Anda di halaman 1dari 30

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik


Universitas Indonesia
NAMA PRAKTIKAN : Ahmad Fadli 1406551613
Carla Bona Vita 1406606991
Tito Tegar Irawan 1406551544
KELOMPOK : P4
TANGGAL PRAKTIKUM : 26 APRIL 2016
JUDUL PRAKTIKUM : Atterberg Limit
ASISTEN : Rully Lesmana
PARAF DAN NILAI :
LIQUID LIMIT (BATAS CAIR)

I. PENDAHULUAN
A. Standar Acuan
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit,
and Plasticity Index of Soils"
AASHTO T 89 "Determining the Liquid Limit of Soils"
SNI 1967:2008 "Cara uji penentuan batas cair tanah"

B. Maksud dan Tujuan


Mencari kadar air pada liquid limit (batas cair) dari sampel tanah.
Hasil uji batas cair ini dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi
perilaku material dan sifatnya pada tanah kohesif, dimana konsistensi
tanah tergantung dari nilai batas cairnya.Disamping itu, nilai batas cair ini
dapat digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas tanah yaitu nilai
batas cair dikurangi dengan nilai batas plastis.

C. Alat dan Bahan


a) Alat
Alat Cassagrande
Standard grooving tool
Can
Spatula
Mangkuk porselin

Atterberg Limit 1
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Oven
Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
Botol penyemprot
b) Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebanyak 1 kg
Air suling

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Di dalam laboratorium, liquid limit didefinisikan sebagai kadar air
dimana sampel tanah yang telah dimasukkan pada alat cassagrande,
dibuat celah di tengahnya dengan standard grooving tool lalu alat
cassagrande diputar dengan kecepatan 2 ketukan per-detik dan tinggi
jatuh 10 mm, sehingga pada ketukan ke-25 sampel tanah yang digores
dengan grooving tool merapat sepanjang 0,5 inch.
Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam keadaan tertentu.
Dalam hal ini hanya dipelajari/diuji dalam tiga keadaan, yaitu batas cair,
batas plastis, dan batas susut dari tanah, atau secara skematis diwakili
pada sebuah diagram yaitu:

Gambar 1.1 Diagram Atterberg Limit

Semakin ke kanan diagram di atas, kadar airnya semakin sedikit.


Batas cair ini ditentukan dengan percobaan memakai alat
percobaanliquid limit.Alat ini dikembangkan oleh Cassagrande dan
besarnya batas cair ditentukanpada ketukan ke-25.
w1w 2
W= x 100
w2w 3

Dimana :
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can

Atterberg Limit 2
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
w3 = berat can

E. Teori Tambahan
Atterberg Limits (Batas-batas Atterberg) Apabila tanah berbutir halus
mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat diremas-remas
tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesif ini disebabkan karena adanya air
yang terserap di sekeliling permukaan dan partikel lempung Atterberg
mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat Konsistensi Tanah
berbutir halus pada kadar air yang bervariasi. Bilamana kadar airnya
sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek seperti
cairan. Oleh karena itu atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat
dipisahkan ke dalam empat keadaan, yaitu: padat, semi padat, plastis dan
cair.

II. PRAKTIKUM
a. Persiapan Praktikum
1. Menyiapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM, dengan kondisi
kering udara
2. Memastikan kebersihan alat
3. Mengkalibrasi timbangan yang akan digunakan
4. Menyiapkan botol penyemprot dan air suling
5. Menyiapkan dan mengeringkan can yang diperlukan
b. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan sampel tanah kedalam mangkuk porselin dan kemudian
mencampurnya dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga
homogen.
2. Memasukkan sampel tanah kedalam mangkuk cassagrande selapis
demi selapis dan diusahakan tidak ada udara diantara setiap lapisan
dengan spatula. Tebal tanah yang dimasukkan kurang lebih hingga
setebal 0.5 inch pada bagian tengahnya.
3. Membuat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk cassagrande
dengan menggunakan grooving tool dalam arah tegak lurus mangkuk

Atterberg Limit 3
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi retak pada bagian
bawahnya.
4. Menjalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2 putaran
perdetik dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat
0.5 inch. Pada saat itu alat cassagrande dihentikan dan jumlah ketukan
dicatat.
5. Menimbang can terlebih dahulu, lalu mengambil sebagian tanah
dalam mangkuk cassagrande dan memasukkanya kedalam can dan
ditimbang berat can dan tanah.Terakhir, memasukkacan dan tanah ke
dalam oven.
6. Mengulangi seluruh langkah diatas untuk lima sampel dengan nilai
ketukan antara 10 hingga 40 ketukan, hal ini dibantu dengan cara
menambahkan air suling atau menambahkan tanah.
7. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, sampel tanah dikeluarkan
dari oven dan ditimbang kembali.
8. Menghitung kadar airnya.

Atterberg Limit 4
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
III. PENGOLAHAN DATA
A. Data Hasil Praktikum
Rumus menghitung kadar air, yaitu:
w1w 2
W= x 100
w2w 3

Tabel 1.1 Data Percobaan Liquid Limit

No. 1 2 3 4
Wet soil + can 32,98 31,61 35,62 38,32
Dry soil + can 25,13 23,53 17,57 29,86
Can 9,75 8,75 10 8,71
Dry soil 15,38 14,78 7,57 21,15
Moisture 7,85 8,08 18,05 16,73
Water content 51,04% 54,67% 41,94% 79,10%
Blows 15 25 30 35

Kadar air rata-rata yang didapatkan adalah:


51,04 +54,67 + 41,94 +79,10
W= =56,69
4

Cara Menentukan Nilai Liquid Limit


Cara 1 : Dengan menggunakan kurva Liquid Limit

Kurva Liquid Limit


100.00%

80.00%

60.00%
f(x) = 0.19 ln(x) - 0.04
KadarAir
Kadar Air (%) Logarithmic (Kadar Air) Logarithmic (Kadar Air)
40.00%

20.00%

0.00%
10 15 20 25 30 35 40
Jumlah Ketukan (N)

Grafik 1.1 Kurva Liquid Limit

Atterberg Limit 5
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Maka, didapatkan Persamaan Garisnya:


= y = 0,1899ln(x) 0,0449

Pada ketukan 25 akan menghasilkan LL atau y sebagai berikut:


= y = 0,1899ln(25) 0,0449

56,64%

caraI
Jadi, besar LL pada cara pertama ( ) sebesar 56,64%

Cara II: Dengan menggunakan rumus berikut:


0.121
=W n [ ]
N
25

Keterangan :
LL = Liquid limit
Wn = kadar air pada ketukan ke-n
N = jumlah ketukan
0.121
n=W n [ ]
N
25

0.121

I =51,04 [ 15
25 ] =47,98

0.121

II =54,67 [ 25
25 ] =54,67

0.121

III=41,94
30
25 [ ] =42,88

0.121

Iv =79,10
[ 35
25 ] =82,39

Tabel 1.2 Data Hasil Perhitungan Liquid Limit


No. Jumlah Wn(%) LL(%)

Atterberg Limit 6
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Can Ketukan
I 15 51,04 47,98
II 25 54,67 54,67
III 30 41,94 42,88
IV 35 79,10 82,39
Rata-rata LL(%) 56,98

caraII
Jadi, besar LL pada cara kedua ( ) sebesar 56,98%

Kesalahan Relatif
|cara 2 cara1| |56,98 56,64 |
cara2 100% = 56,98 100 % = 0,6%

Harga Flow Index (FI)


Flow Index dihasilkan dari nilai kadar air pada ketukan 100 dan ketukan
10. Pada cara 1 :
= y = 0,1899ln(x) 0,0449

kadar air pada ketukan10

= y = 0,1899ln(10) 0,0449

= y= 39%

kadar air pada ketukan100

= y = 0,1899ln(100) 0,0449

= y= 82,96%

Maka diperoleh harga Flow Index (FI) sebesar :


Flow Index ( FI )=(W n100 )(W n 10)

= 82,96 % - 39%

Atterberg Limit 7
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
= 43,96 %

Atterberg Limit 8
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IV. ANALISIS
A. Analisa Percobaan
Percobaan Liquid Limit (batas cair) ditujukan untuk menentukan
kadar air pada batas cair sampel tanah. Nilai batas cair yang didapatkan
digunakan untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifat pada
tanah. Sebelum melakukan percobaaan praktikan menyiapkan
perlengkapan alat dan bahan serta melakukan persiapan dengan
menyiapkan sampel tanah yang lolos saringan No.40 ASTM sebanyak 1
kg dalam kondisi yang kering udara, dan air suling. Praktikan memastikan
bahwa alat dan bahan yang akan dipergunakan telah lengkap dan layak
untuk digunakan dalam percobaan. Layak berarti alat dan bahan dalam
kondisi bersih, kering, siap digunakan dan berfungsi dengan baik.

Pertama, sampel tanah yang telah disiapkan sebelumnya


dimasukkan ke dalam mangkuk porselin dan dicampur dengan air suling
,kemudian diaduk dengan spatula hingga tanah homogen. Homogeny
adalah keadaan dimana campuran merata pada setiap bagian. Setelah itu
tanah yang diaduk dimasukkan kedalam mangkuk cassagrande selapis
demi selapis agar tidak ada rongga udara dalam lapisan tanah tersebut
dengan menggunakan spatula.
Tebal tanah yang dimasukkan kurang lebih hingga setebal 0,5
inchi pada bagian tengahnya. Setelah itu, praktikan mengambil grooving
tool untuk membuat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk
cassagrande dengan cara tegak lurus.
Kemudian praktikan menyalakan mesin alat cassagrande dengan
kecepatan konstan 2 putaran per detik dan tinggi jatuh 1 cm. Hal tersebut
dilakukan hingga tanah yang dibuat celah tadi kembali rapat 0,5 inchi. Jika
sudah merapat maka alat dimatikan dan praktikan melakukan pembacaan
jumlah ketukan yang tertera pada alat cassagrande. Praktikan menunggu
hingga tanah merapat pada jumlah ketukan berada pada range 10-20, 21-
25, 26-30, 31-40. Setelah itu, sampel yang sudah didapat diletakkan di atas
can dan ditimbang.

Atterberg Limit 9
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Variasi ketukan dapat diperoleh dengan menambah atau
mengurangi tanah dan air yang ada pada mangkuk porselin. Kemudian can
dan sampel yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam oven 18 jam.
Setelah 18 jam, maka praktikan menimbang dan mencatat kembali berat
can dan sampel untuk mendapatkan hasil tanah kering.

B. Analisis Hasil
Berdasakan hasil praktikum, praktikan memperoleh hasil yaitu
tanah merapat pada ketukan ke 15, 25, 30 dan 35. Untuk memproses data-
data ini, praktikan menggunakan 2 untuk mengukur kadar air pada batas
cair. Kemudian hasil dari kedua cara dibandingkan untuk mendapatkan
kesalahan relative.
Metode pertama menggunakan grafik pada batas cair, yang
menggunakan regresi logaritma yang mewakili sumbu x jumlah ketukan
dan air mewakili sumbu y konten dalam persen. Hasil yang diperoleh

adalah y = 0,1899ln(x) 0,0449 .

Dari persamaan tersebut, x diatur pada ketukan ke 25 dan


menghasilkan nilai LL = 56,64%.
Metode kedua adalah dilakukan dengan menggunakan rumus
untuk menentukan batas cair dari setiap isi air.
Rumus yang digunakan:

0.121
=W n
N
[ ]
25

Dengan Wn adalah kadar air pada ketukan ke-n dan n adalah


jumlah ketukan. Berdasarkan rumus diatas, besar LL pada ketukan ke 15,
25, 30 dan 35 sebesar 47,98%, 54,67%, 42,88%, dan 82,39% sehingga
besar LL rata-ratanya adalah 56,98%.
Dengan membandingkan kedua hasil dari dua metode yang
berbeda, kesalahan relatif yang didapat adalah 0,6%, yang menunjukkan
kesalahan yang kecil.
Dalam percobaan ini praktikan juga menentukan harga Flow
Index (FI) yang dihasilkan dari nilai kadar air pada ketukan 100 dan

Atterberg Limit 10
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
ketukan 10. Dengan menggunakan persamaan garis pada cara I sehingga
didapatkan besaran FI = 43,96%. Nilai FI adalah sebagai indikator dari
laju kehilangan kuat geser seiring dengan bertambahnya kadar air pada
tanah.

C. Analisis Kesalahan
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam praktikum
ini ialah :
Dalam proses meletekkan sampel ke cassagrande praktikan kurang
cermat sehingga ada rongga udara
Saat melakukan proses grooving, alat tidak tegak lurus dengan
mangkuk

Pada proses pengadukan tanah dan air belum homogen

V. KESIMPULAN
1. Nilai liquid limit berdasarkan cara I rata-ratanya adalah sebesar 56,64
% dan dengan menggunakan cara II sebesar 56,98%.
2. Nilai Flow Index (FI) dalam percobaan ini adalah sebesar 43,96%.

VI. REFERENSI
Laboratorium Mekanika Tanah, Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah,
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

www.iitbhu.ac.in/faculty/min/rajesh-rai/NMEICT-Slope/lecture/c6/l7.html
www.aboutcivil.org/atterberg-limits.html

Atterberg Limit 11
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
PLASTIC LIMIT (BATAS PLASTIS)

I. PENDAHULUAN

A. Standar Acuan
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit,
and Plasticity Index of Soils"
AASHTO T 90 "Determining The Plastic Limit and Plasticity Index Of
Soils"
SNI 1966:2008 "Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah"

B. Maksud dan Tujuan


Mencari kadar air pada batas plastis (plastic limit) dari sebuah
sampel tanah atau untuk menentukan batas terendah kadar air ketika
tanah dalam keadaan plastis, dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah.

C. Alat dan Bahan


a. Alat
Pelat kaca
Container
Spatula
Mangkuk porselin
Oven
Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
b. Bahan
Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM
Air suling

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Di dalam laboratorium, plastic limit didefinisikan sebagai kadar air
pada batas dimana contoh tanah digulung pada pelat kaca hingga mencapai

Atterberg Limit 12
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
diameter kurang lebih inch (3.2 mm) dan tanah tersebut tepat retak
retak halus.
Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:
Ip= LL-PL
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara
batas plastis dan batas cair. Rumusan yang digunakan adalah:
w1w 2
W= x 100
w2w 3

Dengan:
W = kadar air
w1 = berat tanah basah + can
w2 = berat tanah kering + can
w3 = berat can

E. Teori Tambahan
Batas Plastis ( Plastis Limit ) merupakan kadar air minimum dimana
tanah masih dalam keadaan plastis atau kadar air minimum dimana tanah
dapat digulung gulung sampai diameter 3,1 mm ( 1 / 8 inchi ). Batas
plastis merupakan bagian bagian dari batas batas konsistensi atau
atteberg limit yang mana nantinya hal ini mengacu pada sifat sifat fisik
tanah. Sebagaimana perlu kita ketahui sifat sifat fisik tanah meliputi :
a. Cair.
b. Kental.
c. Plastis.
d. Semi Platis.
e. Padat.
Sifat sifat fisik tanah tersebut sangat mempengaruhi tanah jika
diberikan beberapa perilaku terhadapnya, salah satunya adalah gaya.
Pengaruh gaya sangat berperan dominan terhadap efektifitas suatu tanah.
Perubahan batas plastis suatu tanah dapat dinyatakan dalam suatu
persamaan :
P.L = L.L x P.I + W

Dimana :
PL = Platis limit ( Batas plastis )
LL = Liquid limit ( Batas cair )
PI = Plasticity index ( Indeks plastisitas )

Atterberg Limit 13
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
W = Kadar air.
PL ( Plastis limit ) atau batas plastis memiliki perbedaan dengan PI
(Plasticity Index) atau indeks platisitas. Dimana PI merupakan jumlah
kadar pada saat tanah dalam keadaan kondisi plastis dimana nilainya
diperoleh dari selisih antara liquid limit ( LL ) dengan PI ( plastis limit ).
Secara umum dapat ditulis dalan bentuk persamaan :
P.I = LL P L
Dimana :
L.L = Batas cair
P.L = Batas plastis

Atterberg Limit 14
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
II. PRAKTIKUM

a. Persiapan
1. Membersihkan alat-alat yang akan digunakan
2. Mempersiapkan botol penyemprot dan air suling
3. Mempersiapkan tanah lolos saringan No.40 ASTM
4. Menimbang berat container
b. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan contoh tanah kedalam mangkuk porselin dan kemudian
menimbangnya dan mencampurnya dengan air suling dan diaduk
dengan spatula hingga homogen.
2. Mengambil contoh tanah tersebut sedikit lalu menggulungnya diatas

1
kaca sampai berdiameter 8 inch. Bila kadar air berlebih pada

1
waktu contoh tanah mencapai diameter 8 inch tidak terjadi

retak-retak maka percobaan ini harus diulang kembali dangan


menambahkan contoh tanah. Sedangkan bila kadar air kurang,

1
contoh tanah akan retak-retak sebelum mencapai diameter 8

inch. Percobaan ini harus diulang kembali dengan menambah air


sehingga contoh tanah tepat retak-retak pada waktu mencapai

1
diameter 8 inch.

1
3. Contoh tanah yang mulai retak-retak halus pada diameter 8 inch

dimasukkan kedalam container yang sudah ditimbang beratnya.


Berat tanah minimum adalah 15 gr.

Atterberg Limit 15
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
4. Container harus secepatnya ditutup agar kadar airnya tidak
berkurang karena penguapan. Container yang telah berisi tanah
tersebut kemudian ditimbang .
5. Memasukkan container dalam keadaan terbuka kedalam oven berisi
tanah yang telah ditimbang guna mencari kadar airnya. Pada saat
menghitung kadar air jangan lupa untuk menambahkan berat
penutup container agar berat total container seperti pada saat
menimbang berat tanah basah sebelumnya.

Atterberg Limit 16
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
III. PENGOLAHAN DATA
A. Data Hasil Praktikum
w1w 2
W= x 100
w2w 3

Tabel 1.3 Data Percobaan Plastic Limit


Can No. 1
Berat Tanah Basah + can (W1) 28,52 gram

Berat Tanah Kering + can (W2) 24,43 gram


Berat can (W3) 12,70 gram
Berat Tanah Kering (W2 W3) 11,73 gram
Berat Air (W1 W2) 4,09 gram
Kadar Air
w w 2 34,87%
W= 1 x 100
w2w 3

Plastic Index (Ip)


Diketahui Liquid Limit cara II adalah
LL = 56,98%
PL = 34,87%
Ip = LL PL
= 56,98% 34,87 %
= 22,11 %

Atterberg Limit 17
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IV. ANALISIS
A. Analisa Percobaan

Tujuan praktikum Plastic Limit adalah untuk mendapatkan kadar


air pada batas (plastis limit) dari sebuah sampel tanah atau untuk
menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan plastis,
dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah. Sebelum melakukan percobaaan,
praktikan menyiapkan perlengkapan, alat dan bahan, membersihkan
peralatan serta melakukan persiapan dengan menyiapkan sampel tanah
yang lolos saringan No.40 ASTM. Praktikan memastikan bahwa alat dan
bahan yang akan dipergunakan telah lengkap dan layak untuk digunakan
dalam percobaan. Layak berarti alat dan bahan dalam kondisi bersih,
kering, siap digunakan dan berfungsi dengan baik.
Pertama, sampel tanah yang telah disiapkan sebelumnya
dimasukkan ke dalam mangkuk porselin dan dicampur dengan air suling
,air suling digunakan karena air suling merupakan mineral murni tanpa ada
senyawa yang lain. kemudian diaduk dengan spatula hingga tanah
homogen. Setelah itu, campuran tanah yang homogen tersebut diambil
sedikit untuk digulung diatas plat kaca sampai gulungannya berdiameter
1/8 inchi. Selain gulungannya berdiameter 1/8 inchi sampel juga harus
mengalami retakan. Bila tidak terjadi retak maka sampel ditambahkan air
ataupun tanah agar tanah terjadi retakan.
Penggulungan sampel tanah akan terus dilakukan sampai berat
container dan tanah yang mengalami retak-retak pada diameter 1/8 inchi
minimal seberat 27,70 gram,hal ini sesuai dengan minimal berat
tanah+berat container. ketika tanah sudah mencukupi 25 gram praktikan
menimbang dan memasukkan ke dalam oven selama 18 jam dengan
tujuan untuk mencari kadar air tanah.

B. Analisis Hasil
Berdasarkan hasil yang didapat, Praktikan mendapatkan hasil 22,11%
untuk PL. untuk menghitung nilai Inedeks plastisitas(IP) dibutuhkan

Atterberg Limit 18
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
nilai LL dari percobaan sebelumnya yaitu 56.98% . IP didapatkan dari
pengurangan nilai LL terhadap PL dan mendapatkan hasil sebesar
34,87%.

Tanah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Typical Values of Liquid Limit, Plastic Limit, and Activity of Some Clay Minerals
(Sumber: Principles of Geotechnical Engineering 7th Edition Braja M. Das )

Berdasarkan table diatas, tanah sampel praktikan dapat dikategorikan


mengandung mineral Kaolinite.

Gambar 2.2 Classification of The Plasticity Index


(Sumber: Principles of Geotechnical Engineering 7th Edition Braja M.
Das )
Dari table ditas, sampel praktikan dapat dikategorikan High
Plasticity. Semakin besar nilai iindeks plastisitas , maka tanah akan

Atterberg Limit 19
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
semakin tidak kondusif terhadap lapis pondasi karena sifat
tanahnya yang plastis.

Gambar 2.3 Plasticity Chart


(Sumber: Principles of Geotechnical Engineering 7th Edition Braja M. Das )
Dari grafik diatas, dapat ditentukan nilai LL sebesar 56,98% dan IP
sebesar 34,87% adalah tergolong dalam tanah MH atau OH yang
merupakan tanah lanau dengan plastisitas tinggi.
C. Analisis Kesalahan
Kesalahan dalam percobaan ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya sebagai berikut:
Sampel tanah yang digunakan belum homogen pada saat proses
pemcampuran.
Pada saat memasukkan sampel kedalam container praktikan kurang
teliti bahwa tanah tersebut telah memiliki diameter 1/8 inchi dan
mengalami retakan

V. KESIMPULAN

1) Nilai PL sebesar 22,11% dan nilai IP sebesar 34,87%.


2) Berdasarkan nilai Liquid Limit dan Plastic Limit yang dihasilkan pada
percobaan ini sampel tanah dapat dikategorikan mengandung mineral
Kaolinite.

Atterberg Limit 20
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
3) Berdasarkan nilai Plastic Indeks (PI) yang diperoleh, sampel tanah dapat
dikategorikan High Plasticity.
4) Berdasarkan hubungan antara Liquid Limit (LL) dan Plastic Limit (PL)
yang digambarkan dalam grafik, maka tanah yang digunakan dalam
percobaan ini merupakan jenis tanah lanau dengan plastis tinggi (MH)
atau organik dengan plastis tinggi (OH).

VI. REFERENSI
Laboratorium Mekanika Tanah, Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah,
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

https://www.scribd.com/doc/151344826/Bab-Vi-Batas-Plastis

people.wku.edu/matthew.dettman/matt/prof/ce410/pl.htm
https://aboutsoil.wordpress.com/test-project/batas-batas-atterberg/
www.iitbhu.ac.in/faculty/min/rajesh-rai/NMEICT-Slope/lecture/c6/l7.html
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=331924&val=1032&title=Pengaruh%20Variasi%20Nilai%20Index
%20Plastisitas%20Dari%20Agregat%20Halus%20Terhadap%20%20Daya
%20Dukung%20Lapis%20Pondasi%20Agregat%20Kelas-A

Atterberg Limit 21
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
SHRINKAGE LIMIT (BATAS SUSUT)

I. PENDAHULUAN

A. Standar Acuan
ASTM D 427 "Standard Test Method for Shrinkage Factors of Soils by the
Mercury Method"
AASHTO T 92 "Standard Method of Test for Determining the Shrinkage
Factors of Soils"
SNI 3422:2008 "Cara uji penentuan batas susut tanah"

B. Maksud dan Tujuan


Mencari kadar air pada batas susut dari suatu sampel tanah.

C. Alat dan Bahan


a. Alat
Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
Coated dish
Shrinkage dish
b. Bahan
Air Raksa
Sampel tanah lolos saringan no. 40 ASTM, kering oven
Vaselin

D. Teori dan Rumus yang Digunakan


Shrinkage limit adalah kadar air pada batas keadaan semi plastis dan
beku. Di dalam laboratorium, shrinkage limit didefinisikan sebagai batas
dimana tidak akan terjadi perubahan volume pada massa tanah, apabila
kadar airnya dikurangi. Pada tahapan ini tanah mengering tanpa diikuti
perubahan volume. Batas susut ditunjukkan dengan kadar air tanah pada
tahap mengering dan tidak terdapat perubahan/pengurangan volume. Rumus
yang digunakan:

Atterberg Limit 22
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
( W wW d ) (V w V d ) w
SL= x 100
Wd

Wd
SR= x 100
Vd

Dengan :
SL = shrinkage limit
SR = shrinkage ratio
Ww = berat tanah basah
Wd = berat tanah kering
Vw = volume tanah basah
Vd = volume tanah kering
= berat jenis air = 1 gr/cm3

E. Teori Tambahan
Kondisi kadar air pada kedudukan antara daerah semi padat dan
padat, yaitu prosentase kadar air dimana pengurangan kadar air
selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah disebut Batas
Susut.
SL = (V0/W0 - 1/Gs) x 100%
Keterangan :
SL = batas susut tanah
V0 = volume benda uji kering
W0 = berat benda uji kering
Gs = berat jenis tanah

Atterberg Limit 23
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
II. PRAKTIKUM

a. Persiapan
1. Mempersiapkan tanah lolos saringan No. 40 ASTM kering udara
2. Mempersiapkan air suling dan botol penyemprot
3. Menimbang coateddish atau container yang diperlukan
b. Jalannya Praktikum
1. Memasukkan butiran tanah kedalam mangkuk porselin dan diberi air
suling secukupnya kemudian diaduk dengan spatula hingga homogen
2. Sampel tanah yang sudah homogen tersebut diperlakukan seperti pada
langkah-langkah percobaan Liquid limit, diusahakan tanah telah
merapat sepanjang 0.5 inch pada kisaran 20-25 ketukan
3. Mengambil sampel tanah dari alat cassagrande tersebut kedalam coated
dish yang sudah diolesi vaseline. Jangan lupa untuk mengetuk-ngetuk
coated dish agar sampel tanah mengisi penuh seluruh bagian coated
dish dan permukaannya rata.
4. Menimbang sampel tanah dan coated dish tersebut.
5. Mendiamkan coated dish dan sampel tanah diudara terbuka kurang
lebih selama 18 jam agar tidak mengalami retak-retak akibat pemanasan
secara tiba-tiba.
6. Setelah 18 jam, baru sampel tanah dimasukkan kedalam oven.
7. Sekitar 18-24 jam di oven, coateddish dan tanah kering dikeluarkan dari
oven. Menimbangnya lagi, kemudian menghitung volume tanah basah
dan tanah kering.

Atterberg Limit 24
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
III. PENGOLAHAN DATA
A. Data Hasil Praktikum

Tabel 3.1 Data Percobaan Shrinkage Limit (Batas Susut)

No No. Coated Dish R1(gr)


1 Coated dish + wet soil Ww+c (gram) 63,38
2 Coated dish Wc (gram) 37,85
3 Wet Soil Ww = Ww+c - Wc (gram) 25,53
4 Coated dish + dry soil Wd+c (gram) 51,73
5 Dry soil Wd = Wd+c - Wc (gram) 13,88
6 Coated dish + mercury WHg+c (gram) 259,76
7 Mercury WHg (gram) 221,91
8 Volume of Wet Soil WHg / 13.53 16,40
Mercury + Shrinkage
9 Dish WHg+s (gram) 761,14
Shrinkage dish + Hg
10 (Setelah sub-merging soil W'Hg+s (gram) 638,96
cake)
11 Mercury Remove (WHg+s) - (W'Hg+s) 122,18
12 Volume of Dry Soil (W'Hg) / 13.53 9,03
13 Shrinkage limit SL 0,03
14 Shrinkage ratio SR 1,54

B. Pengolahan Data

Perhitungan coated dish


( W Hg ) W 2W 1
Volume of Wet Soil (Vw) = Hg = Hg

221,91
= 13,53

= 16,40
W Hg +sW ' Hg +s
Volume of Dry Soil (Vd) = Hg

761,14638,96
= 13,53

= 9,03

Atterberg Limit 25
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
( W w W d ) ( V wV d ) w
Shrinkage Limit (SL)dish = x 100
wd

( ( 25,5313,88 )(16,409,03)1)
x 100
13,88

= 30,83%
Wd 13,88
x 100 x 100
Shrinkage Ratio (SR)dish = Vd = 9,03

= 153,70%

Atterberg Limit 26
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
IV. ANALISIS
A. Analisa Percobaan
Praktikum Shrinkage Limit memiliki tujuan untuk mencari kadar
air pada batas susut dari suatu sampel tanah. Sebelum memulai
percobaan, praktikan melakukan persiapan dengan melengkapi alat dan
bahan serta menyiapkan tanah yang lolos saringan No.40 ASTM dalam
kondisi kering udara hingga menimbang container yang digunakan untuk
menyimpan dan membentuk tanah menjadi keping.
Pertama, sampel tanah yang telah disiapkan sebelumnya
dimasukkan ke dalam mangkuk porselin dan dicampur dengan air
suling ,kemudian diaduk dengan spatula hingga tanah homogen.
Homogeny adalah keadaan dimana campuran merata pada setiap bagian.
Kemudian praktikan mengambil coated dish dan mengoleskan vaseline
ke coated dish. Setelah itu, sampel tanah pada alat cassagrande pada
ketukan 25 diambil sebagian dan dimasukkan pada coated dish yang
sebelumnya telah diolesi vaseline sampai permukaannya rata. Vaseline
berfungsi agar tanah mudah lepas dari coated dish setelah kering. Lalu,
praktikan mengetuk-ngetuk coated dish agar sampel tanah dalam coated
dish berkurang sehingga ruang dan permukaanya rata.
Kemudian, praktikan menimbang sampel tanah dan coated dish.
Sampel tanah dan coated dish tersebut didiamkan selama 18 jam
dengan tujuan agar sampel tidak mengalami retakan akibat pemanasan
secara tiba-tiba ketika langsung dipanaskan dalam oven. Setelah 18 jam,
sampel dimasukkan ke dalam oven selama 18-24 jam. Setelah dioven
coated dish dikeluarkan dan ditimbang kembali. Setelah itu, praktikan
mengambil shrinkage dish dan mengisi air raksa hingga penuh kemudian
ditimbang, hal ini dilakukan untuk menentukan volume tanah basah,
setelah itu, praktikan mengambil sampel dan meletakkan ke shinkage
dish dan kemudian ditimbang, Hal ini dilakukan untuk mencari volume
tanah kering. Air raksa digunakan karena air raksa tidak merembes ke
dalam tanah.

Analisis Hasil

Atterberg Limit 27
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Berdasarkan hasil percobaan, Praktikan mendapat data setelah
diolah dengan SL sebesar 30,83% dan SR sebesar 153,70%.

Soil based on Shrinkage Limit


(Sumber: Principles of Geotechnical Engineering 7th Edition Braja M. Das
Berdasarkan table diatas, sampel dapat dikategorikan mengandung
mineral Kaolinite dengan nilai SL sebesar 30,83. Hal ini benar melihat
pada percobaan sebelumnya praktikan menggunakan tanah yang
mengandung mineral Kaolinite.

B. Analisis Kesalahan
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
praktikum ini ialah sebagai berikut:
Sampel tanah pada porselin belum tercampur secara homogen.
Terdapat rongga udara pada saat proses pengetukan sehingga
mempengaruhi berat pada proses timbang.

V. KESIMPULAN
1. Nilai Shringkage Limit (SL) pada coated dish 1 adalah
sebesar 30,83%.
2. Nilai Shringkage Ratio (SR) pada coated dish 1 adalah
sebesar 153,7%.

VI. REFERENSI

Atterberg Limit 28
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Laboratorium Mekanika Tanah, Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah,
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

https://aboutsoil.wordpress.com/test-project/batas-batas-atterberg/
www.iitbhu.ac.in/faculty/min/rajesh-rai/NMEICT-Slope/lecture/c6/l7.html
home.iitk.ac.in/~pkbd/Lab-SL.html
www.aboutcivil.org/atterberg-limits.html

Atterberg Limit 29
Laboratorium Mekanika Tanah
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
VII. LAMPIRAN

Atterberg Limit 30

Anda mungkin juga menyukai