Anda di halaman 1dari 5

Teori Sambungan Baut

Pada struktur portal baja, sambungan berfungsi untuk menggabungkan profilprofil wals
(giling) menjadi batang, kolom, balok dan bagian–bagian konstruksi lainnya serta menggabungkan
bagian–bagian konstruksi tersebut menjadi satu kesatuan bangunan. Sambungan ini harus mampu
menyalurkan gaya–gaya yang bekerja dari satu komponen ke komponen lainnya.
Kriteria dasar yang umum dalam perencaan sambungan, antara lain:
1. Kekuatan (strength)
Dari segi kekuatan, sambungan harus kuat menahan momen, gaya geser, gaya aksial yang
dipindahkan dari elemen yang satu ke elemen yang lainnya beserta gaya skunder yang
ditimbulkannya.
2. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan sambungan secara menyeluruh sangatlah penting, antara lain untuk menjaga
lokasi semua komponen struktur satu sama lain.

Menurut kekakuannya, sambungan dapat dibagi atas:

a. Sambungan Diffinitif, berarti tidak dapat dibuka lagi tanpa merusak alat– alat
penyambungan.

b. Sambungan Tetap, berarti bagian–bagian yang disambung tidak dapat bergerak lagi.

c. Sambungan Sementara, berarti dapat dibuka lagi tanpa merusak alat-alat


penyambungnya.

d. Sambungan Bergerak, berarti sambungan ini memungkinkan pergerakan yang


dibutuhkan menurut perhitungan statis pada bagian–bagian yang disambung.

3. Cukup Ekonomis
Sambungan harus cukup sederhana, biaya fabrikasi yang murah tapi memenuhi syarat
cukup kuat dan mudah dalam pelaksaannya atau praktis.

 Alat Penyambung Baut Biasa


Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasikan oleh ASTM (American Society
for Testing and Materials) sebagai A307, dan merupakan jenis baut yang paling murah. Namun
baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling murah karena banyaknya jumlah baut
yang dibutuhkan pada suatu sambungan. Pemakaiannya terutama pada struktur ringan, batang
sekunder atau pengaku, anjungan (platform), jalan laluan (catwalk), gording, rusuk dinding, rangka
batang kecil dan lainnya yang bebannya kecil dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat
penyambung sementara pada sambungan yang menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling
atau las.Tegangan – tegangan yang diijinkan dalam menghitung kekuatan baut adalah sebagai
berikut:
• Tegangan geser yang diijinkan :
τ- = 0.6 σ-

• Tegangan tarik yang diijinkan :


σ ta = 0.7 σ-

• Tegangan tumpu yang diijinkan :


σ tu = 1.5 σ-

Untuk 2d < S1 ≤ 3d 2.3 σ tu = 1.2 σ- , untuk 1.5d ≤ S1 ≤ 2d 2.4

dimana:

s1 = jarak dari sumbu baut yang paling luar ke tepi bagian yang disambung

d = diameter baut

 Alat Penyambung Baut Mutu Tinggi

Ada dua jenis baut mutu tinggi yang ditunjukkkan oleh ASTM sebagai A325 dan A490. Baut
ini memiliki kepala segi enam yang tebal dan digunakan dengan mur segi enam yang setengah
halus dan tebal. Bagian ulirnya lebih pendek daripada bagian baut yang tidak struktural, dan dapat
dipotong atau digiling. Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas
sekitar 558 sampai 634 MPa yang tergantung pada diameter. Baut A490 juga diberi perlakuan
panas tetapi dibuat dari baja paduan (alloy) dengan kekuatan leleh sekitar 793 samapai 896 MPa
yang tergantung pada diameter baut.
Diameter baut kekuatan tinggi berkisar antara ½ dan 1 ½ inchi. Diameter yang paling sering
digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ sampai 7/8 inchi, sedang ukuran yang paling umum
digunakan dalam perencanaan jembatan adalah 7/8 dan 1 inchi. Alat sambung baut mutu tinggi
berkekuatan leleh minimal 372 MPa mampu mengatasi slip antara dua elemen baja yang
disambung pada struktur rangka batang memikul gaya aksial.
Baut mutu tinggi harus diberi tegangan awal relative lebih besar dalam batas praktis dengan
menggunakan prosedur putaran mur. Baut A325 paling banyak dipergunakan pada penyambungan
struktur. Kekuatan alat sambung baut mutu tinggi ditentukan oleh dimensinya, type bautnya,
kekuatan leleh (Tensile Strength), panjang ulir didalam elemen pelat dan putaran untuk tarik awal.
Baut kekuatan tinggi dikencangkan untuk menimbulkan tegangan tarik yang ditetapkan pada baut
sehingga terjadi gaya jepit pada sambungan. Oleh karena itu, pemindahan beban kerja yang
sesungguhnya pada sambungan terjadi akibat adanya gesekan pada potongan yang disambung.
Sambungan dengan baut mutu tinggi dapat direncanakan sebagai tipe gesek, bila daya tahan slip
yang tinggi dikehendaki.

 Kekuatan dan Prilaku Baut mutu Tinggi


Pada hampir semua sambungan struktural, baut harus dapat mencegah terjadinya gerakan
material yang akan disambung dalam arah tegak lurus terhadap panjang baut. Pada kasus seperti
ini baut disebut mengalami geser. Kapasitas pikul beban atau kekuatan pikul desain sebuah baut
yang mengalami geser tunggal sama dengan hasil kali antara luas penampang melintang tangkainya
(shank) dan tegangan geser ijin:
Pgsr = Ab . τb

Dimana:
Pgsr = kekuatan geser
Ab = luas penampang melintang baut
τb = tegangan geser ijin baut
Untuk meninjau kekuatan baut, selain yang ditinjau baut itu sendiri juga perlu ditinjau
kekuatan pelat disekitar lubang baut. Jika pelat tidak kuat maka lubang baut pada pelat akan
berubah bentuk dari bundar menjadi oval. Pada bidang kontak antara baut dan pelat terjadi tegangan
yang disebut sebagai tegangan tumpu.

Ptp = d . t . τtp

Dimana:
Ptp = kekuatan tumpu
d = diameter lubang
τtp = tegangan tumpu
t = tebal pelat terkecil antara yang disambung dengan penyambungan
Pada sambungan jenis tumpu dianggap bautnya mengalami geser dan beban yang
disalurkan berdasarkan tahanana geser baut selain itu juga tumpu pada bagian– bagian yang
disambung. Penyambungan jenis tumpu dapat didesain dengan ulir baut terletak di dalam atau
diluar bidang geser. Ringkasnya baut–baut pada setiap jenis sambungan mengalami tarik dengan
cara yang benar–benar sama, dan gaya tarik itu sama yaitu yang ditentukan oleh ukuran dan
materialnya. Perbedaan yang ada hanya pada tegangan ijin yang digunakan dalam analisis atau
desain. Perpindahan gaya geser dan profil ke penyambung sebagian besar melalui baut dan
sebagian lagi melalui gesekan antara pelat (friction). Semakin kuat mur diputar maka semakin
menyatu profil dengan pelat penyambung dan semakin besar pula gaya yang didistribusikan
melalui gesekan pelat tersebut. Hal ini terjadi terutama pada baut mutu tinggi yang sanggup
memberikan gaya tarik awal sehingga pelat menjadi sangat rapat.

Gambar 1.1 Pemindahan beban pada sambungan baut mutu tinggi


Bila gesekan sendiri mampu memindahkan beban, setiap alat penyambung itu menyalur beban
yang sama besar (asalkan bahan dan ukurannya sama). Namun, jika beban sedemikian besar hingga
tahanan gesek tidak mampu memindahkannya, maka tepi lubang akan mengalami desakan. Pada
saat sambungan berada diambang kehancuran, gaya gesek tidak besar pengaruhnya terhadap ragam
kehancuran (failure mode). Sebaliknya kekuatan pelat bersama kekuatan tarik dan kekuatan geser
baut akan menentukan kekuatan sambungan. Ragam kehancuran yang mungkin terjadi
diperlihatkan pada Gambar 2.13

Samabungan baut Tunggal Fraktur penampang netto

Ujung pelat sobek akibat geser Kerusakan tumpu pada pelat

Gambar 1.2 Kehancuran pada sambungan baut

Anda mungkin juga menyukai