BAB
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, maka konsultan telah
membuat program kerja yang penjabarannya di uraikan dalam suatu metode, sesuai dengan
pemahaman.
KATEGORI SURVEY
Berdasarkan kontrak yang telah ditandatangani, jenis pekerjaan Survey Paket ini meliputi :
Kegiatan survey inventarisasi jalan ini sesuai kontrak sepanjang 445.049 Km dengan 265 ruas
Jalan. Tujuan survey inventarisasi adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai prasarana
transportasi jalan yang meliputi alinyemen jalan, kondisi fisik dari jalan dan kualitas
permukaan jalan dalam kaitannya dengan kenyamanan berkendaraan.
Ketelitian pengukuran diusahakan setinggi mungkin.
Informasi yang dikumpulkan dalam invetarisasi jalan meliputi :
Panjang, Lebar, Ruas Jalan.
Janis konstruksi perkerasan jalan.
Jarak pandang
Fasilitas pejalan kaki, bahu jalan dan drainase
Mengacu pada kontrak yang ada rencana pelaksanaan survey kondisi jalan dilakukan pada
265 ruas jalan sepanjang 445.049 Km.
Maksud dan tujuan survey kondisi jalan atau SKJ ( Road Condition Survey, RCS) adalah untuk
mendapatkan data kondisi dari bagian-bagian jalan yang mudah berubah, baik untuk jalan
aspal maupun jalan tanah/kerikil kalau ada, sesuai kebutuhan untuk penyusunan rencana
dan program pembinaan jaringan jalan. Hasil survey kondidi jalan bersama dengan hasil
survey jalan lainnya serta perhitungan lalu lintas digunakan untuk penyusunan rencana dan
program pembinaan jaringan jalan dan sebagai masukan dalam sistim perencanaan teknis
jalan.
Survey kondisi jalan juga dimaksudkan untuk dapat memberikan masukan data pada leger
jalan dan bank data jalan, baik di tingkat pusat, di tingkat propinsi serta di tingkat kabupaten/
kotamadya.
Berdasarkan survey titik referensi maka dilakukan survey kondisi jalan. Untuk pelaksanaan
survey kondisi jalan pada jalan di aspal agar diusahakan bersamaan waktunya dengan survey
kekasaran permukaan jalan, sehigga hasil keduanya bisa saling melengkapi.
Acuan yang digunakan untuk pelaksanaan survey ini adalah merujuk pada Buku Panduan
Survey Kondisi Jalan, Ditjen Bina Marga 2007. Formulir yang digunakan ada 2 jenis yaitu :
Formulir utama survey kondisi jalan untuk jalan aspal dan jalan kerikil.
Formulir penunjang yaitu formulir yang digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
kondisi secara visual dari dalam kendaraan, baik pada jalan beraspal maupun jalan tak
beraspal/ kerikil dengan pengamatan setiap 100 meter.
b. Persiapan.
Dalam tahap ini yang dipersiapkan adalah :
Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 3
LAPORAN AKHIR
c. Pelaksanaan.
Survey dilaksanakan pada ruas jalan mulai dari titik awal sampai dengan titik akhir ruas
jalan tersebut. Pelaksanaannya dilakukan dari patok kilometer kecil kearah patok
kilometer besar.
d. Cara Pengamatan.
Petugas survey mengamati kondisi jalan dari dalam kendaraan yang dijalankan tidak lebih
dari 30 km/jam dan mengisi formulir penunjang yang ditentukan. Petugas survey
menentukan kondisi yang mewakili dari 1 kilometer segmen jalan yang disurvey tersebut.
Dalam kondisi khusus dan tidak dapat diamati dari dalam kendaraan, maka petugas
survey harus turun dari kendaraan dan mengamati dengan teliti kondisi jalan yang tidak
dapat diamati dari dalam kendaraan, serta melakukan pengukuran-pengukuran terhadap
kerusakan yang ada.
e. Pengisian Formulir
Setiap lembar formulir survey digunakan untuk mencatat data kondisi jalan sepanjang 1
(satu) kilometer segmen jalan dan harus diisi pada saat petugas survey sampai diakhir
kilometer yang bersangkutan.
Formulir survey dibedakan untuk pelaksanaan survey kondisi jalan pada permukaan jalan
aspal dan permukaan jalan yang tidak diaspal (jalan tanah atau jalan kerikil)
f. Dokumentasi
Foto dokumentasi dibuat pda awal ruas, pada setiap patok km/tanda dengan cat/tanda
sementara yang lain dan pada akhir ruas sesuai dengan hasit survey titik referensi (STR).
Setiap pengambilan foto dicatat dalam daftar pengambilan foto.
h. Pengamatan pada jalan berjalur banyak yang tidak mempunyai jalur pemisah
(median):
Ruas jalan tersebut mempunyai nama satu ruas saja dan perlakuannya sama
dengan ruas jalan yang hanya mempunyai 2 jalur saja.
Tipe jalan ini biasanya disebut 4/2 UD yang berarti 4 jalur 2 arah tidak terbagi
(UD = Undivide).
Kondlsi yang dilaporkan dari bahu atau eleman lainnya adalah dan kedua sisi
jalan tersebut.
i. Apabila suatu ruas jalan mempunyai patok kilometer yang diukur lebih dari satu kota
asal, maka khusus untuk ruas jalan tersebut pelaksanaan surveynya harus dilakukan
sebagaimana dalam survey data titik referensi.
j. Apabila suatu ruas jalan mempunyai patok kilometer ganda baik yang disebabkan
oleh pemasangan patok baru dimana patok lamanya belum dicabut atau karena
perbedaan kota asal pengukuran jarak, maka survey harus dilakukan berdasarkan
data titik referensi.
2. Pelaporan
Laporan yang harus disampaikan oleh petugas survey adalah :
a. Berkas formulir survey kondisi jalan dan formulir penunjang yang telah diisi
b. Foto dokumentasi beserta filenya.
Pelaksanaan survey Titik Referensi jalan dilakukan pada 265 ruas sepanjang 445.049 Km.
Hasil pelaksanaan survey titik referensi untuk ruas-ruas yang telah ditentukan dapat dilihat pada
lampiran hasil survey.
Tujuan Survey Titik Referensi Ruas jalan dalam pekerjaan ini adalah menentukan referensi
titik awal dan akhir suatu ruas jalan, lokasi patok kilometer yang ada di lapangan dan tanda
referensi sementara apabila tidak ditemukan patok kilometer. Titik referensi ini akan menjadi
acuan lokasi untuk pelaksanaan survey beikutnya. Survey titik referensi meliputi kegiatan-
kegiatan antara lain : mempersiapkan peta jaringan jalan antar kota dan dalam kota serta
pendukung lainnya sebagai bahan untuk menentukan rencana rute survey titik referensi dan
perkiraan lokasi titik referensi.
Survey data Titik Referensi disingkat STR dimaksudkan untuk menentukan titik-titik referensi
pada suatu ruas jalan yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan survey jalan.
Dari survey titik referensi dapat ditentukan jarak titik referensi terhadap kota awal kilometer,
serta dapat pula ditentukan panjang sebenarnya dari suatu ruas jalan.
Di samping itu survey data titik referensi dimaksudkan pula sebagai masukan data untuk leger
jalan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat propinsi dan kota/kabupaten. Survey Data Titik
Referensi ini akan dilaksanakan sesuai dengan panduan yang ada dalam Buku Panduan Survey
Data Titik Referensi Dan penomoran Ruas Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga, 2007 .
Pelaksanaan survey kekasaran permukaan jalan 265 ruas dengan panjang total 445.049 Km.
Hasil pelaksanaan survey kekasaran permukaan jalan untuk ruas-ruas yang telah ditentukan
dapat dilihat pada lampiran data hasil survey.
Maksud dan tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk memberikan kejelasan mengenai
pelaksanaan survey kekasaran permukaan jalan dengan alat ukur NAASRA. Data yang
diperoleh dari survey ini akan menjadi salah satu masukan dalam penyusunan rencana dan
program pembinaan jalan. Survey kekasaran permukaan jalan dengan alat NAASRA hanya
dilakukan pada jalan aspal/beton semen dengan kondisi rusak ringan, baik dan baik sekali.
Survey ini tidak dilakukan pada jalan tanah, kerikil dan jalan aspal/beton semen dengan
kondisi rusak berat.
Sebagai acuan untuk pelaksanaan survey ini digunakan Buku Panduan Survey Kekasaran
Permukaan Jalan dengan Alat Ukur NAASRA, Ditjen Bina Marga 2007. Tata cara survey
kekasaran permukaan jalan adalah sebagai berikut:
j) 2 buah Monitor TV mobil yang akan dipasang pada sandaran kursi untuk
memonitor video handycam Net Inventory yang dipasang diatap mobil bagian
depan dan kondisi aspal (perkerasan) yang dipasang di belakang atap mobil
k) Kabel –kabel Audio Visual penghubung monitor dengan handycam
c. Persyaratan kendaraan.
i. Penggerak kendaraan ada pada roda belakang.
ii. Perdam Kejut (shock absorber) harus dari jenis yang kuat (fungsi gandar/ heavy
duty) berfungsi dengan baik wlaupun berjalan di atas perkerasan yang buruk. Jika
kendaraan survey mempunyai peredam kejut yang biasa harus diganti dengan jenis
yang kuat.
iii. Pegas harus keras, dapat berbentuk per keong atau per daun dan harus bebas dari
keretakan, patah atau kerusakan-kerusakan lain
iv. Keempat ban kendaraan dan ban cadangan mempunyai kontak permukaan
yang baik, dan kondisi baik tanpa sobekan penonjolan dan legokan dengan ukuran
tekanan ban 28 psi.
v. Kelima pelek ban (4 roda terpasang dan 1 roda cadangan) harus dari jenis ukuran
dan pabrik yang sama dan mempunyai kondisi yang baik agar mantap terpasang
pada roda.
vi. Semua ban harus benar-benar terpasang seimbang atau stabil pada pelek. Setelah
semuanya dalam keadaan seimbang pada tiap ban dan pelek harus diberi tanda
dengan cat, yang merupakan pasangan, agar apabila terjadi penggantian ban
pemasangannya kembali harus pada pelek pasangannya seperti pada waktu dalam
keadaan seimbang.
vii. Bahan bakar, oli kendaraan survey harus selalu cukup untuk memenuhi jadwal
pekerjaan survey tiap hari.
ii. Pemasangan/penempatan alat hitung kekasaran NAASRA dan alat hitung jarak
(Odometer) agar diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi
surveyor untuk melakukan pembacaan kedua alat tersebut dalam waktu yang
hampir bersamaan.
f. Kalibrasi
Sebelum survey kekasaran dilakukan harus dicari dahulu grafik korelasi dari kendaraan
dan alat NAASRA terhadap nilai Bl (Bump Imergrator) dan IRI (International Roughness
Index). Grafik korelasi ini didapat dengan membuat seksi percobaan (SP) kemudian
melakukan pengukuran profil dan menjalankan kendaraan untuk mencatat kekasaran
permukaan. Angka korelasi yang didapat cara tersebut merupakan kalibrasi dan alat ukur
NAASRA beserta kendaraan yang digunakan.
Titik awal dan akhir dari Seksi Percobaan diberi tanda dengan cat atau bendera. Antara
titik awal dan akhir pada jarak 40 sampai 60 cm dari tepi perkerasan jalan ditarik garis
lurus dengan kapur tulis. Pengukuran profil memanjang mengikuti garis kapur.
Pengukuran profil memanjang dilakukan dengan menggunakan alat ukur Dipstick Profiler
. Yang dicatat adalah perbedaan elevasi titik awal dengan titik kedua, titik kedua dengan
titik ketiga dan seterusnya smpai dengan titik akhir.
Apabila menggunakan alat ukur Dipstick, maka pengukuran harus dilakukan dengan baik
hingga tidak terjadi pergeseran tumpuan alat Dipstick.
j. Grafik Korelasi
Data hasil pengukuran profil seksi percobaan dan pembacaan penghitung alat ukur
NAASRA dari SP yang ada, setelah diolah dengan komputer akan dihasilkan grafik korelasi
yang diperlukan. Grafik korelasi ini hanya berlaku untuk alat NAASRA dan kendaraan yang
digunakan. Apabila menggunakan alat NAASRA dan kendaraan yang lain grafik
korelasinya harus dicari lagi dengan cara yang sama. Analisa hasil kalibrasi dilakukan oleh
Supervisor yang telah berpengalaman dalam menelaah grafik-grafik korelasi.
l. Pelaksanaan Survey
Setelah diketahui besarnya nilai kalibrasi alat/kendaraan NAASRA dan dinyatakan masih
dalam batas toleransi yang diizinkan, maka survey dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a) Sebelum digunakan untuk survey, kendaraan harus dijalankan + 10 menit untuk
pemanasan hidrolik peredam kejut.
b) Pada titik awal ruas jalan yang disurvey teknisi harus menyetel pembacaan alat
ukur NAASRA dan pembacaan alat ukur jarak (Odometer) ke dalam kedudukan nol.
c) Kendaraan dijalankan dengan kecepatan tetap sekitar 30-35 km/jam dan diusahakan
agar kendaraan berjalan pada lajur 40-60 cm dari tepi perkerasan jalan.
Penyimpangan terhadap ketentuan tersebut dapat dilakukan hanya apabila terpaksa
untuk keperluan mendahului kendaraan lain yang berhenti atau berjalan lebih
lambat pada lajur tersebut.
d) Berdasarkan pembacaan Odometer teknisi harus memberitahu pengemudi apabila
kendaraan kira-kira 50 m lagi sampai pada patok km/titik referensi dengan maksud
agar pengemudi dapat bersiap-siap memberitahu kepada teknisi apabila kendaraan
tiba di patok km/titik referensi.
e) Teknisi harus melakukan pencatatan angka kekasaran NAASRA setiap jarak 1 km,
sejak dari titik awal sampai dengan titik ruas jalan yang disurvey.
f) Pembacaan (pencatatan) kekasaran NAASRA dilakukan pada saat sumbu roda depan
kendaraan melewati patok km dan titik referensi yang berupa tanda dengan cat.
g) Untuk survey yang dilakukan pada ruas jalan yang mempunyai jalur pemisah
(median, saluran atau lainnya) maka survey dilakukan pada jalur yang diperkirakan
mempunyai nilai kekasaran lebih besar.
2.5. Pengumpulan Data Lalu Lintas
Survey Penghitungan Lalu Lintas dilakukan pada 265 ruas. Hasil survey untuk ruas-ruas yang
telah di dapat Data volume lalu lintasnya merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk
fase perencanaan, disain, manajemen sampai pengoperasian jalan. Data tersebut dapat
mencakup seluruh jaringan jalan pada suatu daerah yang diinginkan atau hanya pada jalan-
jalan yang melintasi garis kordon. Volume lalu lintas merupakan salah satu karakteristik dasar
Pekerjaan Survey IRMS Kabupaten Purbalingga II- 11
LAPORAN AKHIR
lalu lintas selain kepadatan dan kecepatan yang dari ketiga karakteristik tersebut memiliki
hubungan yang sangat erat. Sehingga lebih jauh lagi data volume lalu lintas, analisis
kecelakaan, perencanaan jaringan, pendanaan dan sebagainya.
Survey volume lalu lintas dapat digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat
penggunaan suatu ruas jalan yang telah ada seperti :
Volume lalu lintas perjam
volume lalu lintas perhari (harian)
Klasifikasi kendaraan
Pergerakan kendaraan
Volume pejalan kaki
Tujuan survey adalah untuk memperoleh jumlah volume pengguna prasarana (jalan) dalam
aturan tertentu serta pada selang waktu tertentu. Acuan untuk pelaksanaan survey ini adalah
Buku Panduan Survey Perhitungan Lalu Lintas (Cara Manual) Ditjen Bina Marga 12 Agustus
2007.
Pelaporan
Laporan yang harus disampaikan oleh petugas survey adalah berkas formulir isian survey yang
telah diisi meliputi formulir 01, 02 dan 03. Laporan dibundel dengan baik sehingga tidak
mudah lepas, dikelompokkan berdasarkan nomor ruas jalan yang disurvey.