Anda di halaman 1dari 38

lOMoARcPSD|5285750

Laporan Praktikum Mekanika Tanah Dasar - Atterberg Limits

Basic Soil Mechanics (Universitas Indonesia)

StuDocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)
lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

NAMA PRAKTIKAN : (Andika Sya’ban) (1606828955)


(Pranita Giardini) (1606836995)
(Radhitya Abiyoga) (1606904384)
KELOMPOK : R8
TANGGAL PRAKTIKUM : 11 Maret 2018
JUDUL PRAKTIKUM : Atterberg Limits
ASISTEN : Nadya Ayu Anindita
PARAF DAN NILAI :

A. LIQUID LIMIT (BATAS CAIR)


I. PENDAHULUAN
1.1 Standar Acuan
ASTM D 4318 “Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit, and
Plasticity Index of Soils”
AASHTO T 89 “Determining the Liquid Limit of Soils”
SNI 1967:2008 “Cara uji penentuan batas cair tanah

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada liquid limit (batas cair) dari sampel tanah.

Hasil uji batas ini dapat diterapkan untuk menetukan konsistensi perilaku
material dan sifatnya pada tanah kohesif, dimana konsistensi tanah
tergantung dari nilai batas cairnya. Disamping itu, nilai batas cair ini dapat
digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas tanah yaitu nilai batas
cair dikurangi dengan nilai batas plastis.

1.3 Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Alat Cassagrande
 Standard grooving tool
 Can
 Spatula
 Mangkuk porselin

Atterberg Limits 1

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Oven
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Botol penyemprot

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebanyak ± 1 kg
 Air suling

a b c d

Gambar
1.1 Peralatan praktikum liquid limit: a) Alat Cassagrande; b) Standard grooving tool; c)

1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Di dalam laboratorium, liquid limit didefinisikan sebagai kadar air dimana
sampel tanah yang telah dimasukkan pada alat cassagrande, dibuat celah di
tengahnya dengan standard grooving tool lalu alat cassagrande diputar
dengan kecepatan 2 ketukan per-detik dan tinggi jatuh 10 mm, sehingga
pada ketukan ke-25 sampel tanah yang digores dengan grooving tool
merapat sepanjang 0,5 inch.
Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam keadaan tertentu. Dalam
hal ini hanya dipelajari/diuji dalam tiga keadaan, yaitu batas cair, batas
plastis, dan batas susut dari tanah, atau secara skematis diwakili pada sebuah
diagram yaitu:

Cair Plastis Semi Plastis Solid


BATAS CAIR BATAS PLASTIS BATAS SUSUT
Atterberg Limits 2

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.2 Diagram Atterberg Limits

Semakin ke kanan diagram di atas, kadar airnya semakin sedikit. Batas cair
ini ditentukan dengan percobaan memakai alat percobaan liquid limit. Alat
ini dikembangkan oleh Cassagrande dan besarnya batas cair ditentukan pada
ketukan ke-25.
w1−w2
W= ×100 %
w2−w3
dengan: W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can

1.5. Teori Tambahan


Batas-batas Atterberg (Atterberg Limits) disebut sebagai kadar air
yang berkenaan dengan perbatasan antara keadaan-keadaan konsistensi pada
tanah (Atterberg 1911). Suatu kondisi fisis dari tanah berbutir-halus pada
kadar air (didefinisikan sebagai perbandingan antara massa air dengan
massa padat suatu partikel) tertentu dikenal sebagai konsistensi.
Berdasarkan kadar airnya, tanah digolongkan dalam tiga kondisi yaitu
kondisi cair, plastis, semi-padat, atau padat (solid). Untuk mengetahui
tingkat keadaan batas-batas tersebut, kita ambil contoh tanah berbutir halus
(lempung atau lanau) yang dicampur dengan air sehingga mencapai keadaan
cair. Apabila campuran ini dibiarkan mengering perlahan-lahan (tanpa
dioven atau dipanaskan), maka tanah tersebut akan melalui beberapa tingkat
keadaan tertentu dari keadaan cair sampai padat.
Batas cair (Liquid Limit) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada
batas antara keadaan cair dan keadaan plastis.
Kadar air dari tanah, dalam persen, dan jumlah pukulan untuk masing-
masing uji digambarkan di atas kertas grafik semi-log (Gambar 1.3).
Hubungan antara kadar air dan log N dapat dianggap sebagai suatu garis
lurus. Garis lurus tersebut dinamakan scbagai kurva aliran (flow curve).
Kadar air yang bersesuaian dengan N = 25, yang ditentukan dari kurva

Atterberg Limits 3

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

aliran, adalah batas cair dari tanah yang bersangkutan. Kemiringan dari garis
aliran (flow line) didefinisikan sebagai indeks aliran (flow index) dan dapat
dituliskan sebagai:
w 1−w 2
IF=
log
( )
N1
N2

dimana: IF = indeks aliran


w1 = kadar air, dalam persen, dari tanah yang bersesuaian dengan
jumlah pukulan N1
w2 = kadar air, dalam persen, dari tanah yang bersesuaian dengan
jumlah pukulan N2,
Jadi, persamaan garis aliran dapat dituliskan dalam bentuk yang
umum, sebagai berikut:
w=−I F log N +C

Atas dasar hasil analisis dari beberapa uji batas cair, US Waterways
Experiment Station, Vicksburg, Mississippi (1949), mengajukan suatu
persamaan empiris untuk menentukan batas cair, yaitu:

( )
tan β
N
¿=w N
25
dimana: N = jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk menutup goresan
selebar 0,5 in pada dasar contoh tanah yang diletakkan dalam
mangkok kuningan dari alat uji batas cair
wN = kadar air di mana untuk menutup dasar goresan dari contoh
tanah dibutuhkan pukulan sebanyak N
tan β = 0, 121 (harap dicatat bahwa tidak semua tanah
mempunyai harga tan β = 0,121).

Atterberg Limits 4

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.3 Kurva aliran


(flow curve) untuk penentuan batas cair lempung berlanau (silty clay)

II. PROSEDUR PRAKTIKUM


2.1 Persiapan
1. Menyiapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM, dengan kondisi kering
udara.
2. Menimbang seluruh can.
3. Memberi label pada can sesuai dengan jumlah ketukan yang akan
dipakai.

2.2 Jalannya Praktikum


1. Memasukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
campur dengan air suling dan aduk dengan spatula hingga tanah menjadi
homogen.
2. Memasukkan sampel tanah ke dalam mangkuk cassagrande selapis demi
selapis dan diusahakan tidak ada udara di antara setiap lapisan dengan
spatula. Tebal tanah yang dimasukkan kurang lebih hingga setebal
0.5inch pada bagian tengahnya.
3. Membuat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk cassagrande
dengan menggunakan grooving tool dalam arah tegak lurus mangkuk,
dilakukan dengan hati–hati agar tidak terjadi retak pada bagian bawahnya
(gambar 1.3).

Atterberg Limits 5

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.4 Membuat celah dengan grooving tool

4. Menjalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2 putaran per-


detik dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat
sepanjang 0.5 inch. Pada saat itu hentikan alat cassagrande dan catat
jumlah ketukan (gambar 1.4).

Gambar 1.5 Tanah yang merapat sepanjang ½ inch

5. Menimbang can terlebih dahulu, lalu ambil sebagian tanah dalam


mangkuk cassagrande dan masukkan ke dalam can dan kemudian
timbang berat can + tanah. Terakhir, masukkancan + tanah ke dalam
oven.

Atterberg Limits 6

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

6. Mengulangi seluruh langkah di atas untuk lima sampel dan dengan nilai
ketukan antara 11-20, 21-25, 26-30, 31-40 ketukan, hal ini dibantu
dengan cara menambahkan air suling atau menambahkan tanah.
7. Setelah kurang lebih 24 jam dalam oven, keluarkan sampel tanah dari
oven dan timbang kembali.
8. Menghitung kadar airnya.

2.3 Perbandingan dengan ASTM


Pada ASTM jumlah ketukkan adalah antara 25 – 35 ketukan, sedangkan
pada percobaan ini jumlah ketukan adalah antara 11 – 40 ketukkan, hingga
tanah merapat sepanjang 0.5 inch.

III. PENGOLAHAN DATA


3.1 Data Hasil Praktikum
Table 1. Data hasil praktikum Liquid Limit

Can No. 11-20 21-25 26-30 31-40


Jumlah ketukan 18 21 28 39
Berat tanah basah + can 26,3 gr 17,5 gr 17,5 gr 19,1 gr
Berat tanah kering + can 18 gr 13,1 gr 12,3 gr 14,1 gr
Berat can 8,6 gr 8,2 gr 6,3 gr 8 gr

3.2 Perhitungan
Rumus menghitung kadar air adalah
w1−w2
W= ×100 %
w2−w3
dengan: W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can

Table 2. Pengolahan data praktikum Liquid Limit

Can No. 11-20 21-25 26-30 31-40

Atterberg Limits 7

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Jumlah ketukan 18 21 28 39
Berat tanah basah + can 26,3 gr 17,5 gr 17,5 gr 19,1 gr
Berat tanah kering + can 18 gr 13,1 gr 12,3 gr 14,1 gr
Berat can 8,6 gr 8,2 gr 6,3 gr 8 gr
Berat tanah kering 9,4 gr 4,9 gr 6 gr 6,1 gr
Berat air 8,3 gr 4,4 gr 5,2 gr 5 gr
Kadar air 88,3 % 89,8 % 86,7 % 82,0 %

Kadar air rata-rata


88,3 % +89,8 %+ 86,7 %+ 82,0 %
W= =86,7 %
4

Menentukan nilai Liquid Limit


Cara 1: Memasukkan nilai 25 ketukan pada persamaan logarithmic dari
grafik kadar air (W) vs jumlah ketukan (N).

Table 3. Nilai grafik data praktikum Liquid Limit

N(x) 18 21 28 39
W(y) 88,3 % 89,8 % 86,7% 82,0 %

92.0
89.8
90.0
88.3f(x) = − 9.11 ln(x) + 116.14
88.0 R² = 0.84
86.7
Kadar Air (W) (%)

86.0

84.0
82.0
82.0

80.0

78.0
15 20 25 30 35 40 45

Jumlah Ketukan (N)

Gambar 1.6 Grafik untuk menentukan liquid limit

Dari grafik di atas, didapat persamaan kurva:

Atterberg Limits 8

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

y=−9,111ln ( x ) +116,14
maka untuk N = 25
y ( 25 )=−9,111ln ( 25 ) +116,14=86,81 %

Jadi, besar Liquid Limit pada cara 1 adalah 86,81%.

Cara 2
Dengan Rumus:

( )
0,121
N
¿=W n
25
Dengan : LL = liquid limit
Wn = kadar air pada ketukan ke-n
N = jumlah ketukan

( )
0,121
18
¿1=88,3 % × =84,86 %
25

¿ =89,8 % × ( )
0,121
21
2 =87,92 %
25

¿ =86,7 % × ( )
0,121
28
3 =87,86 %
25

¿ =82,0 % × ( )
0,121
39
4 =86,50 %
25

Table 4. Pengolahan data praktikum Liquid Limit secara teori

No Can Jumlah Ketukan Wn (%) LL (%)


11-20 18 88,3 84,86
21-25 21 89,8 87,92
26-30 28 86,7 87,86
31-40 39 82,0 86,50
LLrata-rata = 86,79

Jadi, besar Liquid Limit pada cara 2 adalah 86,79%.

Kesalahan Relatif = | ¿ cara2 |


¿ cara2−¿cara 1
×100 %

Atterberg Limits 9

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Kesalahan Relatif = |86,79−86,81


86,79 |× 100 %=0,03 %
Menentukan harga Flow Index (FI)
Harga Flow Index (FI) didapatkan dengan mencari selisih nilai kadar air
pada saat 100 ketukan dan 10 ketukan pada persamaan logarithmic dari
grafik kadar air (W) vs jumlah ketukan (N).
FI =W N 100 −W N 10

Kadar air untuk N = 10


W N 10=−9,111ln ( 10 ) +116,14=95,16 %
Kadar air untuk N = 100
W N 100 =−9,111 ln ( 100 ) +116,14=74,18 %
FI =74,18 %−95,16 %=−20,98 %

B. PLASTIC LIMIT (BATAS PLASTIS)


I. PENDAHULUAN
1.1 Standar Acuan
ASTM D 4318 “Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit, and
Plasticity Index of Soils”
AASHTO T 89 “Determining The Plastic Limit and Plasticity Index Of
Soils”
SNI 1967:2008 “Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah”

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada plastic limit (batas plastis) dari sampel tanah atau
untuk menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan
plastis, dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah.

