Anda di halaman 1dari 48

Sambungan

Baut
DESAIN STRUKTUR BAJA I

Feby Aristia Putri, S.T., M.T.

Universitas Muhammadiyah Metro


KUAT TARIK
BAUT
Sub
Pokok KUAT TUMPU
BAUT
Bahasan
KUAT GESER
BAUT
PENDAHULUAN

Elemen-elemen yang menyusun struktur baja harus


digabungkan satu dengan yang lain dengan suatu sistem
sambungan.
Sambungan berfungsi menyatukan elemen-elemen dan
menyalurkan beban dari satu bagian ke bagian yang lain
CONTOH
SAMBUNGAN

SAMBUNGAN BALOK-BALOK SAMBUNGAN BALOK-KOLOM


SAMBUNGAN BAUT
Dasar perhitungan untuk sambungan baut dan paku keling adalah sama, yang membedakan
adalah cara pelaksanaan dan bahan yang dipakai.

PAKU KELING BAUT


(RIVET)

BAUT MUTU BAUT MUTU


NORMAL/BAUT TINGGI/ HIGH
HITAM TENSION BOLT
PAKU KELING
(RIVET)

Sambungan keling umumnya terbuat dari mutu normal. Bahan yang


biasa digunakan antara lain adalah baja, aluminium, dan tembaga
tergantung jenis sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.

Sambungan keling dipasang dengan pemanasan awal. Pada saat


membara, material keling diselipkan ke lubang keling dan salah satu
ujungnya dipukul sementara ujung lainnya ditahan. Pukulan tersebut
akan membentuk kep
ala keling pada ujungnya dan badan keling akan mengisi penuh
lubang keling
PAKU KELING
(RIVET)

Pada saat pendinginan, lubang


keling akan memberikan gaya
tarik awal, sehingga sambungan
akan menjadi sangat fit.

Keuntungan paku keling yaitu


tidak ada perubahan struktur dari
logam disambung. Oleh karena
itu banyak dipakai pada
pembebanan-pembebanan
BAUT MUTU
NORMAL

• Pemakaian terutama pada struktur yang ringan,


batang sekunder atau pengaku, platform,
gording, rusuk dinding.
• Mutu baut dapat dibaca dibagian kepala baut,
misalnya tertulis 4.6 artinya tegangan leleh baut
= 4 x 6 x 100 = 2400 kg/cm2
• Baut mutu normal dipasang kencang tangan,
BAUT MUTU
NORMAL

Sambungan baut dapat terbuat dari baut mutu normal atau mutu
tinggi.
• Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai
A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah
• Namun baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling
murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu
sambungan MUTU BAUT/JENIS BAUT

MERK
BAUT MUTU TINGGI/
HIGH TENSION BOLT (HTB)

Baut Mutu Tinggi / High Tension Bolt (HTB)


• Sambungan baut mutu tinggi mengandalkan gaya tarik awal
yang terjadi karena pengencangan awal.
• Gaya tersebut dinamakan proof load.
• Gaya tersebut akan memberikan friksi, sehingga sambungan
baut mutu tinggi hingga taraf gaya tertentu dapat
merupakan tipe friksi. Sambungan jenis ini baik untuk gaya
bolak-balik.
• Untuk taraf gaya yang lebih tinggi, sambungan tersebut
• Baut mutu tinggi dipasang dengan mula-mula melakukan
kencang tangan dan diikuti dengan setengah putaran setelah
kencang tangan. Atau menggunkana kunci torsi yang telah
dikalibrasi sehingga menghasilkan setengah putaran setelah
kencang tangan.
• Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung
adalah ¾ inci dan 7/8 inci.
• Diamter yang paling sering digunakan pada konstruksi
jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci
• Saat ini sambungan baut lebih ekonomis daripada sambungan
keling.
Dalam pemasangan baut mutu tinggi memerlukan gaya tarik
awal yang cukup yang diperoleh dari pengencangan awal.
• Gaya ini akan memberikan friksi sehingga cukup kuat untuk
memikul beban yang bekerja.
• Gaya ini dinamakan proof load yang diperoleh dengan
mengalikan luas daerah tegangan tarik (As) dengan kuat leleh
yang besarnya 70% fu untuk A325, dan 80% fu untuk A490.
Pengertian Diameter Nominal (dn) dan Diameter Kern (dk)

• Diameter nominal adalah diameter yang tercantum pada


nama perdagangan, misalnya M12 artinya diameter nominal
(dn) = 12 mm
• Untuk baut tidak diulir penuh, diameter nominal adalah
diameter terluar dari batang baut
• Untuk baut ulir penuh, diameter inti (dk) adalah diameter
dalam dari batang tersebut
• Diameter yang digunakan untuk menghitung luas
penampang
Kerusakan Sambungan
a.Kerusakan pada baut akibat geser
b.Kerusakan pada pelat lewat lubang sambungan
c.Kerusakan pada baut ataupun pelat (mana yang lebih
lemah) akibat tumpu
d.Kerusakan pada tepi pelat akibat geser
PANDUAN PEMILIHAN ALAT SAMBUNG
1. Sambungan baut sesuai untuk struktur ringan dengan beban statis yang
kecil, dan batang sekunder (seperti gording, pengikat, bracing, dsb)
2. Pelaksanaan pekerjaan baut sangat cepat, tidak memerlukan pekerja dengan
kecakapan tinggi
3. Bila struktur kelak akan dibongkar pasang, baut lebih sesuai untuk
digunakan dibandingkan las
4. Untuk beban fatique, sebaiknya menggunakan baut mutu tinggi dan las
5. Pemasangan baut mutu tinggi memerlukan perhatian khusus
6. Sambungan las memerlukan baja lebih sedikit, dan penampilan sambungan
baik
7. Pada sambungan yang menerus dan rigid, sambungan las lebih sesuai
8. Pengelasan sebaiknya dikerjakan di bengkel / work shop karena
pemeriksaan las di lapangan agak diragukan
MEKANISME SAMBUNGAN

1.Tipe tumpu
Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang dibuat
dengan menggunakan baut yang dikencangkan dengan
tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk
menimbulkna gaya tarik minimum yang disyaratkan,
yang kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada
baut dan tumpuan pada bagian-bagian yang
disambungkan
Pada baut tipe tumpu (bearing tipe), kekuatan baut
didapat dari adanya gaya tumpu pada bidang kontak
antara baut dan pelat yang disambung, atau kemampuan
menahan geseran pada penampang baut. Pada baut tipe
tumpu, keruntuhan sambungan dapat terjadi karena
keruntuhan geser pada baut atau keruntuhan tumpu pada
elemen yang disambung seperti plat/batang.
TIPE FRIKSI

Sambungan tipe friksi adalah sambungan yang dibuat dengan


menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk
menimbulkan tarikan baut minimum yang disyaratkan
sedemikian rupa sehingga gaya-gaya geser rencana
disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak
dan gesekan yang ditimbulkan antara bidang-bidang kontak
Pada baut tipe friksi (friction type), kekuatan baut
didapat dari gesekan (friction) yang terjadi antar pelat
atau batang yang disambung. Baut tipe ini sering
dikenal dengan istilah slip-critical connections, yaitu
baut yang mengandalkan kekuatan slip antara
permukaan batang yang disambung. Agar baut tipe ini
bekerja maka diperlukan suatu alat yang dapat
mengencangkan baut atau memberikan momen torsi
pada baut sedemikian hingga baut mengalami
Tahanan Nominal Baut

Suatu baut yang memikul beban terfaktor, Ru,


sesuai persyaratan LRFD harus memenuhi :

𝑅𝑢 ≤ 𝟇 𝑅𝑛
Dengan
Rn = tahanan nominal baut sedangkan
𝟇 = faktor reduksi yang diambil sebesar 0,75

Besarnya Rn berbeda – beda untuk masing – masing tipe


sambungan.
MEMIKUL GAYA GES
Tahanan Geser Baut Tahanan nominal satu buah baut yang memikul gaya geser
memenuhi persamaan :

Dengan
r1 = 0,50 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser
r1 = 0,40 untuk baut dengan ulir pada bidang
geser
fub = kuat tarik baut (MPa)
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak
berulir
MEMIKUL GAYA TARIK
Tahanan Tarik Baut Baut yang memikul gaya tarik tahanan nominalnya
dihitung menurut :

fub = kuat tarik baut (MPa)


Ab = luas bruto penampang baut pada daerah
tak berulir
Tahanan Tumpu
Baut
Kuat tumpu nominal tergantung kepada kondisi terlemah
antara baut dan pelat/batang yang disambung, dihitung
dengan cara sebagai berikut:
𝑅𝑛 =2,4 . 𝑑 𝑏 . 𝑡 𝑝 . 𝑓 𝑢

Dengan
db = diameter baut pada daerah tak berulir
tp = tebal pelat
fu = kuat tarik putus terendah dari baut atau pelat
Tahanan Tumpu
Baut
Untuk lubang baut selot panjang tegak lurus arah
gaya berlaku:

𝑅𝑛 =2,0 . 𝑑 𝑏 . 𝑡 𝑝 . 𝑓 𝑢

Dengan
db = diameter baut pada daerah tak berulir
tp = tebal pelat
fu = kuat tarik putus terendah dari baut atau pelat
• Tata letak baut diatur dalam SNI pasal 13.4.
• Jarak antar pusat lubang baut harus diambil tidak
kurang dari 3 kali diameter nominal baut, dan
jarak antara baut tepi dengan ujung pelat harus
sekurang – kurangnya 1,5 diameter nominal
baut.
• Jarak maksimum antar pusat lubang baut tak
boleh melebihi 15tp ( dengan tp adalah tebal
pelat lapis tertipis dalam sambungan ) atau 200
Contoh Soal

5 x 200

8 x 200

Sebuah sambungan terdiri dari dua buah pelat 5 x 200 mm


disambung dengan satu buah pelat 8 x 200 mm, mutu baja BJ-37,
seperti pada gambar dibawah mengalami gaya tarik sentris, yang
terdiri dari muatan mati D = 10 ton, muatan hidup L = 7 ton.
Sambungan menggunakan baut biasa dengan mutu BJ-37.
Rencanakan sambungan tersebut dengan baut Diameter 12 mm
Tinjauan terhadap kuat geser :
Baut, 𝑅𝑛 = 𝑚 . 𝑟1. 𝑓𝑢 𝑏 . 𝐴𝑏
fy = 240 MPa dengan :
fu = 370 MPa m = 2 bidang geser
r1 = 0,4 untuk bidang geser baut berulir
Pelat, fu b = 370 MPa
fy = 240 Mpa Ab = ¼ .π.d 2
fu = 370 MPa
= ¼.3,14.122 = 113,04 mm2
maka :
Perencanaan :
𝑅𝑛 = (2).(0,4).(370).(113,04)
b. Beban Tarik Terfaktor :
= 33459,8 N = 33,46 kN
Ru = 1,2D + 1,6L =
𝟇 𝑅𝑛 = 0,75.(33,46)
1,2(10) + 1,6(7)
= 25,09 kN
= 23,2 ton = 232,0 kN
Rencana Baut :
Dicoba baut diameter d = 12 mm,
diameter lobang d1 = 12 mm + 2
Tinjauan terhadap kuat tumpu :
Tebal pelat terkecil tp = 8 mm
𝑅𝑛 = 2,4 . 𝑑𝑏 .𝑡𝑝 . 𝑓𝑢
dengan :
db = 12 mm
tp = 8 mm
fu = 370 MPa
maka :
𝑅𝑛 = (2,4).(12).(8).(370)
= 85248,0 N = 85,52 kN
𝟇𝑅𝑛 = 0,75.(85,25) = 63,94 kN
Jumlah baut :
Yang menentukan adalah akibat geser,
Sambungan pelat dengan pengikat baut
maka jumlah baut :
Keterangan :
𝑛𝑏 = = = 9,2 buah
S1 = 2d = 24 mm, diambil 30 mm
diambil jumlah baut, nb = 10 buah.
S = 3d = 36 mm, diambil 40 mm
U = 140 mm
EVALUASI Shear leg :
x = 5/2 = 2,5 mm
L = 4S = 4.(40) = 160 mm
Baut Jumlah daya dukung 10 buah baut : Koefisien reduksi :
Ru= 10.𝟇Rn U = 1 – x/L
= 10.(25,09) = 250,9 kN = 1 – 2,5/160 = 0,98 > 0,9
= 25,09 ton > 23,2 ton (memenuhi) U = 1,0 (SNI 03-1729-2002, Psl. 10.2.5)

Pelat Maka : Ae = Anetto = 1376 mm2


Cek luas penampang minimum dan shear leg .
Luas penampang bruto : Ag = (8).(200) = 1600 mm2
Syarat luas penampang minimum : Cek daya dukung pelat pada daerah sambungan .
Amin = 85% Ab Ru = 𝟇. Anetto.fu
= (0,85).(1600) = 1360 mm2 = (0,75).(1376).(370)
Luas penampang netto : = 381840,0 N = 381,84 kN
Anetto = Ab – 2.d1 .tp = 38,2 ton > 23,2 ton (memenuhi)
= 1600 – 2.(14).(8)
= 1376 mm2 > 1360 mm2 (memenuhi)
Evaluasi (lanjutan)
Kondisi geser blok diperiksa untuk pelat sambungan
dengan nilai tebal terkecil, tp = 8 mm.

Daerah geser blok pada


sambungan :
Luas :
Agv = 2.(190).(8)
= 3040 mm2
Anv = 3040 - 2.(4,5).(14).
(8)
= 2032 mm2
Agt = 2.(30).(8)
= 480 mm2
Ant = 480 - 2.(0,5).(14).
fu .Ant = (370).(368)
= 136160 N

0,6.fu .Anv = 0,6.(370).(2032)


= 451104 N

fu .Ant < 0,6.fu .Anv ,


maka kondisi geser blok adalah
geser fraktur dengan tarik leleh. Nnt
= 0,6.fu .Anv + fy .Agt
= 0,6.(370).(2032) +(240).
(480)
GESER
EKSENTRIS

Geser KOMBINASI GESER


DAN TARIK
Eksentris
GESER DAN TARIK
AKIBAT BEBAN
EAKSENTRIS
12

12

Contoh Soal
A B

Anda mungkin juga menyukai