Anda di halaman 1dari 29

Suksesi, Pengertian Suksesi, Jenis Suksesi ( Macam Suksesi)

1. PENGERTIAN SUKSESI
Perubahan komposisi dan struktur dalam komunitas dapat dengan mudah
di-amati atau terlihat dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu
komunitas
oleh komunitas lain setelah beberapa gangguan, seperti kebakaran besar
atau ledakan gunung berapi. Daerah yang terganggu itu bisa dikolonisasi
oleh berbagai varietas spe-sies, yang secara perlahan-lahan digantikan
oleh
suatu
komunitas
spesies
lain.
Dinamika
di alam adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari. Segala
se-suatu yang sekarang ada sebenarnya hanyalah merupakan suatu
stadium
dari deretan proses perubahan yang tidak pernah ada akhirnya. Keadaan
keseimbangan yang tam-paknya begitu mantap, hanyalah bersifat relatif
karena keadaan itu segera akan ber-ubah jika salah satu dari
komponennya
mengalami perubahan.

Lucy
E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yang
dina-mik, sebentar menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian
nampak
tenang, dan bila dilihat hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas
pergantiannya setelah mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama
pada
pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep suksesi.
Komunitas
yang
terdiri
dari
berbagai
populasi
bersifat
dinamis
dalam
interaksi-nya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan
sepanjang
masa.Proses per-ubahan atau perkembangan ekosistem atau komunitas
yang
berlangsung menuju ke-dewasaan dan keseimbangan kesatu arah yang
berlangsung lambat secara teratur, pasti, dan terarah serta dapat
diramalkan disebut SUKSESI. Suksesi terjadi akibat dari modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem, dan terjadinya faktor
per-saingan di antara satuan-satuan vegetasi menyebabkan perubahan ke
arah tertentu. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas mantap

(EKOSISTEM
KLIMAKS),
seimbang (HOMEOSTATIS).

aki-bat

telah

tercapai

keadaan

Suksesi
vegetasi menurut Odum (1971) adalah urutan proses pergantian komunitas
tanaman di dalam satu kesatuan habitat, adanya pergantian komunitas
cenderung mengubah lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk
komunitas lain sampai kese-imbangan biotik dan abiotik tercapai,
sedangkan menurut Salisbury (19..) adalah ke-cenderungan kompetitif
setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai men-capai
klimaks,
dan menurut Clements (1974) adalah proses alami dengan terjadinya
ko-loni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih
kompleks.
Suksesi
merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya
permulaan,
perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks.
Kli-maks merupakan fase kematangan yang final, stabil memelihara diri
dan berproduksi sendiri dari suatu perkembangan vegetasi dalam suatu
iklim.
Interaksi
dari semua faktor lingkungan yang berpengaruh akan menentukan
komposisi
jenis vegetasi komunitas. Dengan demikian keberadaan tegakan vegetasi
akan bervariasi antar satu tipe dengan tipe lainnya bahkan terdapat
variasi antar unit hu-tan.Faktor lingkungan yang membatasi jumlah
spesies yang hidup pada suatu tahap suksesi dikenal ke dalam dua
kategori, yaitu (Mueller (1974) :

Faktor
lingkungan yang mengakibatkan stres terdiri dari fenomenafenomena
yang
membatasi hasil fotosintesa seperti cahaya, air, unsur hara tanah
dan
suhu;
Faktor
yang berhubungan dengan terjadinya kerusakan baik kerusakan
sebagian
maupun keseluruhan biomassa vegetasi seperti serangan hama,
patogen
atau
ma-nusia.

Umumnya
komunitas tumbuhan terbentuk mulai dari tingkat pioner yang kemu-dian
digeser oleh seri tumbuhan yang lebih dewasa sampai pada komunitas
yang
relatif stabil dan berada dalam keseimbangan dengan lingkungan
setempat.
Perubahan da-lam suksesi bersifat kontinu, dimana rentetan suatu
perkembangan dan pergantian ko-munitas merupakan suatu seri
komunitas
yang terbentuk pada keadaan tertentu disebut SERE, dan komunitas yang
sudah mencapai kemantapan dan permanen disebut KLI-MAKS. Proses
suksesi
yang berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem klimaks, dapat
diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan
internalnya sebagai akibat dari respon (tanggapan) yang terkoordinasi
dari
komponennya
terha-dap
setiap
rangsangan
yang
cenderungmengganggu
kondisi
atau
fungsi
normal
komu-nitas.
<!more>
Laju
pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat
pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan
berikutnya.
Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies
pada tahap berikut-nya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk
mendukung kelangsungan hi-dup permudaan jenis-jenis tertentu.

Gambar 1. Suksesi pada habitat darat


Menurut Clements (1974), dalam mekanisme suksesi dikenal adanya
enam sub-komponen, yaitu :

nudasi :terbukanya lahan, bersih dari vegetasi


migrasi :tersebarnya biji
eksesis :proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
kompetisi :adanya pergantian spesies

reaksi :perubahan habitat karena aktivitas spesies


final stabilisasi, klimaks :komunitas stabil

Beberapa
ahli berpendapat bahwa proses suksesi selalu progresif (selalu
meng-alami kemajuan), sehingga membawa pengertian ke dua hal:
1. Pergantian
progresif pada kondisi tanah (habitat) yang biasanya pergantian itu
dari habitat yang ekstrim ke optimum untuk pertumbuhan vegetasi.
2. Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun
demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup hilangnya
jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas
struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu
mungkin saja terjadi mi-salnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan
vegetasi seperti itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau
regresi
(suksesi
yang
mengalami
kemunduran).
Konsep
lama tentang suksesi menyatakan bahwa suksesi berlangsung secara
teratur, pasti, terarah, dapat diramalkan, dan berakhir dengan komunitas
klimaks, kon-sep ini masih diterima. Sedangkan menurut konsep mutakhir,
suksesi ini tidak lebih dari pergantian jenis-jenis pionir oleh
jenis-jenis yang lebih mantap dan dapat menyesuai-kan secara lebih baik
dengan lingkungannya.
1. JENIS SUKSESI
Mueller
(1974) menyatakan, suksesi ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan
suk-sesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini terletak pada kondisi
habitat awal proses terjadinya suksesi.
1. Suksesi primer(Primarysuccession)
Suksesi
primermerupakan
suatu tahapan perubahan komunitas biotik ke ko-munitas biotik lain,
yang dimulai dengan kehadiran tumbuhan pioner disuatu tem-pat
berbatu
yang belum pernah dijumpai adanya komunitas biotik tersebut
sebe-lumnya,
kemudian menjadi ekosistem hutan klimaks (climax forest
ecosystem).
Ter-jadi bila komunitas asal mengalami gangguan berat sekali,
sehingga

mengakibat-kan komunitas asal hilang secara total, dan di tempat


komunitas asal terbentuk ko-munitas lain di habitat baru tersebut.
Pada
habitat baru ini tidak ada lagi organisme yang membentuk
komunitas
asal
tertinggal, gangguan ini dapat terjadi secara alami seperti letusan
gunung api, tanah longsor, endapan lumpur dimuara sungai,
endapan
pasir
di pantai, maupun akibat aktivitas manusia seperti pertambangan,
dll.
Pada habitat tersebut secara perlahan, searah, dan pasti akan
berkembang
menuju suatu komunitas yang klimaks dalam waktu lama, proses ini
disebut suksesi primer. Proses suksesi primer ini membu-tuhkan
waktu
yang lama sampai ratusan tahun.
Suksesi
primer dimulai di atas bongkahan batu pada pulau yang baru
timbul,
delta yang baru terbentuk, danau baru dan sebagainya. Pelapukan
batu-batuan pa-da ekosistem yang rusak total karena pengaruh
iklim
(hari
panas, kering dan waktu hujan, dingin atau basah), mengandung
bahan
unsur mineral dan organik yang da-pat ditumbuhi oleh tetumbuhan
pioner
(lumut kerak dan algae). Pengaruh iklim te-rus berlangsung hingga
bahan
mineral dan bahan organik semakin tebal sehingga dapat ditumbuhi
oleh
tumbuhan herba dan tahunan. Jika jalannya suksesi dipenga-ruhi
atau
ditentukan oleh iklim disebut dengan klimaks-klimatis. Jika
dipengaruhi oleh habitat / tanah disebut klimaks edaphis. Tumbuhan
atau organisme yang mam-pu menghuni untuk pertama kalinya
substrat yang baru digolongkan sebagai or-ganisme pionir yang
mempunyai toleransi besar terhadap berbagai faktor lingkung-an
yang ekstrim.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Gangguan
ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan
gunung
berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan
pasir
di
pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya
penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang
terdapat
di
Indonesia adalah terbentuk-nya suksesi di Gunung Krakatau yang
pernah
meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung
Krakatau
mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (li-kenes) serta
tumbuhan
lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan keke-ringan.
Tumbuhan
perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permuka-an
lahan,
sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati
maka
akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karma
aktivitas
peng-uraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk
tanah
yang
lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang
datang
dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput
yang
tahan
kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun
tumbuh
menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi
demikian
tidak
menjadikan pioner subur tapi seba-liknya. Sementara itu, rumput
dan
belukar dengan akarnya yang kuat terns meng-adakan pelapukan
lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga
keadaan
tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan
semak
menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama
kelamaan
semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan
belukar
sehingga

terben-tuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai


kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni
perubahan
yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah
ekosistem itu.
1. Suksesi sekunder
Proses
suksesi sekunder relatif sama dengan yang terjadi pada suksesi
primer.
Perbedaannya terletak pada keadaan kerusakan dan kondisi awal
dari
habitatnya. Terjadinya gangguan menyebabkan komunitas alami
tersebut
rusak baik secara alami maupun buatan, dimana gangguan
tersebut
tidak
merusak total komunitas dan tempat hidup organisme sehingga
substrat
lama (substrat tanah sudah terben-tuk sebelumnya), masih ada
komunitas
awal yang tersisa. Maka pada substrat terse-but terjadi
perkembangan
komunitas yang selanjutnya disebut suksesi sekunder. Proses
kerusakan
komunitas
disebut denudasi,
yang dapat disebabkan oleh api, pengolahan, angin kencang, banjir,
gelombang laut, penebangan hutan, dan kegi-atan-kegiatan biotis
lainnya
menyebabkan vegetasi asal musnah. Proses suksesi se-kunder ini
membutuhkan waktu sampai puluhan tahun.
Pada
suksesi sekunder benih ataupun biji-biji bukan berasal dari luar
tetapi
dari dalam habitat itu sendiri. Gangguan tersebut dapat disebabkan
oleh
kebakaran, banjir, angin kencang dan gelombang laut (tsunami)
secara
alami dan penebangan hutan secara selektif, pembakaran padang
rumput
secara sengaja dan kegiatan biotis menyebabkan vegetasi asal
musnah. Contoh
seperti tegalan, semak belukar bekas ladang, padang alang-alang
dan
kebun karet dan kebun kelapa sawit yang ditinggalkan, adalah

sebagian
dari contoh komunitas sebagai hasil dari contoh ko-munitas sebagai
hasil
suksesi. Komunitas ini masih mengalami perubahan menuju kearah
komunitas klimaks, kecuali bila dalam proses tersebut terjadi lagi
gangguan, maka suksesi akan mundur lagi dan mulai kembali dari
titik
nol. Penelitian di dekat Samarinda, Kalimantan Timur, menunjukkan
bahwa
pembentukan padang alang-alang terjadi hanya dalam waktu 4
tahun
setelah
penebangan hutan primer atau hu-tan klimaks, memperlihatkan
perubahan
yang terjadi setelah ditebang habis dan kemudian dibakar setiap
tahun
untuk dijadikan ladang padi.
1. PROSES TERJADINYA SUKSESI
Proses
pergantian antar tingkat dalam suksesi primer untuk mencapai klimaks,
dapat membutuhkan waktu puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun.
Sedangkan
waktu yang dibutuhkan suksesi sekunder lebih cepat dibandingkan
dengan
suksesi primer. Tingkat perubahan komunitas berlangsung dalam periode
pendek dengan perkem-bangan yang cepat, hal ini disebabkan habitat
(tanah dan air) sudah terbentuk untuk menyokong pertumbuhan vegetasi.
Proses yang terjadi selama proses suksesi dapat diringkaskan sebagai
berikut :

Perkembangan
sifat substrat atau tanah yang progresif, misalnya terjadinya
pertam-bahan
kandungan
bahan
organik
sejalan
dengan
perkembangan
komunitas yang semakin kompleks dengan komposisi jenis yang
lebih
beraneka ragam daripada sebelumnya.

Semakin
kompleksnya struktur komunitas, peningkatan kepadatan, dan
tingginya
tumbuhan, sehingga dalam komunitas terbentuk stratifikasi.
Peningkatan produktifitas sejalan dengan perkembangan komunitas
dan perkem-bangan tanah.

Peningkatan jumlah jenis sampai pada tahap tertentu dari suksesi.


Peningkatan pemanfaatan sumber daya lingkungan sesuai dengan
peningkatan jumlah jenis.
Perubahan iklim mikro sesuai dengan perubahan komposisi jenis
bentuk hidup (life form) tumbuhan dan struktur komunitas.
Komunitas berkembang menjadi lebih kompleks.

Kecepatan proses suksesi pada suatu


dipengaruhi oleh faktor, antara lain :

komunitas

atau

ekosistem

Luasnya komunitas asal yang rusak karena gangguan


Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang
terganggu
Kehadiran tumbuhan pemencar biji dan benih
Iklim,
terutama arah dan kecepatan angin yang membawa bjiji, spora dan
benih
la-in, serta curah hujan yang mempengaruhi perkecambahan biji
dan
spora
dan per-kembangan semai selanjutnya.
Macam atau jenis substrat baru yang terbentuk
Sifat-sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya
suksesi.

Gambar 2. Suksesi di ekosistem daratan yang mengarah ke perairan


Jika vegetasi yang ada kemudian musnah dan timbul lahan kosong
disebut lahan
sekunder atau lahan
terdenudasi.
Suksesi sekunder mempunyai tahap yang lebih sedikit daripada suksesi
primer, dan biasanya klimaks pada suksesi sekunder lebih cepat dicapai.
Sebaliknya
proses suksesi primer berjalan lambat, hal ini disebabkan oleh ke-adaan
iklim batuan yang kering yang disertai belum terbentuknya tanah.
Karenanya hanya tumbuhan tertentu yang dapat hidup pada keadaan
tersebut. Spesies pertama hidup di atas habitat yang belum pernah
ditumbuhi
tumbuhan
disebut tumbuhanpioner,
contoh
lumut.

Tumbuhan lumut umumnya sangat sedikit pengaruhnya dalam penghancuran


bongkah batuan menjadi tanah. Lumut dan tumbuhan berpembuluh
merupakan
penyokong terbesar dalam pembentukan tanah dan vegetasi.
Ada beberapa macam tipe suksesi berdasarkan habitatnya yaitu:
1. Hidrosere
Tipe suksesi yang berkembang di daerah (habitat) perairan yang
biasanya disebut Hidrarch. Vegetasi yang sering berganti dalam
hidrarch
disebut hidrosere.
Tipe suksesi ini tidak selalu memerlukan komunitas aquatik untuk
menuju
ke perkem-bangan komunitas daratan. Jika air yang ada dalam
jumlah
cukup besar dan sangat dalam atau jika air selalu bergerak kuat
(gelombang) atau adanya kekuatan fisik lain, suksesi menghasilkan
suatu
komunitas aquatik yang stabil dan sukar meng-alami pergantian.
Jadi
suksesi ini hanya terjadi jika kolonisasi komunitas tumbuhan
menempati
kolam buatan yang kecil dan dangkal, serta diikuti terjadinya erosi
ta-nah di tepi danau, sehingga batas air akan semakin kecil dan
hilang
setelah waktu yang lama. Tumbuhan pelopor adalah tumbuhan air
yang
terendam, kemudian di-ganti tumbuhan terapung seperti eceng
gondok,
kemudian lumpur rawa, rumput daratan, semak dan akhirnya
pohon.
Pada
kolam, eceng gondok berangsur-angsur akan menutup permukaan
air,
kemudian akumulasi seresahnya baru menumpuk di dasar kolam
dan
kemudian
mengubah kolam menjadi rawa dengan jenis tumbuh-an baru
menggangti
jenis
tumbuhan sebelumnya. Secara berangsur-angsur kemu-dian habitat
menjadi
lebih kering dengan aerasi yang lebih baik yang akhirnya akan
terjadi
tanah yang cukup matang dan tebal.

2. Halosere
Suksesi
yang dimulai pada tanah bergaram atau air asin, biasanya dimulai
dari
jenis
tumbuhan
yang
tahan
kadar
garam
tinggi,
seperti Spindifec, Ipomea pescapre dll.
3. Xerosere
Suksesi vegetasi yang berkembang pada daerah xerik(kering),
disebut Xerarch.
Suksesi xerik biasanya terjadi pada lahan yang tinggal batuan
induknya
saja. De-ngan demikian tumbuhan yang mampu hidup disitu
hanyalah
tumbuhan yang ta-han kering dan mampu hidup di tanah miskin.
Tumbuhan
pioner adalah lumut ke-rak (Lichenes) dalam bentuk lapisan kerak.
Dalam
proses respirasi Lichenes akan mengeluarkan CO2yang akan
bereaksi
dengan
H2O
membentuk
H2CO3.
Asam karbonat ini akan bereaksi dengan bahan-bahan dari batuan
induk
sehingga melepaskan ikatan partikel batuan. Partikel batuan yang
lepas
itu akan bereaksi de-ngan sisa-sisa Lichenes yang mengalami
pembusukan,
mengikat N yang terbawa oleh air hujan. Kondisi seperti itu tidak
sesuai
lagi bagi lumut kerak sehingga lumut kerak mati. Setelah itu akan
muncul
vegetasi
jenis
lain
yaitu Thallus (Thallophyta).
Demikian seterusnya vegetasi pertama akan memberikan pengaruh
pada
habitat yang tidak cocok untuk vegetasi kedua.Urut-urutan
terjadinya
proses ini:Lumut kerak lumut kerak berdaun lumut
rumput-rumputan (herbaceus) semak (shrubs) pohonpohonan.Tidak
semua proses suksesi xerik seperti di atas. Kalau habitat
permukaannya
merupakan pasir maka akan dimulai oleh rumput tahan ke-ring,
baru
kemudian semak dan pohon-pohonan.

Suksesi xerosere, ada 3 macam, didasarkan pada substrat awal


yaitu:
Psammosere : suksesi vegetasi yang dimulai pada daerah berpasir.
Lithosere : suksesi vegetasi yang dimulai pada batuan.
Serule : suksesi untuk mikroorganisme (bakteri, fungsi) dalam sisasisa produsen/konsumen.
1. SUKSESI DI PERAIRAN (AQUATIC SUCCESSION)

(adsbygoogle
<

window.adsbygoogle

||

[]).push({});

Suksesi
alami pada perairan umumnya dijumpai pada kolam-kolam dan danau
yang
terjadi secara bertahap akibat masuknya bahan tererosi dari sekeliling
ekosistem daratan. Proses ini terjadi karena kuantitas partikel tanah
yang tererosi tidak dapat dihin-darkan dari darat dan mengendap atau
tertinggal di dalam kolam atau danau. Tumbuh-an akuatik memproduksi
detritus juga berkontribusi terhadap proses pengendapan. Tahap
selanjutnya terjadinya pergerakan tumbuhan darat ke arah dalam
perairan
se-cara bertahap yang dimulai oleh tumbuhan air ke tumbuhan darat
berupa
rumput-rum-putan sampai pada semak dan pohon, sehingga kolam dan
danau
hilang sama sekali.

Gambar 2. Suatu seri suksesi pada ekosistem danau


1. PENYEBAB SUKSESI
Beberapa faktor penyebab suksesi baik alami maupun tidak alamai atau
buatan berikut ini adalah :

1. Iklim
: tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang
lebar
dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang membawa
akibat
rusaknya ve-getasi baik sebagian maupun seluruhnya. Dan akhirnya
suatu
tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih baik (daya
adaptasinya besar) dan meng-ubah kondisi iklim. Kekeringan, hujan
salju/air dan kilat seringkali membawa ke-adaan yang tidak
menguntung-kan pada vegetasi.
2. Topograf : suksesi terjadi karena perubahan kondisi tanah, antara
lain:
Erosi
: erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi
tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin
(migrasi) dan ak-hirnya proses suksesi dimulai.
Pengendapan
(sedimentasi) : erosi yang melarutkan lapisan tanah, disuatu tempat
tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan
merusakkan-nya.
Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di
tempat
ter-sebut.
1. Biotik
: pemakan tumbuhan seperti serangga yang menjadi pengganggu di
lahan
pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan
vegetasi.
Di
padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen menyebabkan
tumbuhan
tumbuh kembali dari awal atau bila rusak berat berganti vegetasi.
2. Bencana
Alam : peristiwa bencana alam dapat menghilangkan semua jenis
mahluk
hidup disuatu tempat atau hanya menghilangkan sebagian,
demikian
pula
pada ha-bitat. Kemudian di habitat yang baru secara perlahan
muncul
komunitas baru kem-bali.
1. SUKSESI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI.

(adsbygoogle
<

window.adsbygoogle

||

[]).push({});

Pada
tahapan awal setelah terjadi suksesi alami, spora dan biji dari
bermacam-macam tumbuhan menyerbu dan populasi keturunan
dari
berbagai
hewan juga me-nyerbu kesekitar tempat tersebut. Suksesi
ekologis
tidak
menyebabkan terbentuknya spesies baru, tetapi memantapkan
adaptasi
spesies lama terhadap kondisi baru. Pada awal tahapan suksesi
memang
hanya akan dijumpai hanya satu atau beberapa jenis organisme,
akan
tetapi pada tahap-an suksesi selanjutnya yang menuju pada
ekosistem
klimaks
akan
diikuti
dengan
semakin
bertambah
dan
bervariasinya
jenis
atau spesies sehingga akan meningkatkan keanekaragaman
hayati
didaerah
tersebut.
1. API DAN SUKSESI
Api
adalah salah satu faktor abiotik yang mempunyai hubungan
khusus
dengan
suksesi. Kira-kira 75 tahun yang lalu, ahli pengelolaan hutan
menggolongkan api seba-gai potensi perusak dan pengendali
komunitas.
Ini
berarti potensi yang dimiliki oleh api ada yang jelek dan ada pula
yang
baik, dan peningkatan program pencegahan bahaya api untuk
mengurangi
bahaya api dibanyak wilayah kurang memberikan harapan.
Bagaimanapun
pencegahan bahaya api tidak dapat melindungi semua ekosistem yang
ada.
Hutan pinus di sebelah barat Amerika Serikat yang sama sekali bersih dan
terbuka mendatangkan kekusutan dengan ranting dan cabang dari pohon
yang telah mati. Kayu yang mati ini menjadi lahan untuk
perkembangbiakan

dari serangga pelu-bang kayu menyebabkan terjadinya pengurangan dan


kematian pohon.
Di Padang rumput, rumput secara bertahap diambil alih oleh scrubby
(semak), spesies kayu yang menghalangi usaha penggembalaan. Di
daerah
California, regene-rasi dari kecambah kayu merah mulai dihalangi oleh
perbanyakan spesies broadkaf. Sekarang diakui bahwa api, yang
selalu dimulai oleh penyinaran, adalah faktor abiotik alami, sama dengan
semua faktor abiotik lain. Spesies yang berbeda, mempunyai ting-kat
frekuensi ketahanan berbeda terhadap api. Spesies broadkats seperti
juga therrbuds menunjukkan, bahwa mereka sensitive dari kerusakan
yang diakibatkan oleh api.
Ekosistem yang keberadaannya tergantung kepada keseringan terjadinya
keba-karan
disebut EKOSISTEM
API
KLIMAKS.
Dalam kategori ini telah termasuk berbagai padang rumput dan hutan
pinus. Sebagai kesimpulan adalah: konsep yang paling pen-ting untuk
mengenal kestabilan ekosistem tidak hanya tergantung pada
keseimbangan
populasi sebagai komunitas biotik, tetapi juga hubungan antara komunitas
biotik dan faktor abiotik di lingkungan tersebut. Sudah sangat jelas
pula jika satu atau lebih dari faktor fisik lingkungan tersebut berubah
maka komunitas biotik dapat terdesak ke ting-kat fluktuasi dimana
spesies tertentu akan mengalami stress dan dapat saja mati, tapi spesies
yang lain justru meningkat jumlahnya.
1. KONSEP KLIMAKS
Tingkat
akhir dari suksesi suatu komunitas tumbuhan, adalah tercapainya
kese-imbangan dengan keadaan lingkungan. Jadi pada tingkat ini
hubungan
langsung antara tumbuhan dengan lingkungannya telah mencapai
suatu stabilisasi.
Tumbuhan lain yang datang bermigrasi ke dalam komunitas tumbuhan itu
tidak akan mudah mendapatkan tempat yang sesuai untuk
perkembangannya.
Suksesi
vegetasi
yang
menempati
habitat
utama
disebut SERE,sedangkan variasi yang terjadi diantaranya disebut SERAL.
Komunitas yang timbul pada susunan itu di-sebut KOMUNITAS SERAL.
Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan jelas, karena hanya
terdiri dari beberapa spesies tumbuhan dominan. Tumbuhan pertama
yang
tumbuh di habitat yang kosong disebut tumbuhanPIONER. Lazimnya

suksesi tumbuhan tidak menunjukkan suatu seri bertahap-tahap tetapi


terus menerus dan me-rupakan pergantian yang lambat dan kompleks.
Spesies dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka
waktu yang lama. Kemudian akan bercampur dengan vegetasi baru.
Vegetasi
baru ini mungkin menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin
juga tidak (bila komunitas yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang
di-ciptakan menjadi dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan).
Jika berubah habitat menjadi ekstrem, sehingga tidak memenuhi syarat
untuk tumbuhnya tumbuhan awal maka akan digantikan oleh tumbuhan
lainnya
yang sesuai dengan lingkungan yang baru, kemudian tumbuhan sehingga
tumbuhan baru bisa menjadi dominan. Setelah beberapa kali mengalami
pergantian semacam itu, suatu saat habitat akan terisi oleh
spesies-spesies yang telah teradaptasi dan mampu bereproduk-si dengan
baik, hal inilah yang disebut suatu kimunitas telah mencapai KOMUNITAS
KLIMAKSyang matang, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya
bila ada per-gantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.
Di
dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies dapat mengatur dirinya
sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung
untuk melawan invasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements
berpendapat:
1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi
akhirnya punya kli-maks yang sama.
2. Klimaks
hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks
de-ngan iklim itu saling berhubungan, kemudian klimaks ini
disebut Klimaks Klimatik.
3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.
Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat
dikatakan
bahwa klimaks
klimatik
akan tercapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak ekstrem
untuk terjadinya perubahan terhadap keadaan iklim di suatu wilayah.
Terkadang kli-maks dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah
seperti topografi dan kandungan air, klimaks seperti ini disebut Klimaks
Edafk.
Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari klimatik di
suatu wilayah, hal ini disebabkan adanya faktor edafik yang mempunyai
karakteristik yang tersendiri.

Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena


beberapa
faktor
selain
iklim.
Misalnya
adanya
penebangan,
penggembalaan
ternak, keterge-nangan dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam
tahap perkembangan yang ti-dak sempurna (tahap sebelum klimaks) baik
oleh faktor alam atau buatan,keadaan ini disebut Sub Klimaks. Komunitas
tanaman sub klimaks akan cenderung untuk menca-pai klimaks
sebenarnya jika faktor penghalang/penghambat dihilangkan.
Gangguan terhadap modifikasi klimaks yang sebenarnya dapat
menyebabkan
terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi), dan keadaan ini
disebut Dis-klimaks(Ashby,
1971).
Sebagai
contoh
vegetasi
terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai
dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1971) mengistilahkan
klimaks
tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuhan yang domi-nan pada pyrix
klimaks misalnya antara lain: Melastoma polyanthum, Macaranga
sp, dan Melaleuca leucadendron.Jika pergantian iklim secara temporer
menghentikan perkem-bangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang
diharapkan
maka
disebut Pre
Kli-maks
Pada
keadaan iklim dimana vegetasi dilindungi dari manusia, penyakit,
serangga dan api, maka kecambah yang tumbuh akan hampir sama
jenisnya
dengan vegetasi do-minan.Vegetasi berada dalam keadaan seimbang
dengan
iklim, tanah dan hewan her-bivora. Semua unsur-unsur lingkungan tidak
berubah, bentuk vegetasi dengan pola jenis-jenis utamanya akan tetap
demikian. Vegetasi yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan
lingkungannya, kemungkinan masuknya jenis lain hampir tidak ada,
karena
bekerja faktor-faktor pembatas, sedangkan pertumbuhan vegetasi
dikendalikan oleh pengaruh dari faktor-faktor pembatasnya untuk
vegetasi
tertentu. Vegetasi yang demikian sekarang dikatakan berada dalam
keadaan klimaks.
Tingkat
akhir
dari
perkembangan
komunitas
tumbuhan
ini
disebut klimaks. Ada dua pendapat mengenai bagaimana klimaks ini
dapat dicapai oleh suatu komunitas tumbuhan, yaitu :

Teori Monoklimaks
Berpendapat bahwa tiap daerah hanya mengalami satu kali klimaks
saja. Ekolo-giawan pioner seperti Braun-Blanquet dan Clements
mengatakan bahwa klimaks itu adalah perkembangan suatu
vegetasi
dan
pembentukan tanah yang telah mencapai titik akhir setelah
dipengaruhi
dan ditentukan oleh faktor iklim. Konsep ini disebut konsep
monoklimaks,
sebab disini hanya satu faktor alam saja yang ditonjolkan dan
dianggap
memegang peranan penting, yaitu faktor iklim. Dalam konsep
mono-klimaks,
Clements memperkenalkan pula beberapa istilahyang berhubunga
de-ngan tingkat-tingkat vegetasi dalam mencapai klimaks. Istilah itu
hanya menun-jukkan saja kesukaran menentukan klimaks dalam
skala waktu.

Subklimaks
: tingkat yang hampir berakhir dari suatu suksesi tetapi tetap
bertahan
dalam keadaan tersebut dalam masa yang panjang, dan pada
akhirnya
tercapai juga tingkat klimaksnya.
Disklimaks : yang berubah setelah tercapainya klimaks
disebabkan adanya gangguan terhadap alam lingkungan.
Postklimaks dan preklimaks
: perubahan iklim menurut garis lintang bumi me-nimbulkan
perubahan
vegetasi meskipun kurang jelas.Bila terjadi suatu fluktuasi
keadaan
iklim, maka akan timbul pula perubahan pada vegetasinya.
Misalnya,
bila
iklim berubah menjadi dingin dan lebih basah dari kondisi biasa
menimbul-kan postklimaks. Sedangkan bila keadaan menjadi
lebih
hangat
dan kering akan menimbulkan vegetasi yang preklimaks.

Teori Poliklimaks
Berpendapat
bahwa semua komunitas dalam daerah iklim tertentu tidak mencapai

klimaks yang sama, hal ini dipengaruhi kedaaan fisik habitat


bervariasi.
Odum dan para ahli ekologi lainnya, terutama angkatan lebih muda
berpendapat bahwa klimaks merupakan suatu komunitas tumbuhan
yang
telah
mencapai tingkat akhir dan stabil, setelah mencapai atau
melampaui
seri-seri suksesi, kestabilan dan peng-abadian komunitas tumbuhan.
Tercapainya pengabadian karena komunitas tum-buhan telah dapat
menyesuaikan dengan satu atau beberapa faktor alam. Oleh karena
itu,
konsep terakhir ini disebut polyklimaks.

Konsep Whittaker (1953)


Menyatakan
bahwa sebetulnya tidak ada klimaks yang mutlak untuk tiap habitat,
susunan klimaks mempunyai arti yang relatif untuk suatu keadaan
lingkungan dan untuk semua faktor-faktor ekosistem yang ada.
Sehingga
baik monoklimaks dan poliklimaks tidak memenuhi kriteria sesuai
dengan
kenyataan, karena klimaks me-rupakan suatu keadaan seimbang
dari
produktivitas, struktur dan populasi dengan keseimbangan dinamis
dari
populasi-populasi yang menentukan. Keanekaragaman vegetasi
klimaks
tergantung dari keanekaragaman lingkungan dan macam populasi
yang
ada.
Keseimbangan di antara pergantian populasi dengan perubahanper-ubahan
dalam lingkungan, dan vegetasi klimaks merupakan suatu pola dari
popu-lasi yang berhubungan dengan pola penurunan lingkungan

Teori informasi (Odum 1971)


Dikemukakan
oleh Odum yang merupakan jalan tengah antara teori mooklimaks
dan
teori
poliklimaks. Odum berpendangan bahwa suatu komunitas baik
hewan
maupun
vegetasi selalu memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya
akan
menghasilkan energi dan informasi. Suatu sistem berkembang, pada

permulaannya memerlukan energi dan informasi sehingga disebut


sistem
tersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan menghasilkan
enersi
dan
informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila perbandingan
masukan dan keluaran energi dan informasi sama dengan satu atau
hasil
energi dan informasi sama besar dengan masukan energi dan
informasi,sistem yang demikian ini oleh Odum disebut Klimaks.
Kedua
konsep / teori monoklimaks dan poliklimaks memiliki perbedaan, dima-na
yang satu hanya menekankan kontrol dari alam lingkungan terhadap
vegetasi kli-maks itu kepada satu faktor alam saja yaitu iklim,
sedangkan yang lainnya menganggap bahwa tidak hanya iklim saja yang
dapat menentukan klimaks dari suatu vegetasi itu, tetapi mungkin juga
faktor-faktor alam lainnya, seperti faktor tanah, faktor biotik dll.
Odum
(1971) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai klimaks akan
ber-variasi tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim dan
situasi fisiografis, te-tapi ditentukan juga oleh sifat-sifat ekosistem
yang berbeda. Ahli lain adalah Oosting, Henry, mengatakan bahwa teori
poliklimaks lebih praktis, dan disokong oleh Michols, Tansley dan ahli
Rusia. Smitthusen (1950), Whittaker (1951-1953) dan ahli ekologi Amerika
lainnyajuga menyokong konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena
ada fakta bahwa tingkatan klimaks dinyatakan oleh lingkungan individu
serta komunitas tumbuhan dan bukannya oleh iklim setempat.
S
sangat
sukar untuk memberi batasan pada apa yang disebut stabilisasi
komu-nitas
tumbuhan
yang
telah
mencapai
klimaks
tanpa
mempertimbangkan
soal waktu. Persoalannya sekarang adalah suatu batas waktu tertentu
untuk membedakan komu-nitas-komunitas yang masih mengalami suksesi
dan
sudah mencapai klimaks. Bila di-ukur dengan waktu geologi yang panjang
dimana iklim selalu berubah-berubah, ve-getasi dimuka bumi dapat
dikatakan tidak pernah mencapai klimaks dan selalu dalam keadaan
suksesi. Kalau demikian adakah vegetasi yang mencapai klimaks. Dalam
hal
ini kita perlu meninjau masalah klimaks ini dalam ukuran waktu yang
relatif, bukan dalam ukuran waktu yang absolut. Hanya dengan cara

begitu
maka konsep klimaks ini ada manfaatnya bagi ilmu pengetahuan.
Aspek
yang sangat jelas dari pengertian klimaks secara teoritis adalahharus
di-tinjau dari sudut kecepatan perubahan dalam bentuk suksesinya. Pada
tingkat-tingkat permulaan suksesi tumbuhan, biasanya perubahan bentuk
dan komposisi tumbuhan relatif cepat sekali. Makin tua umur suksesi
makin lama pula perubahan-perubahan ve-getasi terjadi. Kemudian kalau
dapat diperkirakan bahwa perubahan yang lama ini ka-rena vegetasi itu
telah mengarah kepada penyesuaian terhadap alam lingkungan (iklim
bagi
konsep monoklimaks atau aneka ragam faktor alam bagi konsep
poly-klimaks), maka perubahan itu memang akan berhenti dalam bentuk
vegetasi klimaks.
Pengertian Suksesi
Seiring bertambahnya waktu, perlahan-lahan suatu ekosistem akan
mengalami perubahan dari kondisi semula. Perubahan-perubahan yang
terjadi tersebut sangat mudah untuk diamati dan biasanya dalam
perubahan itu terdapat pergantian komunitas dalam ekosistem tersebut.
Pengertian suksesi adalah proses perubahan ekosistem dalam kurun
waktu tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan stabil.
Proses suksesi akan berakhir apabila lingkungan tersebut telah mencapai
keadaan yang stabil atau telah mencapai klimaks. Ekosistem yang klimaks
dapat dikatakan telah memiliki homeostatis, sehingga mampu
mempertahankan kestabilan internalnya.
pengertian suksesi
Pada Sukses terdapat dua jenis yaitu yang dikenal dengan suksesi primer
dan suksesi sekunder, yang membedakan antara suksesi primter dan
suksesi sekunder terletak pada kondisi habitat pada awal proses suksesi
terjadi, dibawah ini penjelasan mengenai suksesi primer dan suksesi
sekunder :
1. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi ketika komunitas awal terganggu dan
mengakibatkan hilangnya komunitas awal tersebut secara total sehingga
di tempat komunitas asal tersebut akan terbentuk substrat dan habitat
baru.

2. Suksesi Sekunder
Apabila dalam suatu ekosistem alami mengalami gangguan, baik secara
alami ataupun buatan (karena manusia), dan gangguan tersebut tidak
merusak total tempat tumbuh organisme yang ada sehingga dalam
ekosistem tersebut substrat lama dan kehidupan lama masih ada.
Faktor yang memengaruhi proses suksesi, yaitu:
Luasnya habitat asal yang mengalami kerusakan.
Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu.
Kecepatan pemencaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut.
Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora. dan
benih lain serta curah hujan yang sangat berpengaruh dalam proses
perkecambahan.
Jenis substrat baru yang terbentuk.

Pengertian Suksesi Ekologi


Ekologi. Kompetisi, predasi, dan simbiosis sangat penting dalam penataan
sebuah komunitas seperti itu untuk pulih dari gangguan besar. Gangguan
tersebut seperti kebakaran, gunung berapi, gempa bumi, dan sebagainya.
Ketika sebagian besar anggota komunitas dihancurkan, seperti yang
sering terjadi dekat dasar gunung berapi aktif, maka komunitas segera
mulai pulih melalui proses yang disebut suksesi. Suksesi adalah proses
perubahan dalam komunitas (ekosistem) yang berlangsung secara lambat
dan teratur dalam waktu yang lama, menuju ke satu arah, dan
menyebabkan pergantian suatu komunitas (ekosistem) oleh komunitas
(ekosistem) yang lain. Studi suksesi yang cukup lengkap yang dilakukan di
Indonesia, yaitu di Pulau Krakatau.
Letusan vulkanik di Pulau Krakatau, pada tanggal 26 27 Agustus 1883,
telah memusnahkan flora dan fauna yang terdapat di pulau tersebut dan
mengurangi ukuran pulau hampir sepertiga dari ukuran semula. Dalam
waktu tiga tahun setelah gunung Krakatau meletus, tercatat beberapa
spesies tumbuhan tumbuh kembali. Spesies tumbuhan pada umumnya
merupakan spesies invasi dari Pulau Jawa dan Sumatera. Beberapa
spesies hewan seperti Arthropoda, Gastropoda, Reptihia, Aves, kelelawar,
dan tikus juga mulai hidup di Pulau Krakatau. Hasil pengamatan di Pulau
Krakatau menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan perubahan yang

mengarah pada perkembangan komunitas. Suksesi juga dapat terjadi di


perairan, disebut hydrarch.
Berdasarkan kondisi komunitas awal pada daerah yang mengalami
suksesi, maka tipe suksesi dapat dibedakan dua macam, yaitu suksesi
primer dan suksesi sekunder.
Iklan
Suksesi Primer dan Suksesi Sekunder
Jika semua kehidupan dihancurkan dari daerah, komunitas harus mulai
dari awal untuk membangunnya kembali yang kemudian disebut
dengan proses suksesi primer. Jika hanya beberapa bagian komunitas
yang hancur maka komunitas pulih melalui proses yang disebutsuksesi
sekunder.
1. Suksesi Primer
Suksesi primer adalah suksesi yang terjadi pada lahan atau wilayah
yang mula-mula tidak bervegetasi atau lahan yang pernah bervegetasi,
tetapi mengalami gangguan berat hingga komunitas asal hilang secara
total atau tidak ada lagi kehidupan. Gangguan berat tersebut antara lain
letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, endapan lumpur di
muara sungai, endapan pasir di pantai, dan meluapnya lumpur panas.
Substrat atau habitat baru yang terbentuk akibat gangguan berat
tersebut, kemudian berangsur-angsur mengalami perkembangan ke arah
terbentuknya komunitas baru yang lebih kompleks, hingga mencapai
komunitas klimaks yang memiliki keseimbangan lingkungan yang dinamis.
2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi pada lahan atau wilayah
yang pada awalnya telah bervegetasi sempurna, kemudian mengalami
kerusakan, tetapi tidak sampai menghilangkan komunitas asal secara
total. Pada suksesi primer, vegetasi dan bakal kehidupan lainnya berasal
dari luar habitat asli. Sementara pada suksesi sekunder, vegetasi dan
bakal kehidupan lainnya berasal dari habitatnya sendiri dan sebagian
lainnya berasal dan luar.
Proses suksesi Primer Komunitas Klimaks
Ketika gangguan besar-besaran terjadi dan terjadi menghapuskan semua
kehidupan di suatu daerah, komunitas harus mulai dari awal. Tapi
bagaimana memulainya? Di mana spesies pertama berasal? Biasanya,

spesies pertama yang tiba di daerah yang baru berpenghuni adalah


mereka dari lingkungan sekitar yang mampu menghasilkan banyak
keturunan yang dapat menyebar jarak jauh. Spesies ini disebut
spesies penjajah, karena, mereka mendiami atau menjajah daerah baru.
Mereka juga sering disebut spesies pelopor untuk alasan yang sama.
Contoh Spesies Pelopor

jamur
alga
bakteri
lumut
Tanaman yang telah disebar benihnya oleh angin atau air

Suksesi sekunder terjadi dalam cara yang persis sama seperti suksesi
primer, hanya saja suksesi sekunder dimulai dari komunitas yang
sebagian terganggu. Komunitas yang sebagian terganggu pulih lebih
cepat dari komunitas benar-benar hancur sama sekali karena proses
kolonisasi dapat terjadi dari jarak dan waktu yang singkat. Selain itu,
karena beberapa perwakilan dari komunitas asli masih di dekatnya, hasil
suksesi sekunder dalam masyarakat yang terlihat lebih mirip dengan
masyarakat asli daripada mereka yang hasil dari suksesi primer. Pada
akhirnya, baik suksesi primer dan sekunder dapat mengakibatkan
komunitas klimaks yang stabil.
Pemahaman proses suksesi penting dipelajari supaya manusia dapat
melestarikan dan memulihkan daerah yang terganggu oleh aktivitas
manusia. Bahkan, upaya konservasi sangat bergantung pada konsep dan
teori yang berkaitan dengan suksesi ekologi.
Perbedaan Antara Ekologi dan Ekosistemnya
Lihatlah sebuah kolam kecil dan memeriksa semua elemen: air, organisme
hidup, tanaman hidup, sinar matahari dan udara. Secara bersama-sama,
mereka semua mewakili ekosistem kecil yakni kolam. Mempelajari
interaksi antara semua elemen dan Anda memiliki disiplin ekologi. Bagian
dari ekologi adalah studi tentang ekosistem, apakah kolam kecil, hutan
atau seluruh planet.
Contoh Ekosistem dan Lokasi Penelitian Ekologi
Dinas Kehutanan Amerika Serikat mengoperasikan Glacier Lakes Situs
Percobaan Ekosistem, terletak di Medicine Bow National Forest di
Wyoming. Situs ini adalah contoh dari sebuah ekosistem yang terkandung

yang dapat dipelajari. Situs ini menyediakan kondisi khusus untuk studi
ekologi: dataran tinggi, suhu dingin, angin dan danau glasial. Contoh lain
adalah Stasiun Penelitian Canyonlands, di mana penelitian ekologi
dilakukan pada ekosistem Dataran Tinggi Colorado. Tujuannya adalah
untuk memahami bagaimana fungsi ekosistem dan interaksi semua unsurunsurnya.
jenis
Ekologi ekosistem merupakan salah satu jenis studi ekologi yang berfokus
pada perubahan dalam ekosistem dan efek dari perubahan tersebut.
Bidang studi lain untuk ekologi meliputi ekologi populasi, yang merupakan
studi tentang efek dari perubahan populasi pada ekosistem, misalnya,
kelebihan populasi rusa di hutan tertentu. Ekologi komunitas
membutuhkan dua atau lebih spesies, seperti rusa dan kelinci, dan studi
interaksi mereka untuk menentukan apakah kelebihan populasi rusa
dampak jumlah kelinci dalam ekosistem tertentu.
efek
Lokasi penelitian ekosistem dan studi ekologi semua berdampak
bagaimana fungsi Bumi. Salah satu ekosistem yang terkandung tidak bisa
menghindari apa yang terjadi di luar sistem. Misalnya, ekosistem Danau
gletser menerima hujan salju dari bulan November sampai Juli dan sistem
ini didasarkan pada hujan salju itu. Jika faktor-faktor di luar ekosistem
mengubah tingkat hujan salju, maka stabilitas ekosistem dan
keberlanjutan jangka panjang akan terpengaruh. Studi Ekologi semua
elemen dan upaya untuk memberikan solusi untuk melestarikan
ekosistem yang ada.

Pengertian Suksesi primer dan sekunder


Suksesi ekologi adalah konsep fundamental dalam ekologi dan mengacu
pada, perubahan yang teratur dan dapat diprediksi dalam komunitas.
Suksesi ini dapat dimulai dengan pembentukan habitat baru yang kosong
atau dari komunitas yang ada yang telah mengalami gangguan. "Mari kita
mencoba untuk memahami alasan terjadinya suksesi ekologi".
Setiap spesies dalam ekosistem telah menetapkan kondisi lingkungan di
mana spesies ini tumbuh dan berkembang biak. Selama kondisi ini tetap
konstan, spesies akan beradaptasi dengan kondisi ini dan berkembang

dalam lingkungan. Suksesi disebabkan oleh perubahan dalam ekosistem


dan dampaknya pada spesies dan lingkungan mereka sendiri.
Lingkungan pertama mungkin optimal untuk spesies pertama dan kondisi
yang berubah bisa optimal untuk spesies lain dari organisme. Di bawah
kondisi yang berubah spesies pertama mungkin gagal untuk berkembang
dan spesies kedua mungkin berkembang.
Suksesi ekologi juga dapat terjadi ketika kondisi perubahan drastis dan
tiba-tiba. Kondisi lingkungan seperti kebakaran hutan, badai angin dan
kegiatan antropogenik dapat mengubah kondisi lingkungan secara drastis.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan spesies dan juga perubahan
dinamika komunitas ekologis dan juga dapat memicu perjuangan untuk
dominasi di antara spesies yang ada di lingkungan yang berubah.
Pengertian
Suksesi ekologi didefinisikan sebagai proses dimana terjadi perubahan
struktural dalam komunitas biologis spesies dari waktu ke waktu.
Komunitas ekologi memulai dengan beberapa tanaman dan hewan dan
perkembangan spesies ini meningkat sampai menjadi stabil. Mesin
suksesi menyebabkan perubahan dalam ekosistem dan perubahan
berdampak pada spesies yang didirikan pada lingkungan mereka sendiri.
Jenis-jenis
Dua jenis suksesi

Suksesi primer dan

Suksesi sekunder.
Suksesi ekologi primer terjadi di daerah tak bernyawa seperti di daerahdaerah yang tidak mampu mempertahankan hidup akibat aliran lava,
bukit pasir yang baru terbentuk; hanya tersisa batu dari gletser. Ini adalah
awal dari sebuah habitat baru di daerah tak terpengaruh tanpa komunitas
yang sudah ada sebelumnya.
Suksesi ekologi sekunder terjadi di daerah di mana komunitas telah
dihapus dari daerah yang sudah ada sebelumnya. Suksesi ini mungkin
dipicu oleh skala gangguan yang lebih kecil dan mereka tidak
menghilangkan semua kehidupan dan nutrisi dari lingkungan yang sudah

ada sebelumnya. Suksesi sekunder terjadi setelah gangguan komunitas


yang sudah ada sebelumnya.
Tahapan dalam suksesi ekologi
Perubahan-perubahan yang terjadi selama bentuk Suksesi tergantung
pada berbagai faktor lingkungan, seperti jumlah kelembaban, suhu, dan
angin. Salah satu skenario yang mungkin untuk suksesi primer mungkin
mulai dengan munculnya tanaman yang sederhana, seperti lumut.
Tanaman ini mampu bertumbuh di celah-celah kecil di bebatuan di mana
air dan mineral terlarut berkumpul.

Ketika tanaman pionir mati, mereka membusuk dan mulai membentuk


tanah yang lain, tanaman yang lebih kompleks dapat mulai tumbuh.
Tahap kedua tanaman mungkin terdiri dari rumput, herba, dan semaksemak kecil. Karakteristik tanaman ini adalah bahwa mereka
mencurahkan banyak energi memproduksi sejumlah besar biji. Mereka
mungkin hidup hanya satu tahun, dan menghabiskan bagian terbesar dari
energi mereka untuk memastikan keturunan yang akan muncul pada
tahun berikutnya. Spesies semacam ini dikenal sebagai spesies oportunis.
Rumput adalah contoh umum dari spesies oportunis.
Tanaman yang membentuk tahap awal Suksesi juga mati, membusuk, dan
memberikan kontribusi pada pertumbuhan lapisan tanah. Proses ini
berlangsung selama ratusan atau ribuan tahun. Akhirnya, tanah mampu
mendukung tanaman yang lebih kompleks, seperti semak yang lebih
besar dan pohon kecil termasuk aspen, cemara hitam, dan pinus.
Tanaman ini secara bertahap mengambil alih komunitas sebelumnya
karena mereka lebih tinggi, memiliki daun lebih banyak, dan dapat

menangkap lebih banyak sinar matahari yang pada awalnya ditangkap


oleh tanaman sederhana.
Pada tahap akhir Suksesi, pohon tinggi mulai tumbuh. Mereka, pada
gilirannya, menghalangi sinar matahari yang dibutuhkan oleh pohon yang
lebih kecil dan menggantinya. Tahap akhir suksesi ekologi dikenal sebagai
komunitas klimaks. Sebuah komunitas klimaks dalam skenario yang
diuraikan di sini mungkin terdiri dari, cemara putih, dan cemara balsam.
Suksesi sekunder
Kecenderungan umum yang terjadi selama Suksesi sekunder adalah sama
dengan yang untuk suksesi primer. Bayangkan bahwa hutan telah
ditebang untuk pertanian dan kemudian ditinggalkan di kemudian hari.
Dalam kasus ini, sebuah komunitas perintis yang terdiri dari lumut tidak
diperlukan. Tanah, kaya atau tidak, sudah tersedia.
Dalam kasus seperti itu, tanaman pertama yang muncul kembali
mungkin gulma tahunan (hidup satu tahun), seperti crabgrass. Beberapa
tahun kemudian, komunitas kurus mungkin digantikan oleh gulma yang
abadi (mereka yang hidup dari tahun ke tahun), dan kemudian dengan
semak-semak, hutan pinus, dan akhirnya hutan dewasa yang terdiri dari
pohon ek, maple, pohon elm, dan pohon besar lainnya, pohon yang hidup
lama.
Daftra istilah
Komunitas Klimaks: Sebuah ekosistem yang relatif stabil yang ditandai
oleh pohon-pohon besar, tua yang menandai tahap terakhir suksesi
ekologi.
Ekosistem: Sebuah komunitas ekologi, termasuk tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme, dianggap bersama-sama dengan lingkungan mereka.
Spesies
oportunis:
Jenis
tumbuhan
dengan bentang kehidupan pendek yang mengabdikan sebagian besar
energi mereka untuk memproduksi benih.
Tumbuhan pionir / komunitas: Tanaman atau komunitas yang pertama
akan didirikan di daerah yang sebelumnya kosong kehidupan.
Suksesi primer: Suksesi yang terjadi di daerah yang pada awalnya benarbenar kosong kehidupan.

Suksesi sekunder: Suksesi yang terjadi di daerah di mana kehidupan


pernah ada tetapi kemudian dihancurkan.
Saat Suksesi berjalan ke depan, sifat komunitas tumbuhan berubah secara
signifikan. Alih-alih mengirimkan banyak biji setiap tahun, seperti dalam
sebuah komunitas perintis, pohon pada komunitas lebih matang
mencurahkan energi mereka untuk mengirimkan akar, cabang, daun, dan
struktur lainnya. Memang, saat mereka tumbuh lebih besar dan
menciptakan lebih banyak warna, mereka benar-benar mencegah
perkecambahan (tahap kehidupan pertama) dan pertumbuhan benih dan
bibit sendiri.
Komunitas Klimaks
Ahli ekologi merujuk ke tahap final, tahap tertinggi perkembangan ekologi
di daerah karena komunitas klimaks daerah. Bahwa istilah mengacu pada
komunitas yang relatif stabil lingkungan yang seimbang. Komunitas
Klimaks lebih teoritis dari konsep nyata.

Anda mungkin juga menyukai