Atterberg Limits 10

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.3 Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Plat kaca
 Container
 Spatula
 Mangkuk porselin
 Oven
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Botol penyemprot

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM
 Air suling

1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Di dalam laboratorium, plastic limit didefinisikan sebagai kadar air pada
batas dimana sampel tanah digulung pada pelat kaca hingga mencapai
diameter kurang lebih 1/8inch (3,2 mm) dan tanah tersebut tepat retak-retak
halus. Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:
I p=¿−PL
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas plastis
dan batas cair. Rumus yang digunakan sama seperti persamaan (1.1)
w1−w2
W= ×100 %
w2−w3
dengan: W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can

1.5. Teori Tambahan

Atterberg Limits 11

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Hasil percobaan dari tanah yang diuji dari berbagai belahan dunia
diplot pada grafik indeks plastisitas (ordinat) versus batas cair (absis).
Ditemukan bahwa tanah liat, lumpur, dan tanah organik terletak pada daerah
grafik yang berbeda. Sebuah garis terdistribusi dengan persamaan
PI =0,73 ( ¿−20 ) %
disebut "Garis A", menggambarkan batas-batas antara lempung (di
atas garis) dan lumpur dan tanah organik (di bawah garis), seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.7. Baris kedua, garis U, yang dinyatakan
sebagai PI =0,9 ( ¿−8 ) %
mendefinisikan batas atas korelasi antara indeks plastisitas dan batas
cair. Jika hasil tes tanah jatuh di atas garis U, maka harus dicurigai hasil tes
tersebut dan ulangi pengujian.

Gambar 1.7 Plasticity Chart


Nilai tipikal untuk batas Atterberg untuk tanah ditunjukkan pada
Gambar 1.8. Batas Atterberg bergantung pada jenis mineral dominan di
dalam tanah. Jika montmorillonit adalah mineral utama, batas cairnya bisa
melebihi 100%. Mengingat bahwa ikatan antara lapisan di montmorillonite
lemah dan sejumlah besar air dapat dengan mudah menginfeksi ruang di
antara lapisan. Dalam kasus kaolinit, lapisannya dipegang secara relatif
rapat dan air tidak dapat menyerap infiltrasi antara lapisan dibandingkan
dengan montmorilonit.

Atterberg Limits 12

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.8 Typical Atterberg Limits for Soils

II. PROSEDUR PRAKTIKUM


2.1 Persiapan
1. Menyiapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM.
2. Menimbang berat container.
3. Memberi label pada container

2.2 Jalannya Praktikum


1. Memasukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
campur dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga homogen.
2. Mengambil sampel tanah tersebut sedikit lalu gulung di atas pelat kaca
sampai berdiameter ⅛ inch. Bila kadar air berlebih, pada waktu sampel
tanah mencapai diameter ⅛ inch tidak terjadi retak–retak, maka
percobaan ini harus diulang kembali dengan menambahkan sampel tanah.
Sedangkan bila kadar air kurang, sampel tanah akan retak-retak sebelum
mencapai diameter ⅛ inch. Percobaan ini harus diulang kembali dengan
menambahkan air sehingga sampel tanah tepat retak–retak pada waktu
mencapai diameter ⅛ inch.
3. Memasukkan sampel tanah yang mulai retak–retak halus pada diameter
⅛ inch ke dalam dua container yang sudah ditimbang beratnya. Berat
tanah minimum adalah 15 gram.
4. Menutup container secepatnya agar kadar air tidak berkurang karena
penguapan. Kemudian timbang container yang telah berisi tanah tersebut.
5. Memasukkan container dalam keadaan terbuka ke dalam oven berisi
tanah yang telah ditimbang selama kurang lebih 24 jam.
6. Setelah kurang lebih 24 jam dalam oven, keluarkan lalu timbang
container berisi tanah + tutup guna mencari kadar airnya. Pada saat

Atterberg Limits 13

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

menghitung kadar air ini jangan lupa tambahkan berat penutup container
agar berat total container seperti pada saat menimbang berat tanah basah
sebelumnya.

2.3 Perbandingan dengan ASTM


 Pada percobaan, waktu penggulungan tanah tidak ditentukan, sedangkan
pada ASTM waktu penggulungan tanah maksimum adalah dua menit.
 Pada percobaan, setelah tanah digulung dan terjadi retak–retak, maka
tanah tersebut dibagi menjadi dua bagian sama besar dan dimasukkan ke
dalam container. Sedangkan pada ASTM, tanah yang telah digulung akan
diremukkan kembali dan digulung kembali sampai sampel tanah tersebut
sukar untuk digulung kembali.

III. Pengolahan Data


3.1 Data Hasil Praktikum
Table 5. Data hasil praktikum Plastic Limit

Can No. R8 R9
Berat tanah basah + can 36,9 gr 36,4 gr
Berat tanah kering + can 31,7 gr 31,2 gr
Berat can 21,5 gr 21,3 gr

3.2 Perhitungan
Rumus menghitung kadar air adalah
w1−w2
W= ×100 %
w2−w3

Atterberg Limits 14

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dengan: W = kadar air


w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can

Table 6. Pengolahan data praktikum Plastic Limit

R9
Can No. R8
36,4 gr
Berat tanah basah + can 36,9 gr
31,2 gr
Berat tanah kering + can 31,7 gr
21,3 gr
Berat can 21,5 gr
9,9 gr
Berat tanah kering 10,2 gr
5,2 gr
Berat air 5,2 gr
52,5 %
Kadar air 51,0 %

51,0 % +52,5 %
Kadar Air Rata−rata ( PL ) = =51,75 %
2
Plastic Index
I p=¿−PL
I p=¿ cara2−PL=86,79 %−51,75 %=35,03 %

C. SHRINKAGE LIMIT (BATAS SUSUT)


I. PENDAHULUAN
1.1 Standar Acuan
ASTM D 427 ‘’Standard Test Methods for Shrinkage Factors of Soils by
the Mercury Method’’
AASHTO T 92 ‘’Standard Method of Test for Determining the Shrinkage
Factors of Soils’’
SNI 3422:2008 ‘’Cara uji penentuan batas susut tanah’’

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada batas susut dari suatu sampel tanah.

Atterberg Limits 15

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.3 Alat-alat dan Bahan


a. Alat
 Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
 Coathed dish
 Shrinkage dish
 Spatula
 Mangkuk Porselin
 Botol Penyemprot

b. Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM
 Air Raksa dan Air suling
 Vaseline

Gambar 1.9 Peralatan praktikum shrinkage limit. a) shrinkage limit, b) coated dish, c) Air
Raksa

1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Shrinkage limit adalah kadar air pada batas keadaan semi plastis
dan beku. Di dalam laboratorium, shrinkage limit didefinisikan sebagai
batas dimana tidak akan terjadi perubahan volume pada massa tanah,
apabila kadar airnya dikurangi. Pada tahapan ini tanah mengering tanpa
diikuti perubahan volume. Batas susut ditunjukan dengan kadar air tanah

Atterberg Limits 16

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

pada tahap mengering dan tidak terdapat perubahan/pengurangan volume.


Rumus yang digunakan:
( w w −w d )− ( V w −V d ) ρw
SL= ×100 %
wd
Dengan:
Ww = berat tanah basah
Wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
gram
ρw =berat jenis air=1
cm3
wd
SR= ×100 %
Vd

1.5. Teori Tambahan


Suatu tanah akan menyusut apabila air yang dikandungnya secara
perlahan-lahan hilang dalam tanah. Dengan hilangnya air secara terus
menerus, tanah akan mencapai suatu tingkat keseirnbangan di mana
penambahan kehilangan air tidak akan menyebabkan perubahan volume
(Gambar 1.10). Kadar air, dinyatakan dalam persen, di mana perubahan
volume suatu massa tanah berhenti didefinisikan sebagai batas susut
(shrinkage limit).

Gambar 1.10 Definisi Shrinkage Limit

Atterberg Limits 17

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.10, batas susut dapat ditentukan


dengan cara sebagai berikut:
SL=( w i−∆ w ) %
dimana: wi = kadar air tanah mula-mula pada saat ditempatkan di dalam
mangkok uji batas susut
∆w = perubahan kadar air (yaitu antara kadar air mula-mula dan
kadar air pada batas susut).

Sedangkan
m1 −m2
w i= ×100 %
m2

dimana: m1 = massa tanah basah dalam mangkok pada saat permulaan


pengujian (gram)
m2 = massa tanah kering (gram), lihat Gambar 2.14.

dan
(V i−V f ) ρ w
∆ w= ×100 %
m2
dimana: Vi = volume contoh tanah basah pada saat pennulaan pengujian
(yaitu volume mangkok, cm3)
Vf = volume tanah kering sesudah dikeringkan di dalam oven
ρw = kerapatan air (g/cm3)

Gambar

Table 7. Hubungan Persentase Susut Atterberg, Susut Linier dengan Derajat Mengembang

Atterberg Limits 18

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Nilai dari batas susut juga dapat digunakan untuk mengetahui derajat
mengembang dari sampel tanah. Altmeyer (1955) menjadikan hasil uji susut
linier dan batas susut atterberg sebagai parameter identifikasi tanah
ekspansif (Tabel 7).

II. PROSEDUR PRAKTIKUM


2.1 Persiapan
1. Menyiapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM.
2. Menyiapkan air suling dan botol penyemprot.
3. Menimbang coated dish atau container yang diperlukan.

2.2 Jalannya Praktikum


1. Memasukkan butiran tanah ke dalam mangkuk porselin dan beri air
suling secukupnya kemudian aduk dengan spatula hingga homogen.
2. Memperlakukan sampel tanah yang sudah homogen tersebut seperti pada
langkah-langkah percobaan liquid limit, usahakan tanah telah merapat
sepanjang 0,5inch pada ketukan kisaran 21-25 ketukan.
3. Mengambil sampel tanah dari alat cassagrande tersebut ke dalam coated
dish yang sudah diolesi oli atau pelumas. Jangan lupa untuk mengetuk-
ngetuk coated dish agar sampel tanah mengisi penuh seluruh bagian
coated dish dan permukaannya rata.
4. Menimbang sampel tanah dan coated dish tersebut.
5. Mendiamkan coated dish dan sampel tanah di udara terbuka kurang lebih
selama 24 jam agar tidak mengalami retak-retak akibat pemanasan secara
tiba-tiba.

Atterberg Limits 19

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

6. Setelah kurang lebih 24 jam, masukan sampel tanah ke dalam oven.


7. Setelah 24 jam dalam oven, keluarkan coated dish dan tanah kering dari
lalu ditimbang. Kemudian hitung volume tanah basah dan tanah kering.

o Hitung volume tanah basah:


 Menimbang coated dish (w1)
 Memasukkan raksa ke dalam coated dish sampai penuh, lalu ratakan
permukaan raksa dengan pelat kaca agar sejajar dengan pinggiran coated
dish.
 Kemudian menimbang coated dish beserta isinya (w2).
 Volume tanah basah adalah:
W Hg w2−w1
V w= =
ρ Hg ρ Hg
o Hitung volume tanah kering:
 Memasukkan raksa ke dalam shrinkage dish sampai penuh dan ratakan
dengan pelat kaca
 Menimbang shrinkage dish beserta isinya sehingga berat air rakasa dalam
shrinkage dish (wHg+S).
 Mencelupkan sampel tanah kering ke dalam shrinkage dish yang berisi
raksa dengan menekannya secara hati-hati dengan pelat kaca berkaki tiga
sehingga permukaan sampel tanah benar-benar berada tepat di
permukaan air raksa. Sebagian raksa akan tumpah keluar. Proses ini
disebut sub-merging soil cake (gambar 1.6).

Gambar 1.12 Proses sub-merging soil cake

Atterberg Limits 20

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Keluarkan sampel tanah dan timbang kembali shrinkage dish + raksa


yang tersisa (WHg).
 Volume tanah kering adalah:
W Hg+ s−W Hg
V w= 1.9
ρ Hg

2.3 Perbandingan dengan ASTM


 Pada percobaan di dalam laboratorium, coated dish yang telah diolesi oil
dan diisi tanah diketuk-ketuk agar tidak tersisa gelembung udara
didalamnya. Sedangkan menurut standar ASTM D-427, coated dish
hanya digoyang-goyangkan.
 Pada metode ASTM alat yang dipakai untuk menampung tanah adalah
mangkuk porselin yang mempunyai diameter kurang lebih 1,75inch dan
tinggi kurang lebih 0,5 inch, sedangkan dalam percobaan di dalam
laboratorium dipakai coated dish.

III. PENGOLAHAN DATA


1.7.1 Data Hasil Praktikum
Table 8. Data hasil praktikum Shrinkage Limit

No Sampel R8 (gr) R9 (gr)


Berat tanah basah + coated dish 61,4 61,4
Berat tanah kering + coated dish 49,3 49,6
Berat coated dish 37,3 38
Berat tanah kering 12 11,6
Berat tanah basah 24,1 23,4

Atterberg Limits 21

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.7.2 Perhitungan
Table 9. Pengolahan data praktikum Shrinkage Limit

No Sampel R8 (gr) R9 (gr)


Berat tanah basah + coated dish 61,4 61,4
Berat tanah kering + coated dish 49,3 49,6
Berat coated dish 37,3 38
Berat tanah kering 12 11,6
Berat tanah basah 24,1 23,4
Berat raksa + coated dish 264,1 259,9
Berat raksa 226,8 221,9
Volume tanah basah 16,76 16,4
Berat raksa + shrinkage dish 759,8 759
Berat raksa + shrinkage dish (setelah sub-
merging soil cake) 636,8 654,5
Berat raksa yang dipindahkan 123 104,5
Volume tanah kering 9,09 7,72
Shrinkage Limit 36,90 % 26,92 %
Shrinkage Ratio 132 % 150 %
Shrinkage Limit rata-rata 31,91 %
Shrinkage Ratio rata-rata 141 %

IV. ANALISIS
4.1 Analisis Percobaan
4.1.1 Liquid Limit
Pada percobaan Liquid Limit kali ini, praktikan melakukan percobaan
untuk mengetahui kadar air pada batas cair dari suatu sampel tanah. Hasil
uji batas ini dapat diterapkan untuk menetukan konsistensi perilaku material

Atterberg Limits 22

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dan dapat digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas tanah.


Percobaan dilakukan dengan menggunakan alat bernama Cassagrande, yaitu
sebuah mesin ketukan dengan mangkuk tempat sampel tanah ditempatkan.
Adapun bahan yang diperlukan untuk percobaan adalah sampel tanah yang
lolos saringan nomor 40 ASTM dan air suling. Sampel tanah yang lolos
saringan nomor 40 ASTM digunakan karena pada percobaan ini dibutuhkan
jenis tanah clay atau lempung.
Sebelum praktikan melakukan percobaan, praktikan terlebih dahulu
menimbang dan memberi label pada can-can yang akan digunakan. Label
can yang diberikan adalah label interval ketukan yang ingin didapatkan dari
percobaan. Selanjutnya praktikan membuat adonan tanah, yaitu campuran
antara sampel tanah ditambah dengan air suling. Sampel tanah yang telah
dicampur dengan air diaduk secara merata di dalam mangkuk porselin
hingga tercampur homogen. Homogen disini berarti campuran tanah dan
mineral tanahnya merata untuk satu sampel tanah. Adonan tanah yang telah
tercampur homogen kemudian dimasukkan kedalam mangkuk pada alat
Cassagrande. Sampel tanah dimasukkan selapis demi selapis agar tidak ada
udara yang terperangkap di dalam sampel tanah. Sampel tanah dimasukkan
ke dalam mangkuk Cassagrande hingga tebal bagian tengahnya kira-kira 0,5
inchi atau 1 cm. Selanjutnya, praktikan membuat celah tepat di tengah-
tengah sampel tanah pada mangkuk Cassagrande menggunakan grooving
tool. Praktikan harus memastikan agar celah yang dibuat hanya celah
ditengah sampel tanah dan tidak merusak sampel tanah di sekitarnya.
Kemudian praktikan menjalankan alat Cassagrande. Praktikan harus
memerhatikan celah di tengah-tengah sampel tanah. Apabila celah di
tengah-tengah sampel tanah telah merapat kembali sepanjang lebih kurang
0,5 inchi, maka alat Cassagrande dimatikan dan dicatat jumlah ketukannya.
Setelah didapatkan jumlah ketukan sesuai dengan interval yang
diinginkan, sampel tanah kemudian ditempatkan pada can yang telah diberi
label. Can dengan sampel tanah kemudian ditimbang dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam. Setelah 24 jam, can dengan

Atterberg Limits 23

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

sampel tanah yang sudah kering ditimbang kembali untuk mencari kadar air
dalam tanah.
Prosedur percobaan tersebut diulangi untuk interval ketukan yang
lainnya, yaitu mulai dari 11-20, 21-25, 26-30, dan 31-40. Percobaan
dilakukan sesuai urutan dari interval yang paling tinggi, yaitu 31-40 hingga
terendah, yaitu 11-20. Setelah percobaan untuk interval 31-40 selesai,
sampel tanah sebelumnya kemudian ditambahkan air suling untuk
mendapatkan interval ketukan yang lebih rendah.

4.1.2 Plastic Limit


Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan pecobaan untuk mencari
kadar air pada plastic limit (batas plastis) dari sampel tanah atau untuk
menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan plastis,
dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan tanah lolos saringan nomor 40 ASTM, dimana tanah lolos
saringan nomor 40 mengandung jenis tanah clay/lempung.
Sebelum percobaan dimulai, praktikan terlebih dahulu menimbang
berat dari container dan memberi label pada container. Selanjutnya sampel
tanah dicampur dengan air suling sehingga sampel tanah menjadi homogen,
yaitu kandungan sampel tanah dan mineralnya merata untuk satu sampel
tanah. Selanjutnya percobaan dilakukan dengan membuat gulungan sampel
tanah plastis setebal lebih kurang 1/8 inchi atau 3 mm. Pembuatan gulungan
sampel tanah dilakukan diatas kaca. Penggunaan kaca sebagai alas
percobaan dimaksudkan agar kandungan air di dalam tanah tidak berubah
atau tetap, karena kaca tidak dapat menyerap air. Apabila dilakukan diatas
material kayu, ada kemungkinan kadar air dalam tanah terus berkurang
karena terserap oleh kayu. Setelah gulungan sampel tanah mencapai 3 mm,
praktikan harus memastikan terdapat retakan halus pada gulungan sampel
tanah. Apabila tidak terjadi retakan sama sekali, maka sampel tanah harus
ditambahkan sampel tanah yang masih kering. Apabila terjadi retakan yang
besar saat digulung menjadi 3 mm, maka harus ditambahkan air suling ke
sampel tanah sebelumnya.

Atterberg Limits 24

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Setelah berhasil mendapatkan gulungan sampel tanah setebal kira-kira 3


mm dengan retakan halus pada sampel tanah, praktikan segera memasukkan
gulungan sampel tanah ke dalam container dan menutup container kembali
agar kadar air dapa gulungan sampel tanah tidak berubah karena penguapan.
Percobaan dilanjutkan hingga didapatkan gulungan sampel tanah sebanyak
minimal 15 gram. Setelah selesai membuat gulungan sampel tanah,
praktikan kemudian menimbang dan mencatat berat container berisi
gulungan sampel tanah. Selanjutnya praktikan memasukkan container berisi
gulungan sampel tanah, dalam keadaan terbuka, ke dalam oven selama 24
jam. Setelah 24 jam, praktikan menimbang kembali container berisi
gulungan sampel tanah yang telah kering dan mencatat beratnya untuk
dihitung kadar airnya.

4.1.3 Shrinkage Limit


Pada percobaan kali ini, praktikan melakukan pecobaan untuk mencari
kadar air pada batas susut dari suatu sampel tanah. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan tanah lolos saringan nomor 40 ASTM, dimana tanah
lolos saringan nomor 40 mengandung jenis tanah clay/lempung.
Sebelum percobaan dimulai, praktikan terlebih dahulu menimbang
berat dari coated dish. Sampel tanah yang digunakan pada percobaan
Shrinkage Limit kali ini adalah sampel tanah yang telah digunakan pada saat
percobaan batas cair (Liquid Limit) pada ketukan ke-21 hingga ke-25. Hal
ini sesuai dengan definisi shrinkage limit yang diilustrasikan pada Gambar
1.10, dimana batas susut (shrinkage limit) adalah kadar air awal yang
dikurang dengan selisih kadar air awal hingga kadar air batas susut. Dengan
demikian, sampel tanah yang digunakan untuk percobaan batas susut adalah
sampel tanah pada kondisi cair atau pada batas cair agar sampel tanah dapat
memenuhi ruang pada coated dish dengan sempurna. Setelah didapatkan
sampel tanah dari percobaan batas cair, sampel tanah dimasukkan kedalam
coated dish yang telah dilapisi vaseline sebelumnya. Praktikan kemudian
mengetuk-ngetuk coated dish agar sampel tanah mengisi semua ruang pada
coated dish dan meratakannya. Selanjutnya sampel tanah di coated dish

Atterberg Limits 25

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

didiamkan selama kurang lebih satu hari sebelum dimasukkan ke dalam


oven. Hal ini dilakukan agar tanah yang masih basah mendapatkan waktu
yang cukup untuk kehilangan kadar airnya. Karena apabila langsung
dimasukkan ke dalam oven, tanah sampel akan mengalami keretakan akibat
pemanasan yang tiba-tiba. Setelah satu hari didiamkan, praktikan
menimbang berat sampel tanah yang masih basah tersebut dan selanjutnya
dimasukkan ke dalam oven. Sampel tanah di coated dish berada di dalam
oven selama satu hari.
Setelah satu hari di dalam oven, praktikan mengeluarkan sampel tanah
beserta coated dish dan kemudian menimbang berat sampel tanah yang
sudah kering beserta coated dish. Selanjutnya praktikan melakukan
percobaan untuk mencari volume dari sampel tanah basah dan sampel tanah
kering. Percobaan ini dilakukan menggunakan air raksa. Air raksa
digunakan karena air raksa memiliki sifat kohesif yang tinggi. Akibatnya,
air raksa tidak akan membasahi dinding kaca maupun sampel tanah.
Untuk menentukan volume sampel tanah basah, coated dish yang
telah dipisahkan dengan sampel tanah diisi dengan air raksa hingga penuh.
Untuk meratakan air raksa pada permukaan coated dish, praktikan
menggunakan pelat kaca untuk meratakannya. Selanjutnya praktikan
menimbang coated dish berisi air raksa.
Untuk menentukan volume sampel tanah kering, praktikan
menggunakan shrinkage dish. Praktikan mengisi shrinkage dish dengan air
raksa hingga penuh, dan meratakannya dengan pelat kaca. Kemudian
praktikan menimbang shrinkage dish berisi air raksa. Setelah ditimbang,
praktikan mencelupkan sampel tanah kering ke dalam shrinkage dish berisi
air raksa. Sampel tanah dicelupkan seluruhnya menggunakan pelat kaca
hingga terdapat air raksa yang tumpah dari shrinkage dish. Kemudian
praktikan mengambil sampel tanah dari shrinkage dish, dan menimbang
shrinkage dish berisi air raksa yang berkurang.

4.2 Analisis Hasil


4.2.1 Liquid Limit

Atterberg Limits 26

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pengolahan data untuk menentukan kadar air pada batas cair


dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dilakukan dengan menggunakan
grafik logaritmik antara kadar air dengan jumlah ketukan. Cara kedua
dengan menggunakan rumus yang telah diketahui.
Dari hasil percobaan, praktikan mendapatkan empat buah data untuk
masing-masing interval ketukan, yaitu jumlah ketukan, berat can, berat
sampel tanah basah dengan can, dan berat sampel tanah kering dengan can.
Kemudian praktikan menghitung berat sampel tanah kering, berat air dalam
sampel tanah, dan kadar air masing-masing interval ketukan.
Pada cara pertama, praktikan kemudian membuat grafik hubungan
kadar air dengan jumlah ketukan, dimana kadar air sebagai sumbu y
(ordinat) dan jumlah ketukan sebagai sumbu x (absis). Dari grafik yang
didapat, praktikan dapat mengetahui persamaan logaritmik dari grafik
tersebut. Persamaan tersebut kemudian digunakan untuk mencari kadar air
batas cair, dimana kadar air pada batas cair terletak pada ketukan ke-25.
Dimana pada grafik hasil percobaan yang praktikan lakukan, didapatkan
persamaan logaritmik y = -9,111 Ln(x) + 116,14 , dan kadar air pada
ketukan ke-25 sebesar 86,81%.
Pada cara kedua, praktikan menggunakan rumus yang didapatkan dari
hasil analisis yang dilakukan oleh US Waterways Experiment Station,
Vicksburg, Mississippi pada tahun 1949. Kadar air pada batas cair
didefinisikan sebagai kadar air pada ketukan ke N, dikalikan dengan
perbandingan jumlah ketukan N dengan 25 dipangkatkan dengan tan α
(0,212). Kemudian praktikan menghitung kadar air pada batas cair untuk
masing-masing interval ketukan. Setelah itu, praktikan mendapatkan empat
buah nilai kadar air yang kemudian dihitung rata-rata kadar air pada batas
cair. Dari data praktikum yang praktikan dapatkan, diperoleh besar kadar air
pada batas cair dengan cara kedua sebesar 86,79%. Dengan demikian,
praktikan mendapatkan kesalahan relatif untuk cara pertama dan cara kedua
sebesar 0,03%.
Berdasarkan Nilai Tipikal Atterberg (Gambar 1.8), praktikan dapat
mengetahui bahwa dengan nilai batas cair pada sampel tanah sebesar 86,8%,

Atterberg Limits 27

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

sampel tanah mengandung mineral jenis Kaolinit dan Ilit serta jenis tanah
berupa clay/lempung. Mineral Kaolinit terdiri atas kepingan silika tetrahedra
dan kepingan aluminium oktahedra. Kedua kepingan tersebut terikat satu
sama lain sehingga terbentuk suatu lapisan yang menjadi satu kesatuan.
Ikatan keduanya merupakan ikatan hidrogen yang sulit dipisahkan. Karena
ikatannya yang kuat, mineral ini tergolong stabil sehingga air tidak bisa
menerobos masuk di antara kedua kepingan tersebut. Ketiadaan air di antara
kedua kepingan tidak dapat menyusutkan atau pun mengembangkan sel
satuannya. Mineral Illit terdiri dari kepingan aluminium oktahedra yang
berada di antara dua kepingan silika tetrahedra. Kepingan-kepingan tersebut
saling terikat satu sama lain dengan ikatan antar ion-ion kalium yang
terdapat pada setiap kepingan. Ikatan ini tidak lebih kuat dari pada ikatan
hidrogen yang mengikat mineral kaolinit, tetapi lebih kuat dari pada ikatan
ionik yang mengikat mineral montmorillonit. Meski ikatannya tidak terlalu
kuat, susunan mineral illit tidak dapat mengembang akibat dari gerakan air
yang berada di antara kedua kepingannya.
Selain menentukan batas cair, pada praktikum ini praktikan juga dapat
menghitung indeks aliran (flow index), yaitu kemiringan dari garis aliran.
Indeks aliran ditetapkan sebagai kadar air pada ketukan ke-100 dikurangi
kadar air pada ketukan ke-10. Pada praktikum kali ini, praktikan
mendapatkan nilai indeks aliran sebesar -20,98%.
Perubahan kuat geser tanah umumnya sangat tergantung pada kadar
airnya. Semakin tinggi kadar air dapat menyebabkan semakin rendahnya
kuat geser tanah. Besar dari indeks aliran mengindikasikan laju dimana kuat
geser tanah semakin kecil seiring dengan kenaikkan kadar airnya.

4.2.2 Plastic Limit


Pengolahan data untuk menentukan kadar air pada batas plastis
dilakukan dengan menghitung kadar air dari data sampel tanah yang
didapatkan dari praktikum. Dari data praktikum, praktikan mendapatkan
tiga buah data untuk masing-masing sampel tanah, yaitu berat container,
berat tanah basah dengan container, dan berat tanah kering dengan

Atterberg Limits 28

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

container. Selanjutnya praktikan menghitung berat sampel tanah kering,


berat air dalam tanah, dan kadar air dari sampel tanah.
Dari perhitungan yang praktikan lakukan, didapatkan kadar air pada
batas plastis untuk sampel kelompok R8 sebesar 51,0% dan kadar air pada
batas plastis untuk sampel kelompok R9 sebesar 52,5%. Maka, praktikan
mendapatkan nilai kadar air pada batas plastis sebesar rata-rata kadar air
batas plastis dari kedua sampel, yaitu sebesar 51,75%.
Selanjutnya, dari hasil pengolahan data batas cair dan batas plastis,
praktikan dapat menentukan besar indeks plastisitas sampel tanah. Indeks
plastisitas adalah selisih dari kadar air pada batas cair dengan kadar air pada
batas plastis. Dari perhitungan yang praktikan lakukan, didapatkan besar
indeks plastisitas sebesar 35,03%.
Berdasarkan batas cair dan indeks plastisitas yang didapat, praktikan
dapat menentukan jenis sampel tanah yang digunakan selama percobaan.
Dengan besar batas cair sebesar 86,79% dan indeks plastisitas sebesar
35,03%, dari Gambar 1.7 dapat diketahui bahwa sampel tanah yang
digunakan adalah jenis tanah lanau dan organik dengan plastisitas yang
tinggi (MH/OH). Sementara itu, berdasarkan tipikal tanah pada batas
Atterberg (Gambar 1.8), dapat diketahui bahwa jenis tanah yang digunakan
berupa tanah lempung dengan mineral dominan pada sampel tanah berupa
illit.

4.2.3 Shrinkage Limit


Pengolahan data untuk menentukan kadar air pada batas susut
dilakukan dengan menghitung kadar air dari data sampel tanah yang
didapatkan dari praktikum. Dari data praktikum, praktikan mendapatkan
enam buah data untuk masing-masing sampel tanah, yaitu berat coated dish,
berat tanah basah dengan coated dish, berat tanah kering dengan coated
dish, berat air raksa dengan coated dish, berat air raksa dengan shrinkage
dish, dan berat air raksa dengan shrinkage dish setelah dicelupkan sampel
tanah kering. Selanjutnya praktikan menghitung berat sampel tanah kering,
berat sampel tanah basah, berat air raksa, volume sampel tanah basah, berat

Atterberg Limits 29

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

air raksa yang terbuang akibat sampel tanah kering yang dicelup, dan
volume sampel tanah kering.
Kadar air untuk menentukan batas susut dihitung sebagai
perbandingan antara selisih berat air pada sampel tanah dan berat air akibat
perubahan volume sampel tanah, dengan berat sampel tanah kering. Dari
perhitungan kadar air yang praktikan lakukan, didapatkan kadar air pada
batas susut untuk sampel kelompok R8 sebesar 36,90% dan kadar air pada
batas susut untuk sampel kelompok R9 sebesar 26,92%. Maka, praktikan
mendapatkan nilai kadar air pada batas susut sebesar rata-rata kadar air
batas susut dari kedua sampel, yaitu sebesar 31,91%.
Selain menentukan batas susut, praktikan juga dapat menentukan rasio
susut (shrinkage ratio) dari sampel tanah. Rasio susut adalah indikator yang
menyatakan seberapa besar perubahan volume tanah akibat perubahan kadar
air diatas batas susut. Rasio susut didapatkan dengan membandingkan berat
sampel tanah kering dengan volume sampel tanah kering. Dari perhitungan
yang praktikan lakukan, didapatkan rasio susut untuk sampel kelompok R8
sebesar 132% dan rasio susut untuk sampel kelompok R9 sebesar 150%.
Dari Tabel 7, praktikan dapat menentukan bahwa sampel tanah yang
digunakan pada memiliki derajat mengembang yang tidak kritis atau kecil,
sehingga potensi tanah untuk mengembang rendah.

4.3 Analisis Kesalahan


4.3.1 Liquid Limit
Terdapat beberapa kesalahan yang mungkin terjadi selama proses
pengambilan data percobaan batas cair. Beberapa kesalahan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Proses pemasukkan sampel tanah ke dalam mangkuk Cassagrande yang
terlalu lama, sehingga adanya kemungkinan kadar air yang berkurang.
2. Pembacaan ketukan yang dihentikan sebelum sampel tanah menyatu
sepanjang 0,5 inchi.

Atterberg Limits 30

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3. Proses pencampuran sampel tanah dengan air suling yang kurang


merata.

4.3.2 Plastic Limit


Terdapat beberapa kesalahan yang mungkin terjadi selama proses
pengambilan data percobaan batas plastis. Beberapa kesalahan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Proses penggulungan yang terlalu lama sehingga sampel tanah yang
besar menjadi kurang plastis karena kehilangan kadar air.
2. Retakan pada sampel tanah yang tidak seragam. Terdapat sampel tanah
dengan retak halus dan retak halus menuju kasar.

4.3.3 Shrinkage Limit


Terdapat beberapa kesalahan yang mungkin terjadi selama proses
pengambilan data percobaan batas susut. Beberapa kesalahan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Pembacaan berat sampel tanah basah yang dilakukan setelah sampel
tanah dimasukkan ke dalam coated dish. Seharusnya pembacaan berat
sampel tanah basah dilakukan satu hari setelah didiamkan.
2. Proses pencampuran sampel tanah dengan air suling yang kurang
merata.

V. APLIKASI
 Percobaan untuk mengetahui batas cair dan batas plastis dapat digunakan
untuk mengetahui jenis dan kandungan mineral pada tanah. Dari nilai
batas cair dan indeks plastisitas, kita dapat menentukan properti dari tanah
dan mengetahui sifat-sifat tanahnya.
 Percobaan untuk mengetahui batas susut dapat digunakan untuk
mengetahui potensi perubahan volume pada tanah. Perubahan besar dalam
volume tanah merupakan pertimbangan penting bagi tanah untuk

Atterberg Limits 31

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

digunakan sebagai bahan pengisi untuk jalan raya dan rel kereta api, atau
untuk tanah yang mendukung pondasi struktural.
 Sistem klasifikasi geoteknik saat ini dirancang untuk mempermudah
pengamatan lapangan terhadap perkiraan sifat rekayasa. Karena kadar air
tanah yang seperti tanah liat meningkat, ia melewati empat kondisi
konsistensi yang berbeda: padat, semi-padat, plastik, dan cair. Setiap tahap
ditentukan oleh perubahan signifikan dalam kekuatan, konsistensi dan
perilaku. Percobaan Atterberg Limits secara akurat menggambarkan batas-
batas ini menggunakan konten kelembaban pada titik-titik tertentu di mana
perubahan fisik terjadi. Pengetahuan tentang nilai-nilai ini membantu
dalam perancangan pondasi struktur dan untuk memprediksi perilaku tanah
timbunan dan tanggul. Nilai-nilai ini dapat berkontribusi terhadap
perkiraan kekuatan geser dan permeabilitas, serta identifikasi tanah yang
berpotensi mengembang.

VI. KESIMPULAN
VI.1 Liquid Limit
a. Pada pengolahan data batas cair dengan cara pertama (persamaan
grafik), didapatkan nilai batas cair sebesar 86,81%, sedangkan pada
pengolahan data batas cair dengan cara kedua (penurunan rumus),
didapatkan nilai batas cair sebesar 86,79%.
b. Didapatkan kesalahan relatif antara cara pertama dan cara kedua
sebesar 0,03%.
c. Selain nilai batas cair, didapatkan juga nilai indeks aliran sebesar
-20,98%.
d. Berdasarkan grafik yang didapat, semakin besar ketukan yang
diberikan, semakin kecil kadar air dari tanah.
e. Dari nilai batas cair yang didapat, diketahui jenis tanah dari sampel
adalah tanah clay dengan mineral kaolinit dan illit.

VI.2 Plastic Limit

Atterberg Limits 32

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

a. Dari sampel tanah kelompok R8, didapatkan besar nilai batas plastis
sebesar 51,0%, sedangkan dari sampel tanah kelompok R9, didapatkan
besar nilai batas plastis sebesar 52,5%.
b. Nilai rata-rata batas plastis dari kelompok R8 dan R9 adalah 51,75%.
c. Dari nilai batas plastis dan batas cair yang telah didapatkan, diperoleh
besar indeks plastisitas sebesar 35,03%.
d. Berdasarkan nilai indeks plastisitas dan batas cair yang didapat, dapat
ditentukan bahwa jenis tanah yang digunakan dalam percobaan adalah
jenis tanah lanau dan organik dengan plastisitas yang tinggi, dengan
mineral dominan berupa illit.

VI.3 Shrinkage Limit


a. Dari sampel tanah kelompok R8, didapatkan besar nilai batas susut
sebesar 36,90% dan rasio susut sebesar 132%, sedangkan dari sampel
tanah kelompok R9, didapatkan besar nilai batas susut sebesar 26,92%
dan rasio susut sebesar 150%.
b. Nilai rata-rata batas plastis dari kelompok R8 dan R9 adalah 31,91%
dan rasio susut rata-rata sebesar 141%.
c. Dari nilai batas susut yang didapat, dapat diketahui bahwa sampel tanah
yang digunakan memiliki potensi perubahan volume yang rendah.

VII. REFERENSI
 Bhudu, Muni. 2010. Soil Mechanics and Foundations 3rd edition. John
Wiley and Sons, Inc.
 Das, B. M. 2010. Principles of Geotechnical Engineering 7th edition.
United States of America: Cengage Learning.
 Terzhagi, Karl, dan Ralph B. Peck. 1987. Mekanika Tanah dalam Praktek
Rekayasa Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
 Craig, R.F., dan Budi Susilo. 1989. Mekanika Tanah Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Atterberg Limits 33

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

 Arbianto, Reki, Budi Susilo dan Niken Silmi Surjandari. Studi Korelasi
Indeks Plastisitas Dan Batas Susut Terhadap Perilaku Mengembang
Tanah. http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/jkts/article/download/
466/306, diakses pada 18 Maret 2018.
 Sridharan, A., Nagaraj Honne dan K. Prakash. 1999. Determination of the
Plasticity Index from Flow Index. Jurnal.
https://www.researchgate.net/publication/274736448_Determination_of_th
e_Plasticity_Index_from_Flow_Index, diakses pada 21 Maret 2018.
 Tim Dosen 2015. Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah. Universitas
Indonesia, Revisi 1 2017.

VIII. DOKUMENTASI

Gambar 1.13 Sampel tanah di atas mangkuk Cassagrande (Liquid Limit)

Gambar 1.14 Gulungan sampel tanah di atas kaca (Plastic Limit)

Atterberg Limits 34

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.15 Sampel tanah kering setelah keluar dari oven (Shrinkage Limit)

Atterberg Limits 35

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.16 Lembar data praktikum (1)

Atterberg Limits 36

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)


lOMoARcPSD|5285750

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil – Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.17 Lembar data praktikum (2)

Atterberg Limits 37

Downloaded by Ester Bonita (esterbonita23@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai