A. Teori Umum
Analisa saringan adalah penentuan persentase berat butir agregat yang
lolos dari satu set saringan kemudian angka angka persentase digambarkan
pada grafik pembagian butir. Analisa saringan dilakukan dengan cara mengayak
dengan menggetarkan contoh agregat kasar melalui analisa satu set ayakan,
dimana lubang lubang atau diameter dari ayakan tersebut berurutan dan makin
kecil. Analisa saringan ini dilakukan pada agregat halus yang diayak dengan
saringan berdiameter #38,00 mm, #19,00 mm, #9,6 mm, #4,8 mm, #2,4 mm,
#1,2 mm, #0,6 mm, #0,3 mm, #0,15 mm, #0,08 mm, pan.
Dalam analisis saringan, sejumlah saringan yang memiliki ukuran lubang
berbeda-beda disusun dengan ukuran yang terbesar di atas yang kecil. Contoh
agregat halus yang akan diuji dikeringkan dalam oven. Agregat halus yang
tertahan pada masing-masing saringan ditimbang dan selanjutnya dihitung
persentase dari agregat halus yang tertahan pada saringan tersebut. Bila Wi
adalah berat agregat halus yang tertahan pada saringan ke-i (dari atas susunan
saringan) dan W adalah berat agregat halus total, maka persentase berat yang
tertahan adalah :
Berat tertahan
% tertahan= x100 % ..................................................... (1.1)
Berat total
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737 1989
F). Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang
dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu
beton semen hidraulik atau adukan.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan
jalan, yaitu 90% 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 85%
agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan
jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
material lain. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami
BAB I ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum
75% lolos saringan no. 30 (0,06 mm).
Jenis Agregat berdasarkan proses pengolahannya :
Agregat Alam adalah agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana
bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini
terbentuk melalui proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari
agregat alam ditentukan proses pembentukannya.
Agregat melalui proses pengolahan. Digunung gunung atau dibukit
bukit, dan sungai sungai sering ditemui agregat yang masih
berbentuk batu gunung, dan ukuran yang besar besar sehingga
diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat
digunakan sebagai agregat konstruksi jalan.
Agregat Buatan. Agregat yang yang merupakan merupakan mineral
filler/ pengisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari
hasil sampingan pabrik pabrik semen atau mesin pemecah batu.
Ciri-ciri agregat halus adalah sebagai berikut :
1. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh
garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10
% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (terhadap
berat kering), jika kadar lumpur melampaui 5 % maka pasir harus di cuci.
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03 6821 2002 adalah
sebagai berikut:
1. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
2. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh
garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10
% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (terhadap
berat kering), jika kadar lumpur melampaui 5 % maka pasir harus di cuci.
4. Modulus halus butir (fineness modulus) ialah suatu indeks yang sering
dipakai untuk menjadi ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat.
Modulus halus butir (MHB) ini didefinisikan sebagai jumlah persen
kumulatif dari butir-buitr agregat yang tertinggal di atas suatu set ayakan
dan kemudian dibagi seratus.
% Tertahan
Modulus halus butir = ........................................(1.2)
100
Menurut SNI 03 2834 2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal. Gradasi pasir dibedakan menjadi 4 zona yaitu :
1. Daerah gradasi zona 1 : gradasi pasir kasar
2. Daerah gradasi zona 2 : gradasi pasir sedang
3. Daerah gradasi zona 3 : gradasi pasir halus
4. Daerah gradasi zona 4 : gradasi pasir sangat halus
Agregat halus untuk beton aspal, harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
penyaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringan No. 8
(2,36 mm) sesuai SNI 03 2834 2000.
2. Pasir boleh digunakan dalam campuran beraspal. Persentase maksimum
yang diizinkan untuk laston (AC) adalah 10 %.
3. Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus
diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu. Agregat halus harus
memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Ketentuan Agregat Halus
B. Maksud
Maksud dari percobaan ini adalah sebagai acuan dan pegangan dalam
pemeriksaan untuk menentukan butir gradasi halus dengan menggunakan
saringan.
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah persentase butiran agregat halus. Distribusi yang diperoleh dapat
ditunukan dalam tabel atau grafik.
D. Benda Uji
Benda uji yang dipakai dalam percobaan ini adalah abu batu.
E. Peralatan
1. Satu set saringan no. 1; ; ; 3/8; 4; 8; 16; 30; 50; 200.
2. Mesin pengguncang ( sieve shaker ).
3. Timbangan elektrik.
4. Oven.
5. Kuatring ( alat pemisah benda uji ).
6. Desicator.
7. Cawan.
8. Pan.
9. Kuas.
10. Sendok.
F. Prosedur Percobaan
1. Mengambil benda uji abu batu, kemudian menuangkannya kedalam kuatring
(alat pemindah benda uji) untuk memperoleh 2 sample yang seragam,
kemudian mengambil salah satu bagian dari benda uji tersebut.
2. Memindahkan benda uji kedalam cawan yang telah disiapkan, kemudian
memasukannya kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 5o.
3. Mengeluarkan benda uji dan memasukannya kedalam desikator atau
mendiamkannya hingga dingin atau sampai beratnya tetap.
4. Setelah dingin, kemudian menimbang benda uji tersebut.
5. Menyusun saringan berdasarkan urutan no. 1; ; ; 3/8; 4; 8; 16; 30; 50;
200 dan pan.
6. Memasukan benda uji kedalam saringan yang telah tersusun, kemudian
mengayaknya dengan mesin pengguncang ( sieve shaker ) selama 15 menit.
7. Menimbang berat benda uji yang tertahan pada masing masing saringan.
8. Mencatat hasil timbangan dan melakukan perhitungan % tertahan dan
modulus halus butir dengan rumus sebagai berikut :
Berat tertahan
% Tertahan= x100% ...........................................(1.3)
Berat total
% Tertahan
Modulus halus butir = ..........................................(1.4)
100
Komulatif tertahan
Komulatif % tertahan= ( Berat Sample
) x 100 %
0
3/8 = (500) 100 % =0%
21,5
4 = ( 500 ) 100 % = 4,3 %
73
8 = (500) 100 % = 14,6 %
161
16 = (500) 100 % = 32,2 %
262
30 = (500) 100 % = 52,4 %
329
50 = (500) 100 % = 65,8 %
487
200 = (500) 100 % = 97,4 %
500
Pan = (500) 100 % = 100 %
% Berat Tertahan
FM(Finnes Modulus)= 100
4,3+14,6+32,2+52,4+65,8+97,4
FM=
100
= 2,667
2. Saran
a. Praktikan harus teliti pada saat menimbang setiap saringan yang
digunakan.
b. Menyusun saringan dengan benar sesuai dengan urutannya.
c. Berhati hati dalam menggunakan alat alat praktikum.