JURNAL
OLEH
Ibnu Roza’i
NPM. 20510067
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2023
1. EVALUASI NILAI KONDISI PERKERASAN JALAN NASIONAL DENGAN
METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) DAN METODE FALLING
WEIGHT DEFLECTOMETER (FWD) (Studi Kasus: Ruas Jalan Klaten-
Prambanan)
2
pemeliharaan yang baik agar jalan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan umur
manfaat yang direncanakan.
3
Direktorat Jenderal Bina Marga maupun AASHTO. Kondisi Struktural Jalan
Berdasarkan Nilai Lendutan dan Nilai Modulus Elastisitas Evaluasi struktural
berfungsi untuk mengetahui kemampuan perkerasan untuk mendukung repetisi
beban lalulintas kendaraan selama umur rencana. Falling Weight Deflectometer
(FWD) merupakan suatu alat uji lapangan untuk perkerasan jalan yang telah
lama digunakan di berbagai negara. Sekitar 30 tahun yang lalu alat ini
diperkenalkan pertama kali di Perancis untuk mengevaluasi struktur perkerasan
jalan. (2006) melakukan perhitungan evaluasi kekuatan struktur perkerasan jalan
dengan menggunakan metode pendekatan nilai lendutan yang dihasilkan dari
survei uji lendutan menggunakan alat FWD. Metode pendekatan nilai lendutan
yang digunakan oleh Horak ini dinamakan Deflection Bowl. Penentuan jenis
kondisi tiap lapis perkerasan dikategorikan berdasarkan nilai lendutan yang
dihasilkan dari survei uji lendutan menggunakan alat FWD.
Nilai lendutan juga digunakan untuk menghitung nilai modulus elastisitas tiap
lapis perkerasan. Nilai modulus elastisitas dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan jenis kondisi tiap lapis perkerasan. Prinsip perhitungan ini
menunjukkan bahwa modulus perkerasan jalan dapat dihitung dengan
mempersamakan cekung lendutan teoritis dengan hasil survei. Besarnya
lendutan perkerasan yang dihasilkan dapat dihitung dari data komposisi dan
tebal lapisan perkerasan (modulus elastisitas dan rasio poisson), pengaruh
lingkungan, dan konfigurasi beban roda. Oleh karena itu, banyak peneliti
mengembangkan beberapa program komputer untuk melakukan proses
perhitungan balik, yang di antaranya adalah ELMOD (Dynatest), dan BAKFAA
(Federal Aviation Administration). Data umum ruas jalan Bati-Bati-Batas Kota
Pelaihari adalah sebagai berikut: 1) Status jalan : Jalan Nasional 2) Nomor link :
005 3) Tipe perkerasan : Perkerasan lentur 4) Panjang jalan : 29,548 km 5) Jalur
lalulintas : 6,00-7,00 m 6) Lebar badan jalan : 12,00 m Gambar 1 Bagan Alir
Penelitian Data yang dibutuhkan untuk mendukung analisis pada penelitian ini
merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil pengujian pada tahun 2013
oleh Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi
Kalimantan Selatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Data yang diperlukan terdiri atas data umum dan data gambar potongan
melintang ruas jalan, data hasil pengukuran kekasaran atau kerataan (nilai IRI)
4
dari survei IIRMS menggunakan alat Roughmeter NAASRA, data hasil
pengukuran nilai lendutan dari survei uji lendutan menggunakan alat FWD, dan
data tebal perkerasan eksisting dari hasil uji core drill atau test pit.
2. KAJIAN TINGKAT KERUSAKAN JALAN METODE PAVEMENT
CONDITION INDEX (PCI) DAN METODE LENDUTAN BALIK PADA RUAS
JALAN P. M. NOOR KOTA SAMARINDA
Secara fungsi jalan P. M. Noor merupakan jalan arteri primer yang artinya
jalur yang penting untuk angkutan barang dan penumpang. Sehingga jalan di
usahakan sebisa mungkin dalam kondisi mantap. Kemantapan jalan dapat di
ukur dengan metode PCI dan metode Lendutan Balik. Identifikasi kerusakan
jalan metode PCI dilakukan secara visual sedangkan metode Lendutan Balik
menggunakan alat Benkelman Beam untuk mengukur lendutan yang terjadi pada
perkerasan jalan. Pengumpulan data dilakukan dengan survei primer dan survei
sekunder. Data kerusakan jalan untuk metode PCI di lakukan dengan survei
primer. Analisis metode Lendutan Balik mengacu pada peraturan Pd T-05-2005-
B, sedangkan Analisis metode PCI mengacu pada ASTM D6433. Nilai PCI
tertinggi yaitu pada segmen 5 adalah 74 dengan ratting very good sedangkan
nilai PCI terendah yaitu pada segmen 2 adalah 12 dengan ratting very poor, Nilai
PCI rata - rata semua segmen adalah 41 dengan ratting fair. Perawatan
5
perkerasan dengan umur 5 tahun menggunakan metode lendutan balik dengan
alat Belkenman Beam pada bagian/segmen 3.
Dengan latar belakang ini, peneliti bermaksud untuk mengkaji tentang titik
area kerusakan jalan yang dapat di identifikasi secara visualisasi dan
pengukuran lapangan menggunakan metode Pavement Condition Index (PCI)
dan secara analisa menggunakan metode lendutan balik. Pemilihan metode PCI
sebagai indeks kerusakan jalan dapat berguna untuk mengevaluasi kondisi
perkerasan saat dilakukan inspeksi dan menentukan prioritas pemeliharaan
perkerasan. Sedangkan metode lendutan balik menggunakan alat Benkelman
Beam (BB), pemilihan metode lendutan balik karena dapat menentukan
penambahan lapis tambah (overlay). JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Dasril
Paressa1), Tiopan H. M. Gultom2), Mardewi Jamal3) Jurnal Ilmu Pengetahuan
dan teknologi sipil 3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana mengetahui jenis
kerusakan jalan yang terdapat pada ruas P. M. Noor Kota Samarinda dengan
metode Pavement Condition Index (PCI)?. LANDASAN TEORI Pavement
Condition Index (PCI) Indeks Kondisi Perkerasan atau Pavement Condition
6
Indeks (PCI), adalah tingkat dari kondisi permukaan perkerasan dan ukuran yang
ditinjau dari fungsi dan daya guna mengacu pada kondisi dan kerusakan di
permukaan perkerasan yang terjadi. Nilai 0, menunjukkan perkerasan dalam
kondisi sangat rusak dan nilai 100 menunjukkan perkerasan masih sempurna.
7
penurunan kekuatan struktur perkerasan jalan raya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi nilai kondisi perkerasan pada ruas jalan Klaten-Prambanan
dengan metode Pavement Condition Index (PCI) dan metode Falling Weight
Deflectometer (FWD), serta membandingkan hasil kedua metode tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yakni dengan
mendeskripsikan dan menggambarkan data sampel sesuai dengan hasil survey
di lapangan.
8
penelitian ini yaitu mengetahui nilai kondisi perkerasan dengan mengunakan
kedua metode tersebut, serta membandingkan dan mencari korelasi hasil nilai
antara kedua metode tersebut. LANDASAN TEORI Metode Pavement Condition
Index (PCI) Metode PCI adalah metode penilaian kondisi perkerasan jalan
berdasarkan jenis, tingkat dan luas kerusakan yang terjadi. Rentang nilai yang
digunakan yaitu 0 sampai 100, dimana nilai 0 menandakan perkerasan sudah
sangat rusak dan nilai 100 menandakan perkerasan masih sangat baik.
Perhitungan PCI didasarkan atas hasil survei kondisi jalan secara visual yang
teridentifikasi dari tipe kerusakan, tingkat kerusakan (severity), dan kuantitasnya.
Jika data yang tersedia kurang dari nilai m, maka seluruh data DV pada
segmen tersebut dapat digunakan. Rumus perhitungan nilai m pada jalan
dengan perkerasan adalah sebagai berikut : (3) keterangan : m = nilai izin deduct
value (DV) per segmen HDV = nilai deduct value terbesar pada segmen tersebut.
Setelah didapat nilai CDV, maka nilai-nilai PCI untuk tiap unit dapat
dihitung dengan persamaan berikut : PCI(s) = 100 -CDV (4) keterangan : PCI(s)
= Pavement Condition Index untuk tiap unit segmen. Sedangkan nilai PCI secara
keseluruhan menggunakan persamaan : PCI (5) e-Jurnal MATRIKS TEKNIK
SIPIL/September 2017/1009 keterangan : PCI = nilai PCI perkerasan
keseluruhan.
Nilai PCI tersebut lalu dibandingkan dengan nilai rating penilaian PCI
seperti ditunjukkan Gambar 1 Gambar 1 Rating Kondisi Perkerasan Berdasarkan
Nilai PCI Beban Sumbu Standar Kumulatif (CESA) Beban sumbu standar
kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESA) merupakan
9
jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur desain selama umur
rencana (Bina Marga, 2013). Prinsip kerjanya adalah memberikan beban impuls
terhadap struktur perkerasan, khususnya perkerasan lentur melalui pelat
berbentuk sirkular (bundar), yang efeknya sama dengan kendaraan. Pada
analisis lendutan FWD dilakukan perhitungan faktor keseragaman lendutan
dengan persamaan : (7) keterangan : FK = faktor keseragaman FK ijin = faktor
keseragaman yang diijinkan = 0% -10%; keseragaman sangat baik = 11% -20%;
keseragaman baik = 21% -30%; keseragaman cukup baik s = deviasi standar dR
= lendutan rata-rata pada suatu seksi jalan Selanjutnya, dilakukan perhitungan
besarnya lendutan yang mewakili suatu sub ruas/seksi jalan, yang disesuaikan
dengan fungsi/kelas jalan, menggunakan persamaan berikut : Dwakil= dR+ 2s ;
untuk jalan.
10
Potholes, Slippage Cracking, Swell, dan Wheatering/Ravelling. sedangkan
bentuk pemeliharaan yang paling berat ditunjukan pada kerusakan Potholes
severity medium dengan jenis pemeliharaan penambalan parsial atau perbaikan
permanen dilakukan dengan penambalan di seluruh kedalaman. Tingkat
kerusakan permukaan jalan keseluruhan pada ruas jalan di Tipar Gede Kota
Sukabumi menurut metode PCI diambil dari nilai rata-rata tiap STA yaitu, 45.71.
The disharmony of road signs, signals, and lighting to the function of the
road indicates that the road infrastructure is not self explaning road, meaning that
the road is not able to explain safety information to the user correctly and
appropriately. Conditions based on BinaMarga 2020 data show there are
severely damaged roads in Sukabumi City Subdistrict on road Tipar Gede, to
know that it is necessary to analyze road damage. Pavement Condition Index
( PCI) is a method of assessing road damage that assesses based on the type of
damage level, with the value of Pavement Condition Index ( PCI) 0 ( Zero ) to 100
( One Hundred ). THIS PCI method is a visual method that uses damage
checking through direct street surveys by measuring one by one the type of
damage has a degree of damage. From the results of the research analysis
obtained the type of damage that occurred on the road in Tipar Gede Sukabumi
city according to the PCI method, there are 8 damages including Alligator
Cracking, Edge Cracking, Lane /Shoulder Drop Off, Polished Aggregate,
Potholes, Slippage Cracking, Swell, and Wheatering /Ravelling. while the most
severe form of maintenance is shown in potholes severity medium damage with a
type of partial patch maintenance or permanent repair done by patching at all
depths. The level of damage to the overall road surface on the road in Tipar
Gede Sukabumi city according to the PCI method is taken from the average
value of each STA, which is, 45.71.
11
mengindikasikan infrastruktur jalan tersebut tidak self explaning road, artinya
jalan tidak mampu menjelaskan informasi keselamatan kepada pengguna secara
benar dan tepat, sehingga pengguna kurang hati-hati ketika melintasi tikungan
dengan geometric yang substandar. Kondisi berdasarkan data BinaMarga 2020
menunjukkan ada jalan yang rusak berat di Kecamatan Kota Sukabumi yaitu
jalan Tipar Gede. Penyebab kerusakan jalan antara lain genangan air pada
permukaan jalan, beban lalu lintas yang berlebihan, perencanaan kurang tepat,
pelaksanaan yang kurang baik dan pelaksanaan yang tidak sesuai rencana,
untuk mengetahui itu maka perlu di analisis kerusakan jalan.
Jalan Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah raung lalu lintas,
terminal, dan perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi
isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, serta fasilitas
pendukung. "Jalan raya adalah jalur - jalur tanah diatas permukaan bumi yang
dibuat oleh manusia dengan bentuk ukuran - ukuran jenis konstruksinya
sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan
kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainya dengan
mudah dan cepat" (Clarkson H.Oglesby,1999). Jalan yang baik yaitu jalan yang
memiliki bentuk geomatrik yang ditetapkan sesuai fungsinya. Agar memperoleh
jalan yang baik, pada pembuatannya perlu diperhatikan aspek perencanaan
geometrik sebagai berikut : 1. Kualitas aspal 2. Pemadatan lapisan bawah , atas,
dan aspal 3. Klasifikasi jalan 4. Perawatan Jalan. Jalan Arteri berfungsi melayani
angkutan utama dengan jarak yang jauh, kecepatan rata - rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk di batasi secara efisien. Manajemen proyek adalah usaha
merencanakan, mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan dalam proyek
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal, mutu, waktu dan anggaran
yang telah ditetapkan. b. Jalan Kolektor "Jalan Kolektor yaitu jalan yang melayani
angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri - ciri perjalanan sedang,
kecepatan rata - rata yang sedang dan jumlah masuk dibatasi.
Secara garis besar kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu kerusakan struktural, mencakup kegagalan perkerasan atau kerusakan dari
satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak
dapat lagi menanggung beban lalu lintas, kerusakan fungsional yang
mengakibatkan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu
12
sehingga biaya operasi kendaraan (BOK) semakin meningkat Sedangkan jenis
kerusakan fungsional sendiri biasanya meliputi ketidakrataan permukaan
(roughness) dan lendutan. Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No:
03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
13
lainnya, hal-hal tersebut dapat mengakibatkan struktur beton (dalam hal ini
adalah balok beton bertulang) melendut melebihi apa yang diperkirakan semula
dan mengakibatkan retak pada beton. Seiring dengan bertambahnya usia
bangunan maka ada penurunan dari kapasitas struktur sehingga dimungkinkan
lendutan dan retak pada komponen struktur bertambah besar. Apalagi pada saat
mendesain balok dan pelat seringkali tidak memperhitungkan faktor lendutan
karena sudah ada pedoman preliminary design atau pradesain.
14
Dengan demikian tersusun pembagian tugas dimana batang tulangan
baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya
diperhitungkan dalam menahan gaya tekan. Namun dalam perkembangannya
dengan didasarkan pada tujuan peningkatan kemampuan kekuatan komponen,
sering dijumpai beton dan tulangan baja bersama-sama ditempatkan pada
bagian struktur dimana keduanya menahan gaya tekan. Apabila hal tersebut
yang dialami maka SNI memperbolehkan penambahan tulangan baja tarik
bersamaan dengan penambahan tulangan baja di daerah tekan Analisis
Lendutan Seketika dan Lendutan Jangka Panjang Pada Struktur Balok 23 (Daud
R. Wiyono, William Trisina) penampang balok. Hasilnya adalah balok dengan
penulangan rangkap dimana tulangan baja tarik dipasang di daerah tarik dan
tulangan tekan dipasang di daerah tekan. Pada keadaan demikian berarti
tulangan baja tekan bermanfaat untuk memperbesar kekuatan balok. Daerah III :
Taraf pasca-serviceability, di mana tegangan pada tulangan tarik sudah
mencapai tegangan lelehnya. Sebagai akibatnya perencana harus mengevaluasi
lendutan sesaat (immediate) maupun lendutan jangka panjang (long-term) agar
lendutan ini terjamin tidak akan melebihi suatu kriteria tertentu. Efek-efek yang
bergantung pada waktu ini disebabkan oleh rangkak (creep), susut (shrinkage)
dan regangan-regangan yang 24 Jurnal Teknik Sipil Volume 9 Nomor 1, April
2013 : 1-83 bergantung pada waktu.
15
16