Anda di halaman 1dari 34

M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 33

BAB III
TEGANGAN LENTUR, NORMAL,
KOMBINASI DAN TEGANGAN
GESER
M. SHOFI’UL AMIN, ST.,MT
M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 34

III. TEGANGAN LENTUR, NORMAL, KOMBINASI DAN


TEGANGAN GESER

TUJUAN : Mahasiswa dapat mengerti terjadinya tegangan lentur, normal,


kombinasi dan tegangan geser serta dapat menghitung besaran
tegangan yang dimaksud.

Gaya-gaya dalam pada suatu balok yang berupa momen, gaya lintang dan gaya
normal akan menimbulkan tegangan pada masing-masing balok tersebut sesuai
dengan bahan yang dipikulnya.

Tegangan-tegangan tersebut dapat bekerja sendiri, juga bersamaan sekaligus bila


balok tersebut menerima beban luar yang mengakibatkan terjadinya momen, gaya
lintang dan gaya normal.

Tegangan lentur terjadi bila balok memikul beban dan terjadi lenturan pada balok
dimaksud. Tegangan lenutr dengan notasi σ L ini dipengaruhi oleh besarnya gaya
dalam momen yang terjadi.

Tegangan normal terjadi bila balok menerima beban sejajar sumbu bahan.
Tegangan normal dengan notasi σ N dapat berupa tegangan normal tekan bila gaya
yang bekerja adalah gaya tekan, tegangan normal tarik bila gaya tarik bekerja
pada balok tersebut.

Tegangan kombinasi bila pada balok terjadi tegangan lentur (σ L ) secara


bersamaan. Tegangan kombinasi ini adalah penjumlahan antara tegangan lentur
dan tegangan normal.

Tegangan geser terjadi bila pada balok bekerja gaya dalamgeser atau lintang.
Tegangan geser ini diberi notasi τ.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 35

Walaupun pada balok bekerja gaya dalam geser, momen dan normal secara
bersamaan, tegangan geser ini tidak dapat dijumlahkan. Sehingga tegangan geser
yang timbul bersama-sama dengan tegangan lentur maupun normal tidak dapat
dikatakan tegangan kombinasi.

Tegangan normal adalah gaya yang bekerja searah/sejajar sumbu bahan.

Pada tegangan lentur dipengaruhi dengan besaran momen yang bekerja pada
balok yang ditinjau, besarnya momen inersia balok tersebut serta serat yang
ditinjau. Demikian juga dengan tegangan geser, selain dipengaruhi besarnya, gaya
lintang dari bagian balok yang ditinjau juga dipengaruhi besarnya, gaya lintang
dari bagian balok yang ditinjau juga dipengaruhi oleh lebar balok, momen inersia
balok serta statis momen dan serat yang ditinjau garis netralnya atau terhadap titik
berat penampang.

III.1 Tegangan Lentur


Balok seperti tergambar menerima beban yang mengakibatkan balok tersebut
melentur. Dengan demikian balok tersebut akan menerima gaya dalam momen
(M).

A B

RAV RBV

Gambar III.1 Balok yang Mengalami Lentur

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 36

Tegangan lentur berbanding lurus dengan perkalian momen dan jarak serat yang
ditinjau terhadap garis netral atau titik beratnya dan berbanding terbalik dengan
momen inersia balok tersebut.

M.y
σL = Ix
 dimana : σ L = tegangan lentur

y = jarak serat ke garis netral


Ix = momen inersia terhadap sumbu x
y
serat atas
serat 1
1/2.h
y1
serat 2 garis
h netral x
titik berat
penampang
1/2.h

serat bawah
b

Gambar III.2 Penampang balok segi empat dengan dimensi b x h

Bila tegangan lentur pada serat atas maka y = ½ h, karena garis netral adalah sama
dengan sumbu x. demikian juga tinjauan tegangan lentur untuk serat bawah, besar
y = ½ h. sedangkan jarak y pada serat 1 adalah y 1 . Pada serat 2, jarak serat yang
ditinjau ke garis netral adalah nol, karena serat 2 berimpit dengan garis netral.

Momen inersia dipakai, bila penampang balok adalah segi empat maka
I x = 1/12. b.h3. tetapi bila penampang balok adalah rangkaian dari 2 (dua) atau
lebih segi empat dimaksud maka momen inersia yang dipakai adalah I x ’ dimana
I x ’ = I x + c2.A. dalam hal ini I x adalah momen inersia masing-masing penampang
segi empat, A adalah luas masing-masing penampang sedangkan c adalah jarak
titik berat masing-masing segi empat ke titik berat penampang dalah arah y atau
ke sumbu x’.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 37

Tanda tegangan lentur sesuai dengan sifat serat. Bila serat tertarik maka tegangan
lentur bernotasi positif (+), sebaliknya bila serat tertekan, tegangan lentur
bernotasi negatif (-).

III.2 Contoh Soal Tegangan Lentur


1. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban dan
penampang balok seperti tergambar. Hitung dan gambar tegangan lentur yang
terjadi pada balok di titik C sepanjang 1 m dari titik A ?

P=2 t
I
A B 15.0
C D
I
1.0
10.0
2.0 1.0

Penyelesaian :
a. Mencari reaksi perletakan
∑ MB =0
-R AV .3 + P.1 = 0
-R AV .3 + 2.1 = 0
R AV = 2/3 ton ( )

∑ MA =0
R BV .3 - P.2 = 0
R BV .3 - 2.2 = 0
R BV = 4/3 ton ( )

Kontrol : ∑ R V = ∑ P
R AV + R BV = P
2/3 + 4/3 = 2 ton ……(OK!)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 38

b. Mencari momen pada titik yang dicari


M c = R AV .1 = 2/3.1 = 2/3 ton.m

c. Mencari titik berat penampang

garis netral x
15.0
titik berat
penampang
10.0
Titik berat untuk penampang persegi panjang yang tunggal dapat dicari dengan
menarik garis diagonalnya dimana perpotongan diagonalnya adalah titik berat
penampangnya.

Atau y = ½.h ; x = ½.b

Dengan demikian di dapat sumbu x dan y penampang yaitu garis yang saling
tegak lurus dan melewati titik beratnya.

Titik berat (x,y) = (5; 7,5)

Note : apabila penampangnya adalah gabungan dari beberapa segi


empat, maka titik berat dicari dengan metode STATIS MOMEN.
d. Mencari momen inersia sumbu x (I x )
Untuk penampang empat persegi tunggal, maka:
I x = 1/12.b.h3
I x = 1/12.10.153
I x = 2812,5 cm4

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 39

Note : apabila penampangnya adalah gabungan dari beberapa segi


empat, maka I x dicari dengan menghitung I x ’ yaitu dihitung
momen inersia terhadap titik berat penampang atau terhadap
sumbu baru yaitu x’.

I x ’ = ∑(I x + c2.A)

e. Menghitung tegangan lentur


Berdasarkan titik berat penampang, bisa diketahui garis netralnya, sehingga
tegangan lentur bagian atas dan bawah bisa digambar.
`
σs LA
La

(-)
1/2.h

garis netral
15.0

x
titik berat
1/2.h

(+)
penampang
σs Lb
LB

1/2.b 1/2.b

10.0

σ LA = σ LB  jarak serat atas dan serat bawah ke garis netral adalah sama
yaitu ½.h (y = ½.h)
M.y
σL = Ix
 dimana : σ L = tegangan lentur

y = jarak serat ke garis netral


I x = momen inersia terhadap sumbu x
Momen (M) yang dipakai adalah momen dititik C (M C ) karena yang ditinjau
adalah momen di titik C (pada potongan I-I).
M.y
σL =
Ix
M C = 2/3 ton.m = 2/3.1000.100 = 66666,667 kg.cm
y = ½.h = ½.15 = 7,5 cm

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 40

I x = 2812,5 cm4

66666,667.7,5
σLA = σLB = = 𝟏𝟕𝟕, 𝟕𝟕𝟖 kg/cm2
𝟐𝟖𝟏𝟐, 𝟓

Note :
σ L-0 = tegangan lentur di titik 0, dimana titik 0 melewati garis netral
sehingga seratnya berimpit dengan garis netral dimana y = 0  σ L-0 = 0
kg/cm2.

σ L-3 = tegangan lentur di titik 3 m dari garis netral, y = 3 cm


66666,667.3
 σLA-3 = σLB-3 = 𝟐𝟖𝟏𝟐,𝟓
= 𝟕𝟏, 𝟏𝟏𝟏 kg/cm2

Atau dengan perbandingan segitiga


3 3
 σLA-3 = σLB-3 = 𝟕,𝟓 . σLA = 𝟕,𝟓 . 𝟏𝟕𝟕, 𝟕𝟕𝟖 = 𝟕𝟏, 𝟏𝟏𝟏 kg/cm2

Perhitungan dapat digunakan untuk serat-serat lain asal diketahui


jaraknya terhadap garis netralnya.

Karena momen pada titik C positif berarti terjadi momen seperti + ;


yang menandakan serat atas tertekan, tegangannya negatif dan serat
bawah tertarik berarti tegangannya positif (+).

f. Gambar tegangan lentur berdasarkan analisis di atas


y
σLa = 177,778 kg/cm2
(-)
1/2.h

garis netral
15.0

x
titik berat
1/2.h

(+)
penampang
σLb = 177,778 kg/cm2
diagram tegangan
1/2.b 1/2.b
lentur
10.0

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 41

III.3 Tegangan Normal


Tegangan normal terjadi bila balok menerima gaya dalam normal.

Tegangan normal adalah gaya normal per-satuan luas penampang.

gaya normal
σN =
luas penampang
N kg
σN = ( )
A cm2

Bila suatu balok mengalami gaya tekan, maka balok akan terjadi tegangan normal
tekan (negatif) dan bila suatu balok mengalami gaya tarik maka balok akan
mengalami tegangan normal tarik (positif).

A B
RAH C
=0

RAV=1/2.P RBV=1/2.P

1/2.L 1/2.L
L

BIDANG NORMAL (N)


Tidak mengalami gaya dalam normal
karena RAH = 0
A B
C

1/2.L 1/2.L
L

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 42

P.sin a
P

A B
RAH =
P.cos a
P.cos a

RAV=1/2.P RBV=1/2.P

1/2.L 1/2.L
L

BIDANG NORMAL (N)


Gaya dalam normal karena RAH = P.cos a

P.cos a (+) P.cos a


A B

1/2.L 1/2.L
L

Gambar III.3 Gaya Normal Balok

Perletakan sendi mengalami gaya horisontal dan vertikal. Sedangkan rol tidak
mengalami gaya horisontal, hanya mengalami gaya vertikal saja.

Persamaan yang dipakai adalah menggunakan metode kesetimbangan yaitu


∑ H = 0  R H = P H atau R H = P.cos α

Jadi :
𝐏. 𝐜𝐨𝐬 𝛂 𝐤𝐠
𝛔𝐍 = ( )
𝐀 𝐜𝐦𝟐

III.4 Contoh Soal Tegangan Normal


1. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban dan
penampang balok seperti tergambar. Hitung dan gambar tegangan normal yang
terjadi pada balok di titik C sepanjang 1 m dari titik A ?

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 43

P=2 t
I
45
A B 15.0
C D
I
1.0
10.0
2.0 1.0

Penyelesaian :
a. Mencari reaksi perletakan
Menguraikan beban diagonal menjadi beban vertikal dan beban horisontal.

PV=2.sin 45 = 1,414 ton


P=2 t

45
PV=2.cos 45 = 1,414 ton

∑ MB =0
R AV .3 - P V .1 = 0
R AV .3 - 1,414.1 = 0
R AV = 0,471 ton ( )

∑ MA =0
-R BV .3 + P V .2 = 0
-R BV .3 + 1,414.2 = 0
R BV = 0,943 ton ( )

Kontrol : ∑ R V = ∑ P
R AV + R BV = P V
0,471 + 0,943 = 1,414 ton ……(OK!)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 44

∑ H =0
R AH – P.sin α = 0
R AH – 2.sin 45 = 0
R AH = 1,414 ton ( )

b. Mencari gaya normal pada titik yang dicari


N c = R AH = -1,414 ton (gaya normal tekan)

C
A B
D
(-)
1,414 ton 1,414 ton

1.0

2.0 1.0

c. Menghitung tegangan normal


NC kg
σN−C = ( 2)
A cm
1,414.1000 kg
σN−C = = 9,427 ( 2 )
10.15 cm

d. Gambar tegangan normal

y
σNa = 9,427 kg/cm2
1/2.h

(-)
garis netral
15.0

x
titik berat
1/2.h

penampang
σNb = 9,427 kg/cm2
1/2.b 1/2.b
diagram
10.0 tegangan normal

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 45

III.5 Tegangan Kombinasi


Tegangan kombinasi bila pada baok tersebut bekerja gaya dalam momen dan gaya
dalam normal.

Kombinasi yang ada adalah


σ La = σ Lb = σ N

σLa σN σA = 0

(-)
(+)
garis netral + =

(+) (+)
(+)
σLb σB = σLb + σN

Kombinasi-kombinasi tegangan dapat terjadi dengan memperhatikan Tegangan


Normal (σ N ) yang terjadi apakah positif atau negatif. Dan bisa pula
memperhatikan pada tegangan lentur serat tertekan (-) atau tertarik (+).

Perjanjian tanda:
a. Momen positif  serat atas tertekan  mengalami tegangan lentur negatif
(σ La = negatif)
b. Momen positif  serat bawah tertarik  mengalami tegangan lentur postif
(σ Lb = positif)
c. Momen negatif  serat atas tertarik  mengalami tegangan lentur postif
(σ La = positif)
d. Momen negatif  serat bawah tertekan  mengalami tegangan lentur negatif
(σ Lb = negatif)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 46

σLa
+ +++ + + (+)
+ ++ + +
(-) + +
- - - - - - - -
M M - - -
(-)
σLb
σLa
M M - - - (-)
- - - - - - - -
(+) + +
++ +
+ + +++ + ++
(+)
σLb
σNa

N N
(-)

σNb
σNa

N N
(+)

σNb

Langkah-langkah menganalisa Tegangan Kombinasi adalah


a. Mencari reaksi perletakkan
b. Mencari momen pada titik yang dicari
c. Mencari gaya normal pada titik yang dicari
d. Mencari titik berat penampang
e. Mencari momen inersia arah x (I x ) penampang
M.y
f. Mencari tegangan lentur pada titik yang dicari  σL = Ix
N
g. Mencari tegangan normal pada titik yang dicari σN = A

h. Mencari tegangan kombinasi dari penjumlahan tegangan lentur dan tegangan


normal pada titik yang dicari.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 47

III.6 Contoh Soal Tegangan Kombinasi


1. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban terpusat
dan beban merata serta penampang balok seperti tergambar. Beban terpusat
mengalami sudut 45º. Hitung dan gambar tegangan kombinasi yang terjadi
pada balok di titik D sepanjang 2 m dari titik A ?

P=2 t

q=2 t/m' 50
I
A B
C D 10 25
I
2.0 10 30 10 (cm)
penampang
1.5 2.5 batang

Penyelesaian :
P H = 2.cos 45º = 1,414 ton
2.sin 45

2 ton P V = 2.sin 45º = 1,414 ton


45°
2.cos 45

a. Mencari reaksi perletakan


∑ MB =0
R AV .4 – P V .2,5 – q.4.(1/2.4) = 0
R AV .4 – 1,414.2,5 – 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,884 ton ( )

∑ MA =0
-R BV .4 + P V .1,5 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.1,5 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,530 ton ( )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 48

Kontrol : ∑ R V = P + q.L
R AV + R BV = P V + q.L
4,884 + 4,530 = 1,414 + 2.4
9,414 ton = 9,414 ton ……(OK!)

∑ H =0
R AH – P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton ( )
(gaya normal tekan (-) karena gaya P menuju batang)

b. Mencari momen pada titik yang dicari (potongan I-I)


M D = R AV .2 – q.2.(1/2.2) – P V .0,5
= 4,884.2 – 2.2.(1/2.2) – 1,414.0,5
= 5,061 ton.m

c. Mencari gaya normal pada titik yang dicari (potongan I-I)


N D = 0 ton

d. Mencari titik berat penampang

a
50.0
10.0 30.0 10.0

10.0 2
B
A C
15.0
1 3
b

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 49

Terhadap garis a
S1 + S2 + S3 = SL
(10.25.5) + (30.10.25) + (10.25.45) = {(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.x
20000 = 800.x
x = 25 cm (dari garis a)

Terhadap garis b
S1 + S2 + S3 = SL
(10.25.12,5) + (30.10.20) + (10.25.12,5) =
{(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.y
12250 = 800.y
y = 15,313 cm (dari garis b)

Titik berat (x; y) = (25; 15,313) cm


y'

50.0
10.0 30.0 10.0

10.0 2
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0
1 3

e. Mencari momen inersia penampang


Penampang 1
I x1 = 1/12.b 1 .h 1 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4

Penampang 2
I x2 = 1/12.b 2 .h 2 3 = 1/12.30.103 = 2500,0 cm4

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 50

Penampang 3
I x3 = 1/12.b 3 .h 3 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4

Momen Inersia Penampang


I x ’ = I x1 + A 1 .2,8132 + I x2 + A 2 .4,6872 + I x1 + A 3 .2,8132
= 13020,833 + 10.25.2,8132 + 2500,0 + 30.10.4,6872 + 13020,833
+ 10.25.2,8132
= 39088,541 cm4

f. Mencari tegangan lentur


M.y
σL =
Ix
(5,061.1000.100).9,687
σLA = = 125,423 kg⁄cm2
39088,541
(5,061.1000.100).15,313
σLB = = 198,266 kg⁄cm2
39088,541

g. Gambar tegangan lentur

y'

50.0
10.0 30.0 10.0 σLA = 125,423 kg⁄cm2
(-)
10.0 2
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0
(+)
1 3
σLB = 198,266 kg⁄cm2

h. Mencari tegangan normal


ND
σN =
Atotal
0
σNA = σNB = = 0 kg⁄cm2
800

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 51

i. Gambar tegangan normal


y'

50.0
10.0 30.0 10.0 σLA = 0 kg⁄cm2

10.0 2
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0
1 3
σLB = 0 kg⁄cm2

j. Mencari tegangan kombinasi


y'

50.0
10.0 30.0 10.0 σLA = −125,423 kg⁄cm2 σNA = 0 kg⁄cm2
(-)
10.0 2 9.7
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0 15.3
(+)
+
1 3

σLB = 198,266 kg⁄cm2 σNB = 0 kg⁄cm2

Serat atas :
σ a = σ La + σ Na = -125,423 – 0 = -125,423 kg/cm2
σ b = σ Lb + σ Nb = 198,266 – 0 = 198,266 kg/cm2

k. Gambar tegangan
y' kombinasi
50.0 σNa = 0 kg⁄cm2
10.0 30.0 10.0 σLa = −125,423 kg⁄cm2 σa = −125,423 kg⁄cm2
(-) (-)
10.0 2 9.7
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0 15.3
(+)
+ =
1 3 (+)

σ = 0; berada diσ garis netral, karena σtegangan


= 198,266 kg⁄cm2
kombinasi
Nb = 0 kg⁄cm
2 σb = sama
198,266dengan
kg⁄cm2
Lb

tegangan lentur. Tegangan normal = 0 kg/cm2.

2. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban terpusat
dan beban merata serta penampang balok seperti tergambar. Beban terpusat

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 52

mengalami sudut 45º. Hitung dan gambar tegangan kombinasi yang terjadi
pada balok di titik D sepanjang 2 m dari titik A ?

P=2 t

I q=2 t/m' 50
A B
C D 10 25
I
2.0 10 30 10 (cm)
penampang
1.5 2.5 batang

Penyelesaian :
P H = 2.cos 45º = 1,414 ton
2.sin 45

2 ton P V = 2.sin 45º = 1,414 ton


45°
2.cos 45

a. Mencari reaksi perletakan


∑ MB =0
R AV .4 – P V .2,0 – q.4.(1/2.4) = 0
R AV .4 – 1,414.2,0 – 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,707 ton ( )

∑ MA =0
-R BV .4 + P V .2,0 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.2,0 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,707 ton ( )
Kontrol : ∑ R V = P + q.L
R AV + R BV = P V + q.L
4,707 + 4,707 = 1,414 + 2.4
9,414 ton = 9,414 ton ……(OK!)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 53

∑ H =0
R AH – P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton ( )
(gaya normal tekan (-) karena gaya P menuju batang)

b. Mencari momen pada titik yang dicari (potongan I-I)


M D = R AV .2 – q.2.(1/2.2) – P V .0
= 4,707.2 – 2.2.(1/2.2) – 1,414.0
= 5,414 ton.m

c. Mencari gaya normal pada titik yang dicari (potongan I-I)


N D = -1,414 ton

d. Mencari titik berat penampang

a
50.0
10.0 30.0 10.0

10.0 2
B
A C
15.0
1 3
b

Terhadap garis a
S1 + S2 + S3 = SL
(10.25.5) + (30.10.25) + (10.25.45) = {(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.x
20000 = 800.x
x = 25 cm (dari garis a)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 54

Terhadap garis b
S1 + S2 + S3 = SL
(10.25.12,5) + (30.10.20) + (10.25.12,5) =
{(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.y
12250 = 800.y
y = 15,313 cm (dari garis b)

Titik berat (x; y) = (25; 15,313) cm

y'

50.0
10.0 30.0 10.0

10.0 2
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0
1 3

e. Mencari momen inersia penampang


Penampang 1
I x1 = 1/12.b 1 .h 1 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4

Penampang 2
I x2 = 1/12.b 2 .h 2 3 = 1/12.30.103 = 2500,0 cm4

Penampang 3
I x3 = 1/12.b 3 .h 3 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4

Momen Inersia Penampang


I x ’ = I x1 + A 1 .2,8132 + I x2 + A 2 .4,6872 + I x1 + A 3 .2,8132
= 13020,833 + 10.25.2,8132 + 2500,0 + 30.10.4,6872 + 13020,833

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 55

+ 10.25.2,8132
= 39088,541 cm4

f. Mencari tegangan lentur


M.y
σL =
Ix
(5,414.1000.100).9,687
σLA = = 134,245 kg⁄cm2
39088,541
(5,414.1000.100).15,313
σLB = = 212,094 kg⁄cm2
39088,541

g. Gambar tegangan lentur


y'

50.0
10.0 30.0 10.0 σLA = 134,245 kg⁄cm2
(-)
10.0 2
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0
(+)
1 3
σLB = 212,094 kg⁄cm2

h. Mencari tegangan normal


−ND
σN =
Atotal
-1,414.1000
σNA = σNB = = −1,768 kg⁄cm2
800

i. Gambar tegangan normal


y'

50.0
10.0 30.0 10.0 σLA = −1,768 kg⁄cm2

10.0 2 (-)
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0 (-)
1 3
σLB = −1,768 kg⁄cm2

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 56

j. Mencari tegangan kombinasi


y'

50.0
10.0 30.0 10.0 σLA = −134,245 kg⁄cm2 σNA = −1,768 kg⁄cm2
(-) (-)
10.0 2 9.7
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0 15.3
(+)
+ (-)
1 3

σLB = 212,094 kg⁄cm2 σNB = −1,768 kg⁄cm2

Serat atas :
σ a = σ La + σ Na = -134,245 – 1,768 = -136,013 kg/cm2
σ b = σ Lb + σ Nb = 212,094 – 1,768 = 210,326 kg/cm2

k. Gambar tegangan
y' kombinasi

50.0
σNa = −1,768 kg⁄cm2
10.0 30.0 10.0 σLa = −134,245 kg⁄cm2 σa = −136,013 kg⁄cm2
(-) (-) (-)
10.0 2 9.7
B garis netral x'
A (25; 15,313) C tegangan =
15.0 15.3
(+)
+ (-)
= 0 berada di
bawah garis
1 3 (+) netral

σLb = 212,094 kg⁄cm2 σNb = −1,768 kg⁄cm2 σb = 210,326 kg⁄cm2

σ = 0; berada di bawah garis netral. Turunnya σ = 0 dapat dihitung dengan


perbandingan segitiga.

y σa
=
h − y σb
y 136,013
=
25 − y 210,326
210,326.y = 136,013.(25 – y)
210,326.y = 3400,325 – 136,013.y
346,339.y = 3400,325
y = 9,818 cm (dari serat atas)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 57

Jadi tegangan kombinasi = 0  y = 9,818 cm dari serat atas atau


 y = 9,818 – 9,687 = 0,131 cm di bawah
garis netral.

III.7 Tegangan Geser


Tegangan geser terjadi jika suatu konstruksi mengalami gaya lintang atau gaya
geser.

Tegangan geser adalah tegangan yang berbanding dengan gaya lintang yang
ditinjau dikalikan dengan statis momen yang ditinjau dan berbanding terbalik
dengan lebar serat penampang yang ditinjau dengan momen inersia sumbu x
penampang yang ditinjau.

D. S
τ=
b. Ix

Dimana : τ = tegangan geser (kg/cm2)


D = gaya lintang yang ditinjau (kg)
S = statis momen bidang yang ditinjau yaitu bidang atas atau bawah
dari serat yang dimaksud (cm3)
b = lebar serat yang ditinjau (cm)
I x = momen inersia penampang arah x (cm4)

Perjanjian tanda :
Jika gaya lintang berupa :

a. (+)  tegangan geser postif (τ + )

b. (-)  tegangan geser negatif (τ - )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 58

Langkah-langkah menganalisa Tegangan geser adalah


a. Mencari reaksi perletakkan.
b. Mencari gaya lintang pada potongan yang dicari.
c. Mencari titik berat penampang.
d. Mencari momen inersia arah x (I x ) penampang.
e. Menentukan lebar serat yang ditinjau.
f. Mencari statis momen bidang atas atau bawah dari serat yang ditinjau
terhadap garis netral.
Pemilihan statis momen bidang atas atau bawah dari serat yang ditinjau
dipilih bentuk sederhana yaitu bentuk segi empat.
D.S
g. Mencari tegangan geser pada potongan yang dicari  τ= b.I
x

h. Dari tegangan geser pada point (g), diagram tegangan geser digambar.

III.8 Contoh Soal Tegangan Geser


1. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban dan
penampang balok seperti tergambar. Hitung dan gambar tegangan geser yang
terjadi pada balok di titik C sepanjang 1 m dari titik A ?
P=2 t
I
A B 15.0
C D
I
1.0
10.0
2.0 1.0

Penyelesaian :
a. Mencari reaksi perletakan
∑ MB =0
-R AV .3 + P.1 = 0
-R AV .3 + 2.1 = 0
R AV = 2/3 ton ( )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 59

∑ MA =0
R BV .3 - P.2 = 0
R BV .3 - 2.2 = 0
R BV = 4/3 ton ( )

Kontrol : ∑ R V = ∑ P
R AV + R BV = P
2/3 + 4/3 = 2 ton ……(OK!)

b. Mencari gaya lintang pada potongan yang dicari


D c = R AV = 2/3 ton (gaya lintang positif)

c. Mencari titik berat penampang

garis netral x
15.0
titik berat
penampang
10.0

Titik berat penampang persegi  y = ½.h ; x = ½.b


Titik berat (x,y) = (5; 7,5)
d. Mencari momen inersia sumbu x (I x )
Untuk penampang empat persegi tunggal, maka:
I x = 1/12.b.h3
I x = 1/12.10.153
I x = 2812,5 cm4

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 60

e. Menghitung tegangan geser


D.S
τ = b.I
x
y
serat a

7.5
1/2.h
garis netral serat b
15.0

7.5
1/2.h

serat c

1/2.b 1/2.b

10.0
Note:
• Serat adalah acuan dalam menganalisa tegangan geser.
• Penampang yang ditinjau adalah di atas atau dibawah serat.
• Untuk memudahkan analisa, dibagi atas serat-serat yaitu serat bagian
atas, berhimpit dengan garis netral dan serat bagian bawah.

Ditinjau pada serat a


Di atas serat a
Di atas serat a tidak ada penampang sehingga :
S (statis momen) = A.y = 0.0 = 0 cm3

Di bawah serat a
Di bawah serat a terdapat penampang uk. 10 x 15 cm dimana titik beratnya
berimpit dengan garis netral, sehingga :
S (statis momen) = 10 x 15 x 0 = 0 cm3
2
D.S ( .1000).0 kg�
Jadi pada serat a  τ = b.I  τ = 3
10.2812,5
=0 cm2 = 0
x

Ditinjau pada serat c


Di bawah serat c
Di bawah serat c tidak ada penampang sehingga :
S (statis momen) = A.y = 0.0 = 0 cm3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 61

Di atas serat c
Di atas serat c terdapat penampang uk. 10 x 15 cm dimana titik beratnya
berimpit dengan garis netral, sehingga :
S (statis momen) = 10 x 15 x 0 = 0 cm3

2
D.S ( .1000).0 kg�
Jadi pada serat c  τ = b.I  τ = 3
10.2812,5
=0 cm2
x

Ditinjau pada serat b


Di atas serat b = di bawah serat b
Di atas serat b terdapat penampang uk. 10 x 7,5 cm dimana titik beratnya
adalah
x = ½.10 = 5 cm
y = ½.7,5 = 3,75 cm
Sehingga :
S (statis momen) = 10 x 7,5 x 3,75 = 281,25 cm3

2
D.S ( .1000).281,25 kg�
Jadi pada serat b  τ = b.I  τ = 3
10.2812,5
= 6,667 cm2
x

f. Diagram tegangan geser

y
τa = 0 kg/cm2 serat a
7.5
1/2.h

garis netral serat b


15.0

τb = τmak =6,667 kg/cm2


7.5
1/2.h

serat c
1/2.b 1/2.b τc = 0 kg/cm2
10.0

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 62

Kesimpulan :
• Untuk mencari statis momen, bisa melihat penampang di atas serat maupun
dibawah serat yang ditinjau.
• Secara analitis, pada penampang segiempat, tegangan geser (τ) pada serat
ditengah-tengah penampang adalah
D. S
τtengah =
b. Ix
D. ��b. 12.h�. �12.12.h��
τtengah = 1
b. �12. b. h3 �
D. �18. b. h3 �
τtengah = 1
b. �12. b. h3 �
𝟑. 𝐃
𝛕𝐭𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡 =
𝟐. 𝐛. 𝐡
• Tegangan geser (τ) pada serat ditengah-tengah pada segiempat adalah
tegangan geser (τ) maksimum.
𝟑. 𝐃
𝛕𝐭𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡 = 𝛕𝐦𝐚𝐤𝐬 =
𝟐. 𝐛. 𝐡

2. Suatu balok AB dengan perletakan rol dan sendi serta panjang, beban terpusat
dan beban merata serta penampang balok seperti tergambar. Beban terpusat
mengalami sudut 45º. Hitung dan gambar tegangan geser yang terjadi pada
balok di titik D sepanjang 2 m dari titik A ?

P=2 t

q=2 t/m' 50
I
A B
C D 10 25
I
2.0 10 30 10 (cm)
penampang
1.5 2.5 batang

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 63

Penyelesaian :
P H = 2.cos 45º = 1,414 ton

2.sin 45
2 ton
P V = 2.sin 45º = 1,414 ton
45°
2.cos 45

a. Mencari reaksi perletakan


∑ MB =0
R AV .4 – P V .2,5 – q.4.(1/2.4) = 0
R AV .4 – 1,414.2,5 – 2.4.(1/2.4) = 0
R AV = 4,884 ton ( )

∑ MA =0
-R BV .4 + P V .1,5 + q.4.(1/2.4) = 0
-R BV .4 + 1,414.1,5 + 2.4.(1/2.4) = 0
R BV = 4,530 ton ( )

Kontrol : ∑ R V = P + q.L
R AV + R BV = P V + q.L
4,884 + 4,530 = 1,414 + 2.4
9,414 ton = 9,414 ton ……(OK!)

∑ H =0
R AH – P H = 0
R AH = P H
R AH = 1,414 ton ( )
(gaya normal tekan (-) karena gaya P menuju batang)

b. Mencari gaya lintang pada potongan yang dicari (potongan I-I)


D D = R AV – q.L AC – P V – q.L CD
= 4,884.2 – 2.1,5 – 1,414 – 2.0,5
= -0,53 ton (gaya lintang negatif)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 64

c. Mencari titik berat penampang


a
50.0
10.0 30.0 10.0

10.0 2
B
A C
15.0
1 3
b

Terhadap garis a
S1 + S2 + S3 = SL
(10.25.5) + (30.10.25) + (10.25.45) = {(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.x
20000 = 800.x
x = 25 cm (dari garis a)

Terhadap garis b
S1 + S2 + S3 = SL
(10.25.12,5) + (30.10.20) + (10.25.12,5) =
{(10.25)+ (30.10)+ (10.25)}.y
12250 = 800.y
y = 15,313 cm (dari garis b)

Titik berat (x; y) = (25; 15,313) cm


y'

50.0
10.0 30.0 10.0

10.0 2
B garis netral x'
A (25; 15,313) C
15.0
1 3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 65

d. Mencari momen inersia penampang


Penampang 1
I x1 = 1/12.b 1 .h 1 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4

Penampang 2
I x2 = 1/12.b 2 .h 2 3 = 1/12.30.103 = 2500,0 cm4

Penampang 3
I x3 = 1/12.b 3 .h 3 3 = 1/12.10.253 = 13020,833 cm4

Momen Inersia Penampang


I x ’ = I x1 + A 1 .2,8132 + I x2 + A 2 .4,6872 + I x1 + A 3 .2,8132
= 13020,833 + 10.25.2,8132 + 2500,0 + 30.10.4,6872 + 13020,833
+ 10.25.2,8132
= 39088,541 cm4

e. Mencari tegangan geser


D.S
τ=
b. Ix
y'

50.0
10.0 30.0 10.0 serat a

10.0 2 9.7
B garis netral serat b x'
A (25; 15,313) C serat c

15.0 15.3
1 3 serat d

Serat a
Tinjauan di atas serat a
S a = A.y = 0 . 0 . 0 = 0 cm3
(-0,53.1000).0
τa = = 0 kg⁄cm2
50.39088,541

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III


M e c h a n i c s o f m a t e r i a l s | 66

Serat b  pada garis netral


Tinjauan di atas serat b
S b = A.y = 50.9,687.4,8435 = 2345,949 cm3
(-0,53.1000).2345,949
τb = = −0,636 kg⁄cm2
50.39088,541

Serat c
Karena di serat c terdapat peralihan penampang, maka terdapat dua
tegangan geser

Tinjauan di atas serat c


S c-1 = A.y = 50.10.4,687 = 2343,5 cm3
(-0,53.1000).2342,5
τc-1 = = −0,635 kg⁄cm2
50.39088,541

Tinjauan di bawah serat c


S c-2 = A.y = 10.15.7,813 = 1171,95 cm3
(-0,53.1000).1171,95
τc-1 = = −1,589 kg⁄cm2
10.39088,541

Serat d
Tinjauan di bawah serat d
S d = A.y = 0.0.0 = 0 cm3
(-0,53.1000).0
τd = = 0 kg⁄cm2
10.39088,541

f. Diagram tegangan geser

50.0
10.0 30.0 10.0 serat a τa =0kg/cm2
2 9.7
B garis netral serat b τb = -0,636kg/cm2
serat c
A (25; 15,313) C τc-1 = - τc-2 = -1,589kg/cm2
15.3
1 3 serat d
τd =0kg/cm2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL D-III

Anda mungkin juga menyukai