Anda di halaman 1dari 16

TEORI LENDUTAN DALAM PEMELIHARAAN JALAN

JURNAL

OLEH
Ibnu Roza’i
NPM. 20510067

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2023
1. EVALUASI NILAI KONDISI PERKERASAN JALAN NASIONAL DENGAN
METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) DAN METODE FALLING
WEIGHT DEFLECTOMETER (FWD) (Studi Kasus: Ruas Jalan Klaten-
Prambanan)

Preparation of road maintenance activities are necessary to asses the


condition of the road pavement, which will be used as the basis for determining
the type of maintenance needed. This study aimed to determine the road
maintenance program based on the value of pavement roughness, the value of
deflection, and the modulus of elasticity. The results showed that the
determination of road conditions by combining the functional evaluation method,
based on the value of International Roughness Index, and structural evaluation
method, based on the value of deflection, is more appropriate and representing
the actual conditions in the field.

Keywords: pavement condition, road roughness, deflection, road


maintenance Abstrak Jalan dapat melayani penggunanya sesuai dengan umur
desain yang diharapkan jika program pemeliharaan jalan diterapkan dengan
benar. Persiapan kegiatan pemeliharaan jalan diperlukan untuk mengetahui
kondisi perkerasan, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis
perawatan yang dibutuhkan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan program dan pemeliharaan


jalan, berdasarkan nilai kekesaran perkerasan, nilai lendutan, dan modulus
elastisitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan kondisi jalan
berdasarkan kombinasi metode evaluasi fungsional, berdasarkan International
Roughness Index, dan evaluasi struktural, berdasarkan nilai lendutan, lebih
sesuai dan lebih mencerminkan kondisi di lapangan.

Kata-kata kunci: kondisi perkerasan, kekasaran jalan, lendutan,


pemeliharaan jalan. Pada dasarnya setiap struktur perkerasan jalan akan
mengalami proses perusakan secara progresif sejak jalan pertama kali dibuka
untuk lalulintas. Jalan akan mengalami penurunan kondisi yang disebabkan
karena kerusakan.NOleh karena itu, untuk memperlambat laju penurunan kondisi
dan mempertahankan kondisi jalan pada tingkat yang layak, perlu dilakukan

2
pemeliharaan yang baik agar jalan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan umur
manfaat yang direncanakan.

Sebuah ruas jalan dimasukkan dalam kategori penanganan tertentu


berdasarkan atas kriteria kondisi yang diatur dalam peraturan tersebut. Program
pemeliharaan jalan yang ditetapkan terdiri atas pemeliharaan rutin kondisi,
pemeliharaan rutin preventif, rehabilitasi minor dan mayor, serta peningkatan
struktur atau rekonstruksi. Ruas jalan Bati-Bati-Batas Kota Pelaihari yang berada
di Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu bagian dari Lintas Selatan
tersebut. Oleh karena itu, ruas jalan tersebut harus selalu dipelihara dengan
tepat dan baik, sehingga selalu memiliki aksesibilitas dan kondisi perkerasan
yang baik. Untuk mengatasi hal ini diperlukan suatu metode untuk menentukan
kondisi jalan yang akurat, supaya dapat disusun program pemeliharaan jalan
yang tepat dan optimal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis kondisi dan
rekomendasi pemeliharaan berdasarkan metode evaluasi fungsional
berdasarkan nilai kerataan atau IRI (International Roughness Index) yang
dihasilkan dari survei roughness NAASRA dengan metode evaluasi struktural
yang berdasarkan nilai lendutan (Deflection Bowl) dan nilai modulus elastisitas
(analisis ELMOD versi 6) yang dihasilkan dari survei FWD (Falling Weight
Deflectometer), serta berdasarkan kombinasi kedua metode evaluasi tersebut.

EVALUASI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL Kondisi Fungsional Jalan


Berdasarkan Nilai International Roughness Index Evaluasi fungsional berfungsi
untuk mengetahui dampak yang langsung dirasakan oleh pengguna jalan.
Parameter yang berhubungan dengan kondisi fungsional adalah kekasaran atau
kerataan (roughness), alur (rut depth), dan kekesatan (skid resistance). IRI atau
kerataan permukaan jalan dikembangkan oleh Bank Dunia pada tahun 1980-an
dan digunakan untuk menggambarkan suatu profil memanjang suatu jalan serta
digunakan sebagai standar kerataan permukaan jalan. Pengukuran IRI
didasarkan pada perbandingan akumulasi pergerakan Program Pemeliharaan
Jalan Nasional (David Rachmat Prabowo dan Agus Taufik Mulyono) 65 suspensi
kendaraan standar (dalam mm atau inch) dengan jarak yang ditempuh oleh
kendaraan selama pengukuran berlangsung (dalam m, km, atau mile). Untuk
mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran
dengan menggunakan berbagai metode yang telah direkomendasikan oleh

3
Direktorat Jenderal Bina Marga maupun AASHTO. Kondisi Struktural Jalan
Berdasarkan Nilai Lendutan dan Nilai Modulus Elastisitas Evaluasi struktural
berfungsi untuk mengetahui kemampuan perkerasan untuk mendukung repetisi
beban lalulintas kendaraan selama umur rencana. Falling Weight Deflectometer
(FWD) merupakan suatu alat uji lapangan untuk perkerasan jalan yang telah
lama digunakan di berbagai negara. Sekitar 30 tahun yang lalu alat ini
diperkenalkan pertama kali di Perancis untuk mengevaluasi struktur perkerasan
jalan. (2006) melakukan perhitungan evaluasi kekuatan struktur perkerasan jalan
dengan menggunakan metode pendekatan nilai lendutan yang dihasilkan dari
survei uji lendutan menggunakan alat FWD. Metode pendekatan nilai lendutan
yang digunakan oleh Horak ini dinamakan Deflection Bowl. Penentuan jenis
kondisi tiap lapis perkerasan dikategorikan berdasarkan nilai lendutan yang
dihasilkan dari survei uji lendutan menggunakan alat FWD.

Nilai lendutan juga digunakan untuk menghitung nilai modulus elastisitas tiap
lapis perkerasan. Nilai modulus elastisitas dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan jenis kondisi tiap lapis perkerasan. Prinsip perhitungan ini
menunjukkan bahwa modulus perkerasan jalan dapat dihitung dengan
mempersamakan cekung lendutan teoritis dengan hasil survei. Besarnya
lendutan perkerasan yang dihasilkan dapat dihitung dari data komposisi dan
tebal lapisan perkerasan (modulus elastisitas dan rasio poisson), pengaruh
lingkungan, dan konfigurasi beban roda. Oleh karena itu, banyak peneliti
mengembangkan beberapa program komputer untuk melakukan proses
perhitungan balik, yang di antaranya adalah ELMOD (Dynatest), dan BAKFAA
(Federal Aviation Administration). Data umum ruas jalan Bati-Bati-Batas Kota
Pelaihari adalah sebagai berikut: 1) Status jalan : Jalan Nasional 2) Nomor link :
005 3) Tipe perkerasan : Perkerasan lentur 4) Panjang jalan : 29,548 km 5) Jalur
lalulintas : 6,00-7,00 m 6) Lebar badan jalan : 12,00 m Gambar 1 Bagan Alir
Penelitian Data yang dibutuhkan untuk mendukung analisis pada penelitian ini
merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil pengujian pada tahun 2013
oleh Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi
Kalimantan Selatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Data yang diperlukan terdiri atas data umum dan data gambar potongan
melintang ruas jalan, data hasil pengukuran kekasaran atau kerataan (nilai IRI)

4
dari survei IIRMS menggunakan alat Roughmeter NAASRA, data hasil
pengukuran nilai lendutan dari survei uji lendutan menggunakan alat FWD, dan
data tebal perkerasan eksisting dari hasil uji core drill atau test pit.
2. KAJIAN TINGKAT KERUSAKAN JALAN METODE PAVEMENT
CONDITION INDEX (PCI) DAN METODE LENDUTAN BALIK PADA RUAS
JALAN P. M. NOOR KOTA SAMARINDA

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Dasril Paressa1), Tiopan H. M. Gultom2),


Mardewi Jamal3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil 1 KAJIAN
TINGKAT KERUSAKAN JALAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX
(PCI) DAN METODE LENDUTAN BALIK PADA RUAS JALAN P. M. NOOR
KOTA SAMARINDA Dasril Paressa1), Tiopan H. M. Gultom 2), Mardewi Jamal 3)
1Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil,Fakultas Teknik, Universitas
Mulawarman, Jl.Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua,Samarinda e-mail:
ismailparessa@gmail.com 2Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Mulawarman, Jl.Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua,
Samarinda e-mail: tiopanhmg@gmail.com 3Pengajar Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik,Universitas Mulawarman, Jl.Sambaliung No.9 Kampus Gunung
Kelua, Samarinda e-mail: wie_jamal@yahoo.com Abstrak Jalan P. M. Noor
merupakan Jalan Nasional yang menghubungkan Kota Samarinda dan Kota
Bontang.

Secara fungsi jalan P. M. Noor merupakan jalan arteri primer yang artinya
jalur yang penting untuk angkutan barang dan penumpang. Sehingga jalan di
usahakan sebisa mungkin dalam kondisi mantap. Kemantapan jalan dapat di
ukur dengan metode PCI dan metode Lendutan Balik. Identifikasi kerusakan
jalan metode PCI dilakukan secara visual sedangkan metode Lendutan Balik
menggunakan alat Benkelman Beam untuk mengukur lendutan yang terjadi pada
perkerasan jalan. Pengumpulan data dilakukan dengan survei primer dan survei
sekunder. Data kerusakan jalan untuk metode PCI di lakukan dengan survei
primer. Analisis metode Lendutan Balik mengacu pada peraturan Pd T-05-2005-
B, sedangkan Analisis metode PCI mengacu pada ASTM D6433. Nilai PCI
tertinggi yaitu pada segmen 5 adalah 74 dengan ratting very good sedangkan
nilai PCI terendah yaitu pada segmen 2 adalah 12 dengan ratting very poor, Nilai
PCI rata - rata semua segmen adalah 41 dengan ratting fair. Perawatan

5
perkerasan dengan umur 5 tahun menggunakan metode lendutan balik dengan
alat Belkenman Beam pada bagian/segmen 3.

Kata kunci: Kerusakan Jalan, Pavement Condition Index (PCI), Lendutan


Balik Benkelman Beam.

Secara geografis, Kota Samarinda merupakan salah satu daerah yang


berada di Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Kutai Kartanegara juga sebagai jalur lalu lintas baik berupa
perdagangan dan pengiriman barang. Hal tersebut berpengaruh pada sarana
transportasi darat yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang melintas,
sehingga diperlukan jalan P.M. Noor yang mampu mengalihkan sebagian arus
lalu lintas seperti halnya kendaraan bermuatan berat agar tidak melintas pada
lajur lalu lintas perkotaan. Permasalahan yang terjadi adalah rusaknya jalan P.M.
Kondisi pada struktur perkerasan sudah mulai menurun dengan ditandai
rusaknya lapisan perkerasan tersebut yang bisa dilihat secara langsung di lokasi
jalan, sehingga dapat menyebabkan berkurangnya kenyamanan berkendara
yang dapat menimbulkan kecelakaan dan berkurangnya efektifitas pergerakan
antar daerah yang dihubungkan. Faktor air juga dapat menjadi pemicu rusaknya
jalan P. M. Noor tersebut karena kondisi jalan ketika hujan dapat terjadi banjir
sehingga air dapat mengurangi ikatan aspal.

Dengan latar belakang ini, peneliti bermaksud untuk mengkaji tentang titik
area kerusakan jalan yang dapat di identifikasi secara visualisasi dan
pengukuran lapangan menggunakan metode Pavement Condition Index (PCI)
dan secara analisa menggunakan metode lendutan balik. Pemilihan metode PCI
sebagai indeks kerusakan jalan dapat berguna untuk mengevaluasi kondisi
perkerasan saat dilakukan inspeksi dan menentukan prioritas pemeliharaan
perkerasan. Sedangkan metode lendutan balik menggunakan alat Benkelman
Beam (BB), pemilihan metode lendutan balik karena dapat menentukan
penambahan lapis tambah (overlay). JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Dasril
Paressa1), Tiopan H. M. Gultom2), Mardewi Jamal3) Jurnal Ilmu Pengetahuan
dan teknologi sipil 3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana mengetahui jenis
kerusakan jalan yang terdapat pada ruas P. M. Noor Kota Samarinda dengan
metode Pavement Condition Index (PCI)?. LANDASAN TEORI Pavement
Condition Index (PCI) Indeks Kondisi Perkerasan atau Pavement Condition

6
Indeks (PCI), adalah tingkat dari kondisi permukaan perkerasan dan ukuran yang
ditinjau dari fungsi dan daya guna mengacu pada kondisi dan kerusakan di
permukaan perkerasan yang terjadi. Nilai 0, menunjukkan perkerasan dalam
kondisi sangat rusak dan nilai 100 menunjukkan perkerasan masih sempurna.

Pavement Condition Indeks (PCI) didasarkan pada hasil survei kondisi


visual. Tipe kerusakan, tingkat keparahan kerusakan dan ukurannya didefinisikan
saat survei kondisi tersebut. Pavement Condition Indeks (PCI) dikembangkan
untuk memberikan indeks dari integritas struktur perkerasan dan kondisi
operasional perkerasannya (Hardiyatmo, 2007). Kerapatan (Density) Kerapatan
adalah persentase luas atau panjang total dari satu jenis kerusakan terhadap
luas atau panjang total bagian jalan yang dikur, bisa dalam ft2 atau m2.
Kerapatan (Density) (%) = 100 Atau Kerapatan (Density) (%) = 100 Dengan : Ad
= Luas total dari jenis perkerasan untuk setiap tingkat keparahan kerusakan (ft2
atau m2) As = Luas total unit sampel (ft2 atau m2) Ld = Panjang total jenis
kerusakan untuk tiap tingkat keparahan kerusakan (ft2 atau m2) Nilai
Pengurangan (Deduct Value) Nilai pengurangan (deduct value) adalah suatu nilai
pengurangan untuk setiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva hubungan
kerapatan (density) dan tingkat keparahan (severity level) kerusakan.

3. ANALISIS PREDIKSI KONDISI PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN


PENDEKATAN HDM-4 UNTUK PENANGANAN JALAN (STUDI KASUS :
RUAS JALAN NASIONAL BTS. KOTA GRESIK-SADANG)

E-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2017/1007 EVALUASI


NILAI KONDISI PERKERASAN JALAN NASIONAL DENGAN METODE
PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) DAN METODE FALLING WEIGHT
DEFLECTOMETER (FWD) (Studi Kasus: Ruas Jalan Klaten-Prambanan) Daniel
Aviyanto Pratama1), Ary Setyawan2), Suryoto3) 1) Mahasiswa Program Studi
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3) Pengajar Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Jalan Ir.

Abstrak Jalan sebagai prasarana utama transportasi darat mempunyai


peranan penting sebagai penghubung antara satu daerah dengan daerah yang
lain. Jalan yang mengalami overloading karena terus menerus terbebani oleh
volume lalu lintas yang lebih besar dari yang direncanakan, akan mengalami

7
penurunan kekuatan struktur perkerasan jalan raya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi nilai kondisi perkerasan pada ruas jalan Klaten-Prambanan
dengan metode Pavement Condition Index (PCI) dan metode Falling Weight
Deflectometer (FWD), serta membandingkan hasil kedua metode tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yakni dengan
mendeskripsikan dan menggambarkan data sampel sesuai dengan hasil survey
di lapangan.

Analisis yang digunakan menggunakan data primer yang diambil dari


penilaian hasil survey PCI di lapangan, serta data sekunder berupa data
lendutan hasil pengujian alat Falling Weight Deflectometer. Hasil penelitian
dengan metode PCI pada ruas Klaten-Prambanan didapat nilai 64,45, termasuk
dalam kategori fair. Hal tersebut perlu didukung dengan keberadaan jaringan dan
struktur jalan yang baik. Struktur jalan yang baik diharapkan mampu menahan
volume lalu lintas yang melewatinya. Tetapi suatu prasarana jalan yang
mengalami pembebanan volume lalu lintas yang tinggi dan berulang-ulang, akan
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas jalan tersebut (Suswandi, 2008).
Penurunan kualitas ini dapat dilihat dari kondisi kerusakan pada permukaan
perkerasan jalan. Kerusakan pada perkerasan jalan umumnya dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu kerusakan struktural dan kerusakan fungsional.
Kerusakan struktural adalah kegagalan perkerasan atau kerusakan dari satu
atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak dapat
lagi menanggung beban lalu lintas (Bolla, 2012). Sedangkan kerusakan
fungsional adalah kerusakan pada permukaan jalan yang mengakibatkan
keamanan dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu sehingga biaya
operasi kendaraan (BOK) semakin meningkat (Bolla, 2012).

Dalam mengatasi dan menjaga tingkat pelayanan jalan dari kerusakan


tersebut, dapat dilakukan usaha melalui evaluasi terhadap nilai kondisi jalan
tersebut, sebagai acuan terhadap usulan pemeliharaan jalan dikemudian hari.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengevaluasi nilai kondisi perkerasan
hingga diperoleh jenis usulan penanganan yang dapat dilakukan. Penulis
mengambil studi kasus pada ruas jalan Klaten-Prambanan dengan e-Jurnal
MATRIKS TEKNIK SIPIL/September 2017/1008 penggunaan metode Pavement
Condition Index (PCI) dan metode Falling Weight Deflectometer (FWD). Tujuan

8
penelitian ini yaitu mengetahui nilai kondisi perkerasan dengan mengunakan
kedua metode tersebut, serta membandingkan dan mencari korelasi hasil nilai
antara kedua metode tersebut. LANDASAN TEORI Metode Pavement Condition
Index (PCI) Metode PCI adalah metode penilaian kondisi perkerasan jalan
berdasarkan jenis, tingkat dan luas kerusakan yang terjadi. Rentang nilai yang
digunakan yaitu 0 sampai 100, dimana nilai 0 menandakan perkerasan sudah
sangat rusak dan nilai 100 menandakan perkerasan masih sangat baik.
Perhitungan PCI didasarkan atas hasil survei kondisi jalan secara visual yang
teridentifikasi dari tipe kerusakan, tingkat kerusakan (severity), dan kuantitasnya.

Sedangkan langkah perhitungan nilai PCI berdasar Shain (1994) yakni: 1)


Kerapatan (Density) Kerapatan adalah nilai persentase antara luasan tipe
kerusakan terhadap luasan suatu unit segmen yang diukur dalam meter persegi.
Rumus yang digunakan menggunakan persamaan berikut : density = (1) atau,
density = (2) keterangan : Ad = luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat
kerusakan (m2) Ld = panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan
(m) As = luas total unit segmen (m2) 2) Deduct Value (DV) Deduct value adalah
nilai pengurangan tiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva hubungan
antara kerapatan dan deduct value sesuai dengan jenis kerusakan.

Jika data yang tersedia kurang dari nilai m, maka seluruh data DV pada
segmen tersebut dapat digunakan. Rumus perhitungan nilai m pada jalan
dengan perkerasan adalah sebagai berikut : (3) keterangan : m = nilai izin deduct
value (DV) per segmen HDV = nilai deduct value terbesar pada segmen tersebut.

Setelah didapat nilai CDV, maka nilai-nilai PCI untuk tiap unit dapat
dihitung dengan persamaan berikut : PCI(s) = 100 -CDV (4) keterangan : PCI(s)
= Pavement Condition Index untuk tiap unit segmen. Sedangkan nilai PCI secara
keseluruhan menggunakan persamaan : PCI (5) e-Jurnal MATRIKS TEKNIK
SIPIL/September 2017/1009 keterangan : PCI = nilai PCI perkerasan
keseluruhan.

Nilai PCI tersebut lalu dibandingkan dengan nilai rating penilaian PCI
seperti ditunjukkan Gambar 1 Gambar 1 Rating Kondisi Perkerasan Berdasarkan
Nilai PCI Beban Sumbu Standar Kumulatif (CESA) Beban sumbu standar
kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESA) merupakan

9
jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur desain selama umur
rencana (Bina Marga, 2013). Prinsip kerjanya adalah memberikan beban impuls
terhadap struktur perkerasan, khususnya perkerasan lentur melalui pelat
berbentuk sirkular (bundar), yang efeknya sama dengan kendaraan. Pada
analisis lendutan FWD dilakukan perhitungan faktor keseragaman lendutan
dengan persamaan : (7) keterangan : FK = faktor keseragaman FK ijin = faktor
keseragaman yang diijinkan = 0% -10%; keseragaman sangat baik = 11% -20%;
keseragaman baik = 21% -30%; keseragaman cukup baik s = deviasi standar dR
= lendutan rata-rata pada suatu seksi jalan Selanjutnya, dilakukan perhitungan
besarnya lendutan yang mewakili suatu sub ruas/seksi jalan, yang disesuaikan
dengan fungsi/kelas jalan, menggunakan persamaan berikut : Dwakil= dR+ 2s ;
untuk jalan.

4. ANALISIS KERUSAKAN JALAN DENGAN METODE PACEMENT KONDISI


INDEX (PCI) DI RUAS JALAN TIPAR GEDE KOTA SUKABUMI

JALAN, YANG, KERUSAKAN, DAN, ROAD, SUKABUMI, PCI, DENGAN,


JALAN TIPAR GEDE. Mengacu kepada sistem transportasi nasional, jalan
mempunyai peranan penting dalam lingkungan masyarakat, ekonomi, budaya,
pendidikan, pertahanan dan keamanan. Kondisi ketidakharmonisan rambu,
sinyal, dan lampu penerangan terhadap fungsi jalan mengindikasikan
infrastruktur jalan tersebut tidak self explaning road, artinya jalan tidak mampu
menjelaskan informasi keselamatan kepada pengguna secara benar dan tepat.
Sehingga perlu di dukung oleh kondisi perkerasan lentur yang baik.

Kondisi berdasarkan data BinaMarga 2020 menunjukkan ada jalan yang


rusak berat di Kecamatan Kota Sukabumi yaitu jalan Tipar Gede, untuk
mengetahui itu maka perlu di analisis kerusakan jalan. Pavement Condition Index
( PCI ) yaitu metode penilaian kerusakan jalan yang menilai berdasarkan jenis
tingkat kerusakan, dengan nilai Pavement Condition Index ( PCI ) 0 ( Nol )
sampai 100 ( Seratus ). Metode PCI ini metode visual yang menggunakan
pengecekan kerusakan melalui survey langsung kejalan dengan mengukur satu
persatu jenis kerusakan mempunyai tingkat kerusakan. Dari hasil analisis
penelitian didapatkan jenis kerusakan yang terjadi pada ruas jalan di Tipar Gede
Kota Sukabumi menurut metode PCI yaitu terdapat 8 kerusakan diantaranya
Aligator Cracking, Edge Cracking, Lane/Shoulder Drop Off, Polished Agregat,

10
Potholes, Slippage Cracking, Swell, dan Wheatering/Ravelling. sedangkan
bentuk pemeliharaan yang paling berat ditunjukan pada kerusakan Potholes
severity medium dengan jenis pemeliharaan penambalan parsial atau perbaikan
permanen dilakukan dengan penambalan di seluruh kedalaman. Tingkat
kerusakan permukaan jalan keseluruhan pada ruas jalan di Tipar Gede Kota
Sukabumi menurut metode PCI diambil dari nilai rata-rata tiap STA yaitu, 45.71.

Kata Kunci : Analisis Kerusakan Jalan, Infrastruktur Jalan, Metode


Pavement Condition Index Abstract Road is a means of transportation to connect
places to another, in general the road is built as an infrastructure to facilitate
mobility and accessibility of socioeconomic activities in the community.

The disharmony of road signs, signals, and lighting to the function of the
road indicates that the road infrastructure is not self explaning road, meaning that
the road is not able to explain safety information to the user correctly and
appropriately. Conditions based on BinaMarga 2020 data show there are
severely damaged roads in Sukabumi City Subdistrict on road Tipar Gede, to
know that it is necessary to analyze road damage. Pavement Condition Index
( PCI) is a method of assessing road damage that assesses based on the type of
damage level, with the value of Pavement Condition Index ( PCI) 0 ( Zero ) to 100
( One Hundred ). THIS PCI method is a visual method that uses damage
checking through direct street surveys by measuring one by one the type of
damage has a degree of damage. From the results of the research analysis
obtained the type of damage that occurred on the road in Tipar Gede Sukabumi
city according to the PCI method, there are 8 damages including Alligator
Cracking, Edge Cracking, Lane /Shoulder Drop Off, Polished Aggregate,
Potholes, Slippage Cracking, Swell, and Wheatering /Ravelling. while the most
severe form of maintenance is shown in potholes severity medium damage with a
type of partial patch maintenance or permanent repair done by patching at all
depths. The level of damage to the overall road surface on the road in Tipar
Gede Sukabumi city according to the PCI method is taken from the average
value of each STA, which is, 45.71.

Keyword : Road Damage Analysis, Road Infrastructure, Pavement


Condition Index Method Jurnal Student Teknik Sipil Edisi Volume 2 No.Kondisi
ketidakharmonisan rambu, sinyal, dan lampu penerangan terhadap fungsi jalan

11
mengindikasikan infrastruktur jalan tersebut tidak self explaning road, artinya
jalan tidak mampu menjelaskan informasi keselamatan kepada pengguna secara
benar dan tepat, sehingga pengguna kurang hati-hati ketika melintasi tikungan
dengan geometric yang substandar. Kondisi berdasarkan data BinaMarga 2020
menunjukkan ada jalan yang rusak berat di Kecamatan Kota Sukabumi yaitu
jalan Tipar Gede. Penyebab kerusakan jalan antara lain genangan air pada
permukaan jalan, beban lalu lintas yang berlebihan, perencanaan kurang tepat,
pelaksanaan yang kurang baik dan pelaksanaan yang tidak sesuai rencana,
untuk mengetahui itu maka perlu di analisis kerusakan jalan.

Jalan Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah raung lalu lintas,
terminal, dan perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi
isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, serta fasilitas
pendukung. "Jalan raya adalah jalur - jalur tanah diatas permukaan bumi yang
dibuat oleh manusia dengan bentuk ukuran - ukuran jenis konstruksinya
sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan
kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainya dengan
mudah dan cepat" (Clarkson H.Oglesby,1999). Jalan yang baik yaitu jalan yang
memiliki bentuk geomatrik yang ditetapkan sesuai fungsinya. Agar memperoleh
jalan yang baik, pada pembuatannya perlu diperhatikan aspek perencanaan
geometrik sebagai berikut : 1. Kualitas aspal 2. Pemadatan lapisan bawah , atas,
dan aspal 3. Klasifikasi jalan 4. Perawatan Jalan. Jalan Arteri berfungsi melayani
angkutan utama dengan jarak yang jauh, kecepatan rata - rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk di batasi secara efisien. Manajemen proyek adalah usaha
merencanakan, mengkoordinasikan serta mengawasi kegiatan dalam proyek
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jadwal, mutu, waktu dan anggaran
yang telah ditetapkan. b. Jalan Kolektor "Jalan Kolektor yaitu jalan yang melayani
angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri - ciri perjalanan sedang,
kecepatan rata - rata yang sedang dan jumlah masuk dibatasi.

Secara garis besar kerusakan jalan dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu kerusakan struktural, mencakup kegagalan perkerasan atau kerusakan dari
satu atau lebih komponen perkerasan yang mengakibatkan perkerasan tidak
dapat lagi menanggung beban lalu lintas, kerusakan fungsional yang
mengakibatkan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan menjadi terganggu

12
sehingga biaya operasi kendaraan (BOK) semakin meningkat Sedangkan jenis
kerusakan fungsional sendiri biasanya meliputi ketidakrataan permukaan
(roughness) dan lendutan. Menurut Manual Pemeliharaan Jalan No:
03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

5. ANALISIS LENDUTAN SEKETIKA DAN LENDUTAN JANGKA PANJANG


PADA STRUKTUR BALOK

Namun seringkali dalam pengerjaannya struktur dibebani lebih besar dari


yang diperkirakan semula. Ditambah lagi dengan adanya kesalahan dalam
pelaksanaan di lapangan misalnya kurangnya jumlah tulangan yang dipasang,
jarak antar sengkang yang lebih panjang dari yang direncanakan, mutu beton
yang kurang dari yang direncanakan serta hal-hal lainnya. Apalagi seiring
dengan bertambahnya usia bangunan maka ada penurunan dari kapasitas
struktur akibat efek rangkak, susut, dan timbulnya retak akibat beban kerja
sehingga dimungkinkan lendutan yang terjadi pada komponen struktur
bertambah besar.

Sebelum menghitung lendutan pada balok, terlebih dahulu harus


dipastikan bahwa balok yang ditinjau mampu menahan beban-beban yang akan
diberikan pada balok tersebut. Oleh sebab itu luas tulangan merupakan faktor
yang amat penting untuk diperhitungkan agar tidak terjadi kegagalan pada salah
satu komponen maupun keseluruhan struktur. Dalam Penelitian ini dibahas balok
yang mempunyai panjang 8 meter, dengan berbagai kombinasi beban, mutu
beton, dan dimensi. Besarnya lendutan dan luas tulangan dicari dengan
menggunakan panduan SNI 03-2847-2002. Melalui penelitian ini akan diketahui
dimensi balok beserta luas tulangan yang sesuai dengan beban dan mutu beton
tertentu, besanya pengaruh dari perubahan dimensi balok, mutu beton, serta
beban pada nilai lendutan jangka panjang balok.

Kata kunci: Beban, Penulangan, Lendutan jangka panjang, Lendutan izin

Masa layan struktur sebuah bangunan beton bertulang sangat ditentukan


oleh besarnya lendutan yang dialami oleh struktur tersebut. Ditambah lagi
dengan adanya kesalahan dalam pelaksanaan di lapangan misalnya kurangnya
jumlah tulangan yang dipasang, jarak antar sengkang yang lebih besar dari yang
direncanakan, mutu beton yang kurang dari yang direncanakan serta hal-hal

13
lainnya, hal-hal tersebut dapat mengakibatkan struktur beton (dalam hal ini
adalah balok beton bertulang) melendut melebihi apa yang diperkirakan semula
dan mengakibatkan retak pada beton. Seiring dengan bertambahnya usia
bangunan maka ada penurunan dari kapasitas struktur sehingga dimungkinkan
lendutan dan retak pada komponen struktur bertambah besar. Apalagi pada saat
mendesain balok dan pelat seringkali tidak memperhitungkan faktor lendutan
karena sudah ada pedoman preliminary design atau pradesain.

Perencanaan struktur balok dan pelat dibuat berdasarkan analisis struktur


yang hanya memperhitungkan gaya dalam dan lendutan berdasarkan kriteria
mekanika Analisis Lendutan Seketika dan Lendutan Jangka Panjang Pada
Struktur Balok 21 (Daud R. Wiyono, William Trisina) rekayasa (hanya
memperhitungkan kapasitas struktur berdasarkan Modulus Elastisitas dan
Momen Inersia penampang ). Balok dan pelat jarang sekali digunakan sebagai
elemen struktur terisolasi; biasanya merupakan bagian yang monolit dari suatu
sistem yang terintegrasi. Lendutan yang berlebihan pada suatu pelat lantai dapat
menyebabkan dislokasi partisi yang ditumpunya. Begitu pula lendutan yang
berlebihan pada balok dapat menyebabkan rusaknya partisi di bawahnya, dan
lendutan yang berlebihan pada balok di atas jendela dapat menyebabkan kaca
jendela pecah.

Lendutan yang tidak diperhitungkan dengan baik pada saat


pembangunan sebuah struktur akan menyebabkan struktur mengalami lendutan
yang melebihi batas toleransi sehingga menyebabkan bukan hanya
kekurangnyamanan penggunanya kelak tetapi juga mengakibatkan retak yang
lebih banyak dan lebih lebar dari yang diizinkan. Hal ini menyebabkan efek
domino dimana lendutan berlebih menyebabkan retak, dan retak menyebabkan
lendutan menjadi semakin besar, dan diperparah efek rangkak dan susut pada
balok beton serta faktor lingkungan yang semakin tidak bersahabat sehingga
pada akhirnya menyebabkan masa layan (serviceability) menjadi semakin
berkurang. Namun pada penggunaannya sebagai komponen struktural
bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai
bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu kelemahan beton dalam
menahan gaya tarik....

14
Dengan demikian tersusun pembagian tugas dimana batang tulangan
baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton hanya
diperhitungkan dalam menahan gaya tekan. Namun dalam perkembangannya
dengan didasarkan pada tujuan peningkatan kemampuan kekuatan komponen,
sering dijumpai beton dan tulangan baja bersama-sama ditempatkan pada
bagian struktur dimana keduanya menahan gaya tekan. Apabila hal tersebut
yang dialami maka SNI memperbolehkan penambahan tulangan baja tarik
bersamaan dengan penambahan tulangan baja di daerah tekan Analisis
Lendutan Seketika dan Lendutan Jangka Panjang Pada Struktur Balok 23 (Daud
R. Wiyono, William Trisina) penampang balok. Hasilnya adalah balok dengan
penulangan rangkap dimana tulangan baja tarik dipasang di daerah tarik dan
tulangan tekan dipasang di daerah tekan. Pada keadaan demikian berarti
tulangan baja tekan bermanfaat untuk memperbesar kekuatan balok. Daerah III :
Taraf pasca-serviceability, di mana tegangan pada tulangan tarik sudah
mencapai tegangan lelehnya. Sebagai akibatnya perencana harus mengevaluasi
lendutan sesaat (immediate) maupun lendutan jangka panjang (long-term) agar
lendutan ini terjamin tidak akan melebihi suatu kriteria tertentu. Efek-efek yang
bergantung pada waktu ini disebabkan oleh rangkak (creep), susut (shrinkage)
dan regangan-regangan yang 24 Jurnal Teknik Sipil Volume 9 Nomor 1, April
2013 : 1-83 bergantung pada waktu.

Regangan-regangan tambahan ini menyebabkan perubahan distribusi


tegangan pada beton dan baja tulangan sehingga kelengkungan pada elemen
struktural bertambah untuk suatu beban luar yang tetap. Lendutan tambahan
akibat beban sustained dan susut jangka panjang yang sesuai dengan prosedur
ACI dapat dihitung dengan menggunakan faktor pengali seperti pada persamaan
2.3 dibawah ini: 1 5 0 (1) Dimana ρ' adalah rasio penulangan tekan yang dihitung
pada lapangan untuk balok ditumpu sederhana dan balok menerus dan balok T.
adalah faktor yang diambil sebesar 1,0 untuk lama pembebanan 3 bulan, 1,2
untuk lama pembebanan 6 bulan, dan 2,0 untuk lama pembebanan 5 tahun atau
lebih.

15
16

Anda mungkin juga menyukai