2 Pemeliharaan Jalan
2.2.1 Kajian Struktur Perkerasan Jalan
Pada kajian mengenai struktur perkerasan jalan terdapat beberapa survai yang
dilaksanakan yaitu sebagai berikut.
2.2.1.1 Survai Ketidakrataan Permukaan Jalan
1. Standar Acuan
Dokumen yang dijadikan sebagai standar acuan untuk menganalisis ketidakrataan
permukaan jalan adalah sebagai berikut:
a. SNI 03-3426-1994 tentang Tata Cara Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan
dengan Alat Ukur Kerataan NAASRA
b. Austroad Guide to Asset Management 05B-07 Part 5B: Roughness
2. Tujuan
Survai ketidakrataan permukaan jalan memiliki tujuan untuk mendapatkan nilai
IRI (International Roughness Index) yang merupakan sebuah parameter yang
digunakan sebagai pengukur deviasi profil memanjang jalan. Nilai IRI juga
berkaitan dengan tingkat kenyamanan berkendara.
3. Metode Pelaksanaan
a. Kalibrasi alat/kendaraan naasra sebelum survai kerataan dilakukan sesuai
ketentuan;
b. Periksa kendaraan dan perelengkapannya sesuai dengan ketentuan;
c. Jalankan kendaraan ± 10 menit untuk pemanasan hidrolik peredam kejut;
d. Stel pembacaan alat ukur naasra dan pembacaan alat ukur jarak (odometer)
kedalam kedudukan nol (0) pada titik awal ruas jalan yang disurvai;
e. Jalankan kendaraan dengan kecepatan tetap sekitar 30 km/jam, kendaraan
harus berjalan pada jalur jejak roda kiri luar; penyimpangan terhadap
ketentuan tersebut dapat dilakukan hanya apabila terpaksa untuk keperluan
mendahului kendaraan lain yang berhenti atau berjalan lebih lambat pada jalur
tersebut;
f. Catat kerataan naasra setiap jarak 1 km, sejak dari titik awal sampai dengan
titik akhir ruas jalan yang disurvai.
4. Lokasi Survai
Survai dilaksanakan pada jalan tol Pondok Aren – Serpong dengan panjang 7,25
Km yang merupakan jalan 6/2 UD.
5. Keluaran
Keluaran dari survai ini adalah nilai ketidakrataan permukaan jalan (IRI) untuk
setiap ruas jalan.
5. Keluaran
Adapun keluaran dari survai ini adalah berupa nilai kekesatan permukaan
perkerasan jalan rata-rata dengan alat Mu-Meter (MuN rata-rata).
2.2.1.8 Survai Uji Kuat Tekan Beton Hasil dari Core Drill Test
1. Standar Acuan
Standar acuan yang digunakan pada survai ini adalah sebagai berikut:
a. SNI 15-706 Hand Out Pengujian Beton Keras
b. SK SNI M-35-1997-03 mengenai tata cara pengujian kekuatan core drill dan
bor
c. ASTM D2113-14 Standard Practice for Rock Core Drilling and Sampling of
Rock for Site Exploration
d. SNI 03-2847-2002 mengenai sampling beton dan pengujian
2. Tujuan
Survai uji kuat tekan beton bertujuan untuk menentukan besarnya nilai kuat tekan
beton pada suatu elemen struktur, dari benda uji yang diambil dengan cara
pengeboran (core drill tes).
3. Metode Pelaksanaan
Beberapa ketentuan dalam melakukan pengujian dengan cara core drill, antara
lain:
a. Benda uji minimal 3 buah , kekuatan harus ≥ 80% dari kekuatan rencana dan
tidak boleh ada satupun dari 3 benda uji tersebut ≤ 75% hasilnya dari kekuatan
rencana.
b. Sebelum dicapping (diberi topi ).
- Benda uji harus memenuhi ketentuan 1/Ø lebih besar atau sama dengan
0,95 dimana 1 = panjang dan Ø = diameter benda uji.
- Benda uji harus memenuhi ketentuan 1/Ø lebih besar atau sama dengan
0,95 dimana 1 = panjang dan Ø = diameter benda uji.
c. Permukaan bidang tekan benda uji harus rata dan tegak lurus dengan sumbu
benda uji Ø benda uji harus sama agar:
- Penyimpangan kerataan permukaan bidang tekan ≤ 1 mm.
- Penyimpangan terhadap diameter rata-rata ≤ 1 mm.
- Penyimpangan arah tegak lurus permukaan bidang tekan terhadap
permukaan ujung benda uji ≤ 1 mm.
d. Letak baja tulangan harus tegak lurus terhadap sumbu batang.
e. Jumlah baja tulangan ≤ 2 batang , jika lebih maka harus dipotong atau
digerinda.
- Setelah dicapping Benda uji harus memenuhi syarat, yaitu 1.00 ≤ L1/Ø ≤
2.00
Dimana : L’ = panjang benda uji setelah di kaping
Ø= Diameter benda uji.
- Tebal lapisan capping ≤ 10 mm
f. Kecepatan Pemberian Benda Uji. Pemberian beban uji harus dilakukan dengan
pembebanan benda uji yang konstan berkisar antara 0.2 N/ perdetik hingga
benda uji hancur.
g. Kuat Tekan Beton Inti. Kuat tekan beton inti ialah kuat tekan dari benda uji
beton inti. Kuat tekan benda uji beton inti dihitung sampai ketelitian 0.5 Mpa
dengan menggunakan rumus:
Langkah Kerja
a. Siapkan peralatan dan bahan.
b. Pasangkan Core Drill dengan arah vertical atau tegak lurus benda uji atau plat
beton, satu set alat-alat agar benar-benar vertical dengan bantuan tabung nivo
c. Kemudian, Setelah alat disiapkan lakukan pengeboran pada plat beton yang
telah disiapkan untuk mengambil benda uji.
d. Selama pengeboran usahakan air selalu mengalir pada mata bor, guna untuk
membantu proses pengeboran danagar mata bor tidak panas botol kering
e. Lalu, Setelah pengeboran selesai, ambil benda uji kemudian potong, hingga
mendapat panjang yang diinginkan.
f. Dalam benda uji tidak boleh ada tulangan dengan arah vertical terhadap benda
uji dan apabila terhadap benda uji dan apabila terdapat tulangan vertikal maka
benda uji tidak terpakai. Dan untuk benda uji yang terdapat tulangan arah
horizontal, maka benda uji tersebut dapat dipakai
g. Kemudian timbang benda uji.
h. Capping benda uji dengan menggunakan campuran belerang dan pasir kwarsa
(dipanaskan hingga mencair) dengan tebal maksimal 10 mm .
i. Ukur tinggi benda setelah dicapping (L2).
j. Tekan benda uji sampai hancur, kemudian tentukan besarnya beban hancur
tersebut (Pmax).
k. Setelah data didapatkan tentukan kuat tekan rata-rata sebelum dikoreksi
(kg/cm2).
4. Keluaran
Keluaran dari survai ini adalah berupa nilai kuat tekan beton di lapangan.
5. Keluaran
Keluaran pada survai kondisi hidrologi dan hidrolika ini adalah berupa
perbandingan debit rencana berdasarkan analisis curah hujan daerah setempat dan
debit aliran air berdasarkan dimensi saluran eksisting.
dimana:
W 18 : Perkiraan total pengulangan beban sumbu standar selama masa layan
Zr : Konstanta normal pada tingkat probabilitas yang diinginkan
So : Kombinasi deviasi standar dari perkiraan beban lalu lintas dan kerusakan
struktur perkerasan
Δ PSI : Penurunan nilai kondisi struktur perkerasan yang diijinkan
SNeff
SCI = ;
SNreq
dimana:
SCI : Structural Condition Index
SNeff : Eksisiting Struktural Number
SNreq : Sturktural Number yang diperlukan
Nilai SCI>1 memberikan arti bahwa perkerasan jalan masih dalam keadaan baik dan
mampu melayani CESAL sampai akhir tahun penelitian, sedangkan nilai SCI<1
memberikan arti bahwa kondisi perkerasan jalan tidak lagi memiliki struktural yang
memadai, sehingga kegiatan rehabilitasi perlu diambil untuk meningkatkan kapasitas
struktural perkerasan jalan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka disusun suatu
metode untuk penentuan klasifikasi penanganan jalan yang secara garis besar
disajikan di bawah ini: