitu :
1. Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
2. Migrasi : tersebarnya biji
3. Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
4. Kompetisi : adanya pergantian spesies
5. Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies
6. Klimaks : komunitas stabil
Proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses
suksesi pada daerah hangat, lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus
tahun. Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3. Kehadiran pemencar benih.
4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji,
sporam dan benih serta curah hujan.
5. Jenis substrat baru yang terbentuk
6. Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.

Proses Suksesi

2.4 Macam-macam Suksesi


Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam
suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang
mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru.
Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan
manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung
berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan
manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).
Terdapat beberapa ciri-ciri dari suksesi Primer, antara lain :
Berkembang pada sustrat baru
Terbentuk vegetasi baru
Ekosistem awal habis total
Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya berupa lumut
kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana. Lumut
kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat anorganik. Zat anorganik ini
memperkaya nutrien pada tanah sederhana sehingga terbentuk tanah yang lebih
kompleks. Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan tumbuh subur. Setelah itu,
akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan. Bersamaan dengan itu pula
hewan mulai memasuki komunitas yang baru terbentuk.

Proses Suksesi Primer

Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanya selalu
diikuti dengan suksesi komunitas hewan. Secara langsung atau tidak langsung. Hal ini
karena sumber makanan hewan berupa tumbuhan sehingga keberadaan hewan pada
suatu wilayah komunitas tumbuhan akan senantiasa menyesuaikan diri dengan
jenis tumbuhan yang ada. Akhirnya terbentuklah komunitas klimaks atau
ekosistem seimbang yang tahan terhadap perubahan (bersifat homeostatis). Salah
satu contoh suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah
letusan itu, bagian pulau yang tersisa tertutup oleh batu apung dan abu sampai
kedalaman rata – rata 30 m.
Suksesi primer pada Pulau Anak Krakatau
2. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak
bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat
kehidupan/substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari
tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari
peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angin
topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan
kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya
adalah pembukaan areal hutan.
Proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak
lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur
komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim
kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas
rumput, jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah, maka proses
suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika berlangsung di
daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada
hutan hujan tropis.
Suksesi sekunder karena penebangan hutan

2.5 Konsep Klimaks


Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah pada suatu
komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Pada klimaks ini mempunyai sifat –
sifat tertentu, dan yang penting adalah :
a. Fase klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbangan antara
lingkungan biologi dengan non-biologi.
b. Komposisi jenis pada fase klimaks relatif tetap atau tidak berubah.
c. Pada fase klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dai materi organik,
sehingga tidak ada perubahan yang berarti.
d. Fase klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.
Di dalam kondisi klimaks ini makhluk hidup dapat mengatur dirinya sendiri
dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan
inovasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements berpendapat :
1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya
klimaks yang sama.
2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks
dengan iklim itu saling berhubungan.
3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.
Terdapat beberapa jenis klimaks berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya :
1. Klimaks klimatik, klimaks yang dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu.
Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat dikatakan
bahwa klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak begitu
ekstrem untuk mengadakan perubahan terhadap kebiasaan iklim di suatu wilayah.
2. Klimaks edafik, klimaks yang dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah
seperti topografi dan kandungan air. Secara relatif vegetasi dapat mencapai
kestabilan lain dari klimatik atau klimaks yang sebenarnya di suatu wilayah. Hal
ini disebabkan adanya tanah habitat yang mempunyai karakteristik yang
tersendiri.
3. Sub klimaks, adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh
beberapa faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk
penggembalaan hewan, tergenang dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam
tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang
sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Komunitas tanaman sub klimaks
akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor
penghalang/penghambat dihilangkan.
4. Disklimaks, gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya
dan ini menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi).
Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya
vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1961)
mengistilahkan klimaks tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang
dominan pada pyrix klimaks antara lain : Melastoma polyanthum, Melaleuca
leucadendron dan Macaranga sp.
5. Pra klimaks (pre Klimaks), jika pergantian iklim secara temporer menghentikan
perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan.
Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti
klimaks. Oleh karena terjadi ketidaksepakatan kemudian berkembang tiga teori
klimaks dengan argumentasi masing-masing, yaitu :
1. Teori Monoklimaks
Teori ini dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks
berkembang dan terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di
suatu wilayah iklim utama.
2. Teori Poliklimaks
Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga pada
suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim yang
berbeda.
3. Teori informasi
Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah
antara teori monoklimaks dan teori poliklimaks.

2.6 Sere
Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang
menempati habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi
diantaranya disebut Seral. Komunitas yang timbul pada susunan itu disebut
Komunitas Seral. Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan jelas,
mereka kenal hanya karena beberapa spesies tanaman dominan tumbuh
diantaranya. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang kosong disebut
tanaman Pioner.
Lazimnya suksesi tanaman tidak menunjukkan suatu seri tingkat-tingkat
atau tahap-tahap tetapi terus menerus dan merupakan pergantian yang lambat dan
kompleks. Penempatan individu vegetasi ini individu per individu, dan tidak
merupakan loncatan-loncatan dari suatu komunitas dominan ke komunitas
dominan yang lain. Spesies dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil dalam
jangka waktu yang lama. Kemudian akan bercampur dengan vegetasi baru.
Vegetasi baru ini mungkin menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin
juga tidak (bila komunitas yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang
diciptakan menjadi dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan).
Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya
tanaman-tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang sesuai
dengan lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi dominan. Setelah
beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu saat habitat akan terisi
oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu bereproduksi dengan baik. Sehingga
proses ini mencapai Komunitas Klimaks yang matang, dominan, dapat
memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada pergantian, maka pergantian
itu relatif sangat lambat.
Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas
klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks
sebagai berikut :
1. Hidrosere
Hidrosere yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar. Tipe suksesi yang
berkembang di daerah (habitat) perairan yang biasanya disebut Hidrarch. Tipe
suksesi ini tidak memerlukan komunitas aquatik untuk menuju ke perkembangan
komunitas daratan. Jika air yang ada itu dalam jumlah cukup besar dan sangat
dalam atau jika air selalu bergerak kuat (beratus atau bergelombang) atau adanya
kekuatan fisik lain, suksesi menghasilkan suatu komunitas aquatik yang stabil dan
sukar mengalami pergantian. Jadi suksesi ini hanya terjadi jika kolonisasi
komunitas tumbuhan menempati kolam buatan yang kecil dan dangkal, serta
diikuti terjadinya erosi tanah di tepi danau, sehingga batas air akan semakin kecil
dan hilang setelah waktu yang lama. Sebagai pelopor adalah tumbuhan air yang
terendam, kemudian dirusak tumbuhan terapung seperti eceng gondok, kemudian
rumput rawa, rumput daratan, semak dan akhirnya pohon.
Pada kolam, eceng gondok berangsur-angsur akan menutup permukaan air,
kemudian akumulasi seresahnya baru menumpuk di dasar kolam dan lama
kemudian mengubah kolam menjadi rawa dengan jenis tumbuhan baru yang
mematikan jenis tumbuhan sebelumnya. Secara berangsur-angsur kemudian
habitat yang lebih kering dengan aerasi yang lebih baik yang akhirnya akan terjadi
tanah yang cukup matang dan tebal.
2. Halosere
Halosere yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau. Suksesi ini dimulai
pada tanah bergaram atau air asin. Biasanya pada daerah rawa yang habis terkikis
oleh air.
3. Xerosere
Xerosere yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun. Suksesi vegetasi yang
berkembang dalam daerah xerik atau kering, biasanya disebut xerarch. Ada tiga
macam xerosere, yaitu:
Psammosere, suksesi vegetasi yang dimulai pada daerah berpasir.
Lithosere, suksesi vegatasi yang dimulai pada batuan.
Serule, suksesi untuk mikroorganisme (bakteri, fungsi) dalam sisa-sisa
produsen/konsumen.
Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang tinggal batuan induknya saja.
Dengan demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu harus tumbuhan yang tahan
kering dan mampu hidup di tanah miskin. Tumbuhan yang biasanya merupakan
pioner adalah lumut kerak (Lichenes) dalam bentuk lapisan kerak. Dalam proses
respirasi Lichenes akan mengeluarakan CO2 dan akan bereaksi dengan H2O
sehingga menjadi H2CO3. Asam karbonat ini akan bereaksi dengan bahan-bahan
dari batuan induk sehingga melepaskan ikatan partikel batuan. Partikel batuan
yang lepas itu akan bereaksi dengan sisa-sisa Lichenes yang mengalami
pembusukan, mengikat Nitrogen yang terbawa oleh air hujan. Kondisi seperti itu
tidak sesuai lagi bagi lumut kerak sehingga lumut kerak mati. Setelah itu akan
muncul vegetasi jenis lain yaitu Thallus (Thallophyta). Begitu seterusnya vegetasi
pertama akan memberikan pengaruh pada habitat yang tidak cocok untuk vegetasi
kedua.
Urutan-urutan terjadinya proses xerosere :
Lumut kerak lumut kerak berdaun lumut rumput-rumputan
(herbaceus) semak-semak (shrubs) pohon-pohonan.
Tidak semua proses suksesi xerik seperti di atas. Kalau habitat permukaannya
merupakan pasir maka akan dimulai oleh rumput tahan kering, baru kemudian
semak dan pohon-pohonan.
BAB III
KESIMPULAN

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga
terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan
perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak
seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
Terdapat beberapa faktor penyebab suksesi, yaitu :
1. Iklim
2. Topografi
3. Biotik
Proses suksesi dapat terjadi melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Kolonisasi
2. Modifikasi tempat
3. Variabilitas ruang
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam
suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan
komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru. Gangguan
tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan
secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan
lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa
kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).

2. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak
bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat
kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari
tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir. Gangguan yang menyebabkan
terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan
manusia. Gangguan alami misalnya angina topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon
besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah pada suatu
komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Pada klimaks ini mempunyai sifat –
sifat tertentu, dan yang penting adalah :
a. Fase klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbangan antara
lingkungan biologi dengan non-biologi.
b. Komposisi jenis pada fase klimaks relatif tetap atau tidak berubah.
c. Pada fase klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dai materi organik,
sehingga tidak ada perubahan yang berarti.
d. Fase klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.
Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang
menempati habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi diantaranya
disebut Seral. Terdapat tiga tipe sere berdasarkan habitat, yaitu :
1. Hidrosere, yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar.
2. Halosere, yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau.
3. Xerosere, yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun (kering).

Anda mungkin juga menyukai