Anda di halaman 1dari 8

1.

Jelaskan apa yang anda pahami mengenai perbedaan konsep perencanaan batang tarik, batang
tekan dan batang lentur?
 Batang Tarik
Komponen struktur yang mendukung beban aksial tarik sering dijumpai pada struktur
rangka kuda-kuda. Gaya aksial tarik memiliki garis kerja gaya yang sejajar dan
berhimpit dengan sumbu panjang batang. Perencanaan komponen struktur dengan
beban aksial tarik sangat singkat. Secara umum, perencanaan komponen struktur tarik
bertujuan untuk mengetahui luas penampang batang minimum yang diperlukan.
Apabila dimensi komponen struktur tarik telah ditetapkan, maka analisis berupa
check terhadap luas tampang yang telah dipilih dapat dilakukan. Pada daerah
sambungan, dimana terjadi pengurangan luas tampang kayu akibat penempatan alat
sambung, distribusi tegangan tarik terjadi tidak secara merata. Tegangan tarik pada
daerah dekat lubang bisa tiga kali lebih besar dari pada tegangan tarik neto seperti
dapat dilihat pada Gambar 1.1. Oleh karena itu, maka perencanaan batang tarik harus
didasarkan pada luas penampang neto (luas tampang kayu yang telah dikurangi luas
alat sambung). Penurunan kuat tarik batang kayu akibat hadirnya lubang pernah
diteliti oleh Awaludin (2002). Pada nilai banding luas lubang terhadap luas tampang
kayu (Ah/Ag) yang sama, penurunan kekuatan tarik akibat beberapa lubang
berdiameter kecil ternyata lebih kecil dari pada batang tarik dengan lubang yang
besar tetapi jumlahnya sedikit.
Gambar 1.1 Konsentarsi tegangan pada batang tarik berlubang (Pytel dkk, 1987)

Batang tarik harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Tut T’

Tu adalah gaya tarik terfaktor,  adalah faktor waktu, t adalah faktor tahanan tarik
sejajar serat =0,80, dan T’adalah tahanan tarik.
Perencanaan batang tarik Batang tarik harus direncanakan untuk memenuhi
ketentuan sebagai berikut: Tut T’(4.1) Tuadalah gaya tarik terfaktor,  adalah
faktor waktu (lihat Tabel 3.1), t adalah faktor tahanan tarik sejajar serat = 0,80, dan
T’adalah tahanan tarik. 1.Tahanan tarik sejajar serat Tahanan tarik komponen
struktur tarik konsentris (T’) ditentukan pada penampang neto seperti pada
Persamaan 4.2. T’ = Ft’An(4.2) Ft’ = CM Ct Cpt CF Crt Ft(4.3)
 Batang Tekan
Perencanaan batang tekan dapat ditempuh:

Pertama:
menghitung beban dan segala faktor yang mempengaruhi tegangan, kemudian
dihitung besarnya dimensi batang yang kuat menahan tegangan tersebut.

Kedua :
Menafsir ukuran penampang batang, kemudian dikontrol kekuatannya

1. Faktor yang Perlu Diperhatikan


a. Panjang Lekuk (Lk)
• Panjang lekuk dipengaruhi oleh panjang awal (L) dan jenis tumpuan pada
kedua ujungnya.

b. Angka kelangsingan (λ)

c. Faktor tekuk (ω)


Pada batang tekan, untuk menghindari bahaya tekuk gaya batang yang
ditahan harus digandakan dengan faktor tekuk (ω), sehingga:
σ = tegangan yang timbul
S = gaya yang timbul
ω = faktor tekuk
- Besarnya ω harus diambil dari daftar III PKKI, ang sesuai dengan nilai λ
dari batang tersebut.
- Besarnya σ̃tk// harus diambil dari daftar 2 PKKI.
- Untuk kayu-kayu yang sudah diketahui kelas kekuatannya, tegangan tekuk
yang diperkenankan pada batang tertekan yang λ-nya sudah diketahui, dapat
diambil dari daftar.
- Pada batang berganda, dalam menghitung momen Inersia terhadap sumbu-
sumbu bahan (sumbu X) kita dapat menganggap sebagai batang tunggal
dengan lebar sama dengan jumlah lebar masing-masing bagian-bagian
sehingga terdapat: ix = 0,289 h.

Untuk menghitung momen lembam terhadap sumbu bebas bahan (sumbu X


dalam gbr (c) dan sumbu Y dalam gambar (a) dan (b), harus dipakai rumus:
Ir = ¼ (It + 3 Ig)
dimana: Ir = Momen Inersia reduksi (yang diperhitungkan
It = Momen Inersia teoritis
Ig = Momen Inersia geser hingga berimpitan satu sama lain.

2. Rumus – Rumus yang Dipergunakan


Ada dua rumus yang dipergunakan pada perhitngan batang tekan, yaitu:
 TETMAYER, bila λ ≤ 100
Tetmayer dari hasil percobaannya memberikan rumus:
σtk = (293 – 1,94 λ) kg/cm2

 EULER, bila λ ≥ 100


Euler memberikan rumus :

Dimana :

n = faktor keamanan

E = modulus kenyal bahan

• Untuk kayu kelas I dengan E = 125.000 kg/cm2, dan n = 5,


rumus menjadi: Imin = 40 Pk . Lk2
• Untuk kayu kelas II dengan E = 100.000 kg/cm2, dan n = 5,
rumus menjadi: Imin = 50 Pk . Lk2

• Untuk kayu kelas III dengan E = 80.000 kg/cm2, dan n = 5,

rumus menjadi: Imin = 60 Pk . Lk2

Catatan:

P dalam ton

Lk dalam meter, dan

Imin dalam cm4

Dalam merencanakan ukuran batang tekan, kita belum tahu rumus


mana yang akan dipakai, karena belum tahu berapa besarnya λ.
Umumnya kita hitung terlebih dahulu dengan rumus Euler, kemudian
bila diperlukan dapat diubah. Kita tidak bisa menentukan lebar balok
(b) dan tinggi balok (h) secara bersama-sama, melainkan salah satu
harus kita tentukan terlebih dahulu. Lebar (b) biasanya yang di
tentukan terlebih dahulu, diserasikan dengan lebar batang yang lain
dengan mempertimbangkan teknik penyambungan.

 Batang Lentur
Batang lentur direncanakan untuk dapat mendukung gaya momen lentur dan gaya
geser seperti pada Persamaan 6.1. Tahanan terkoreksi adalah hasil perkalian tahanan
acuan dengan faktor-faktor koreksi. Komponen struktur lentur yang memikul gaya-
gaya setempat harus diberi pendetailan tahanan dan kestabilan yang cukup pada
daerah bekerjanya gaya-gaya tersebut.

Keterangan notasi:
Mu : momen lentur terfaktor
Vu : gaya geser terfaktor
M’ : tahanan lentur terkoreksi
V’ : tahanan geser terkoreksi
λ : faktor waktu
b : faktor tahanan lentur, 0,85
v : faktor tahanan geser, 0,75
Bentang rencana harus digunakan dalam menghitung momen lentur, gaya geser, dan
lendutan. Untuk komponen struktur berbentang sederhana yang tidak menyatu
dengan tumpuan-tumpuannya maka bentang rencana adalah bentang bersih ditambah
setengah kali panjang tumpuan pada masing-masing ujung. Takikan pada balok harus
dihindari, terutama yang terletak jauh dari tumpuan dan berada pada sisi tarik.
Konsentrasi tegangan yang disebabkan oleh takikan dapat dikurangi menggunakan
konfigurasi takikan yang diiris miring secara bertahap daripada menggunakan takikan
dengan sudut tajam. Apabila harus dibuat takikan dengan sudut tajam, maka
perkuatan dengan alat pengencang perlu ditambahkan untuk mencegah timbulnya
retak seperti terlihat pada Gambar 6.1. Takikan pada ujung balok tidak boleh
melampaui seperempat tinggi balok untuk balok masif, dan sepersepuluh tinggi balok
untuk balok glulam (kayu laminasi struktural). Balok tidak boleh ditakik di lokasi
selain daripada di ujung balok bertumpuan sederhana. Tahanan lentur balok pada
setiap penampang yang bertakik, baik di sisi tarik maupun di sisi tekan, tidak boleh
melampaui tahanan lentur dari penampang neto pada lokasi yang bertakik, bila
takikannya berada pada sisi tekan. Bila suatu takikan berada pada sisi tarik, dan
momen yang bekerja di sepanjang bagian yang bertakik tersebut melebihi setengah
tahanan lentur balok yang dihitung pada penampang neto minimum bertakik maka
tahanan lentur seluruh balok ditentukan oleh neto bertakik tersebut.

Gambar 6.1 Takikan pada tumpuan ujung: (a) takikan miring; dan (b)
penambahan alat pengencang
Pada konstruksi sistem lantai dimana terdapat tiga atau lebih balok kayu yang
tersusun dengan jarak tidak lebih dari 600 mm (jarak pusat ke pusat) kemudian
disatukan dengan sistem penutup, maka kekuatan konstruksi tidak sepenuhnya
bergantung pada masing-masing tahanan lentur satu balok. Pada sistem konstruksi
ini, semua balok akan bekerja secara bersama-sama sehingga kekuatan secara
sistem lebih besar dari pada penjumlahan kekuatan masing-masing balok. Apabila
terdapat beban terpusat pada satu balok, maka beban tersebut akan didukung tidak
hanya oleh satu balok melainkan secara bersama-sama oleh seluruh balok pada
sistem tersebut. Untuk mempertimbangkan perilaku sistem lantai ini, maka tahanan
lentur acuan dapat dikalikan dengan faktor koreksi pembagi beban (Cr) yaitu
sebesar 1,15. Apabila balok diletakkan secara tidur (dimensi lebar lebih besar dari
pada dimensi tebal/tinggi) sehingga menderita tegangan lentur pada sumbu
lemahnya, maka tahanan lentur acuan dapat dikalikan dengan faktor koreksi
penggunaan datar (Cfu) seperti pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Faktor koreksi penggunaan datar, Cfu
1. Pengaku lateral (Bracing)
Balok yang memiliki perbandingan tinggi terhadap lebar lebih besar
daripada dua dan dibebani terhadap sumbu kuatnya harus memiliki
pengaku lateral pada tumpuan-tumpuannya untuk mencegah terjadinya
rotasi atau peralihan lateral. Pengaku lateral tidak diperlukan pada balok
berpenampang bundar, bujur sangkar, atau persegi panjang yang
mengalami lentur terhadap sumbu lemahnya saja. Untuk balok kayu
masif, kekangan yang digunakan untuk mencegah rotasi atau peralihan
lateral ditentukan berdasarkan nilai perbandingan tinggi nominal terhadap
tebal nominal, d/b, sebagai berikut:
a. d/b  2: tidak diperlukan pengekang lateral;
b. 2 < d/b < 5: Semua tumpuan harus dikekang menggunakan kayu
masif pada seluruh ketinggian balok;
c. 5  d/b < 6: sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang
balok;
d. 6 ≤d/b< 7: pengekang penuh setinggi balok harus dipasang untuk
setiap selang 2.400 mm kecuali bila kedua sisi tekan dan tarik
dikekang secara bersamaan atau bila sisi tekan balok dikekang pada
seluruh panjangnya oleh lantai dan pada tumpuan-tumpuannya diberi
pengekang lateral untuk mencegah rotasi;
e. d/b ≥ 7: kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan pada
seluruh panjangnya.
Pengaku lateral harus diadakan pada semua balok kayu masif
berpenampang persegi panjang sedemikian sehingga rasio
kelangsingannya (Rb) tidak melebihi 50 seperti pada Persamaan 6.2
dengan le adalah panjang efektif ekivalen yang nilainya dapat dilihat pada
Lampiran 1.

2. Tahanan lentur balok yang terkekang dalam arah lateral


Anggapan balok yang terkekang penuh dalam arah lateral dijumpai pada
kondisi-kondisi berikut ini: a) balok berpenampang bundar atau
bujursangkar, b) balok berpenampang persegi panjang yang terbebani
pada arah sumbu lemahnya saja, atau c) balok berpenampang persegi
panjang yang terbebani pada arah sumbu kuat dan memenuhi persyaratan
pengaku lateral (bracing) seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Tahanan lentur balok dihitung dengan anggapan nilai faktor koreksi
stabilitas balok (CL) sama dengan 1,00. Tahanan lentur terkoreksi dari
balok berpenampang prismatis yang terlentur terhadap sumbu kuatnya
(x – x) adalah:

M’ = Mx’ = Sx Fbx’ (6.3)

Keterangan:
M’ = Mx’: tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat
Sx : modulus penampang lentur terhadap sumbu kuat
Fbx’ : kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat dengan nilai faktor
koreksi CL = 1,00

Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang


terlentur terhadap sumbu lemahnya (y – y) adalah:

M’ = My’ = Sy Fby’ (6.4)

Keterangan:
M’ = My’: tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu lemah
Sy : modulus penampang lentur terhadap sumbu lemah
Fby’ : kuat lentur terkoreksi terhadap sumbu lemah dengan nilai
faktor koreksi CL = 1,00

Tahanan lentur terkoreksi yang ditetapkan oleh Persamaan 6.3 harus


dikalikan dengan faktor koreksi bentuk (Cf) sebesar 1,15 untuk komponen
struktur berpenampang bundar selain daripada untuk tiang dan pancang,
dan harus dikalikan dengan faktor bentuk sebesar 1,40 untuk komponen
struktur berpenampang persegi panjang yang terlentur terhadap sumbu
diagonal.

3. Tahanan lentur balok tanpa pengekang lateral penuh


Tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat (x–x) dari balok
berpenampang prismatis persegi panjang tanpa pengekang lateral atau
bagian yang tak-terkekang dari balok tersebut, adalah:

M’ = CL Sx Fbx* (6.5)

Faktor stabilitas balok (CL) dihitung sebagai berikut:

dan Sx adalah modulus penampang untuk lentur terhadap sumbu kuat


(x–x); Mx* adalah tahanan lentur untuk lentur terhadap sumbu kuat (x– x)
dikalikan dengan semua faktor koreksi kecuali faktor koreksi penggunaan
datar (Cfu) dan faktor koreksi stabilitas balok
(CL); cb = 0,95; s = 0,85 adalah faktor tahanan stabilitas; Me adalah
momen tekuk lateral elastis yang dapat diperoleh pada Persamaan 6.8.
2. Suatu batang tekan tersusun yang terdiri dari 2 profil CNP dengan posisi berlawanan (sisi terbuka
menghadap keluar), dengan panjang 500 cm, direncanakan untuk menahan beban mati aksial sebesar
15 ton dan beban hidup aksial sebesar 30 ton. Sebagai engineer, rencanakanlah struktur tersebut dan
tentukanlah di awal, parameter-parameter yang anda gunakan dan alasan anda menggunakannya,
antara lain, mutu baja yang ingin digunakan, jenis tumpuan yang direncanakan, dan profil CNP yang
ekonomis untuk profil tersebut. Tentukanlah pula dimensi plat kopel yang digunakan. Sertai dengan
gambargambar yang diperlukan.
3. Sebuah balok lentur didesain mampu menahan beban merata yang terdiri dari beban mati 1.5
ton/m’ dan beban hidup 2.5 ton/m’, di atas dua tumpuan sesuai dengan gambar di bawah ini.
Tentukanlah profil WF yang ekonomis untuk beban tesebut, dengan menggunakan baja BJ-37 dan BJ-
50.

Anda mungkin juga menyukai