Anda di halaman 1dari 6

TESKTUR TANAH

1. Pendahuluan
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang
diameter efektifnya  2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak
diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O2).
Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu sifat tanah yang paling
sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan
air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik
(specific surface), kemudahan tanah memadat (compressibility), dan lain-lain (Hillel, 1982).
Berbagai lembaga penelitian atau institusi mempunyai kriteria sendiri untuk pembagian fraksi
partikel tanah. Sebagai contoh, pada Tabel 1 diperlihatkan sistem klasifikasi fraksi partikel
menurut International Soil Science Society (ISSS), United States Departement of Agriculture
(USDA) dan United States Public Roads Administration (USPRA). Ilmu Tanah di Indonesia
dan umumnya di dunia menggunakan sistem klasifikasi tekstur USDA
Tabel 1. Klasifikasi tekstur tanah menurut beberapa sistem (Hillel 1982)

Tanah dengan berbagai perbandingan pasir, debu dan liat dikelompokkan atas berbagai kelas
tekstur seperti digambarkan pada segitiga tekstur. Cara menggunakan segitiga tekstur.
Misalkan suatu tanah mengandung 50% pasir, 20% debu, dan 30% liat. Dari segitiga tekstur
dapat dilihat bahwa sudut kanan bawah segitiga menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya
100% pasir. Temukan titik 50% pasir pada sisi dasar segitiga dan dari titik ini tarik garis sejajar
dengan sisi kiri atas segitiga. Kemudian temukan titik 20% debu pada sisi kanan segitiga. Dari
titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kiri segitiga, sehingga garis ini berpotongan dengan garis
pertama. Kemudian temukan titik 30% liat dan tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar
segitiga sehingga memotong dua garis sebelumnya. Dari perpotongan ketiga garis ini,
ditemukan bahwa tanah ini mempunyai kelas tekstur "lempung liat berpasir”.
Salah satu kelas tekstur tanah adalah lempung yang letaknya di sekitar pertengahan segitiga
tekstur. Lempung mempunyai komposisi yang imbang antara fraksi kasar dan fraksi halus, dan
lempung sering dianggap sebagai tekstur yang optimal untuk pertanian. Hal ini disebabkan oleh
kapasitasnya menjerap hara pada umumnya lebih baik daripada pasir; sementara drainase,
aerasi dan kemudahannya diolah lebih baik daripada liat. Akan tetapi, pendapat ini tidak
berlaku umum, karena untuk keadaan lingkungan dan jenis tanaman tertentu pasir atau liat
mungkin lebih baik daripada lempung.
2. Penetapan tekstur di laboratorium
Pengujian tekstur dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengujian kualitatif
umumnya dilakukan pada saat menilai tekstur tanah di lapangan. Uji tekstur tanah di lapangan
ditentukan oleh pengalaman peneliti/surveyor. Hasil yang diperoleh hanya berupa kelas tekstur
dan tidak dapat diketahui persentase masing-masing fraksinya. Potensi kesalahan prediksi
tekstur secara kualitatif sangat tinggi tanpa percobaan dan pengalaman yang berulang-ulang.
Oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian tekstur tanah melalui analisis di laboratorium secara
kuantitatif.
Analisis tekstur di laboratorium dapat dilakukan dengan metode pipet dan ayakan atau metode
metode hidrometer. Pada praktikum ini akan dijelaskan metode pipet dan ayakan yang umum
dilakukan di laboratorium.
3. Penetapan tekstur metode pipet dan ayakan

a. Prinsip analisis tekstur metode pipet dan ayakan


Prinsip metode ini adalah memisahkan ukuran butir tunggal tanah berukuran pasir
menggunakan ayakan >53 um, sedangkan antara debu dan liat dipisahkan dengan perbedaan
kecepatan jatuh partikel pada medium cair berdasarkan hokum stokes. Menurut hokum stokes,
kecepatan akhir partikel padat yang bundar di bawah pengaruh gravitasi dalam larutan yang
berdensiti dan viskositas tertentu adalah proposional dengan jari-jari partikel. Kecepatan akhir
tersebut dapat dituangkan dalam formula berikut:

Dimana:
- μt = kecepatan tenggelamnya partikel
- ρs = berat jenis partikel tanah (g/cm3)
- ρf = berat jenis air (g/cm3)
- g = percepatan gravitasi (m/s2)
- η = viskositas zat cair (Ns/m3 -> g.cm-1. s-1)
Metode pipet merupakan metode langsung pengambilan contoh partikel tanah dari dalam
suspensi dengan menggunakan pipet pada kedalaman h dan waktu t tertentu. Pada kedalaman
h dan waktu t tersebut partikel dengan diameter > X sudah berada pada kedalaman > h. Dengan
menggunakan hukum Stokes, waktu yang diperlukan oleh partikel diameter >0.002 mm (2 um)
untuk turun setinggi h, dapat dihitung. Tabel 2 memberikan waktu pemipetan fraksi liat untuk
kedalaman pipet, h = 10 cm.
Tabel 2. Viskositas dan waktu pemipetan (jam sesudah pengadukan) untuk fraksi liat
berukuran 2 um pada beberapa suhu. Kedalaman pemipetan adalah 10 cm dan konsentrasi
HMP 0 (aquades), 0.5 g/l, dan 5 g/l. Asumsi BPJ 2.60 g/cm2 (Gee and Bauder 1986).

b. Tahap dalam analisis tekstur metode pipet dan ayakan


Terdapat 3 tahap dalam analisis tekstur metode pipet dan ayakan:
1. Degradasi
Pada tahap ini bahan organic pengikat butir tanah dioksidasi dengan menambahkan
H2O2
Bahan organik + H2O2 ----→ H2O + CO2
Kalsium karbonat (CaCO3) pada tanah alkalin biasanya dilarutkan dengan asam klorida
(HCl). Daya rekat karbonat akan hilang apabila ditambahkan HCl setelah mengalami
reaksi berikut
CaCO3 + 2 HCl ----→ H2O +CaCl2 +CO2
2. Dispersi (pembebasan butir-butir tunggal)
Pada tahap ini butir-butir tanah diharapkan dapat dipisahkan secara sempurna dan tidak
dapat kembali flokulasi atau koagulasi dengan menambahkan Na-Hexametapospat
3. Fraksionasi (pemisahan ukuran butir)
Dua acara digunakan untuk memisahkan butir-butir tanah, yaitu dengan ayakan untuk
fraksi pasir dan dengan pipet yang berdasarkan pada hokum stokes.
Alat dan Bahan
- Gelas piala (beaker glass) bervolume 2.000 ml
- Gelas ukur (silinder) bervolume 1.000 ml
- Ayakan 50 µm, 200 µm, dan 500 µm. Apabila fraksi pasir tidak akan dipisah-
pisahkan lagi maka cukup dengan ayakan 50 µ saja.
- Bak perendam
- Termometer
- Pipet 20 ml
- Cawan porselin
- Oven
- Stopwatch
- Timbangan analitis
Pereaksi:
1. 30% H2O2 dan H2O2 10%
2. HCl 2 N
3. Larutan Na4P2O7 4%
Prosedur
1. Timbang 10 g tanah < 2 mm (jika tanah dominan liat 10 g, lempung 20 g, pasir 40 g)
dengan timbangan analitik kemudian masukkan ke dalam gelas piala bervolume 1 l.
2. Berikan 50 ml H2O2 10% (untuk menghacurkan bahan organik). Kocok dengan hati-
hati, biarkan selama satu malam.
3. Panaskan di atas pemanas sambil ditambahkan 30% H2O2, ± 25 ml sedikit demi
sedikit sambil diaduk-aduk sampai semua bahan organik habis (tandanya: apabila
tidak ada buih lagi).
4. Berikan 20 ml HCl 2 N (untuk melarutkan CaCO3). Tambahkan air sampai kira-kira
separuh gelas piala, kemudian didihkan selama kurang lebih 10 menit.
5. Tambahkan lagi air sampai tiga per empat dari gelas piala (700-750 ml), lalu aduk.
Biarkan selama satu malam.
6. Setelah semua butiran tanah mengendap, keluarkan air dari gelas piala dengan hati-
hati sampai air tersisa sekitar 3 cm di atas permukaan endapan tanah.
7. Ulangi prosedur No.5 dan 3 - 4 kali.
8. Pisahkan fraksi pasir dari debu dan liat dengan menggunakan ayakan 50 µm. Fraksi
debu dan liat ditampung dalam gelas ukur bervolume 1 l.
Pemisahan fraksi pasir
9. Pindahkan fraksi pasir dari ayakan tersebut ke dalam cawan porselin, kemudian
keringkan di atas pemanas. Setelah kering lalu ditimbang ……. Pasir (a)
10. Apabila fraksi pasir hendak dipisah-pisahkan lagi menurut ukuran-ukuran diameter
fraksi 2 mm -500 µ, 500 µ- 200 µ, 200 µ - 100 µ dan 100 µ - 50 µ maka harus
dilakukan pengayakan lagi dengan ayakan 500 µ, 200 µ dan 100 µ. Pengayakan
dilakukan dengan alat listrik.
Pemisahan debu+liat <50 µm
11. Ke dalam gelas ukuran 1.000 ml yang berisi fraksi debu dan liat (lihat pekerjan No.8)
masukkan 10 ml Na-piropospat sebagai peptisator. Tambahkan air sampai tanda tera.
Tutup gelas ini dengan sumbat karet, lalu kocok dengan jalan menjungkir balikkan
gelas tersebut sekitar 1 menit
12. Dirikan segera gelas tersebut dalam bak air (suhu 25 oC), kemudian buka sumbatnya.
13. Segera suspensi dipipet pada kedalaman 10 cm sebanyak 20 ml, lalu masukkan ke
dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya.
14. Lalu dikeringkan dalam oven selama 3 jam pada suhu 105oC. Didinginkan dalam
eksikator selama 45 menit dan ditimbang sebagai fraksi <50 µm ….. (b)
Pemisahan liat <2 µm
15. Suspensi kemudian dikocok kembali selama 1 m, lalu dipipet 20 ml liat <2 µm pada
kedalaman 5,2 cm dengan waktu sesuai dengan suhu suspensi (Tabel 3). lalu
masukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya.
16. Lalu dikeringkan selama 3 jam dalam oven pada suhu 105oC. Didinginkan dalam
eksikator selama 45 menit dan ditimbang sebagai fraksi <2 µm …. (C)
Misal pasir = a, debu+liat = b, liat = c
Maka berat sebenarnya:
- fraksi pasir = (a)
- fraksi liat = c x 1000/20 ……. (d)
- fraksi debu = (b x 1000/20) – d …… (e)
- Jumlah total fraksi pasir + debu + liat = a + d + e ……. (f)
Maka persentase fraksi pasir debu dan liat:
- % pasir = a/f x 100%
- % debu = e/f x 100%
- % liat = d/f x 100%
Tabel 3. Waktu pemisahan fraksi debu dan liat pada suhu berbeda dalam penetapan tekstur

Tugas
Sampel BC BC+Pasir BC BC+debu+liat BC BC+Liat
1 39.4726 41.8667 13.1062 13.2696 14.2903 14.3786
2 26.1846 29.8329 13.0824 13.2283 12.9308 13.015
3 25.6072 26.8093 15.1953 15.3891 13.9133 14.0075
4 39.7875 40.3687 15.4399 15.6554 14.3121 14.4371

1. Hitung persentase masing-masing fraksi


2. Tentukan kelas teksturnya
3. Buat hasil pembahasan dengan membandingkan masing-masing sampel tersebut
dan kaitkan terhadap pertumbuhan tanaman
4. Laporan di submit di ilearning deadline Rabu, 7 April 2021, pukul 16.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai