1.1. PENDAHULUAN
Statika merupakan ilmu yang mempelajari semua benda yang
tetap, yang statis. Dalam ilmu statika dipelajari segala sesuatu yang
tidak bergerak (atau yang tidak akan bergerak). Dalam ilmu statika,
terdapat persyaratan khusus mengenai pergerakan, yaitu pergerakan v
= 0, hal ini berarti bahwa pokok bahasan yang ditinjau adalah hanya
bekerja dengan gaya-gaya yang tidak bergerak, atau dengan kata lain
keadaan pergerakan sama dengan nol. Kondisi tersebut terjadi apabila
semua gaya yang bekerja atau semua gaya yang membebani suatu
benda dan gaya-gaya dalam keadaan seimbang. Sebagai contoh gaya-
gaya yang bekerja pada tangkai pengungkit (dengan jarak antara gaya
dan benda = momen) saling menutupi, sehingga semua gaya
seimbang.
1. Geometri
Berdasarkan geometri dasar, bentuk struktur dapat
diklasifikasikan sebagai salahsatu bentuk elemen garis (atau disusun
dari elemen-elemen garis) atau sebagai bentuk elemen permukaan.
Bentuk elemen garis dapat dibedakan sebagai garis lurus atau garis
lengkung. Sedangkan bentuk elemen permukaan bisa berbentuk datar
atau lengkung. Elemen permukaan lengkung bisa berupa lengkung
tunggal atau lengkung ganda.
2. Kekakuan
Berdasarkan kekakuan, dapat diklasifikasikan apakah suatu
struktur kaku atau fleksibel.
Elemen kaku biasanya sebagai batang, tidak mengalami perubahan
bentuk yang cukup besar di bawah pengaruh gaya atau pada
perubahan gaya yang diakibatkan oleh beban. Namun meskipun
demikian, struktur ini selalu bengkok meskipun sangat kecil, apabila
dibebani.
2. Rangka
Rangka mempunyai aksi struktural yang berbeda dengan jenis
balok-tiang, karena adanya titik hubung kaku antara elemen vertikal
dan elemen horisontal. Kekakuan titik hubung ini memberikan banyak
kestabilan terhadap gaya lateral. Kekakuan titik hubung adalah salah
satu dari berbagi jenis hubungan yang ada di antara berbagai elemen
struktur.
3. Rangka Batang
Struktur rangka batang adalah struktur yang terdiri dari kumpulan
elemen batang yang disambung untuk membentuk suatu geometri
tertentu sedemikian sehingga apabila diberi beban pada titik buhul
(titik pertemuan antar batang) maka struktur tersebut akan
menyalurkan beban ke tumpuan melalui gaya aksial (tarik atau tekan)
pada batang-batangnya.
8. Kabel
Kabel adalah elemen struktur fleksibel. Bentuknya sangat
tergantung pada besar dan perilaku beban yang bekerja padanya. Kabel
dapat digunakan pada bentang yang panjang. Biasanya digunakan
pada jembatan yang memikul dek jalan raya beserta lalu lintas di
atasnya. Sebagai contoh, di negara Indonesia sudah dibangun beberapa
jembatan kabel. Sebagai contoh, beberapa jembatan kabel yang ada di
Indonesia adalah di Pulau Batam (Gambar 1.6), Riau (Gambar 1.11) dan
Bandung, Jawa Barat (Gambar 1.12).
Pada struktur yang stabil, deformasi akibat beban pada umumnya kecil,
dan gaya internal yang timbul di dalam struktur mempunyai
kecenderungan mengembalikan bentuk struktur ke bentuk semula
apabila beban dihilangkan.
BAB II
DASAR-DASAR STATIKA
2.1. PENDAHULUAN
3. Hukum I Newton :
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel sama dengan
nol (tidak ada gaya), maka partikel diam akan tetap diam dan atau
partikel bergerak akan tetap bergerak dalam sebuah garis lurus
dengan kecepatan konstan/ tetap jika tidak ada gaya tak seimbang
yang bekerja padanya. Dikenal dengan Hukum Kelembaman.
4. Hukum II Newton :
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel tidak sama
dengan nol partikel tersebut akan memperoleh percepatan
sebanding dengan besarnya gaya resultan dan dalam arah yang
sama dengan arah gaya resultan tersebut. Jika F diterapkan pada
massa m, maka berlaku: F = m . a
5. Hukum III Newton :
Gaya aksi dan reaksi antara benda yang berhubungan mempunyai
besar dan garis aksi yang sama, tetapi arahnya berlawanan. Aksi
= Reaksi
G = kostanta gravitasi
r = jarak M dan m
P 1
P 3
P 1
P 2
P 2
Kolinier Koplanar
P 1
P 2
P 3
P 1
P 1
P 2
P 2
P 3
P 3
Sejajar
G 1
G 2
G 3
P= G
M P P
N n
m
m
n m
n
G G
Mengacu pada Gambar 2.10, garis kerja sebuah gaya adalah garis
yang terbentuk dengan memperpanjang anak panah dalam kedua arah.
Sebuah gaya mempunyai daya ungkit terhadap suatu titik manapun
yang berada di luar garis kerjanya. Kita menyebut daya ungkit dari
gaya terhadap suatu titik sebagai momen dari gaya, atau cukup disebut
momen.
L+R-150=0
4xL8xR=0
Karena garis kerja gaya sebesar 150 lb tersebut melalui titik yang
kita pilih untuk penjumlahan momen, maka garis tersebut tidak
memiliki daya ungkit di sekitar titik ini. Kita dapat menulis sebuah
persamaan momen yang berbeda dengan menjumlahkan momen-
momen terhadap sebuah titik pada ujung kiri balok. Pada kasus ini,
momen searah jarum jam akibat berat orang tersebut adalah 150 x 4 =
600 ft-lb dan dilawan oleh momen berlawanan arah jarum jam sebesar
12 x R, jadi
600 12 x R = 0
2.4. Momen
+
M
r
M
-
A
M1 = F1 x r1
F 2
M2 = F2 x r2
F 1 Resultan:
M = M1 + M2
2,5 m 1,2 5 m
sama dengan momen negatif,
tongkat ungkit dinyatakan
seimbang.
Gambar 2.14. Gaya-gaya pada tongkat ungkit
P
P O
O
a L P a b
b P L
2.5. Torsi
Torsi adalah suatu gaya yang menimbulkan puntiran. Gaya
bekerja menyilang terhadap suatu sumbu. Garis kerja gaya tegak lurus
sumbu dengan jarak d. Besar puntiran pada sumbu akibat gaya ini
dihitung sebagai: T = F.d.
Torsi menganut hukum tangan kanan, yaitu bila ibu jari menunjuk
ke arah sumbu maka jari-jari yang lain merupakan gaya yang
menimbulkan torsi negatif.
BAB III
GAYA DAN KESEIMBANGAN GAYA
Namun jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu
segibanyak (poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara
berturutan, mengikuti arah jarum jam.
Contoh :
1 Diketahui suatu benda dengan gaya-gaya seperti terlihat pada
Gambar di bawah ini
Ditanyakan : Tentukan besar dan arah resultan gaya dari empat
gaya tarik pada besi ring.
Gaya dan momen yang bekerja pada suatu benda dapat berupa
eksternal dan internal. Gaya dan momen eksternal, sebagai contoh
adalah berat sendiri struktur.
Gaya dan momen internal adalah gaya dan momen yang timbul di
dalam struktur sebagai respons terhadap gaya eksternal yang ada,
sebagai contoh adalah gaya tarik yang timbul di dalam batang.
Secara analitis : R = P1 + P2 + P3
Secara analitis : R = P1 + P2 P3
y
=arc tg
Arah gaya resultan (P2+x )
Cara Analitis
Yr Yr
tg= =arc tg
Arah resultan : Xr atau Xr
Penyelesaian :
Cara analitis :
Misalnya sumbu X dan Y dibuat horisontal dan vertikal. Untuk
memudahkan hitungan dibuat tabel sebagai berikut :
= 22,53 kN
Secara grafis :
Dengan menggunakan segi banyak gaya.
Skala gaya : 1 cm = 5 kN
R P2
Cara analitis :
Untuk menghitung besarnya resultan adalah R = P1 + P2. Arah
resultan sesuai dengan arah P1 dan P2. Sedang letak resultan
dapat dihitung berdasarkan keseimbangan momen komponen
(gaya yang dipadu) dengan momen resultan (gaya paduannya).
a b c
= =
sin sin sin
Bila salah satu sisinya (gaya yang akan dibagi) diketahui besarnya dan
besarnya sudut dalam diketahui, maka panjang (besarnya) sisi yang
lain dapat diketahui.
Cara Analitis :
P1 P P = 600 ; 450
= 2 =
sin sin sin
= 1800 450 600
= 750
Cara Grafis :
1) Gambarlah garis kerja gaya P, P1 dan P2 dengan skala jarak antar
garis kerja yang tertentu, misalnya dibuat skala 1 cm = 1 m.
2) Gambar gaya P = 10 kN dengan skala tertentu pula, misal 1 cm = 4
kN. Dan tentukan titik kutub O (sembarang). Usahakan jarak kutub
ini sedemikian rupa sehingga lukisan poligon batang nantinya tidak
terlalu tumpul dan tidak terlalu runcing.
3) Tarik garis 1 melalui pangkal gaya P = 10 kN dan melalui titik O.
4) Lukis garis I sejajar garis 1, yang memotong garis kerja gaya P1 dan
gaya P.
5) Lukis garis 2 melalui ujung P = 10 kN dan melalui titik O.
Cara analitis :
Dengan menggunakan statis momen, yaitu Momen Resultan =Jumlah
Momen Komponen.
Statis Momen terhadap titik A
Cara analitis,
Karena gaya-gayanya tidak konkuren, maka untuk menghitung gaya
yang belum diketahui dipakai Statis Momen.
Statika dan Mekanika Bahan 55
Pemilihan titik yang dipakai sebagai pusat momen harus
diperhatikan sedemikian sehingga dalam sebuah persamaan hanya
mengandung sebuah bilangan yang belum diketahui.
Untuk persoalan di atas dipilih dahulu titik C sebagai pusat momen,
sehingga dapat dihitung gaya P 3 (bila dipilih titik A sebagai pusat
momen, maka ada dua bilangan yang belum diketahui yaitu P1 dan
P2).
P .( a+b)
P3=
c
P . ( a+ b )P2 . c
P1=
d
P . a+ P . bP . a P . b
P 1= =
d d
Hitungan cara analitis ini merupakan dasar dari metode Ritter untuk
mencari besarnya gaya batang pada konstruksi rangka batang.
Untuk lebih memahami sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang
tidak konkuren, baik secara grafis maupun secara analitis, berikut
diberikan contohnya.
Penyelesaian :
Cara grafis :
Skala gaya yang dipakai 1 cm = 2 kN; skala jarak 1 cm = 2 m.
Lukisan untuk menghitung gaya pengganti adalah
Pada sebuah titik buhul suatu kuda-kuda yang terdapat dua batang
dan sebuah gaya sebesar S1 = 20 kN yang arahnya menuju titik
buhul. Tentukan gaya pada ke dua batang yang belum diketahui agar
titik buhul itu seimbang, lihat gambar di bawah ini.
Dalam soal ini besar gaya batang S3 adalah 34 kN, dan besar gaya
batang S2 adalah 40 kN.
V = 0 ; 20 + S2 sin 300 = 0
20
S 2= = - 20/sin
S2 300
sin 300
Coba kontrol : V = 0
RA + RB P = 0
P.b P.a
+ P=0
l l
P .(b +a)
P=0
l
P .(l)
P=0
l
PP=0
0=0 OK!
Contoh lain yang terdiri atas dua gaya aksi P1 dan P2 dengan dua
gaya reaksi sebagai berikut. Dalam hal ini P1 > P2.
Secara analitis :
MB = 0 (dimisalkan arah RA ke atas)
(RA . l) (P1. (b+c))-(P2.c) = 0
P 1. a+ P 2.(a+b)
RB = (ke atas)
l
Coba kontrol : V = 0
RA + RB P1-P2 = 0
( P 1 .b + P1. c ) +( P 2 . c) P 1. a+ P2 . a+ P 2. b
+ P 1P 2=0
l l
a+ b+c
P1 .()+ P 2.( a+b+ c)
l
P1 .()+ P 2.( l)
P1+ P 2P 1P 2=0
0=0 OK!
a Momen lentur
b Momen punter/ torsi
BAB V
PERLETAKAN/ TUMPUAN
1. Sendi
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal dan gaya reaksi horisontal. Tumpuan yang berpasak
mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari
bidang.
Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini
mempunyai dua komponen yang satu dalam arah horisontal dan
yang lainnya dalam arah vertikal. Maka perbandingan antara
komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak
tidaklah tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini, dua
buah komponen statika harus digunakan.
Gaya Horizontal
Gaya Vertikal
2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya
reaksi vertikal. Tumpuan ini mampu melawan gaya - gaya dalam
suatu garis aksi yang spesifik. Pada gambar dibawah hanya
dapat melawan beban vertikal.
Gaya Vertikal
3. Jepit
Gaya Horizontal
Aplikasi :
Fungsi Balok :
Elemen/ komponen struktur untuk distribusi beban vertikal dan
horizontal
Statika dan Mekanika Bahan 76
Jadi, di dalam balok terjadi dua kombinasi beban: lendut
(bending) dan geser (shear)
Struktur balok
sederhana dengan beban terpusat
Penyelesaian :
Langkah 1 : identifikasi gaya-gaya yang bekerja pada tumpuan
dengan asumsi arah gaya positif (+).
Tumpuan A adalah sendi, sehingga pada tumpuan A terjadi dua
buah reaksi yaitu reaksi arah horisontal (R AH) yang diasumsikan
arah ke kanan dan reaksi arah vertikal (R AV) yang diasumsikan
arah ke atas. Tumpuan B adalah rol, sehingga hanya ada satu
reaksi tumpuan yaitu reaksi arah vertikal (R BV) yang diasumsikan
arah ke atas.
MB = 0
(RAH) (0) + (RAV) (40) (20) (30) (15) (20) (16) (8) (RBV) (0) = 0
0 + 40 RAV 600 300 28 0 = 0
40 RAV 1028 = 0
RAV = 1028 / 40 = 25,7 Kn
Hasil RAV adalah positif, sehingga pemisalan arah gaya RAV adalah benar
yaitu ke atas ( ).
Penyelesaian :
Menghitung reaksi - reaksi tumpuan dengan persamaan
statika.
MA = 0
(RAH) (0) + (RAH) (0) + (q) (20) (10) - (RBV) (20) = 0
(RAH) (0) + (RAH) (0) + (2) (20) (10) - (RBV) (20) = 0
0 + 0 + 400 - 20 RBV = 0
RBV = 20 kN ( )
MB = 0
(RAH) (0) + (RAH) (20) + (q) (20) (10) - (RBV) (0) = 0
0 + 0 + 400 - 20 RBV = 0
RBV = 20 kN ( )
Kontrol hasil hitungan :
V = 0
(q) (20) - RAV - RBV = 0
(2) (20) - 20 -20 = 0
0=0 OK !
H = 0
RAH = 0
M A
A
L
V A
q q
M M B
0
a b B a
dx B
L L-x
x
L
V V B
Bila pada suatu titik sejauh x dari titik 0 terdapat elemen q.dx, maka
dengan menggunakan integrasi dapat diperoleh reaksi berikut:
X = 0 HB = 0
q dx ( L x) q ( L.x
0
1
2 x 2 )] 0a q.a( L 1
2 a)
M = 0 MB =
bila a = L VB = q.L dan MB = q.L2
bila a = L VB = q.L dan M B = (q. L) (3/4 L) = 3/8
q.L2
M A
M B
A B M C
C
a b
Momen A pada titik A dan momen B pada titik B, reaksi terjadi terhadap
titik C sebagai berikut:
X = 0 HC = 0
Y = 0 VC = 0
M = 0 MC = MA + MC
V D V D
q
a
M E
H
E
L
Beban tidak langsung merupakan beban terbagi merata dan pada posisi
vertikal dari batang bebas. Adapun reaksi-reaksinya sbb:
X = 0 HE = q . a
M = 0 ME = (q.a) a = q a2
Kantilever vertikal
Biasanya kantilever berada pada posisi horisontal, namun dapat juga
berada dalam keadaan vertikal, biasanya terjadi pada tonggak atau
tiang penyangga seperti dalam gambar berikut.
q = 300 kg/m
q = 300 kg/m
Q = q.a
4m
Q = q.a
4m
2m
2m
M A
A H A A
X = 0 HA = q . a = 300 . 4 = 1200 kg
Y = 0 VA = 0
2m
P = 1500 kg P = 1500 kg
4m
4m
2
VB
M B H B
B B
X = 0 HB = q . a = 300 . 2 = 600 kg
Y = 0 VB = P = 1500 kg
1. V = 0
2. H = 0
3. M = 0
Portal statis tertentu menggunakan dua tumpuan yaitu sendi dan roll
atau satu buah jepit.
BAB VII
MEKANIKA BAHAN
dimana F adalah gaya yang bekerja dalam arah tegak lurus atau normal
terhadap penampang, dan A adalah luas penampang.
V
v lim
A0 A
Tegangan geser: intensitas gaya pada suatu titik
yang sejajar terhadap penampang, yang didefinisikan sbb:
Satuan Gaya
Satuan tegangan adalah satuan gaya / satuan luas.
Dalam sistem internasional (SI) satuan tegangan adalah:
Pa = pascal = Newton/meter2 = N/m2
1 kPa = 1 kilopascal = 103 Pa
1 MPa = 1 megapascal = 106 Pa = 106 N/m2 = 1 N/mm2
Macam-macam Tegangan
Tegangan timbul akibat adanya tekanan, tarikan, bengkokan, dan
reaksi. Pada pembebanan tarik terjadi tegangan tarik, pada
a. Tegangan Normal
Tegangan normasl terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada
benda. Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang
dalam m2, maka satuan tegangan adalah N/m2 atau dyne/cm2.
b. Tegangan Tarik
Tegangan tarik pada umumnya terjadi pada rantai, tali, paku keling,
dan lain-lain. Rantai yang diberi beban W akan mengalami tegangan
tarik yang besarnya tergantung pada beratnya.
c. Tegangan Tekan
Tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F yang saling
berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Misalnya, terjadi
pada tiang bangunan yang belum mengalami tekukan, porok
sepeda, dan batang torak.
d. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya
yang berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya
namun pada penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini
banyak terjadi pada konstruksi. Misalnya: sambungan keling,
gunting, dan sambungan baut.
Tegangan geser terjadi karena adanya gaya radial F yang bekerja
pada penampang normal dengan jarak yang relatif kecil, maka
pelengkungan benda diabaikan.
e. Tegangan Lengkung
f. Tegangan Puntir
Tegangan puntir sering terjadi pada poros roda gigi dan batang-
batang torsi pada mobil, juga saat melakukan pengeboran. Jadi,
merupakan tegangan trangensial.
y .dA I
2
Tegangan lentur pada sembarang titik yang berjarak y dari garis netral:
My
f
I
dimana Q adalah statis momen daerah abde terhadap garis netral yang
sama besarnya dengan untuk daerah fghj karena penampang prismatis
(tidak berubah dari titik ke titik lainnya sepanjang balok).
Tegangan Ijin
Salah satu karakteristik material struktur adalah kemampuan memikul
gaya aksial tarik. Besarnya beban yang menimbulkan keruntuhan
disebut beban batas (ultimate load). Tegangan batas (ultimate stress)
dapat dihitung dengan membagi beban batas dengan luas penampang
specimen.
Persamaan-persamaan tegangan :
a. Tegangan Normal (kg/m2)
N
N= A N= gaya normal tarik/tekan pada penampang
c. Tegangan Geser
D . Sx
= b . Ix D= gaya geser lintang yang bekerja pada
penampang
Sx= statis momen terhadap sumbu x
b= lebar balok dimana tegangan geser bekerja
b 3h
I zz
12
I zz d 2 dA 2d ydA y 2 dA
A A A
Ad 2d ydA I 0
2
A I zz Ad 2 I o
0
MOMEN INERSIA
b h2
M=. 6 atau M = y . Ix
1
= h . Ix
2
b h2
1
. 6 = h . Ix
2
1
b h3
Ix = 12
X Ix = y 2 dA
1
h
2
=2 y2 . b dy
0
1 3
h
= 2b ( 24 )
1
b h3
Y = 12
Iy = x 2 dA
1
b
2
=2 x2 . h dx
0
1
h b3
= 12
y
Ay 51000 28 .3 mm
A 1800
bh3 40 60 3
Io 72 .10 4 mm 4
12 12
bh 3 20 30 3
Io 4.50 .10 4 mm 4
12 12
Karakteristik Penampang
7.4. Regangan
Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa suatu material yang
mengalami tegangan pada saat yang sama juga mengalami perubahan
panjang/volume. Perubahan panjang/volume ini sering dinyatakan
dalam regangan yang didefinisikan sbb:
L
L
L
dimana adalah perubahan panjang yang dialami oleh bagian
spesimen sepanjang L.
Dalam kondisi pembebanan sehari-hari, sebagian besar material
struktur menunjukkan perilaku yang memenuhi hukum Hooke, dimana
Elastisitas
Jika suatu batang ditarik oleh gaya P lalu dilepaskan dan batang
kembali ke bentuk semula maka hal tersebut dikatakan bahwa hal
tersebut Elastis.
E=modulus elastisitas
= . E
l
=
l
P
=
A
P l
= .E
A l
P .l
l=
.A
Hukum Hooke
Potongan 1
P P . l1
1= l 1=
1
( 14 d )( E)
2
d1 2
4 1
Potongan 2
P . l2
P l 2=
2=
1
4
d 2Potongan
2
( 41 d )( E)
2
2
P P . l3
3= l 3=
l= 1
dengan
= VS/(I t)
dimana :
= tegangan geser
Latihan Soal.
Soal No.1
Tentukan titik berat penampang di bawah ini !
20 cm
50 cm
10 cm
40 cm 20 cm
Soal No. 2
20 cm
kg
lentur,tarik/tekan =175 cm2 ! Bagaimana beban maximum yang
mampu dipikul ?
Jawaban :
1
M max= ql 2
8
1
ql 2 (0,75) 52
8
= 2,34375 tm
= 234375 kg . cm
M . Y 234375 .20 kg kg
l = = =43,95 2 < 175 2
IX 1 3 cm cm
.20(40)
12
M .20
175 = 1 3
.20 ( 40 )
12
1 3
.20(40) .175
M = 12
=933333333 kg . cm=9,33333 t . m
20
1 2
ql 9,33333 t . m
Maka , M = 8 =
Soal No. 3
Nx= -1,0607t
Lx= 3,5303t
Mx= 16,822tm
b= 50 196.599,21
750 47,5 35.625 14062,5 16,1905
h= 15 77
b= 15 19.531,2
375 27,5 10.312,5 3,8095 5.442,1088
h= 25 5
b= 30 255.101,53
7,5 7,5 3375 8.437,5 23,8095
h= 15 06
Aiyi 49.132,5
y= = =31,3095 cm
Ai 1.575
= 42.301,25 + 457.142,857
= 499.174,107 cm4
Nx 1,0607.1000 kg
N= = =0,673 2
A 1.575 cm
D . S i 3,5303.1000 . Si
= =
bi . I x bi (499.174,107)
(3,5303 ) .1000 .0
a Sa=0 = =0
( 50 ) (499.174,107)
1
( )
b Sb=Sa+ (50 )( 15 ) 23,6905 ( 15 ) =12.142,875 cm3
2
499.174,107
15
( 3,5303 )( 1000 )(12.142,875)
b bawah=
e Se=0 e=0
Soal No. 4
Sa=0
Sb/c=Sa+(9)(4)(5,5)=198 cm2
1
Sd= Sb/c+3,5(4) ( 2 ( 3,5 ))
= 198+24,5
=222,5
1
Sd=Se/f+3,5(4) 2 ( 3,5 ))
(
= 198+24,5
=222,5
Dx . S x ( 600.000 ) (198) 10
c= = =7,093340110
b . Ix 4 (2.388,33)
D x. Sx ( 600.000) (198) 10
d= = =7,093340110
b .I x 9 (2.388,33)
Soal No. 5
d 1 = 5 cm
d 2 = 2 cm
kg
E1=E 2=2,1106
cm 2
P = 2000 kg
P . l1 2000 (30)
l 1= = 1 = 0,00145cm
A1 . E (52 )(2,1 X 106)
4
P . l2 2000( 30)
l 2= = 1 0,009094 cm
A2 . E (22 )(2,1 X 10 6)
4
l= l 1 l2
+
= 0,00145 + 0,009094
= 0,010544 cm
2
bertambah panjang ,dan batang 1 dan
1
3 akan bertambah panjang .
Hp kecil sekali
lebih kecil daripada yang semula , karena harga
1= 2 cos
Perpanjangan batang
Cos
1.
1 = 1
Cos =
l2 2
=
l1 2 =
2.
l2
l 1=
cos
Harga (2) dan (3) di substitusikan ke persamaan (1),maka:
1= 2 . cos s1 . l 1 s 2 . l 2
= cos
A. E A .E
s1 . l 2
cos s2 .l 2 cos
=
A. E A. E
s1 s 2 +s 3
. cos + cos =P
s 2 . cos 3 3
+ s 2 +s 2 . cos =P
s 2 ( 2. cos 3 +1 ) = P
P
s 2=
1+ 2cos 3
P
s 1=s3= cos
1+2 cos3
Soal No. 6
3
Jika , P = 2ton = 2 x 10
kg
2,1 x 106
E= cm
2
2
A 1= A 3=2 cm
A 2=3 cm2
l 2=200 cm
=30
Jawaban :
s2 . l 2 s 2 .200 66,667 S 2
2 =
= A. E 3. E = E
1= 2 . cos
115,47 s 1 66,667 S 2
= cos a s 1=0,5 s 2
E E
s2 s2
2 ( 0,5. cos 30 ) + = 2000
s2
1,866 = 2000
s 2= 1071,811 kg
Soal No. 7
s1
Gaya kabel 1 =
s2
Gaya kabel 2 =
Jawaban :
s 1 . l 1 S 1 .300
l 1= = =3405 . S1 cm
A 1 E 1 10 ( 10 )6
s2 l2 s2 .500
l 2= = 6
=5,61 x 105 s2 cm
A 2 E 2 4,45 ( 2 x 10 )
l 1=l 2
5,61 x 105 s 2
s1
= 3405
s 1=1,87 s2
v=0
s 1 +s 2 =P
s 2 +s 2
1,87 =P
S2
2,87 =P
1
s 2= . P=0,3484 P
2,87
s 1=1,87 s2
= 1,87(0,3484 P)
s1
= 0,6516 P
M A =0
s2
P.x - (900) = 0
s 2 ( 900 )
x= P
0,3484 P (900)
x= P
x = 313,56 cm
Soal No. 8
Diketahui =45 =20 =9020=70
2
4 A 1=4 A4 =100 cm
2
A 2= A 3=100 cm
50 kg
E1=2 E4 =
cm2
kg
2 E 2=2 E3=50
cm2
kg
E2=E 3=25
cm2
v=0
2 s 1 cos +2 s 2 cos =P
s 2= cos
s 1= cos
l
cos =
l1
l 400
l 1= = =1169,5222 cm
cos cos 70
l
cos =
l2
l 400
l 2= = =565,685 cm
cos cos 45
s1 .l 1 s1 (1169,5222)
1 = = =0,936 s1
A 1 . E1 25(50)
0,226 s 2 cos 70
s 1=
0,936 .cos 45
s 1=0,117 s 2
Persamaan Kesetimbangan
2 s 1 cos +2 s 2 cos =P
0,117 s2
s2 cos 45 = 7000
2( ) cos 70 +2
s2
1,494 = 7000
s 2=4684,636 kg
s 1=0,117 s 2
= 0,117 (4684,636)
= 548,102 kg
1=0,936 s 1
= 0,936 (548,102)
= 513,023 cm
2 0,226 s 2
= 0,226 (4684,636)
= 1058,758 kg
2
=
cos 45
1058,78
= cos 45
= 1497,267 cm
Soal No. 9
v b h1
1 = 5
=1,1905 x 106 v b
1600 ( 2,1 x 10 )
v c h2
2= 5
=1,1905 x 106 v c
1600 ( 2,1 x 10 )
vb 1
=
vc 2
1
vb = vc
2
v c =2 v b
Persamaan Kesetimbangan
M A =0
3 v b6 v c +1,5 ( 6 )( 3 ) +2 ( 6 ) =0
3 v b +6 v c =39
1
v v
3( 2 c )+6 c = 39
v c =39
7,5
v c =5,2 t
1
vb v
= 2 c
1
=5,2 ( 2 )
=2,6 t
6
1 =1,1905 x 10 v b
6
3,0953 x 10 cm
6
2=1,1905 x 10 v c
6
= 1,1905 x 10 ( 5,2 )
6
= 6,1906 x 10 cm
v=0
v A + v b + v c 1,5 ( 6 )2=0
vA
= v bv c + 1,5 ( 6 )+ 2
v A =2,65,2+ 9+2
v A =3,2 ton
DAFTAR PUSTAKA
Arief Darmali dan Ichwan. 1979. Ilmu Gaya Sipil 1. Jakarta : Direktorat
PMK, Depdikbud.
Hofsteede J.G.C., Kramer P.J. dan Baslim Abas. 1982. Ilmu Mekanika
Teknik A. Jakarta : PT Pradnya Paramita.