I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit,
and Plasticity Index of Soils"
AASHTO T 89 "Determining the Liquid Limit of Soils"
SNI 1967:2008 "Cara uji penentuan batas cair tanah"
Atterberg Limit 1
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Oven
Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
Botol penyemprot
b) Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebanyak 1 kg
Air suling
Dimana :
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
Atterberg Limit 2
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
w3 = berat can
E. Teori Tambahan
Atterberg Limits (Batas-batas Atterberg) Apabila tanah berbutir halus
mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat diremas-remas
tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan karena adanya air
yang terserap di sekeliling permukaan dan partikel lempung Atterberg
mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat Konsistensi Tanah
berbutir halus pada kadar air yang bervariasi. Bilamana kadar airnya
sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti
cairan. Oleh karena itu atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat
dipisahkan ke dalam empat keadaan, yaitu: padat, semi padat, plastis dan
cair.
II. PRAKTIKUM
a. Persiapan Praktikum
1. Menyiapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM, dengan kondisi
kering udara
2. Memastikan kebersihan alat
3. Mengkalibrasi timbangan yang akan digunakan
4. Menyiapkan botol penyemprot dan air suling
5. Menyiapkan dan mengeringkan can yang diperlukan
b. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan sampel tanah kedalam mangkuk porselin dan kemudian
mencampurnya dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga
homogen.
2. Memasukkan sampel tanah kedalam mangkuk cassagrande selapis
demi selapis dan diusahakan tidak ada udara diantara setiap lapisan
dengan spatula. Tebal tanah yang dimasukkan kurang lebih hingga
setebal 0.5 inch pada bagian tengahnya.
3. Membuat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk cassagrande
dengan menggunakan grooving tool dalam arah tegak lurus mangkuk
Atterberg Limit 3
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi retak pada bagian
bawahnya.
4. Menjalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2 putaran
perdetik dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat
0.5 inch. Pada saat itu alat cassagrande dihentikan dan jumlah ketukan
dicatat.
5. Menimbang can terlebih dahulu, lalu mengambil sebagian tanah
dalam mangkuk cassagrande dan memasukkanya kedalam can dan
ditimbang berat can dan tanah.Terakhir, memasukkacan dan tanah ke
dalam oven.
6. Mengulangi seluruh langkah diatas untuk lima sampel dengan nilai
ketukan antara 10 hingga 40 ketukan, hal ini dibantu dengan cara
menambahkan air suling atau menambahkan tanah.
7. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, sampel tanah dikeluarkan
dari oven dan ditimbang kembali.
8. Menghitung kadar airnya.
Atterberg Limit 4
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
III. PENGOLAHAN DATA
A. Data Hasil Praktikum
Rumus menghitung kadar air, yaitu:
w1w 2
W= x 100
w2w 3
No. 1 2 3 4
Wet soil + can 32,98 31,61 35,62 38,32
Dry soil + can 25,13 23,53 17,57 29,86
Can 9,75 8,75 10 8,71
Dry soil 15,38 14,78 7,57 21,15
Moisture 7,85 8,08 18,05 16,73
Water content 51,04% 54,67% 41,94% 79,10%
Blows 15 25 30 35
80.00%
60.00%
f(x) = 0.19 ln(x) - 0.04
KadarAir
Kadar Air (%) Logarithmic (Kadar Air) Logarithmic (Kadar Air)
40.00%
20.00%
0.00%
10 15 20 25 30 35 40
Jumlah Ketukan (N)
Atterberg Limit 5
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
56,64%
caraI
Jadi, besar LL pada cara pertama ( ) sebesar 56,64%
Keterangan :
LL = Liquid limit
Wn = kadar air pada ketukan ke-n
N = jumlah ketukan
0.121
n=W n [ ]
N
25
0.121
I =51,04 [ 15
25 ] =47,98
0.121
II =54,67 [ 25
25 ] =54,67
0.121
III=41,94
30
25 [ ] =42,88
0.121
Iv =79,10
[ 35
25 ] =82,39
Atterberg Limit 6
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Can Ketukan
I 15 51,04 47,98
II 25 54,67 54,67
III 30 41,94 42,88
IV 35 79,10 82,39
Rata-rata LL(%) 56,98
caraII
Jadi, besar LL pada cara kedua ( ) sebesar 56,98%
Kesalahan Relatif
|cara 2 cara1| |56,98 56,64 |
cara2 100% = 56,98 100 % = 0,6%
= y = 0,1899ln(10) 0,0449
= y= 39%
= y = 0,1899ln(100) 0,0449
= y= 82,96%
= 82,96 % - 39%
Atterberg Limit 7
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
= 43,96 %
Atterberg Limit 8
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IV. ANALISIS
A. Analisa Percobaan
Percobaan Liquid Limit (batas cair) ditujukan untuk menentukan
kadar air pada batas cair sampel tanah. Nilai batas cair yang didapatkan
digunakan untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifat pada
tanah. Sebelum melakukan percobaaan praktikan menyiapkan
perlengkapan alat dan bahan serta melakukan persiapan dengan
menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No.40 ASTM sebanyak 1
kg dalam kondisi yang kering udara, dan air suling. Praktikan memastikan
bahwa alat dan bahan yang akan dipergunakan telah lengkap dan layak
untuk digunakan dalam percobaan. Layak berarti alat dan bahan dalam
kondisi bersih, kering, siap digunakan dan berfungsi dengan baik.
Atterberg Limit 9
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Variasi ketukan dapat diperoleh dengan menambah atau
mengurangi tanah dan air yang ada pada mangkuk porselin. Kemudian can
dan sampel yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam oven 18 jam.
Setelah 18 jam, maka praktikan menimbang dan mencatat kembali berat
can dan sampel untuk mendapatkan hasil tanah kering.
B. Analisis Hasil
Berdasakan hasil praktikum, praktikan memperoleh hasil yaitu
tanah merapat pada ketukan ke 15, 25, 30 dan 35. Untuk memproses data-
data ini, praktikan menggunakan 2 untuk mengukur kadar air pada batas
cair. Kemudian hasil dari kedua cara dibandingkan untuk mendapatkan
kesalahan relative.
Metode pertama menggunakan grafik pada batas cair, yang
menggunakan regresi logaritma yang mewakili sumbu x jumlah ketukan
dan air mewakili sumbu y konten dalam persen. Hasil yang diperoleh
0.121
=W n
N
[ ]
25
Atterberg Limit 10
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
ketukan 10. Dengan menggunakan persamaan garis pada cara I sehingga
didapatkan besaran FI = 43,96%. Nilai FI adalah sebagai indikator dari
laju kehilangan kuat geser seiring dengan bertambahnya kadar air pada
tanah.
C. Analisis Kesalahan
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam praktikum
ini ialah :
Dalam proses meletekkan sampel ke cassagrande praktikan kurang
cermat sehingga ada rongga udara
Saat melakukan proses grooving, alat tidak tegak lurus dengan
mangkuk
V. KESIMPULAN
1. Nilai liquid limit berdasarkan cara I rata-ratanya adalah sebesar 56,64
% dan dengan menggunakan cara II sebesar 56,98%.
2. Nilai Flow Index (FI) dalam percobaan ini adalah sebesar 43,96%.
VI. REFERENSI
Laboratorium Mekanika Tanah, Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah,
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
www.iitbhu.ac.in/faculty/min/rajesh-rai/NMEICT-Slope/lecture/c6/l7.html
www.aboutcivil.org/atterberg-limits.html
Atterberg Limit 11
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
PLASTIC LIMIT (BATAS PLASTIS)
I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit,
and Plasticity Index of Soils"
AASHTO T 90 "Determining The Plastic Limit and Plasticity Index Of
Soils"
SNI 1966:2008 "Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah"
Atterberg Limit 12
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
diameter kurang lebih inch (3.2 mm) dan tanah tersebut tepat retak
retak halus.
Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:
Ip= LL-PL
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara
batas plastis dan batas cair. Rumusan yang digunakan adalah:
w1w 2
W= x 100
w2w 3
Dengan:
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can
E. Teori Tambahan
Batas Plastis ( Plastis Limit ) merupakan kadar air minimum dimana
tanah masih dalam keadaan plastis atau kadar air minimum dimana tanah
dapat digulung gulung sampai diameter 3,1 mm ( 1 / 8 inchi ). Batas
plastis merupakan bagian bagian dari batas batas konsistensi atau
atteberg limit yang mana nantinya hal ini mengacu pada sifat sifat fisik
tanah. Sebagaimana perlu kita ketahui sifat sifat fisik tanah meliputi :
a. Cair.
b. Kental.
c. Plastis.
d. Semi Platis.
e. Padat.
Sifat sifat fisik tanah tersebut sangat mempengaruhi tanah jika
diberikan beberapa perilaku terhadapnya, salah satunya adalah gaya.
Pengaruh gaya sangat berperan dominan terhadap efektifitas suatu tanah.
Perubahan batas plastis suatu tanah dapat dinyatakan dalam suatu
persamaan :
P.L = L.L x P.I + W
Dimana :
PL = Platis limit ( Batas plastis )
LL = Liquid limit ( Batas cair )
PI = Plasticity index ( Indeks plastisitas )
Atterberg Limit 13
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
W = Kadar air.
PL ( Plastis limit ) atau batas plastis memiliki perbedaan dengan PI
(Plasticity Index) atau indeks platisitas. Dimana PI merupakan jumlah
kadar pada saat tanah dalam keadaan kondisi plastis dimana nilainya
diperoleh dari selisih antara liquid limit ( LL ) dengan PI ( plastis limit ).
Secara umum dapat ditulis dalan bentuk persamaan :
P.I = LL P L
Dimana :
L.L = Batas cair
P.L = Batas plastis
Atterberg Limit 14
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
II. PRAKTIKUM
a. Persiapan
1. Membersihkan alat-alat yang akan digunakan
2. Mempersiapkan botol penyemprot dan air suling
3. Mempersiapkan tanah lolos saringan No.40 ASTM
4. Menimbang berat container
b. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan contoh tanah kedalam mangkuk porselin dan kemudian
menimbangnya dan mencampurnya dengan air suling dan diaduk
dengan spatula hingga homogen.
2. Mengambil contoh tanah tersebut sedikit lalu menggulungnya diatas
1
kaca sampai berdiameter 8 inch. Bila kadar air berlebih pada
1
waktu contoh tanah mencapai diameter 8 inch tidak terjadi
1
contoh tanah akan retak-retak sebelum mencapai diameter 8
1
diameter 8 inch.
1
3. Contoh tanah yang mulai retak-retak halus pada diameter 8 inch
Atterberg Limit 15
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
4. Container harus secepatnya ditutup agar kadar airnya tidak
berkurang karena penguapan. Container yang telah berisi tanah
tersebut kemudian ditimbang .
5. Memasukkan container dalam keadaan terbuka kedalam oven berisi
tanah yang telah ditimbang guna mencari kadar airnya. Pada saat
menghitung kadar air jangan lupa untuk menambahkan berat
penutup container agar berat total container seperti pada saat
menimbang berat tanah basah sebelumnya.
Atterberg Limit 16
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
III. PENGOLAHAN DATA
A. Data Hasil Praktikum
w1w 2
W= x 100
w2w 3
Atterberg Limit 17
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IV. ANALISIS
A. Analisa Percobaan
B. Analisis Hasil
Berdasarkan hasil yang didapat, Praktikan mendapatkan hasil 22,11%
untuk PL. untuk menghitung nilai Inedeks plastisitas(IP) dibutuhkan
Atterberg Limit 18
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
nilai LL dari percobaan sebelumnya yaitu 56.98% . IP didapatkan dari
pengurangan nilai LL terhadap PL dan mendapatkan hasil sebesar
34,87%.
Gambar 2.1 Typical Values of Liquid Limit, Plastic Limit, and Activity of Some Clay Minerals
(Sumber: Principles of Geotechnical Engineering 7th Edition Braja M. Das )
Atterberg Limit 19
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
semakin tidak kondusif terhadap lapis pondasi karena sifat
tanahnya yang plastis.
V. KESIMPULAN
Atterberg Limit 20
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
3) Berdasarkan nilai Plastic Indeks (PI) yang diperoleh, sampel tanah dapat
dikategorikan High Plasticity.
4) Berdasarkan hubungan antara Liquid Limit (LL) dan Plastic Limit (PL)
yang digambarkan dalam grafik, maka tanah yang digunakan dalam
percobaan ini merupakan jenis tanah lanau dengan plastis tinggi (MH)
atau organik dengan plastis tinggi (OH).
VI. REFERENSI
Laboratorium Mekanika Tanah, Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah,
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
https://www.scribd.com/doc/151344826/Bab-Vi-Batas-Plastis
people.wku.edu/matthew.dettman/matt/prof/ce410/pl.htm
https://aboutsoil.wordpress.com/test-project/batas-batas-atterberg/
www.iitbhu.ac.in/faculty/min/rajesh-rai/NMEICT-Slope/lecture/c6/l7.html
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=331924&val=1032&title=Pengaruh%20Variasi%20Nilai%20Index
%20Plastisitas%20Dari%20Agregat%20Halus%20Terhadap%20%20Daya
%20Dukung%20Lapis%20Pondasi%20Agregat%20Kelas-A
Atterberg Limit 21
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
SHRINKAGE LIMIT (BATAS SUSUT)
I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan
ASTM D 427 "Standard Test Method for Shrinkage Factors of Soils by the
Mercury Method"
AASHTO T 92 "Standard Method of Test for Determining the Shrinkage
Factors of Soils"
SNI 3422:2008 "Cara uji penentuan batas susut tanah"
Atterberg Limit 22
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
( W wW d ) (V w V d ) w
SL= x 100
Wd
Wd
SR= x 100
Vd
Dengan :
SL = shrinkage limit
SR = shrinkage ratio
Ww = berat tanah basah
Wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
= berat jenis air = 1 gr/cm3
E. Teori Tambahan
Kondisi kadar air pada kedudukan antara daerah semi padat dan
padat, yaitu prosentase kadar air dimana pengurangan kadar air
selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah disebut Batas
Susut.
SL = (V0/W0 - 1/Gs) x 100%
Keterangan :
SL = batas susut tanah
V0 = volume benda uji kering
W0 = berat benda uji kering
Gs = berat jenis tanah
Atterberg Limit 23
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
II. PRAKTIKUM
a. Persiapan
1. Mempersiapkan tanah lolos saringan No. 40 ASTM kering udara
2. Mempersiapkan air suling dan botol penyemprot
3. Menimbang coateddish atau container yang diperlukan
b. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan butiran tanah kedalam mangkuk porselin dan diberi air
suling secukupnya kemudian diaduk dengan spatula hingga homogen
2. Sampel tanah yang sudah homogen tersebut diperlakukan seperti pada
langkah-langkah percobaan Liquid limit, diusahakan tanah telah
merapat sepanjang 0.5 inch pada kisaran 20-25 ketukan
3. Mengambil sampel tanah dari alat cassagrande tersebut kedalam coated
dish yang sudah diolesi vaseline. Jangan lupa untuk mengetuk-ngetuk
coated dish agar sampel tanah mengisi penuh seluruh bagian coated
dish dan permukaannya rata.
4. Menimbang sampel tanah dan coated dish tersebut.
5. Mendiamkan coated dish dan sampel tanah diudara terbuka kurang
lebih selama 18 jam agar tidak mengalami retak-retak akibat pemanasan
secara tiba-tiba.
6. Setelah 18 jam, baru sampel tanah dimasukkan kedalam oven.
7. Sekitar 18-24 jam di oven, coateddish dan tanah kering dikeluarkan dari
oven. Menimbangnya lagi, kemudian menghitung volume tanah basah
dan tanah kering.
Atterberg Limit 24
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
III. PENGOLAHAN DATA
A. Data Hasil Praktikum
B. Pengolahan Data
221,91
= 13,53
= 16,40
W Hg +sW ' Hg +s
Volume of Dry Soil (Vd) = Hg
761,14638,96
= 13,53
= 9,03
Atterberg Limit 25
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
( W w W d ) ( V wV d ) w
Shrinkage Limit (SL)dish = x 100
wd
( ( 25,5313,88 )(16,409,03)1)
x 100
13,88
= 30,83%
Wd 13,88
x 100 x 100
Shrinkage Ratio (SR)dish = Vd = 9,03
= 153,70%
Atterberg Limit 26
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IV. ANALISIS
A. Analisa Percobaan
Praktikum Shrinkage Limit memiliki tujuan untuk mencari kadar
air pada batas susut dari suatu sampel tanah. Sebelum memulai
percobaan, praktikan melakukan persiapan dengan melengkapi alat dan
bahan serta menyiapkan tanah yang lolos saringan No.40 ASTM dalam
kondisi kering udara hingga menimbang container yang digunakan untuk
menyimpan dan membentuk tanah menjadi keping.
Pertama, sampel tanah yang telah disiapkan sebelumnya
dimasukkan ke dalam mangkuk porselin dan dicampur dengan air
suling ,kemudian diaduk dengan spatula hingga tanah homogen.
Homogeny adalah keadaan dimana campuran merata pada setiap bagian.
Kemudian praktikan mengambil coated dish dan mengoleskan vaseline
ke coated dish. Setelah itu, sampel tanah pada alat cassagrande pada
ketukan 25 diambil sebagian dan dimasukkan pada coated dish yang
sebelumnya telah diolesi vaseline sampai permukaannya rata. Vaseline
berfungsi agar tanah mudah lepas dari coated dish setelah kering. Lalu,
praktikan mengetuk-ngetuk coated dish agar sampel tanah dalam coated
dish berkurang sehingga ruang dan permukaanya rata.
Kemudian, praktikan menimbang sampel tanah dan coated dish.
Sampel tanah dan coated dish tersebut didiamkan selama 18 jam
dengan tujuan agar sampel tidak mengalami retakan akibat pemanasan
secara tiba-tiba ketika langsung dipanaskan dalam oven. Setelah 18 jam,
sampel dimasukkan ke dalam oven selama 18-24 jam. Setelah dioven
coated dish dikeluarkan dan ditimbang kembali. Setelah itu, praktikan
mengambil shrinkage dish dan mengisi air raksa hingga penuh kemudian
ditimbang, hal ini dilakukan untuk menentukan volume tanah basah,
setelah itu, praktikan mengambil sampel dan meletakkan ke shinkage
dish dan kemudian ditimbang, Hal ini dilakukan untuk mencari volume
tanah kering. Air raksa digunakan karena air raksa tidak merembes ke
dalam tanah.
Analisis Hasil
Atterberg Limit 27
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil percobaan, Praktikan mendapat data setelah
diolah dengan SL sebesar 30,83% dan SR sebesar 153,70%.
B. Analisis Kesalahan
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
praktikum ini ialah sebagai berikut:
Sampel tanah pada porselin belum tercampur secara homogen.
Terdapat rongga udara pada saat proses pengetukan sehingga
mempengaruhi berat pada proses timbang.
V. KESIMPULAN
1. Nilai Shringkage Limit (SL) pada coated dish 1 adalah
sebesar 30,83%.
2. Nilai Shringkage Ratio (SR) pada coated dish 1 adalah
sebesar 153,7%.
VI. REFERENSI
Atterberg Limit 28
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Laboratorium Mekanika Tanah, Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah,
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
https://aboutsoil.wordpress.com/test-project/batas-batas-atterberg/
www.iitbhu.ac.in/faculty/min/rajesh-rai/NMEICT-Slope/lecture/c6/l7.html
home.iitk.ac.in/~pkbd/Lab-SL.html
www.aboutcivil.org/atterberg-limits.html
Atterberg Limit 29
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
VII. LAMPIRAN
Atterberg Limit 30