Anda di halaman 1dari 31

PERCOBAAN II-A

KANDUNGAN LUMPUR DAN KOTORAN ORGANIS


YANG TERKANDUNG DALAM AGREGAT HALUS
A. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Menentukan banyaknya kandungan butir lebih kecil dari 50 micron (lumpur)
yang terdapat dalam pasir.
2. Menentukan prosentase zat organis yanng terkandung dalam agregat halus.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Timbangan dengan ketelitian 1 gram.
2. Gelas ukur berkapasitas 250 cc, dua buah.
3. Bejana gelas diameter 10 cm, tinggi 20 cm, 1 buah.
4. Pengaduk dari kayu.
5. Cawan.
6. Oven.
7. Pasir kering 2 jenis.
8. NaOH 3 %.
9. Air.
C. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Percobaan Kandungan Lumpur dengan cara Kocokan
a. Pasir kering dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 130 cc.
b. Menuangkan air ke dalam gelas ukur sampai menyerap setinggi 200cc.
c. Mulut gelas ukur ditutup dengan plastik sampai rapat.
d. Gelas ukur dikocok selama 30 menit.
e. Benda uji tersebut didiamkan selama 5 jam. Maka akan terlihat bahwa
material yang berat mengendap di bawah, dan lumpur akan mengendap
diatasnya.
f.

Tinggi endapan pasir dan lumpur diamati dan dicatat (dalam cc).

2. Percobaan Kandungan Lumpur dengan cara Cucian

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

a. Menimbang pasir kering 200 gram (kering oven).


b. Pasir 100 gram dimasukkan ke dalam bejana gelas diameter 10 cm setinggi
20 cm.
c. Lalu menuangkan air ke dalam bejana gelas sampai pasir jenuh air, dan air
mencapai ketinggian 12 cm di atas permukaan pasir.
d. Kemudian diaduk perlahan-lahan sampai keruh, dan didiamkan selama 1
menit.
e. Air dibuang perlahan-lahan dari bejana sampai air tinggal setengahnya (cara
menuangnya harus sedemikian rupa sehingga pasir tidak ikut terbuang).
f.

Penambahan air bersih diulangi sampai setinggi 12 cm di atas permukaan


pasir.

g. Kemudian diaduk perlahan-lahan sampai keruh diamkan selama 1 menit.


h. Air dituang atau dibuang dari bejana sampai air tinggal setengahnya.
i.

Pencucian dilakukan berkali kali sehingga air menjadi tetap jernih setelah
diaduk.

j.

Sisa contoh pasir yang telah dicuci dipanaskan dalam oven sampai kering.
Setelah kering dan dingin pasir di timbang dengan teliti.

k. Selisih berat semula dengan berat setelah dicuci adalah bagian yang hilang
(kandungan lumpur atau butiran <50 micron).
l.

Percobaan dilakukaan 2 kali, kemudian dihitung hasil rata-ratanya.

3. Percobaan Kandungan Zat Organis


a. Pasir kering dimasukkan ke dalam bejana ukuran 250 cc sampai setinggi
130 cc.
b. Larutan NaOH 3% ditambahkan ke dalam bejana hingga meresap ke dalam
pasir (jenuh) setinggi 200 cc.
c. Mulut bejana ditutup dengan plastik hingga rapat dan bejana tersebut
dikocok selama 30 menit.
d. Lalu didiamkan selama 24 jam.
e. Hasil percobaan mengenai warna, tinggi lapisan pasir, dan tinggi lapisan
lumpur, dianalisa dan dicatat untuk dilaporkan.
D. HASIL PERCOBAAN
1. Percobaan dengan sistem kocokan

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

Tinggi pasir + lumpur

140 cc

Tinggi pasir

130 cc

Tinggi lumpur

10

cc

2. Percobaan dengan sistem pencucian


Percobaan 1

Percobaan 2

Berat pasir mula-mula

100 gr

Berat pasir mula-mula

100 gr

Berat setelah dicuci

96 gr

Berat setelah dicuci

95 gr

Berat lumpur

5 gr

Berat lumpur

4 gr

3. Percobaan kandungan zat organis


Tinggi pasir + lumpur

130 cc

Tinggi pasir

120 cc

Tinggi lumpur

10

cc

Warna larutan NaOH kuning kecoklatan (tintometer no.11)

(Tintometer no.11)

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

E. SYARAT DAN KETENTUAN


Syarat dan ketentuan pasir menurut PBI 1971 N.I-2 (pasal 3ayat 3 Agregat Halus
(Pasir)).
1. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian bagian
yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%,
maka agregat halus harus dicuci.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan bahan organis terlalu banyak
yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan
larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat
juga dipakai, asal kekuatan tekan agregat tersebut adukan agregat tersebut
pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat
yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga
bersih dengan air, pada umur yang sama.
F. PEMBAHASAN
1. Percobaan Sistem Kocokan
Tinggi pasir + lumpur

`140 cc

Tinggi pasir

130 cc

Tinggi lumpur

10 cc

Jadi kandungan lumpur dari pasir pada percobaan ini, adalah:


=

10
x 100%
140

7.14

Berat pasir semula

100 gr

Berat setelah dicuci

96

gr

Berat lumpur

gr

Jadi kandungan butiran halus

2. Percobaan Sistem Cucian


a. Percobaan 1

4
x 100% = 4 %
100

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

b. Percobaan 2
Berat pasir semula

100 gr

Berat setelah dicuci

95

gr

Berat lumpur

gr

Jadi kandungan butiran halus

5
x 100%
100
5 %

c. Rata-rata kandungan butiran halus pada pasir

= 4.5 %

3. Percobaan Kandungan Zat Organis


a. Analisa Pasir
Tinggi pasir + lumpur
Tinggi pasir

=
=

Tinggi lumpur

130 cc

120 cc
=

10 cc

Jadi kandungan lumpur pada percobaan ini, adalah =

10
x 100 %
130

= 7.692 %
Warna larutan NaOH, kuning kecoklatan (Tintometer no.11)

(Tintometer no.11)

b. Dalam percobaan ini kita menggunakan cairan NaOH karena bereaksi


dengan zat organis dalam bentuk perubahan warna. Bila warna semakin
merah dan gelap maka kadar zat organis yang terkandung pada agregat
halus tersebut semakin besar.

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

G. KESIMPULAN
a. Pada percobaan dengan sistem kocokan, kandungan lumpur diperoleh sebesar
7.14 %. Prosentase kadar lumpur dari pasir tersebut tidak sesuai batas yang
diizinkan, yaitu 5 % menurut PBI 1971 N.I-2. Jadi, pasir tersebut tidak dapat
dipakai sebagai bahan adukan maupun campuran beton.
b. Sedangkan pada percobaan sistem pencucian hasilnya berbeda dengan
percobaan sistem kocokan yaitu sebesar 4.5 %. Jadi, kualitas pasir pada sistem
pencucian memenuhi syarat PBI 1971 N.I-2.
c. Pada percobaan kandungan zat organis warna NaOH yang didapatkan

adalah

kuning kecoklatan (tintometer no.11). Jadi memenuhi syarat untuk standar


warna NaOH (menurut Beton Bertulang,.., Ir. Rooseno) yang diperbolehkan
dari jernih sampai kuning tua.
d. Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa agregat halus memenuhi
persyaratan bahan bangunan yang baik untuk digunakan sebagai bahan
kontruksi
H. SARAN
a. Dalam percobaan pencucian harus dilakukan dengan hati-hati agar yang hilang
dari sampel hanya kandungan lumpurnya bukan pasirnya.
b. Untuk kandungan lumpur yang melebihi batas yang diijinkan yaitu >5%, maka
menurut PBI 1971 N 1-2 agregat halus harus dicuci kembali.
c.
I.

LAMPIRAN
1. Gambar Cad Percobaan Lumpur dan Kandungan Organik
2. Gambar cad Gelas Ukur
3. Gambar Cad Timbangan
4. Gambar Cad Oven
5. Data Pemeriksaan Pasir
6. PBI 1971 N.I-2 ((pasal 3.3 Agregat Halus (Pasir)).
7. ASTM C-40

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

J. DAFTAR PUSTAKA
Rosseno,Ir. 1959. Beton Bertulang.Jakarta: PBI 1971 N.I-2 (pasal 3.3 Agregat
Halus (Pasir)).

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

Gambar Hasil Percobaan Kadar Lumpur dengan Cara Kocokan

Gambar Hasil Percobaan Kandungan Zat Organis

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

Gambar Tintometer

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

PERCOBAAN II-B
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Membuat diagram butir pasir.
2. Menentukan modulus kehalusan.
.

ALAT DAN BAHAN


1. Suatu set saringan diameter 9,52 mm,4,76 mm, 2,36 mm,1,18 mm,0,6 mm, 0,15
mm, 0,047 mm, dan 0,00 mm.
2. Timbangan dengan ketelitian 1 gram.
3. Sikat kawat kuningan dan kuas.
4. Beberapa cawan.
5. Pasir yang sudah kering dari oven sebanyak 1000 gram.

PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN


1. Menyiapkan pasir kering yang telah dioven sebanyak 1000 gram sebagai ukuran
berat.
2. Kemudian susun saringan secara urut, diameter terbesar di atas dan diameter
yang lebih kecil di bawah.
3. Pasir kemudian dituangkan ke dalam saringan paling atas, penyaringan
dilakukan dengan menggoyangkan saringan selama 10 menit dengan mesin
vibrator.
4. Lalu didiamkan selama 5 menit dengan tujuan supaya memberikan kesempatan
mengedapnya debu-debu yang ada.
5. Penyaringan dilakukan dengan teliti (maksimum kehilangan berat yang diijinkan
sebanyak 1% dari berat semula).
6. Sisa pasir masing-masing saringan di atas ditimbang dengan ketelitian 1 gram.
7. Selanjutnya dicatat hasil percobaan saringan dalam daftar.
8. Percobaan diulangi lagi untuk yang kedua kalinya.

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

10

HASIL PERCOBAAN
Tabel Analisa Saringan untuk Agregat Halus
Diameter
(mm)

9,52
4,76
2,36
1,18
0,6
0,25
0,15
0,074
0

Percb.
I
(gram)
5
52
38
116
233
311
131
2.5
110
998.5

Sisa di atas saringan


Percb.
II
Rata-rata
(gram)
( gr )
(%)
4
4.5
0.45
55
53.5
5.36
61
49.5
4.95
134.5
125.25
12.55
218
225.5
22.59
301
306
30.65
128.5
129.75
13
8
5.25
0.53
88
99
9.92
998
998.25
100

Jumlah sisa
komulatif
(%)

Jumlah yang
lolos
(%)

0.45
5.81
10.76
23.31
45.9
76.55
89.55
90.08
100

99.55
94.19
89.24
76.69
54.1
23.45
10.45
9.92
0

Jumlah

Modulus kehalusan butir (FM)


0.45 5.81 10.76 23.31 45.9 76.55 89.55

100
= 2,5233

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

11

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

12

Sisa di Atas Saringan

Syarat PBI 1971

Hasil Percobaan

Kesimpulan

mm

min. 2% berat

5,36

Memenuhi

mm

min. 10%berat

23.31

Memenuhi

min.80-95%

76,55

Tidak Memenuhi

0,25 mm

3. Prosentase kehilangan berat


Berat mula-mula

= 1000 gram

Berat setelah disaring = 998,25 gram


Kehilangan berat

1,75 gram

Prosentase kehilangan berat =

1,75
x 100 % = 0,175 %
1000

SYARAT DAN KETENTUAN


Menurut PBI 1971N.I-2 (pasal 3.3 AGREGAT HALUS (PASIR)) danCRD C-10480, disebutkan bahwa:

Pasir halus terdiri dari butiran ayakan yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat
(1), harus memenuhi syarat-sarat sebagai berikut:
Sisa di atas ayakan diameter 4 mm, minimal 2 % berat
Sisa di atas ayakan diameter 1 mm, minimal 10 % berat
Sisa di atas ayakan diameter 0,25 mm, harus berkisar antara 80% samapai
95% berat

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

13

Pasir halus terdiri dari butiran yang tajam dan keras serta sifatnya kekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari,
kelembapan, hujan dan perubahan suhu udara.

Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, (maksudnya bagian yang
lolos melalui saringan 0,063 mm); apabila kadar lumpur pada pasir melebihi
5%, maka pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan
bangunan.

Pasir yang baik untuk pembuatan beton memiliki FM diantara 2,00-4,00. (CRD
C-104-80).

PEMBAHASAN
1. Dalam pengujian pasir Muntilan digunakan susunan ayakan dengan urutan 9,52;
4,76; 2,36; 1,18; 0,6; 0,25; 0,15; 0,074; 0,00 mm
2. Pada percobaan di atas prosentase jumlah pasir terbanyak sebesar 30.65 % yang
terdapat pada saringan berdiameter 0,25mm dan prosentase terbanyak kedua
adalan 22,59 % pada saringan berdiameter 0,6mm.
3. Modulus kehalusan pasir (FM) adalah bilangan yang menunjukkan derajat
kehalusan pasir .Disini didapatkan FM nya adalah 2,5233

G. KESIMPULAN
1. Modulus kehalusan pasir adalah 2,5233 dan diklasifikasikan dalam jenis
pasir kasar menurut PBI 1971 N.I-2,yaitu pasir dengan modulus kehalusan
2,5 3,5
2. Pasir ini memiliki butiran ayakan yang beraneka ragam besarnya, karena
telah memenuhi persyaratan sisa pasir di atas ayakan menurut PBI 1971.
3. Pasir Muntilan sebagai bahan percobaan,dapat dipergunakan sebagai
agregat dalam pencampuran beton.
4. Pasir kasar sangat baik untuk pembuatan beton karena daya ikat antara
butiran yang satu dengan lainnya menjadi lebih tinggi dan dapat
meningkatkan mutu beton.
5. Pasir ini memiliki modulus kehalusan diantara 2,0-4,0 sehingga baik
digunakan untuk bahan pembuatan beton. (CRD C-104-80).

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

14

H. SARAN
I.

Untuk menjaga mutu pasir baik kandungan fisik maupun kimiannya agar tetap
stabil,sebaiknya pasir disimpan di tempat yang tidak lembab atau kering.

J.

Untuk pasir dengan gradasi halus ,dapat digunakan untuk dasar paving blok
(untuk meratakan tanah) atau pasir tersebut dicampur dengan mutu pasir yang
bagus hingga menaikkan mutu pasir yang memenuhi standar PBI 1971 N.1-2.

I. LAMPIRAN
1. Data analisa saringan agregat halus.
2. Grafik pembagian butir agregat.
3. Gambar satu set saringan untuk agregat halus (Standart ASTM)dan alat
pengguncang.
4. PBI 1971N.I-2 (pasal 3.3 Agregat Halus (Pasir))
5. ASTM C-33
6. CRD C-104-80

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

15

Gambar satu set saringan untuk agregat halus (Standart ASTM) dan alat pengguncang

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

16

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

17

PERCOBAAN II-C
KADAR AIR DAN BERAT ISI DALAM AGREGAT HALUS

A. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Memberikan

penjelasan

mengenai

prosedur

pelaksanaan

percobaan.
2. Menentukan prosentase air yang dikandung dalam agregat halus,
dalam hal ini pasir sebagi bahan percobaan yang meliputi pasir
asli dan pasir SSD.
3. Menentukan berat isi pada agregat halus yang berkadar air asli
dan berkadar air SSD

B. ALAT DAN BAHAN


1. Timbangan dengan ketelitian 1 gram,kapasitas 20 kg merk OHAUS
Stainless
2. Oven pengering merk Memmert
3. Cawan
4. Agregat halus, berupa pasir asli dan pasir SSD
SSD 500 gram
Asli 500 gram
5. Batang besi diameter 16 mm dan panjang 60 cm

6. Silinder tabung besi

C. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN


A. Cara kerja untuk pengujian agregat halus kadar air asli :
Berdasarkan : SNI 03-1971-1990
1. Pertama, meletakkan cawan di atas timbangan yang terlebih
dahulu skala yang terlihat diatur pada posisi angka nol.
2. Memasukkan benda uji ke dalam cawan dan menimbang
beratnya (W1)

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

18

3. Kemudian benda uji berikut cawannya dikeringkan dalam


oven dengan suhu sebesar 1105 oC sampai benda uji tetap.
4. Menimbang berat benda uji dengan prosedur penimbangan
yang sama dengan sebelumnya (W2).
5. Selanjutnya menghitung kadar air agregat halus
Kadar Air =

W 2 W1
X 100 %
100

B. Cara kerja untuk pengujian agregat halus kadar air SSD


1. Rendam benda uji selama + 24 jam.
2. Setelah direndam selama + 24 jam, angkat benda uji
kemudian keringkan dengan cara diangin-anginkan.
3. Setelah itu tes benda uji dengan krucut terpancung sampai
dengan keadaan yg diinginkan.

Kering

SSD

Basah

Jika agregat dalam keadaan kering maka perlu ditambah air dan
jika keadaan agregat basah maka agregat perlu dikeringkan
udara atau ditambah agregat halus yang kering.
4. Letakkan cawan di atas timbangan yang terlebih dahulu
skalanya diatur pada posisi angka nol.
5. Memasukkan benda uji ke dalam cawan dan menimbang
beratnya (W1).
6. Kemudian benda uji termasuk cawannya dikeringkan
dalam oven dengansuhu1105 oC sampai berat benda uji
tetap.

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

19

7. Menimbang

berat

benda

uji

dengan

prosedur

penimbangan yang sama dengan sebelumnya (W2).


8. Selanjutnya menghitung kadar air agregat halus
9. Kadar Air =

X 100 %

C. Cara kerja untuk pengujian berat isi agregat halus kondisi kadar
air asli dan SSD
Berdasarkan : SNI 03-4804-1998
1. Masukkan agregat halus kedalam silinder berlubang hingga
sepertiga bagian.
2. Tumbuk dengan batang besi sebanyak 25 kali.
3. Masukkan lagi dua pertiga bagian lalu tumbuk lagi dengan
batang besi sebanyak 25 kali.
4. Masukkan lagi pasir hingga penuh lalu tumbuk lagi dengan
batang besi sebanyak 25 kali.
5. Ratakan permukaan dengan batang besi.
6. Timbang berat pasir yang ada dalam silinder.
7. Berat isi = berat pasir dibagi dengan volume silinder
8. Untuk berat gembur tidak ditumbuk dengan batang besi,
tetapi hanya diketukkan ke tanah sebanyak 25 kali.
1. HASIL PERCOBAAN
Melalui hasil percobaan yuang telah dilakukan , dapat diketahui
bahwa agregat halus berupa:
1.Pasir asli pada percobaan sebanyak 500 gram,mempunyai nilai
Berat kering rata-rata

= 451,5 gram

Kadar air asli

= 9,7 %

Berat isi pada keadaan gembur = 1,56 kg/dm3


Berat isi pada keadaan padat

= 1,80 % kg/dm3

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

20

2. Pasir SSD pada percobaan sebanyak 500 gram,mempunyai nilai


Berat kering rata-rata

= 495,5 gram

Kadar air SSD

= 0,9 %

Berat isi pada keadaan gembur = 1,67 kg/dm3


Berat isi pada keadaan padat

= 1,62 kg/dm3

E. PEMBAHASAN
1. Data Percobaan
a. Agregat halus dengan benda uji pasir asli

Benda uji 1). = W1 = 500 gram

Benda uji 2). = W1 = 500 gram

Benda uji 1). = W2 = 454 gram

Benda uji 2). = W2 = 449 gram

b. Agregat halus dengan benda uji pasir SSD

Benda uji 1). = W1 = 500 gram

Benda uji 2). = W1 = 500 gram

Benda uji 1). = W2 = 496 gram

Benda uji 2). = W2 = 495 gram

2. Pengolahan Data
a. Agregat halus dengan benda uji pasir asli

Berat kering rata-rata = berat rata-rata W2


=

454 449
2

= 451,5 gram

Berat air

= (500 451,5 )gram

= 48,5 gram

Kadar air =

48,5
100 %
500

= 9,7 %

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

21

b. Agregat halus dengan benda uji pasir SSD

Berat kering rata-rata = berat rata-rata W2


=

496 495
2

= 495,5 gram

Berat air

= berat contoh 2) W1 berat kering rata-

rata
= (500 495,5 )gram
= 4,5 gram

Kadar air =

4,5
100 %
500

= 0,9 %

Sedangkan untuk menghitung berat isi asli dan berat isi SSD dapat
dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam tabung besi dalam
keadaan gembur dan padat.
Dengan cara itu kita menghitung sendiri berat dari agregat serta
volume tabung yang dapat juga menunjukkan volume dari agregat
itu sendiri. Untuk keadaan padat, pasir dipadatkan dengan
menggunakan batang besi diameter 16 mm, panjang 60 cm
sebanyak 25 kali disetiap setengah lapisan. Untuk volume tabung
diketahui D2t = 2941,66 cm3.
Berat isi asli gembur = 4600 gr 2941.67 = 1,56 kg/dm3
padat = 4773 gr 2941.67 = 1,80 kg/dm3

Berat isi SSD gembur =4895 gr


kg/dm3

padat
= 4773 gr
3
kg/dm

2941.67 = 1,67
2941.67 = 1,62

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

22

2. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan kadar air agregst halus asli dan agregat halus SSD
diperoleh kesimpulan
1. Kadar air agregat halus asli pada percobaan adalah 9,7 %.
2. Kadar air agregat halus SSD pada percobaan adalah 0,9 %.
Agregat halus dalam keadaan kadar air asli lebih besar dari agregat halus
kadar air SSD(absorbsi) karena agregat terkena air hujan sesaat sebelum
praktikan melakukan praktikum ini
3. SARAN

Pengukuran yang dilakukan dalam praktikum harus benar-benar teliti


untuk meminimalisir kesalahan pengukuran.

Waktu dan suhu peng-oven-an harus tepat dan sesuai untuk menghindari
kehilangan agregat yang tidak sesuai.

4. LAMPIRAN
1. Data analisa agregat halus.
2. Gambar oven pengering (Driyer oven).
3. Gambar cawan
4. Gambar silinder bertabung
5. Gambar kerucut terpancung dan agregat halus kondisi SSD
6. SNI 03-1971-1990
7. SNI 03-4804-1998
.

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

23

Gambar oven pengering

Gambar cawan

Gambar Silinder Berlubang

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

24

Gambar kerucut terpancung dan agregat halus kondisi SSD

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

25

PERCOBAAN II D
BERAT JENIS AGREGAT HALUS

A. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan
2. Dapat menentukan berat jenis agregat air

B. ALAT DAN BAHAN


1. Timbangan dengan ketelitian 1 gram
2. Picnometer glass 500 ml
3. Cawan
4. Saringan No. 4
5. Agregat halus
6. Air bersih standar PAM

C. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN


Berdasarkan: SKSNI M-10-1989-F
1.

Menyiapkan agregat lolos saringan no.4 (4,75mm) sebanyak 1000 gram


untuk agregat halus dalam kondisi kadar air asli dan 1000 gram untuk
agregat halus dalam kondisi kadar air SSD(absorbsi).

2.

Untuk menyiapkan agregat halus dalam kondisi kadar air SSD(absorbsi),


rendam benda uji selama + 24 jam.

3.

Setelah direndam selama + 24 jam, angkat benda uji kemudian


keringkan dengan cara diangin-anginkan.

4.

Setelah itu tes benda uji dengan krucut terpancung sampai dengan
keadaan yg diinginkan.

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

26

Kering

SSD

Basah

Jika agregat dalam keadaan kering maka perlu ditambah agregat halus
yang basah dan jika keadaan agregat basah maka agregat perlu
dikeringkan udara atau ditambah agregat halus yang kering.
5.

Menimbang agregat halus dalam kondisi kadar air asli dan dalam kondisi
kadar air SSD, masing-masing sebesar 500gr (A) dan memasukkan ke
dalam picnometer/gelas ukur.

6.

Menimbang air 500 mL (B)

7.

Memasukkan air bersih mencapai 90% isi picnometer, memutar sambil


mengguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.

8.

Menambahkan air sampai pada tanda batas 500 mL.

9.

Menimbang picnometer berisi air dan benda uji (C).

10. Menghitung volume benda uji: V= B + A C


11. Berat jenis agregat halus Bj =

D. HASIL PERCOBAAN
1. Data Percobaan
a. Data percobaan untuk pasir asli

Berat contoh (A)

= 1) 500 gram 2) 500 gram

Berat air

= 1) 563 gram 2) 564 gram

Berat air rata-rata

= 563,5 gram

Berat dalam air

= 1) 869 gram 2) 871 gram

Berat dalam air rata-rata

= 870 gram

(B)

b. Data percobaan untuk pasir SSD

Berat contoh (A)

= 1) 500 gram 2) 500 gram

Berat air

= 1) 564 gram 2) 563 gram

Berat air rata-rata

= 563,5 gram

Berat dalam

= 1) 871 gram 2) 863 gram

Berat dalam air rata rata

= 867 gram

(B1)

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

27

2. Pengolahan Data
a. Pasir asli
o

Berat contoh rata-rata

= 500 gram

Berat air rata-rata

= 563,5 gram

Berat contoh dalam air rata-rata

= 871 gram

Berat Jenis Pasir Asli

=
=

=2,597

b. Pasir SSD
o

Berat contoh rata-rata

= 500 gram

Berat air rata-rata

= 563,5 gram

Berat contoh dalam air rata-rata

= 867 gram

Berat Jenis Pasir SSD

=
=

= 2,545

E. PEMBAHASAN
Melalui hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui antara pasir
asli dan pasir SSD menunjukkan perbedaan, terlihat dari data di
bawah ini.
1. Pasir asli

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

28

a. Berat isi asli gembur = 1,6171 gram/cm3.


b. Berat isi asli padat

= 1,7830 gram/cm3..

c. Berat jenis asli

= 2,541 gram/cm3.

2. Pasir SSD
a. Berat isi SSD gembur = 1,4753 gram/cm3.
b. Berat isi SSD padat

= 1,6932 gram/cm3.

c. Berat jenis asli

= 2,610 gram/cm3.

4. Penyerapan air agregat halus yang terlalu besar dapat


mengakibatkan campuran beton terlalu kering sehingga tidak
dapat mengikat dengan sempurna antara bahan yang satu dengan
yang lainnya.

F. KESIMPULAN
Menurut ketentuan yang ditetapkan di atas, dapat diketahui bagaimana
kondisi atau kualitas dari agregat halus pada percobaan yang
dilakukan.
1. Pasir asli
a. Berat isi asli gembur = 1,56 kg/dm3.
b. Berat isi asli padat

= 1,80 kg/dm3.

c. Berat jenis

= 2,597

2. Pasir SSD
a. Berat isi SSD gembur = 1,67 kg/dm3
b. Berat asli SSD padat = 1,62 kg/dm3
c. Berat jenis

= 2, 545

Terlihat bahwa kedua agregat tersebut mempunyai beberapa nilai yang


tidak sesuai dengan ketentuan pada PBI 1971 N.I-2, maka dari segi
kualitas jenis agregat pasir pada percobaan ini cukup baik untuk
dipakai sebagai bahan bangunan dan campuran beton.

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

29

G. SARAN
Agregat halus yang baik boleh digunakan sebagai bahan campuran
beton karena mutu beton tersebut akan baik. Jika berat jenis yang
dimiliki agregat jauh dari syarat atau ketentuan yang berlaku,maka
sebaiknya agregat halus tersebut jangan dijadikan sebagai bahan
dasar konstruksi bangunan pokok,sebaiknya digunakan sebagai pasir
urug saja.

K. LAMPIRAN
1. Data analisa agregat halus.
2. Gambar kerucut terpancung,desikator, timbangan.
3. Gambar Cad kerucut terpancung.

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

30

LaporanPraktikumTeknologiBahanKelompok I-1

31

Anda mungkin juga menyukai