Mikroinjeksi Dohan Pramudia 1810211013 Rizka Pertiwi 1810211031 Puti Tasya 1810212031 Mikroinjeksi Mikroinjeksi adalah penggunaan mikropipet kaca untuk menyuntikkan zat cair pada tingkat mikroskopis atau garis batas makroskopik. Sasarannya seringkali berupa sel hidup tetapi mungkin juga termasuk ruang antar sel. Mikroinjeksi adalah proses mekanis sederhana yang biasanya melibatkan mikroskop terbalik dengan kekuatan perbesaran sekitar 200x (meskipun kadang-kadang dilakukan menggunakan mikroskop stereo pembedahan pada 40-50x atau mikroskop tegak majemuk tradisional dengan kekuatan yang sama dengan model terbalik). Untuk proses seperti injeksi seluler atau pronuklir, sel target ditempatkan di bawah mikroskop dan dua mikromanipulator — satu memegang pipet dan satu lagi memegang jarum mikrokapiler biasanya berdiameter antara 0,5 dan 5 µm (lebih besar jika menyuntikkan sel induk ke dalam embrio) — adalah digunakan untuk menembus membran sel dan / atau selubung inti. [1] Dengan cara ini proses tersebut dapat digunakan untuk memasukkan vektor ke dalam sel tunggal. Mikroinjeksi juga dapat digunakan dalam kloning organisme, dalam studi biologi sel dan virus, dan untuk mengobati subfertilitas pria melalui injeksi sperma intrasitoplasma JUDUL : TRANSFER GEN PENYADI HORMON PERTUMBUHAN IKAN NILA (tiGH) PADA IKAN LELE (Clarias sp.) DENGAN METODE MIKROINJEKSI. Ikan lele banyak digemari di Indonesia, namun produksi ikan lele tidak mengalami peningkatan. Pertumbuhan ikan lele yang dibudidayakan masyarakat menjadi lebih lambat bila dibandingkan pada saat ikan lele pertama kali dibudidayakan di Indonesia. Perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan lele. Solusi Metode untuk mengatasi permasalahan ini yaitu teknologi transgenesis. Tekonologi ini merupakan suatu teknik rekayasa genetik dengan cara mengintroduksi gen yang khas pada ikan untuk mendapatkan keunikan yang memiliki nilai tambah. Teknologi transfer gen telah dikembangkan untuk memperbaiki karakter kuantitatif dan kualitatif. Gen dari individu suatu spesies diisolasi, dihubungkan ke promotor (sebagai sekuens pengatur DNA atau on/off switches), diklon, diperbanyak terutama dalam plasmid (Dunham, 2003) Metode Pemeliharaan Induk dan Pemijahan Pembuatan Gel Agarosa Penahan Embrio Perbanyakan Konstruksi Gen Mikroinjeksi Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva Identifikasi Individu membawa Transgen Pembuatan Gel Agarosa Penahan Embrio Gel dibuat pada cawan petri dengan komposisi yaitu 0,6 gram agarosa dicampur akuades 30 ml dipanaskan dalam microwave selama dua menit, kemudian setelah suhunya turun dituang pada cetakan marmer. Setelah agarosa membeku cetakan marmer dapat dilepas hingga akhirnya terbentuk sebuah cekungan.’ Gel penahan embrio bisa digunakan beberapa kali dan setelahnya dicuci dengan 70% ethanol dan dibilas dengan air destilasi. Gel yang telah digunakan ditutup dengan plastik dan disimpan pada 4°C. Perbanyakan Konstruksi Gen Konstruksi gen berupa plasmid pmBP-tiGH berisi gen GH ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan promoter β-Aktin (mBP) dari ikan medaka (Oryzias latipes). Mikroinjeksi Dilakukan pada embrio ikan lele fase 1, larutan DNA diambil dari larutan stok yang berisi konstruksi plasmid Mbp –tiGH. Embrio yang telah disuntik diinkubasi pada wadah terkontrol yang terpisah dari wadah inkubasi untuk embrio normal tanpa penyuntikan. Teknik penanganan dan pendederan benih sesuai standar. Jumlah telur yang dimikroinjeksi sebanyak 100 butir. Telur kemudian dipindahkan ke lubang gel penahan embrio menggunakan pipet, jarum mikroinjeksi diatur posisinya dengan bantuan mikromanipulator. Jarum diposisikan pada bagian atas telur dan cairan DNA diinjeksikan dengan perlahan pada blastodick. Normalnya, cairan DNA diinjeksikan mencapai kira – kira seperlima dari volume telur yang diinjeksi. Embrio kemudian dipindahkan ke cawan petri dan diinkubasi pada suhu 28°C. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva Telur hasil mikroinjeksi dipindahkan dalam akuarium inkubasi yang telah diberi Methylene Blue, kemudian diberi aerasi sedang. Wadah dilengkapi pemanas agar temperatur air tetap stabil, yakni 28°C. Telur yang tidak dibuahi akan mengalami deformasi dan dibuang 4 – 5 jam setelah mikroinjeksi. Telur yang telah diinjeksi akan menetas pada jam ke-24 setelah pembuahan. Pemeliharaan larva dilakukan dengan pemberian pakan alami dari hari ke2 hingga ke-4. Pada hari ke-3 larva diberi pakan berupa cacing alami rambut yang telah dicacah sampai hari ke-14. Identifikasi Individu membawa Transgen Identifikasi individu menggunakan metode PCR pada cetakan DNA genomik yang telah diekstrasi dari sirip ekor pada umur 4 minggu. PCR menggunakan dua set primer spesifik yang bisa membedakan tiGH dengan gen GH endogenous ikan lele. Program PCR yang digunakan adalah 1 siklus (95°C selama 5 menit), 35 siklus (95°C selama 20 detik, 62°C selama 15 detik, 72°C selama 20 detik), dan 1 siklus (72°C selama 3 menit ). Selanjutnya hasil PCR dapat dianalisis dengan eletroforesis atau disimpan pada pendingin dengan suhu 4°C. Pembesaran Ikan Transgenik F0 Benih ikan lele yang positif membawa transgen dipelihara sampai berumur 3 bulan. Benih diberi pakan 3 kali dengan kisaran 3%-5% perhari. Jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan dan pakan alami. Pakan alami seperti Artemia, Daphnia, dan cacing rambut, sedangkan pakan buatan dalam bentuk pelet. Analisis Ekspresi Transgen Ekspresi transgen pada benih ikan akan dianalisis menggunakan metode RT-PCR. RNA diekstrasi dari sirip ekor ikan transgenik F0. Ekstrasi RNA diperoleh dari sampel jaringan sirip ekor yang dimasukan dalam mikrotube 1,5 mL yang berisi ISOGEN dan dihancurkan sampai lisis. Hasil PCR dielektroforesis menggunakan 0,7% gel agarose, di staining dengan etidium bromida, dan difoto dengan kamera digital dalam kondisi disinari dengan cahaya ultraviolet. Hasil Berdasarkan hasil analisis RT-PCR, ada satu individu yang menunjukan ekspresi transgen. Hal ini memperlihatkan bahwa gen yang telah disisipkan tersebut tereksripsi, walaupun tidak semua mengekspresian transgen. Gen penyandi hormon pertumbuhan ikan nila (tiGH) dapat ditransfer pada ikan lele dilihat dari individu yang membawa transgen yaitu 42,86% (12 dari 28 ekor). Berdasarkan analisis RT-PCR menggunakan cetakan cDNA, gen tiGH terekspresi pada ikan lele