Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR

BAB

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, maka konsultan telah
membuat program kerja yang penjabarannya di uraikan dalam suatu metode, sesuai dengan
pemahaman.

KATEGORI SURVEY
Berdasarkan kontrak yang telah ditandatangani, jenis pekerjaan Survey Paket ini meliputi :

a). Survey Inventarisasi jalan sepanjang 445.049 Km.


b). Survey Kondisi jalan sepanjang 445.049 Km.
c). Survey Titik Referensi sepanjang 445.049 Km.
d). Survey Kekasaran Permukaan Jalan sepanjang 445.049 Km
e). Pengumpulan data lalulintas
Lokasi Survey pada pekerjaan ini meliputi beberapa Kecamatan yang ada di dalam Kabupaten
Purbalingga.

2.1. Survey Inventarisasi Jalan (SIJ)

Kegiatan survey inventarisasi jalan ini sesuai kontrak sepanjang 445.049 Km dengan 265 ruas
Jalan. Tujuan survey inventarisasi adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai prasarana
transportasi jalan yang meliputi alinyemen jalan, kondisi fisik dari jalan dan kualitas
permukaan jalan dalam kaitannya dengan kenyamanan berkendaraan.
Ketelitian pengukuran diusahakan setinggi mungkin.
Informasi yang dikumpulkan dalam invetarisasi jalan meliputi :
Panjang, Lebar, Ruas Jalan.
Janis konstruksi perkerasan jalan.
Jarak pandang
Fasilitas pejalan kaki, bahu jalan dan drainase

Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 1


LAPORAN AKHIR

Kondisi permukaan jalan.


Lebar jalan, jumlah lajur, lebar median, lebar bahu yang diperkeras, daerah manfaat
jalan (damaja).
Lokasi dan jenis persimpangan serta semua akses-akses lainnya.
Lokasi, jenis dan ukuran dari rambu jalan, marka jalan dan lampu penerangan.
Adapun acuan yang dipergunakan untuk pelaksanaan survey ini adalah menunjuk pada
buku petunjuk Pengisian Bina Marga tahun 2007.

Peralatan yang diperlukan dalam survey inventarisasi adalah :


Pita ukur / Meed band (meteran gulung)
Kendaraan (Mobil) dengan odometer yang berfungsi dengan baik.
Papan alas tulis
Formulir
Organisasi Survey
Surveyor -1 yang bertugas sebagai pengemudi dan memberitahukan kepada surveyor-2
posisi angka yang ditunjukkan odometer pada lokasi-lokasi tertentu di mana akan
dilakukan pengukuran-pengukuran.
Surveyor-2 bertugas melakukan pengamatan, pengukuran dan pencatatan terhadap informasi-
informasi yang perlu diinventarisasikan

2.2. Survey Kondisi Jalan (SKJ)

Mengacu pada kontrak yang ada rencana pelaksanaan survey kondisi jalan dilakukan pada
265 ruas jalan sepanjang 445.049 Km.
Maksud dan tujuan survey kondisi jalan atau SKJ ( Road Condition Survey, RCS) adalah untuk
mendapatkan data kondisi dari bagian-bagian jalan yang mudah berubah, baik untuk jalan
aspal maupun jalan tanah/kerikil kalau ada, sesuai kebutuhan untuk penyusunan rencana
dan program pembinaan jaringan jalan. Hasil survey kondidi jalan bersama dengan hasil
survey jalan lainnya serta perhitungan lalu lintas digunakan untuk penyusunan rencana dan
program pembinaan jaringan jalan dan sebagai masukan dalam sistim perencanaan teknis
jalan.

Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 2


LAPORAN AKHIR

Survey kondisi jalan juga dimaksudkan untuk dapat memberikan masukan data pada leger
jalan dan bank data jalan, baik di tingkat pusat, di tingkat propinsi serta di tingkat kabupaten/
kotamadya.
Berdasarkan survey titik referensi maka dilakukan survey kondisi jalan. Untuk pelaksanaan
survey kondisi jalan pada jalan di aspal agar diusahakan bersamaan waktunya dengan survey
kekasaran permukaan jalan, sehigga hasil keduanya bisa saling melengkapi.
Acuan yang digunakan untuk pelaksanaan survey ini adalah merujuk pada Buku Panduan
Survey Kondisi Jalan, Ditjen Bina Marga 2007. Formulir yang digunakan ada 2 jenis yaitu :
Formulir utama survey kondisi jalan untuk jalan aspal dan jalan kerikil.
Formulir penunjang yaitu formulir yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
kondisi secara visual dari dalam kendaraan, baik pada jalan beraspal maupun jalan tak
beraspal/ kerikil dengan pengamatan setiap 100 meter.

Tata Cara Survey Kondisi Jalan adalah sebagai berikut:


1. Pelaksanaan Survey Kondisi Jalan.
a. Peralatan dan Perlengkapan
Agar pelaksanaan survey dapat berjalan lancar dan memberikan hasil sebagaimana
mestinya, maka diperlukan peralatan dan perlengkapan yang sesuai yaitu :
Kendaraan roda empat dilengkapi dengan odometer (alat pengukur jarak tempuh)
yang bekerja dengan baik dan menunjukkan jarak dalam satuan meter, serta bukan
yang menggunakan sistem loncat dengan tingkat ketilitian ratusan meter. Kendaraan
yang digunakan untuk survey dilengkapi tanda untuk keamanan pelaksanaan survey
(lampu merah berkedip, rambu, tulisan pelaksanaan survey).
Pita ukur panjang 1-2 meter.
Formulir Survey Kondisi Jalan dan Formulir Penunjang.
Hasil Survey Data Titik Referensi.
Peta Jaringan Jalan yang akan disurvey
Kamera Digital untuk dokumentasi.

b. Persiapan.
Dalam tahap ini yang dipersiapkan adalah :
Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 3
LAPORAN AKHIR

Kendaraan yang digunakan untuk survey harus diperiksa kondisinya.


Odometer kendaraan agar diperiksa ketepatan serta kelancaran sistem kerjanya.
Petugas survey dipilih yang telah berpengalaman.
Formulir survey serta peralatan dan perlengkapan lainnya agar dapat diperiksa
sehingga dapat memenuhi kebutuhan.

c. Pelaksanaan.
Survey dilaksanakan pada ruas jalan mulai dari titik awal sampai dengan titik akhir ruas
jalan tersebut. Pelaksanaannya dilakukan dari patok kilometer kecil kearah patok
kilometer besar.

d. Cara Pengamatan.
Petugas survey mengamati kondisi jalan dari dalam kendaraan yang dijalankan tidak lebih
dari 30 km/jam dan mengisi formulir penunjang yang ditentukan. Petugas survey
menentukan kondisi yang mewakili dari 1 kilometer segmen jalan yang disurvey tersebut.
Dalam kondisi khusus dan tidak dapat diamati dari dalam kendaraan, maka petugas
survey harus turun dari kendaraan dan mengamati dengan teliti kondisi jalan yang tidak
dapat diamati dari dalam kendaraan, serta melakukan pengukuran-pengukuran terhadap
kerusakan yang ada.

e. Pengisian Formulir
Setiap lembar formulir survey digunakan untuk mencatat data kondisi jalan sepanjang 1
(satu) kilometer segmen jalan dan harus diisi pada saat petugas survey sampai diakhir
kilometer yang bersangkutan.
Formulir survey dibedakan untuk pelaksanaan survey kondisi jalan pada permukaan jalan
aspal dan permukaan jalan yang tidak diaspal (jalan tanah atau jalan kerikil)
f. Dokumentasi
Foto dokumentasi dibuat pda awal ruas, pada setiap patok km/tanda dengan cat/tanda
sementara yang lain dan pada akhir ruas sesuai dengan hasit survey titik referensi (STR).
Setiap pengambilan foto dicatat dalam daftar pengambilan foto.

Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 4


LAPORAN AKHIR

g. Pengamatan pada jalan berjalur banyak yang mempunyai jalur pemisah


(median):
 Ruas jalan tersebut mempunyai nama dua ruas yang berbeda suffixnya .
 Tipe jalan ini termasuk 4/2 D atau 6/2 yang berarti 4 atau 6 lajur 2 arah terbagi
(D = Divided).
 Kondisi yang dilaporkan dari bahu atau eleman lainnya adalah dari satu sisi yang
sama.

h. Pengamatan pada jalan berjalur banyak yang tidak mempunyai jalur pemisah
(median):
 Ruas jalan tersebut mempunyai nama satu ruas saja dan perlakuannya sama
dengan ruas jalan yang hanya mempunyai 2 jalur saja.
 Tipe jalan ini biasanya disebut 4/2 UD yang berarti 4 jalur 2 arah tidak terbagi
(UD = Undivide).
 Kondlsi yang dilaporkan dari bahu atau eleman lainnya adalah dan kedua sisi
jalan tersebut.
i. Apabila suatu ruas jalan mempunyai patok kilometer yang diukur lebih dari satu kota
asal, maka khusus untuk ruas jalan tersebut pelaksanaan surveynya harus dilakukan
sebagaimana dalam survey data titik referensi.

j. Apabila suatu ruas jalan mempunyai patok kilometer ganda baik yang disebabkan
oleh pemasangan patok baru dimana patok lamanya belum dicabut atau karena
perbedaan kota asal pengukuran jarak, maka survey harus dilakukan berdasarkan
data titik referensi.

2. Pelaporan
Laporan yang harus disampaikan oleh petugas survey adalah :
a. Berkas formulir survey kondisi jalan dan formulir penunjang yang telah diisi
b. Foto dokumentasi beserta filenya.

2.3. Survey Titik Referensi

Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 5


LAPORAN AKHIR

Pelaksanaan survey Titik Referensi jalan dilakukan pada 265 ruas sepanjang 445.049 Km.
Hasil pelaksanaan survey titik referensi untuk ruas-ruas yang telah ditentukan dapat dilihat pada
lampiran hasil survey.
Tujuan Survey Titik Referensi Ruas jalan dalam pekerjaan ini adalah menentukan referensi
titik awal dan akhir suatu ruas jalan, lokasi patok kilometer yang ada di lapangan dan tanda
referensi sementara apabila tidak ditemukan patok kilometer. Titik referensi ini akan menjadi
acuan lokasi untuk pelaksanaan survey beikutnya. Survey titik referensi meliputi kegiatan-
kegiatan antara lain : mempersiapkan peta jaringan jalan antar kota dan dalam kota serta
pendukung lainnya sebagai bahan untuk menentukan rencana rute survey titik referensi dan
perkiraan lokasi titik referensi.
Survey data Titik Referensi disingkat STR dimaksudkan untuk menentukan titik-titik referensi
pada suatu ruas jalan yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan survey jalan.
Dari survey titik referensi dapat ditentukan jarak titik referensi terhadap kota awal kilometer,
serta dapat pula ditentukan panjang sebenarnya dari suatu ruas jalan.
Di samping itu survey data titik referensi dimaksudkan pula sebagai masukan data untuk leger
jalan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat propinsi dan kota/kabupaten. Survey Data Titik
Referensi ini akan dilaksanakan sesuai dengan panduan yang ada dalam Buku Panduan Survey
Data Titik Referensi Dan penomoran Ruas Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga, 2007 .

2.4. Survey Kekasaran Permukaan Jalan

Pelaksanaan survey kekasaran permukaan jalan 265 ruas dengan panjang total 445.049 Km.
Hasil pelaksanaan survey kekasaran permukaan jalan untuk ruas-ruas yang telah ditentukan
dapat dilihat pada lampiran data hasil survey.
Maksud dan tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk memberikan kejelasan mengenai
pelaksanaan survey kekasaran permukaan jalan dengan alat ukur NAASRA. Data yang

Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 6


LAPORAN AKHIR

diperoleh dari survey ini akan menjadi salah satu masukan dalam penyusunan rencana dan
program pembinaan jalan. Survey kekasaran permukaan jalan dengan alat NAASRA hanya
dilakukan pada jalan aspal/beton semen dengan kondisi rusak ringan, baik dan baik sekali.
Survey ini tidak dilakukan pada jalan tanah, kerikil dan jalan aspal/beton semen dengan
kondisi rusak berat.
Sebagai acuan untuk pelaksanaan survey ini digunakan Buku Panduan Survey Kekasaran
Permukaan Jalan dengan Alat Ukur NAASRA, Ditjen Bina Marga 2007. Tata cara survey
kekasaran permukaan jalan adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Survey Kekasaran Permukan Jalan


Pelaksanaan survey dilakukan oleh seorang teknisi dan seorang pengemudi. Disarankan
hanya teknisi dan pengemudi yang ada dalam kendaraan survey.

b. Peralatan dan Perlengkapan


a) Kendaraan yang digunakan adalah jenis Minibus dengan kondisi baik.
b) Alat ukur kekasaran NAASRA (NAASRA Roughness meter).
c) Beban seberat 2x50 kg yang diletakkan pada lantai kendaraan di atas sumbu roda
belakang secara simetris diantara kedua roda belakang.
d) Formulir survey
e) Pengukur jarak (Odometer) yang dapat disetel menjadi nol kembali dan sudah
dikalibrasi.
f) Rotary Halda (Odometer), dan Rotary NAASRA, untuk mengubah data analog
menjadi digital.
g) Alat ukur profil memanjang berupa Dipstick Profiler
h) Loger PARVID yang telah dilengkapi kabel sensor tekan yang akan otomatis
menyalakan handycam pada saat dimulainya survey di awal ruas
i) 4 buah handycam, masing-masing adalah handycam situasi, Net Inventory, Capture
dan handycam kondisi, handycam tersebut telah dimodifikasi dengan
menambahkan kabel sensor yang akan dihubungkan dengan loger PARVID pada
saat pelaksanaan survey.

Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 7


LAPORAN AKHIR

j) 2 buah Monitor TV mobil yang akan dipasang pada sandaran kursi untuk
memonitor video handycam Net Inventory yang dipasang diatap mobil bagian
depan dan kondisi aspal (perkerasan) yang dipasang di belakang atap mobil
k) Kabel –kabel Audio Visual penghubung monitor dengan handycam

c. Persyaratan kendaraan.
i. Penggerak kendaraan ada pada roda belakang.
ii. Perdam Kejut (shock absorber) harus dari jenis yang kuat (fungsi gandar/ heavy
duty) berfungsi dengan baik wlaupun berjalan di atas perkerasan yang buruk. Jika
kendaraan survey mempunyai peredam kejut yang biasa harus diganti dengan jenis
yang kuat.
iii. Pegas harus keras, dapat berbentuk per keong atau per daun dan harus bebas dari
keretakan, patah atau kerusakan-kerusakan lain
iv. Keempat ban kendaraan dan ban cadangan mempunyai kontak permukaan
yang baik, dan kondisi baik tanpa sobekan penonjolan dan legokan dengan ukuran
tekanan ban 28 psi.
v. Kelima pelek ban (4 roda terpasang dan 1 roda cadangan) harus dari jenis ukuran
dan pabrik yang sama dan mempunyai kondisi yang baik agar mantap terpasang
pada roda.
vi. Semua ban harus benar-benar terpasang seimbang atau stabil pada pelek. Setelah
semuanya dalam keadaan seimbang pada tiap ban dan pelek harus diberi tanda
dengan cat, yang merupakan pasangan, agar apabila terjadi penggantian ban
pemasangannya kembali harus pada pelek pasangannya seperti pada waktu dalam
keadaan seimbang.
vii. Bahan bakar, oli kendaraan survey harus selalu cukup untuk memenuhi jadwal
pekerjaan survey tiap hari.

d. Pemasangan alat ukur NAASRA


i. Alat ukur kekasaran NAASRA dipasang sesuai dengan instruksi operasi standar pada
alat pengukur tersebut.

Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 8


LAPORAN AKHIR

ii. Pemasangan/penempatan alat hitung kekasaran NAASRA dan alat hitung jarak
(Odometer) agar diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi
surveyor untuk melakukan pembacaan kedua alat tersebut dalam waktu yang
hampir bersamaan.

e. Pemeriksaan alat ukur NAASRA


a) Pastikan agar semua mur dan baut pada alat terpasang kuat.
b) Pastikan bahwa kabel tidak berjumbai pada lubang tempat menembus lantai dan
diganti apabila berjumbai.
c) Pastikan bahwa kabel selongsong dapat flexible menggerakkan alat pencatat dan
Odometer secara sempurna.
d) Periksa rantai terhadap kemungkinan terjadinya puntiran atau sambungan yang
lepas dan beri minyak roda gerigi secara periodik.
e) Periksa tegangan dari pegas dan ganti bila pegas kurang tegang pada saat
kendaraan berhenti.

f. Kalibrasi
Sebelum survey kekasaran dilakukan harus dicari dahulu grafik korelasi dari kendaraan
dan alat NAASRA terhadap nilai Bl (Bump Imergrator) dan IRI (International Roughness
Index). Grafik korelasi ini didapat dengan membuat seksi percobaan (SP) kemudian
melakukan pengukuran profil dan menjalankan kendaraan untuk mencatat kekasaran
permukaan. Angka korelasi yang didapat cara tersebut merupakan kalibrasi dan alat ukur
NAASRA beserta kendaraan yang digunakan.

g. Penentuan Seksi Percobaan


Seksi Percobaan dapat diambil pada ruas jalan yang akan disurvey atau ruas jalan
lainnya. Paling sedikit diperlukan 5-8 SP yang dipilih dari jalan yang kondisi
permukaannya sangat halus sampai sangat kasar.

h. Pengukuran profil Seksi Percobaan


Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 9
LAPORAN AKHIR

Titik awal dan akhir dari Seksi Percobaan diberi tanda dengan cat atau bendera. Antara
titik awal dan akhir pada jarak 40 sampai 60 cm dari tepi perkerasan jalan ditarik garis
lurus dengan kapur tulis. Pengukuran profil memanjang mengikuti garis kapur.
Pengukuran profil memanjang dilakukan dengan menggunakan alat ukur Dipstick Profiler
. Yang dicatat adalah perbedaan elevasi titik awal dengan titik kedua, titik kedua dengan
titik ketiga dan seterusnya smpai dengan titik akhir.
Apabila menggunakan alat ukur Dipstick, maka pengukuran harus dilakukan dengan baik
hingga tidak terjadi pergeseran tumpuan alat Dipstick.

i. Pembacaan NAASRA pada Seksi Percobaan


Setelah pengukuran profil selesai, kendaraan dengan alat NAASRA yang sudah diperiksa
kelengkapan dan kondisinya dijalankan pada SP mengikuti garis kapur. Hasilnya dicatat
pada form pengukuran profil SP

j. Grafik Korelasi
Data hasil pengukuran profil seksi percobaan dan pembacaan penghitung alat ukur
NAASRA dari SP yang ada, setelah diolah dengan komputer akan dihasilkan grafik korelasi
yang diperlukan. Grafik korelasi ini hanya berlaku untuk alat NAASRA dan kendaraan yang
digunakan. Apabila menggunakan alat NAASRA dan kendaraan yang lain grafik
korelasinya harus dicari lagi dengan cara yang sama. Analisa hasil kalibrasi dilakukan oleh
Supervisor yang telah berpengalaman dalam menelaah grafik-grafik korelasi.

k. Ketentuan pembacaan kekasaran NAASRA pada Seksi Percobaan.


a) Kendaraan dijalankan dengan kecepatan 30-35 km/jam
b) Pembacaan dilakukan 5 kali pada lintasan yang sama. Mengikuti garis kapur
c) Apabila hasil dari kelima kali pembacaan jauh berbeda maka kendaraan harus
diperiksa kembali dan proses pembacaan yang kurang lebih tetap untuk dicatat pada
form yang tersedia.

Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 10


LAPORAN AKHIR

l. Pelaksanaan Survey
Setelah diketahui besarnya nilai kalibrasi alat/kendaraan NAASRA dan dinyatakan masih
dalam batas toleransi yang diizinkan, maka survey dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a) Sebelum digunakan untuk survey, kendaraan harus dijalankan + 10 menit untuk
pemanasan hidrolik peredam kejut.
b) Pada titik awal ruas jalan yang disurvey teknisi harus menyetel pembacaan alat
ukur NAASRA dan pembacaan alat ukur jarak (Odometer) ke dalam kedudukan nol.
c) Kendaraan dijalankan dengan kecepatan tetap sekitar 30-35 km/jam dan diusahakan
agar kendaraan berjalan pada lajur 40-60 cm dari tepi perkerasan jalan.
Penyimpangan terhadap ketentuan tersebut dapat dilakukan hanya apabila terpaksa
untuk keperluan mendahului kendaraan lain yang berhenti atau berjalan lebih
lambat pada lajur tersebut.
d) Berdasarkan pembacaan Odometer teknisi harus memberitahu pengemudi apabila
kendaraan kira-kira 50 m lagi sampai pada patok km/titik referensi dengan maksud
agar pengemudi dapat bersiap-siap memberitahu kepada teknisi apabila kendaraan
tiba di patok km/titik referensi.
e) Teknisi harus melakukan pencatatan angka kekasaran NAASRA setiap jarak 1 km,
sejak dari titik awal sampai dengan titik ruas jalan yang disurvey.
f) Pembacaan (pencatatan) kekasaran NAASRA dilakukan pada saat sumbu roda depan
kendaraan melewati patok km dan titik referensi yang berupa tanda dengan cat.
g) Untuk survey yang dilakukan pada ruas jalan yang mempunyai jalur pemisah
(median, saluran atau lainnya) maka survey dilakukan pada jalur yang diperkirakan
mempunyai nilai kekasaran lebih besar.
2.5. Pengumpulan Data Lalu Lintas

Survey Penghitungan Lalu Lintas dilakukan pada 265 ruas. Hasil survey untuk ruas-ruas yang
telah di dapat Data volume lalu lintasnya merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk
fase perencanaan, disain, manajemen sampai pengoperasian jalan. Data tersebut dapat
mencakup seluruh jaringan jalan pada suatu daerah yang diinginkan atau hanya pada jalan-
jalan yang melintasi garis kordon. Volume lalu lintas merupakan salah satu karakteristik dasar
Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 11
LAPORAN AKHIR

lalu lintas selain kepadatan dan kecepatan yang dari ketiga karakteristik tersebut memiliki
hubungan yang sangat erat. Sehingga lebih jauh lagi data volume lalu lintas, analisis
kecelakaan, perencanaan jaringan, pendanaan dan sebagainya.
Survey volume lalu lintas dapat digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat
penggunaan suatu ruas jalan yang telah ada seperti :
 Volume lalu lintas perjam
 volume lalu lintas perhari (harian)
 Klasifikasi kendaraan
 Pergerakan kendaraan
 Volume pejalan kaki

Tujuan survey adalah untuk memperoleh jumlah volume pengguna prasarana (jalan) dalam
aturan tertentu serta pada selang waktu tertentu. Acuan untuk pelaksanaan survey ini adalah
Buku Panduan Survey Perhitungan Lalu Lintas (Cara Manual) Ditjen Bina Marga 12 Agustus
2007.

Pelaporan
Laporan yang harus disampaikan oleh petugas survey adalah berkas formulir isian survey yang
telah diisi meliputi formulir 01, 02 dan 03. Laporan dibundel dengan baik sehingga tidak
mudah lepas, dikelompokkan berdasarkan nomor ruas jalan yang disurvey.

Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 12

Anda mungkin juga menyukai